Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153565 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Sudiro Waspodo
"Pendahuluan
Sirosis hati (SH) telah diketahui merupakan suatu keadaan yang ireversibel di dalam perkembangannya, SH dapat berakhir dengan gagal hati, hipertensi portal, atau dapat menunjukkan aktivitas yang dapat dikelompokkan menjadi kelompok yang mengalami progresi, regresi atau menetap. Keluhan subyektif pada stadium awal penyakit SH biasanya sangat sedikit dan tidak jelas. Sedangkan pemeriksaan jasmani sering tidak dapat dipakai sebagai ukuran kecuali bila telah terjadi tanda dekompensasi. Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium dapat dipakai untuk pegangan mengikuti perjalanan penyakit seperti transaminase, bilirubin, kolesterol, BSP, dan Indocyanin green.
Pemeriksaan tersebut mempunyai beberapa kelemahan seperti sifat tidak spesifik pada pemeriksaan transaminase, gambaran bilirubin tidak hanya mencerminkan kerusakan parenkim hati, penurunan kolesterol bare terjadi pada penyakit yang berat, sedangkan pemeriksaan BSP mengandung bahaya alergi.
Akhir-akhir ini telah diperkenalkan kegunaan pemeriksaan kadar garam empedu serum sebagai alat penyaring adanya penyakit hati dan untuk mengikuti perjalanan penyakit hati. Berbagai hasil penelitian telah membuktikan pemeriksaan kadar garam empedu serum post prandial lebih sensitif sebagai alat penyaring adanya penyakit hati bila dibandingkan dengan pemeriksaan kadar garam empedu serum puasa. Namun sebaliknya telah dibuktikan bahwa nilai kadar garam empedu serum puasa lebih spesifik untuk penyakit hati. Juga dibuktikan bahwa tinggi rendahnya nilai rata-rata garam empedu serum puasa sesuai dengan berat ringannya penyakit Sirosis hati, meskipun masih didapatkan adanya angka-angka yang tumpang tindih.
Kegunaan pengukuran kadar garam empedu serum puasa sebagai petanda prognostik penyakit SH telah dilaporkan di luar negeri dan Indonesia, meskipun penelitian di Indonesia memberikan hasil yang berbeda. Penderita SH dengan kadar garam empedu total serum puasa yang tinggi mempunyai risiko mati yang lebih besar pada tahun pertama dibandingkan dengan penderita SH dengan kadar garam empedu total serum puasa, yang rendah.
Bertolak dari hal tersebut di atas ingin dikaji kembali manfaat lebih lanjut dari kadar garam empedu serum puasa sebagai salah satu alat prognostik dan sarana untuk mengikuti perkembangan penyakit sirosis hati."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Sanityoso Sulaiman
"Telah dilakukan penelitian secara potong lintang terhadap pasien sirosis hati di poli Hepatologi dan IRNA B ruang penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo di Jakarta, periode Januari 2000 sampai Juli 2000. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur kadar endotoksin endogen pada penderita sirosis hati non alkoholik yang sedang dalam keadaan stabil serta melihat adakah hubungannya dengan derajat beratnya sirosis. Pengukuran kadar endotoksin menggunakan metode spesifik dengan alat toxinometer yang berdasarkan metode turbidimetri kinetik, telah dilakukan pada 45 kasus sirosis hati non alkoholik, dua puluh kasus termasuk klasifikasi Child-Pugh A, tujuh belas kasus termasuk Child-Pugh B sedangkan delapan kasus termasuk Child-Pugh C. Pada penelitian ini tidak didapatkan adanya peningkatan kadar endotoksin di vena perifer yang melebihi nilai normal pada semua kasus. Walaupun terlihat adanya sedikit peningkatan pada penderita sirosis hati Child-Pugh C dibandingkan pada yang ChildPugh B atau A. Namun peningkatan tersebut secara perhitungan statistik tidak bermakna.

A cross-sectional study has been conducted on liver cirrhosis patients at the Hepatology and IRNA B polyclinic in the internal medicine room of the Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital in Jakarta, the period of January 2000 to July 2000. The study aims to measure endogenous endotoxin levels in patients with non-alcoholic liver cirrhosis who are in a stable state and see if there is The relationship is with the severity of cirrhosis. Endotoxin levels were measured using a specific method with a toxinometer based on the kinetic turbidimetry method, which has been carried out in 45 cases of non-alcoholic liver cirrhosis, twenty cases including Child-Pugh A classification, seventeen cases including Child-Pugh B while eight cases included Child-Pugh C. In this study, there was no increase in endotoxin levels in the periver veins that exceeded normal values in all cases. Although there was a slight increase in patients with Child-Pugh C liver cirrhosis compared to ChildPugh B or A. However, the increase was statistically meaningless."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Destiana Agustin
"Laporan dari rumah sakit umum pemerintah di Indonesia rata-rata prevalensi sirosis hati adalah 47,4% dari seluruh pasien penyakit. Kematian terbesar dari sirosis hepatis pada kelompok umur 60-70 tahun. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada klien sirosis hepatis di ruang perawatan PU 6 RSPAD Gatot Soebroto. Pemantauan berat badan dan lingkar abdomen setiap hari bertujuan untuk melihat keefektivan dari pemberian terapi diuretic. Intervensi ini penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan asites dan edema.
Hasil dari intervensi yang sudah dilakukan selama 8 hari perawatan adalah terjadi penurunan berat badan sebesar 5 kg dan perubahan lingkar abdomen sebanyak 7,5 cm. Rekomendasi bagi masyarakat ialah untuk berhenti atau menghindari konsumsi alkohol yang dapat membahayakan organ hati. Rekomendasi dalam pelaksanaan intervensi ini adalah perawat harus rutin setiap hari menimbang berat badan dan mengukur lingkar abdomen serta mendokumentasikan hasilnya.

The report from public hospitals in Indonesia, prevalence of cirrhotic hepatic was 47,4% of all cirrhotic hepatic patients. The greatest mortality of cirrhotic hepatic in the age group 60-70 years. The aim of this report was describing nursing care for hepatic cirrhosis patient in PU 6 at RSPAD Gatot Soebroto. Monitoring of body weight and abdominal girth for noticing the effectivity of diuretic therapy. This intervention was necessary to be done to find out the progress of ascites and edema.
The results from intervention that already done during eight days care was decreasing weight loss 5 kg and abdominal girth 7,5 cm. Recommendation of doing this intervention for nurse is they should measurement of daily body weight and abdominal girth and reporting the results.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Agung Wibowo
"Latar Belakang dan tujuan: Penyakit hati kronik pada pasien pediatrik merupakan salah satu masalah utama kesehatan pada populasi anak-anak dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Penilaian derajat fibrosis hati diperlukan untuk menentukan tatalaksana yang sesuai, menentukan prognosis, dan tindak lanjut pasca pengobatan. Pemeriksaan USG elastografi acoustic radiation force impulse ARFI merupakan metode penilaian derajat fibrosis hati yang bersifat tidak invasif, mudah dan cepat dikerjakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai titik potong derajat fibrosis USG elastografi ARFI pada pasien pediatrik dengan penyakit hati kronik.
Metode: Pasien pediatrik dengan penyakit hati kronik menjalani pemeriksaan USG elastografi ARFI. Didapatkan nilai shear wave velocity SWV dari pemeriksaan ARFI yang menunjukkan elastisitas jaringan hati pada 18 subjek dan dihubungkan dengan hasil biopsi hati METAVIR . Kurva receiver-operating characteristic ROC dilakukan untuk menentukan titik potong derajat fibrosis hati.
Hasil: Rerata nilai median ARFI pada pasien pediatrik dengan penyakit hati kronik tanpa fibrosis hati 1,21 m/s; fibrosis ringan F1 1,13 m/s; fibrosis signifikan F2 ; fibrosis berat F3 2,76 m/s; dan sirosis F4 3,84 m/s. Kurva ROC menunjukkan titik potong ARFI pada 1,98 m/s memiliki sensitivitas 100 untuk mendeteksi derajat fibrosis ge;F3.
Kesimpulan: USG elastografi ARFI merupakan metode yang dapat diandalkan, cepat, dan non invasif untuk menentukan derajat fibrosis berat dan sirosis pada pasien pediatrik. Hasil pemeriksaan ARFI dapat membantu klinisi dalam tindak lanjut pengobatan dan alternatif biopsi hati pada kondisi tertentu.

Background and objectives: Chronic liver disease in pediatric patients is one of the major health problems with high rates of morbidity and mortality. Assessment of the degree of liver fibrosis is needed to determine appropriate management, determine prognosis, and post treatment follow up. Ultrasound acoustic radiation force impulse ARFI elastography examination is a non invasive, easily and rapidly performed liver fibrosis assessment method. The objective of this study was to obtain the cut off value of fibrosis degree with ARFI examination in pediatric patients with chronic liver disease.
Methods: Pediatric patients with chronic liver disease underwent ARFI ultrasound measurements. Shear wave velocity SWV value obtained from ARFI examination showing elasticity of liver tissue in 18 subjects and associated with liver biopsy results METAVIR . The receiver operating characteristic ROC curve is performed to determine cut off value of degree of liver fibrosis.
Results Mean of SWV value in pediatric patients with chronic liver disease without liver fibrosis 1.21 m s mild fibrosis F1 1.13 m s significant fibrosis F2 severe fibrosis F3 2.76 m s and cirrhosis F4 3.84 m s. The ROC curve shows the cut off at 1.98 m s yielded a 100 sensitivity to detect the degree of fibrosis ge F3.
Conclusions USG elastographic ARFI is a reliable, rapid, and non invasive method for determining the degree of severe fibrosis and cirrhosis in pediatric patients. The results of the ARFI examination may assist the clinician in the follow up of treatment and alternatives of liver biopsy in certain condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzaki Abubakar
"Pendahuluan: Prevalensi sirosis tinggi di Indonesia yang mayoritas populasinya adalah muslim. Pada saat menjalani puasa Ramadhan yang merupakan kewajiban umat muslim terjadi berbagai proses metabolik yang dapat mempengaruhi keadaan klinis, nutrisi dan bokimiawi pasien sirosis hati . Penelitian tentang efek puasa Ramadhan pada pasien sirosis hati di Indonesia belum pernah dilakukan.
Tujuan: Untuk mengetahui perubahan status nutrisi, status fungsi hati, pembentukan badan keton dan keseimbangan nitrogen pada pasien sirosis hati yang menjalankan puasa Ramadhan.
Metode: Penelitian "pre dan post" dengan consecutive sampling dilakukan pada pasien sirosis hati yang berpuasa Ramadhan. Penilaian status fungsional hati dengan skor Child-Pugh (CP), antropometrik dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT), ketebalan triceps skinfold (TSF) menggunakan kaliper Holtain, mid-arm muscle circumference, asupan makanan 24 jam, kadar 3-β-hidroksi butirat darah, serta pengukuran ekskresi nitrogen urin 24 jam, dilakukan pada minggu ke-4 Ramadhan dan 4 minggu pasca Ramadhan.
Hasil: Didapatkan 24 pasien sirosis hati, 16 orang (66,7%) laki-laki dan 8 orang (33,3%) perempuan yang menjalankan puasa Ramadhan dengan rerata umur 60 tahun. Etiologinya virus hepatitis B 54,2%, hepatitis C 20,8%, dan penyebab yang tidak diketahui 25%. Status fungsi hati CP A 19 orang (79,2%), CP B 2 orang (8,3%), dan CP C 3 orang (12,5%). Tidak ada perubahan skor CP pasca Ramadhan. Rerata (SD) IMT, ketebalan TSF, MAMC saat puasa Ramadhan berturut-turut adalah 25,112 (4,05) kg/m2, 7,40 (3,61) mm, 25,77 (3,077) cm dan pasca Ramadhan berturut-turut 25,25 (4,01) kg/m2 (p = 0,438), 7,89 (4,33) mm (p=0,024), 25,96 (3,42) cm (p=0,228). Kadar 3-β-hidroksi butirat darah saat Ramadhan adalah 0,14 (0.07) mmol/L, pasca Ramadhan 0,11 (0.09) mmol/L (p=0,166). Rerata (SD) keseimbangan nitrogen saat puasa Ramadhan 2,44 (2,93) gram/24 jam, pasca Ramadhan 0,51 (3,16) gram/24 jam (p=0,037).
Simpulan: Tidak ada pebedaan status fungsi hati dan kadar 3-β-hidroksi butirat darah pada saat dan pasca Ramadhan. Indeks massa tubuh dan ketebalan TSF membaik pasca Ramadhan. Keseimbangan nitrogen lebih positif saat Ramadhan. Puasa Ramadhan tampaknya tidak membahayakan pasien sirosis hati terutama pada kondisi fungsi hati yang terkompensasi.

Introduction: The prevalence of cirrhosis is high in Indonesia which most of are predominantly moslems. There were various metabolic changes happened in Ramadhan fasting that obligated for moslems that could influence clinical, nutritional, and biochemistry condition of cirrhotic patients.The study of effects of Ramdhan fasting in cirrhotics patients (pts) in Indonesia has never been investigated.
Aim of Study: To evaluate changes of liver functional status, nutritional status, serum 3-β-hidroxy butyric and nitrogen balance in cirrhotic patients during Ramadhan fasting.
Methods: This was a ‘pre and post’ study with consecutive sampling conducted in cirrhotic patients during Ramdhan fasting. Assessment of liver functional status by Child-Pugh (CP) score, anthropometric by measuring body mass index (BMI), triceps skinfold (TSF) thickness measured by Holtain caliper, and mid-arm muscle circumference, 24-hours food intake, serum 3-β-hidroxi butyric, and 24-hours urine nitrogen excretion, were performed at fourth week and four weeks after the end of Ramadhan fasting.
Results: Of 24 cirrhotic patients, 16 male (66,7%) dan 8 female (33,3%) who performed Ramadhan fasting were 60 years old in this study. Etiologies were hepatitis B viral (54,2%), hepatitis C ( 20,8%), and unknown (25%). Liver functional status were CP A 19 pts (79,2%), CP B 2 pts (8,3%), and CP C 3 pts (12,5%). No changes of this status after Ramadhan. Mean (SD) of BMI, TSF thickness, MAMC at Ramadhan concecutively were 25,112 (4,05) kg/m2, 7,40 (3,61) mm, 25,77 (3,077) cm and after Ramadhan 25,25 (4,01) kg/m2 (p = 0,438), 7,89 (4,33) mm (p=0,024), 25,96 (3,42) cm (p=0,228). Mean (SD) of serum 3-β-hidroxy butyric at Ramadhan was 0,14 (0.07) mmol/L, after Ramadhan 0,11 (0.09) mmol/L (p=0,166). Mean (SD) of nitrogen balance at Ramadhan was 2,44 (2,93) gram/24 hour, after Ramadhan 0,51 (3,16) gram/24 hour (p=0,037).
Conclusion: No difference of liver functional status and serum 3-β-hidroxy butyric during and after Ramadhan. Body mass index and triceps skinfold were better after Ramadhan. Nitrogen balance was more positive during Ramadhan compared to after Ramadhan. Ramadhan fasting is likely harmless especially in compensated liver cirrhosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dwi Fathinasari
"Sirosis hati SH merupakan tahap akhir dari penyakit hari kronik yang ditandai dengan fibrosis hati dan mikro maupun makronodul. Penyakit hati kronik mempengaruhi metabolisme lipid sehinga menggangu profil lipid pasien. Adanya kerusakan hati dideteksi dengan penilaian fungsi hati di mana salah satu penilainnya adalah analisis kadar albumin serum. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar profil lipid dan apakah terdapat korelasi antara profil lipid dengan fungsi hati albumin pada pasien SH.
Penelitian menggunakan desain cross sectional pada 73 penderita SH 56 laki-laki dan 17 perempuan didapatkan dari rekam medis Laboratorium Patologi Klinik RSCM. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida rata-rata 158.07, 39.05, 94.07, dan median 92 dan dengan uji Pearson menunjukkan korelasi antara kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL dan albumin semua.

Cirrhosis is an end stage of chronic inflammatory liver disease with fibrosis and micro or macro nodule. Chronic liver disease affects lipid metabolism and disrupts patient rsquo s lipid profile. Cirrhosis can be detected by assessing liver function, one of which is analyzing serum albumin. The aim is to study the lipid profile in patients with cirrhosis and to determine the correlation between serum lipid profile and serum albumin in patients with cirrhosis.
Design of the study is cross sectional, 73 patients with cirrhosis 56 men and 17 women were obtained from the medical records of the Laboratory Clinical Pathology RSCM. The results of the study were analyzed with Kolmogorov Smirnov test showed serum total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol, and triglyceride mean of 158.07, 39.05, 94.07 and median of 92 , Pearson test showed a correlation between total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol and albumin all.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Prihatini,author
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Saut Horas Hatoguan
"Latar Belakang: Sirosis hati dengan dekompensasi akut merupakan masalah
kesehatan dengan beban biaya yang besar dan berpengaruh negatif terhadap
produktivitas dan kualitas hidup. Belum diketahui sepenuhnya prediktor mortalitas
dalam perawatan pasien sirosis hati dekompensasi akut di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui proporsi dan prediktor mortalitas dalam perawatan pasien
sirosis hati dekompensasi akut di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Studi kohort retrospektif berbasis data rekam medis pasien sirosis hati
dekompensasi akut di RSCM (2016-2019). Analisis bivariat dan multivariat regresi
logistik dilakukan untuk mengidentifikasi prediktor mortalitas dalam perawatan.
Dua sistem skor dikembangkan berdasarkan identifikasi faktor-faktor tersebut.
Hasil: 241 pasien dianalisis, sebagian besar adalah laki-laki (74,3%), menderita
hepatitis B (38,6%) dan Child-Pugh B dan C (40% dan 38%). Perdarahan saluran
cerna ditemukan pada 171 pasien (70,95%) dan 29 pasien (12,03%) meninggal
dalam perawatan. Prediktor independen mortalitas dalam perawatan adalah usia
(adjusted OR:1,09 [1,03–1,14]; p=0,001), infeksi bakterial (adjusted OR: 6,25
[2,31–16,92]; p<0,001), kadar bilirubin total (adjusted OR: 3,01 [1,85– 4,89];
p<0,001) dan kadar kreatinin (adjusted OR: 2,70 [1,20–6,05]; p=0,016). Skor
logistik dan aditif untuk prediksi mortalitas dalam perawatan memiliki nilai
AUROC masing-masing 0,89 dan 0,86.
Simpulan: Proporsi mortalitas dalam perawatan pasien sirosis hati dekompensasi
akut di RSCM adalah 12,03%. Prediktor independen dari mortalitas dalam
perawatan antara lain usia, adanya infeksi bakterial, kadar bilirubin dan kreatinin.
Telah dikembangkan sistem skor prediksi mortalitas dalam perawatan pasien sirosis
hati dekompensasi akut.

Background: Acutely decompensated liver cirrhosis is associated with a high
medical cost and negatively affects productivity and quality of life. Data on the
predictors of in-hospital mortality in acutely decompensated liver cirrhosis patients
in Indonesia is still limited.
Objective: To determine the proportion and predictors of in-hospital mortality in
acutely decompensated liver cirrhosis patients at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: Retrospective cohort study using the hospital database of acutely
decompensated liver cirrhosis at Cipto Mangunkusumo Hospital (2016-2019).
Bivariate and multivariate logistic regression analyses were performed to identify
predictors of in-hospital mortality. Two scoring systems were developed based on
the identified factors.
Results: 241 patients were analyzed, mostly male (74,3%), suffering from hepatitis
B (38.6%) and Child-Pugh B and C (40% and 38%). Gastrointestinal bleeding was
found in 171 patients (70,95%) and 29 patients (12,03%) died during
hospitalization. The independent predictors of in-hospital mortality were age
(adjusted OR: 1,09 [1,03-1,14]; p = 0,001), bacterial infection (adjusted OR: 6,25
[2,31-16,92]; p <0,001), total bilirubin levels (adjusted OR: 3,01 [1,85-4,89]; p
<0,001) and creatinine levels (adjusted OR: 2,70 [1,20-6,05]; p = 0,016). The
logistic and additive scoring system for predicting in-hospital mortality had
AUROC values of 0,89 and 0,86, respectively.
Conclusion: The proportion of in-hospital mortality in acutely decompensated liver
cirrhosis at Cipto Mangunkusumo Hospital was 12,03%. The independent
predictors of in-hospital mortality were age, bacterial infection, bilirubin, and
creatinine levels. The in-hospital mortality prediction scoring systems have been
developed for acutely decompensated liver cirrhosis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Faisal
"Tujuan :
Untuk meningkatkan peran radiodiagnostik dalam mendeteksi adanya varises esofagus yang belum berdarah serta menilai ketepatan diagnostik pemeriksaan barium esofagogram dalam mendiagnosis varises esofagus pada pasien dengan sirosis hati.
Bahan dan Cara :
Pemeriksaan esofagogram dilakukan pada 25 pasien, dengan usia antara 23 tahun-80 tahun. Jenis kelamin terbanyak laki-laki 17 orang (68 %) sedangkan perempuan 8 orang (32%), semua pasien dengan kelainan sirosis hati yang belum berdarah (hematemesisl melena) dan hipertensi portal. Varises esofagus yang belum berdarah telah diperlihatkan dengan baik dengan pemeriksaan esofagogram yang hasilnya dikorelasikan dengan temuan endoskopi sebagai bake emas.
Hasil dan Kesimpulan
Pada uji statistik didapat hasil sensitifitas pemeriksaan esofagogram 84% dengan spesifisitas 0%, nilai PPV 100%. dan NPP 0%. Nilai Kappa dari pemeriksaan ini 0,79 didapat kesesuaian baik. Hasil penelitian ini memperlihatkan esofagogram dapat dipergunakan untuk menilai adanya varises esofagus pada pasien sirosis hati yang belum berdarah. Dari penelitian ini juga didapat kesesuaian yang baik antara pemeriksaan endoskopi dan esofagogram.

Purpose :
To improve the role of radiodiagnosis in detecting unruptured esophageal varices and to evaluate the accuracy of barium esophagogram in establishing the diagnosis of esophageal varices in patients with liver cirrhosis.
Material and method :
Esophagogram is performed in 25 patients (23-80 years old). 17 patients (68%) are male and 8 patients (32%'- are female. All patients are suffering from uncomplicated liver cirrhosis (no hematemesis or nrelena) and portal hypertension. Unruptured esophageal varices is visualized well using esophagogram, and the result is compared to endoscopic finding as gold standard.
Result and conclusion :
Statistical analysis concluded that esophagogram has 84% sensitivity, 0% spesfficity, 100% PPV value and 0% NPP value. Kappa score from this examination is 0,79 with good correlation. This study shows that esophagogram can be used to evaluate esophageal varices in patients with uncomplicated liver cirrhosis. There is good correlation between esophagogram and endoscopic examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T20868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faljeki Kurniawan
"Pendahuluan Sirosis Hati merupakan masalah kesehatan global yang serius, namun pengetahuan dan keterampilan perawat dalam menangani kondisi ini masih belum banyak diteliti di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat pengetahuan dan keterampilan perawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Sirosis Hati dengan komplikasi. Metode Menggunakan desain kuantitatif deskriptif analitik komparatif dengan pendekatan Cross-Sectional, penelitian ini melibatkan 164 perawat ruang rawat inap penyakit dalam yang dipilih melalui total sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner pengetahuan perawat dan keterampilan perawat dan dianalisis dengan uji Chi-Square. Hasil analisi diperoleh bahwa perawat RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki tingkat pengetahuan baik 85 (81,7%) dan tingkat keterampilan baik sebanyak 79 (76%) sedangkan perawat RSUP Dr. M. Hoesin Palembang memiliki tingkat pengetahuan baik  56 (93,3%)  dan tingkat keterampilan baik sebesar 47 (78,3%). Tidak terdapat perbadaan pengetahuan antara RSUP Dr M Djamil Padang dengan RSUP Dr M Hoesin Palembang (p=0,117 > α=0,05). Tidak terdapat perbadaan keterampilan antara RSUP Dr M Djamil Padang dengan RSUP Dr M Hoesin Palembang (p=0,741 > α=0,05). Kesimpulan Temuan ini mengindikasikan efektivitas program pelatihan yang ada, namun masih diperlukan pengembangan profesional berkelanjutan. Rekomendasi Disarankan untuk meningkatkan investasi dalam pelatihan keterampilan klinis berkelanjutan dalam menghadapi tantangan praktik modern.

Introduction Cirrhosis of the liver is a serious global health problem, however the knowledge and skills of nurses in treating this condition have not been widely studied in Indonesia. This study aims to compare the level of knowledge and skills of nurses at RSUP Dr. M. Djamil Padang with RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang in providing Nursing care to Liver Cirrhosis patients with complications. Method Using a quantitative descriptive comparative analytical design with a cross-sectional approach, this research involved 164 internal medicine inpatient nurses who were selected through total sampling. Data were collected using a nurse knowledge and nursing skills questionnaire and analyzed using the Chi-Square test. Results of the analysis showed that the nurse at RSUP Dr. M. Djamil Padang had a good knowledge level of 85 (81.7%) and a good skill level of 79 (76%) while the nurses at RSUP Dr. M. Hoesin Palembang has a good knowledge level of 56 (93.3%) and a good skill level of 47 (78.3%). There was no difference in knowledge between RSUP Dr M Djamil Padang and RSUP Dr M Hoesin Palembang (p=0.117 > α=0.05). There was no difference in skills between RSUP Dr M Djamil Padang and RSUP Dr M Hoesin Palembang (p=0.741 > α=0.05).    Conclusion These findings indicate the effectiveness of existing training programs, but continued professional development is still needed. Recommendations It is recommended to increase investment in ongoing clinical skills training to meet the challenges of modern practice."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>