Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vivien Puspitasari
"Latar belakang. Kognitif merupakan proses sejumlah fungsi kompleks dari berbagai sirkuit di otak. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu faldor risiko gangguan kognitif melalui mekanisme vaskuler dan non-vaskuler. Berbagai studi menunjukkan hubungan antara diabetes dengan risiko terjadinya demensia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran fungsi kognitif pada penyandang OM tipe 2 . Metode. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan populasi penyandang OM tipe 2 berusia 2: 50 tahun yang berobat di Puskesmas Tebet dan Pasar Minggu Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Semua subyek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta pencatatan kadar gula darah puasa dalam 2 tahun terakhir. Kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif untuk menilai atensi, bahasa, memori, praxis, fungsi eksekutif dan kecepatan psikomotor. Kriteria gangguan kognitif ringan tanpa demensia (CIND) adalah bila ditemukan satu atau lebih skor kognitif di bawah < 1.5 standard deviasi nilai normatif. Data dianalisis menggunakan tes chi- square, Fisher's exact dan Mann Whitney memakai program SPSS versi 11 .5 Hasil. Pada penelitian ini didapatkan 96 pasien OM tipe 2, rentang usia antara 50-75 tahun (rerata 59.5 ± 5.53 tahun), terdiri dari 55 (57.3%) wan ita. Sebanyak 84 (87.5%) subyek memenuhi kriteria CIND. Rana kognitif yang paling terganggu adalah fungsi eksekutif (77.1%). Sebagai hasil tambahan, didapatkan hubungan bermakna antara gangguan fungsi kognitif dengan tingkat pendidikan (p=O.007; OR:6.69; IK.95% 1.48;34.34). Subyek berusia ~ 60 tahun memiliki kecenderungan terjadi gangguan atensi(p=O.023) dan immediate memory (p=0.039). Subyek dengan durasi OM ~ 5 tahun cenderung memiliki gangguan pada immediate memory (p=O.OO2). Subyek dengan kriteria pengendalian GOP buruk berhubungan bermakna dengan gangguan fungsi eksekutif (p=O.006). Subyek dengan riwayat hipertensi memiliki kecenderungan terjadi gangguan atensi (p=0.OO35). Kesimpulan. Gangguan kognitif umum ditemukan pada penyandang OM tipe 2 terutama gangguan fungsi eksekutif. Pasien OM tipe 2 dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai kecenderungan memiliki gangguan fungsi kognitif (CINO). Faktor usia lanjut, lama OM, pengendalian GOP dan hipertensi berhubungan dengan gangguan pada rana kognitif spesifik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu K.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elni
"ABSTRAK
Nama : ElniProgram Studi : Magister Ilmu KeperawatanJudul : Studi Kualitatif tentang Proses Adaptasi Remaja Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 1. Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan perkembangan fisik, emosional, dan hubungan sosial. Remaja yang telah didiagnosis dengan Diabetes Mellitus DM tipe 1 membutuhkan kesiapan untuk menjalani perubahan proses adaptasi biopsikososial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi proses adaptasi remaja setelah didiagnosis DM tipe 1. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan dianalisis dengan metode Colaizzi. Partisipan dalam penelitian ini adalah lima remaja yang didiagnosis dengan DM tipe 1 minimal satu tahun. Tujuh tema muncul yaitu 1 tahapan dan respon adaptasi remaja terhadap penyakit; 2 ritme pola aktivitas; 3 penguat dan penurun motivasi; 4 diperlakukan sama; 5 respon dan stigma terhadap remaja; 6 bantuan pengendalian diri; dan 7 pengelolaan DM remaja. Tema menggambarkan keberhasilan proses adaptasi remaja, yang mampu mengembangkan strategi koping positif secara bertahap sejak pertama kali didiagnosis dengan DM tipe 1. Faktor yang menjadi tantangan paling sulit bagi remaja adalah konsisten melakukan cek gula darah setiap hari. Dengan demikian, pendampingan yang berkelanjutan bagi remaja diperlukan untuk mengoptimalkan kepatuhan dalam manajemen DM.Kata kunci: Manajemen DM, proses adaptasi, remaja DM tipe 1, strategi koping

ABSTRACT
Name ElniStudy Programme Magister of Nursing Title A Qualitative Study on Adaptation Process of Adolescent with Type 1 Diabetes Mellitus. Adolescence is a period in which the change of physical, emotional development, and social relationships occur. The adolescents who have been diagnosed with type 1 Diabetes Mellitus DM requires their readiness to undergo the adaptation process of biopsychosocial changes. The purpose of this study was to explore the process of adaptation in adolescents after being diagnosed bytype 1 DM. This study used a qualitative method with a phenomenological approach. Data collected through in depth interviews and analyzed by Colaizzi method. Participants in this study were five teenagers who diagnosed by type 1 DM, a minimum of one year ago. Seven themes emerged 1 the adolescent rsquo s stage of adaptation response 2 rhythm of activity 3 booster and lowering of motivation 4 fairly treatment 5 response and stigma for an adolescent 6 help to self control and 7 diabetes management. The themes describe the successful adaptation process experienced by the adolescents since they gradually develop positive coping strategies when they first diagnosed by type 1 DM. The most challenging factor is to be consistent to conduct daily blood sugar check. Accordingly, continuous assistance for adolescents is needed in order to optimize their compliance in diabetes management. Keywords Adolescent with type 1 DM, coping strategies, management of DM, the process of adaptation. "
2016
T47099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Rani Nurharianti
"ABSTRAK
Prediabetes merupakan golden period dalam menunda terjadinya diabetes melitus tipe 2
karena pada periode ini perjalanan penyakit masih bisa dihentikan.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dampak stres pada konversi prediabetes menjadi diabetes
melitus tipe 2 pada orang dewasa. Penelitian ini menggunakan desain kohort
retrospektif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Studi Kohort Faktor Risiko
untuk Penyakit Tidak Menular di Bogor, Indonesia. Pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan sejak 2011 hingga 2015 dengan total populasi 5.890. Berdasarkan kriteria
eksklusi dan inklusi, total subjek penelitian adalah 1059. Selama 5 tahun pengamatan, di
antara subjek usia dewasa prediabetik ada 169 subjek yang dikategorikan sebagai
T2DM dan 219 subjek dikategorikan sebagai stres. Analisis bivariat menunjukkan
bahwa stres dan usia pada awal merupakan faktor risiko pada konversi pradiabetes
menjadi T2DM (p <0,05). Model akhir pada analisis multivariat, menunjukkan hazard
rasio stres sebesar 1,815 (95% CI: 1,307 - 2,520) dengan p <0,05. Temuan ini,
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan motivasi dalam upaya melakukan
pencegahan dan pengendalian T2DM. Terutama pada individu dengan prediabetes yang
menderita stres karena memiliki pengaruh terhadap konversi prediabetes menjadi
T2DM.

ABSTRACT
Prediabetes is a golden period in delaying the occurrence of type 2 diabetes mellitus
because in this period the course of the disease can still be stopped. The study aim was
to knowing the impact of stress on the conversion of prediabetes to type 2 diabetes
mellitus in adults. This study used retrospective cohort design. The data used are
secondary data from the Cohort Study of Risk Factors for Non-Communicable Diseases
in Bogor, Indonesia. Data collection in this study was carried out since 2011 until 2015
with a total population of 5890. Based on the exclusion and inclusion criteria, the total
of study participants were 1059. During 5 years of follow-up, among prediabetic adults
there were 169 subjects categorized as T2DM and 219 subjects categorized as stressed.
Bivariate analysis shows that stress and age at baseline is a risk factor on the conversion
of prediabetes to T2DM (p < 0,05). Final model on multivariate analysis, shows the
hazard ratio of stress was 1.815 (95% CI: 1.307 - 2.520) with p < 0.05. This findings,
expected to be used as information and motivation in an effort to make prevention and
control of T2DM. Especially in individuals with prediabetes who suffer from stress
because it has an impact with conversion of prediabetes to T2DM."
2019
T51926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Putranto
"Latar belakang: Prevalensi hipovitaminosis D (hypoD) pada penyandang diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) dengan depresi belum terdokumentasi dan faktor risikonya belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui prevalensi dan faktor risiko hipovitaminosis D pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang juga mengalami depresi.
Metode: 118 pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengunjungi klinik endokrinologi rawat jalan di Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo antara Desember 2019 dan September 2022 memberikan data untuk studi cross-sectional ini. Data klinis pasien, termasuk indeks massa tubuh, tekanan darah, HbA1C, profil lipid, dan terapi, serta data demografis, termasuk jenis kelamin, usia, status perkawinan, dan latar belakang pendidikan, dikumpulkan. Untuk tujuan mengevaluasi depresi, Beck Depression Inventory-II (BDI-II) digunakan. Kit ELISA digunakan untuk menilai serum vitamin D, variabel dependen. Normal (30 ng/mL), tidak mencukupi (20-29 ng/mL), dan kurang (20 ng/mL) adalah tiga rentang yang digunakan untuk mengkarakterisasi kadar vitamin D serum. Kami menggunakan analisis varian untuk memeriksa faktor antropometrik, klinis, dan biokimia antara ketiga kelompok (ANOVA).
Hasil:
118 subyek dengan DM tipe 2. Usia rerata adalah 56 (48, 75-60) tahun, dengan skor BDI II 17 (15-19) dan konsentrasi serum 25 (OH). Tingkat D adalah 18,3 (9,17–29,46) ng/mL. Hanya 21,8% pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dan depresi memiliki kadar vitamin D yang cukup. Analisis multivariabel model varians digunakan untuk menguji hubungan usia, skor BDI II, HbA1c, SBP, dan DBP dengan kadar vitamin D. Usia dan skor BDI II keduanya memiliki pengaruh yang signifikan secara bermakna terhadap kadar vitamin D.
Kesimpulan: Investigasi cross-sectional ini menemukan bahwa pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan depresi memiliki prevalensi hipovitaminosis D yang tinggi (77,7%). Usia dan skor BDI II keduanya secara statistik mempengaruhi perbedaan kadar vitamin D secara bermakna.

Backgrounds: The prevalence of hypovitaminosis D (hypoD) in type 2 diabetes mellitus (type 2 DM) patients with depression has not been documented, and the risk factors are not known.
Objective: To identify the prevalence of and risk factors for hypovitaminosis D in type 2 diabetes mellitus patients who also have depression.
Methods: 118 patients with type 2 diabetes mellitus who visited the outpatient endocrinology clinics at Cipto Mangunkusumo National Hospital between December 2019 and September 2022 provided the data for this cross-sectional study. Patients' clinical data, including body mass index, blood pressure, HbA1C, lipid profiles, and therapy, as well as demographic data, including gender, age, marital status, and educational background, were gathered. For the purpose of evaluating depression, the Beck Depression Inventory-II (BDI-II) was utilized. An ELISA kit was utilized to assess serum vitamin D, the dependent variable. Normal (30 ng/mL), insufficient (20-29 ng/mL), and deficient (20 ng/mL) were the three ranges used to characterize serum vitamin D levels. We used analysis of variance to examine anthropometric, clinical, and biochemical factors between the three groups (ANOVA).
Results:
118 subjects with type 2 DM. Median of age was 56 (48, 75-60) years old, with a BDI II score of 17 (15-19) and a serum concentration of 25 (OH). D level was 18.3 (9.17–29.46) ng/mL. Only 21.8% of patients with type 2 diabetes mellitus and depression had sufficient levels of vitamin D. A multivariable analysis of variance model was used to examine the associations of age, BDI II score, HbA1c, SBP, and DBP with vitamin D level. Age and BDI II score both had a statistically significant effect on vitamin D levels.
Conclusions: This cross-sectional investigation discovered that type 2 diabetes mellitus patients with depression had a high prevalence (77.7%) of hypovitaminosis D. Age and BDI II score both statistically significantly affected differences in vitamin D levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hertuida Clara
"Blood glucose controlling and preventing complications of Diabetes Mellitus can only be achieved through every day implementation of self-management behaviors that include meals (diet) planning, physical exercise, (medication) therapy, blood glucose monitoring, and foot care. In reality, self-management behaviors are ot done routinely every day. One factor that can be a predictor is self-efficacy. The purpose of this research is to identify the relationship between self-efficacy and self-management behaviors of people with type 2 Diabetes Mellitus.
Method: A cross-sectional research design was used in this study, and 112 persons with type 2 Diabetes Mellitus were recruited. The questionaire used in this study is The Diabetes Management Self Efficacy Scale (DMSES), Summary Diabetes Self Care Activity (SDSCA), and Diabetes Knowledge (DKN) Scale.
Result: The results show the significant relationship between self-efficacy and self-management behaviors (p value < 0.001). People with type 2 Diabetes Mellitus with high self-efficacy can increase their self-management behavior.
Conclusion: Therefore, nurses need to improve self-efficacy of people with type 2 Diabetes Mellitus by providing education about the management of Diabetes Mellitus, as well as supporting and motivating them."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Kurniawati
"Kontrol gula darah dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah tingkat stres. Dalam penatalaksanaan diabetes melitus komponen intervensi untuk menurunkan stres terabaikan. Terapi progressive muscle relaxation (PMR) diketahui mampu mengontrol kadar gula darah
yang merupakan salah satu bagian dari intervensi keperawatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh latihan PMR terhadap tingkat stres dan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe 2. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan
desain pre and post test with control group. Masing-masing kelompok terdiri dari 18 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Kelompok intervensi diberikan latihan PMR 2 kali sehari selama 3 hari. Kadar gula darah sewaktu diambil melalui pembuluh darah kapiler. Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner depression anxiety stress scale (DASS) yang telah dimodifikasi menjadi 7 item. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh latihan PMR terhadap tingkat stres pada kelompok intervensi dengan nilai p didapat 0,0001. Pada penelitian ini pula didapatkan
adanya perubahan yang bermakna kadar gula darah sewaktu pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Namun pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna dengan pvalue 0,448 (p>0,05). Kesimpulan dari peneliian ini adalah latihan PMR berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stres pada pasien diabetes melitus tipe 2 pada kelompok intervensi akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar gula darah sewaktu antar kedua kelompok.

Blood glucose control is influenced by many factors, one of which is the level of stress. In the
management of diabetes mellitus component interventions to reduce stress neglected. Treatment of progressive muscle relaxation (PMR) is known to control blood sugar levels which is one part of nursing interventions. The research objective was to determine the effect of PMR on the level of stress and blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus. Methods This study applied a quasi experimental design with a pre and post test control group. Each group consisted of 18 respondents. Purposive sampling technique was used in this study. PMR exercise intervention group was given twice a day for 3 days. Blood sugar levels when taken through the capillaries. Stress levels were measured using a questionnaire depression anxiety stress scales
(DASS) which has been modified to 7 items, to measure stress levels. The results shows that there is a significant effect of PMR exercise on the level of stress in the intervention group with a p value of 0.0001, found also the presence of significant changes in blood glucose levels in the intervention group and the control group. But, the two groups did not differ significantly with p value 0.448 (p> 0.05). This study concludes that PMR exercises significant has a significant effect on stress levels in patients with type 2 diabetes mellitus intervention group and there is no significant difference on blood glucose levels between the two groups.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T47036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sean Alexander Lee Tzien Yi
"

Latar belakang: Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) adalah suatu penyakit metabolik yang terjadi akibat gangguan fungsi insulin. Hiperglikemia dapat memicu produksi reactive oxygen species yang berlebih sehingga terjadi ketidakseimbangan sistem redoks tubuh. Apabila kondisi ini terjadi secara terus menerus, tubuh dapat mengalami stres oksidatif yang ditandai dengan menurunnya kadar antioksidan enzimatik dan meningkatnya peroksidasi lipid. Salah satu organ yang paling rentan terkena dampak dari stres oksidatif adalah ginjal. Metformin adalah obat lini pertama pada DMT2 yang juga memiliki efek renoprotektif, tetapi metformin dapat menyebabkan sejumlah efek samping yang kurang nyaman bagi pasien. Î±-mangostin merupakan senyawa yang dipercaya memiliki efek antioksidan sehingga diharapkan dapat menjadi kandidat potensial dalam memperbaiki stres oksidatif pada kondisi tersebut.

Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek antioksidan Î±-mangostin pada biomarker stres oksidatif pada DMT2, terutama pada kadar MDA dan SOD ginjal.
Metode: Penelitian berlangsung selama sebelas minggu menggunakan tikus Wistar berusia 10-12 minggu yang terbagi ke dalam enam kelompok: kontrol, kontrol+AM 200 mg/kg, DMT2, DMT2+metformin 200 mg/kg, DMT2+AM 100 mg/kg, DMT2+AM 200 mg/kg. Induksi DMT2 dilakukan dengan diet tinggi lemak-karbohidrat dan injeksi streptozotocin (STZ). Kadar MDA dan SOD diperoleh dengan menggunakan assay kit pada organ ginjal tersimpan.
Hasil: Studi ini menunjukan adanya penurunan kadar MDA yang signifikan pada tiga kelompok perlakuan: DMT2+metformin 200 mg/kg (p=0,001), DMT2+AM 100 mg/kg (p=0,001), dan DMT2+AM 200 mg/kg (p=0,001) dibandingkan dengan kelompok DMT2 tanpa suplementasi. Selain itu, peningkatan kadar SOD yang signifikan secara statistik hanya ditemukan pada kelompok tikus DMT2+AM 200 mg/kg (p=0,030) dibandingkan dengan kelompok DMT2 tanpa suplementasi.
Simpulan: Hasil ini menyimpulkan bahwa Î±-mangostin dapat memberikan efek antioksidatif pada ginjal tikus dengan DMT2, ditandai dengan penurunan kadar MDA dan peningkatan kadar SOD. Maka dari itu, dibutuhkan penelitian lanjutan agar didapatkan hasil yang lebih optimal serta dapat diaplikasikan pada manusia.

 


Background: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disorder caused by impaired insulin function. Hyperglycemia would induce an excessive production of reactive oxygen species which causes imbalance to the body’s redox system. This condition will eventually lead to oxidative stress, showed by decreasing enzymatic antioxidant levels and increasing lipid peroxidation. Kidneys are one of the susceptible organs to be the target of oxidative stress. Metformin has been the first-line therapy for type 2 diabetes mellitus. While it also has a renoprotective effect, there are some reports about its serious adverse effects on the patients. Î±-mangostin, a substance that is believed to have an antioxidant effect, is expected to be a potential candidate on ameliorating oxidative stress in such condition

Objective: This study aims to investigate the antioxidant effect of Î±-mangostin on oxidative stress biomarkers on T2DM, specifically on the kidney’s MDA and SOD levels.
Methods: This study was conducted for eleven weeks using 10-12 weeks old Wistar rats, which were divided into six groups: control, control+AM 200 mg/kg, T2DM, T2DM+metformin 200 mg/kg, T2DM+AM 100 mg/kg, T2DM+AM 200 mg/kg. T2DM groups were induced using a high-fat/high-glucose diet followed by streptozotocin (STZ) injection. MDA and SOD levels were measured by assay kit on refrigerated kidney samples.
Results: This study showed a significant decrease in MDA levels on three groups: DMT2+metformin (p=0,001 vs. DMT2), DMT2+AM 100 mg/kg (p=0,001 vs. DMT2), and DMT2+AM 200 mg/kg (p=0,001 vs. DMT2). On the other hand, a significant increase in SOD levels is found only within the DMT2+AM 200 mg/kg group (p=0,030 vs. DMT2).
Conclusion: These findings demonstrated that Î±-mangostin did establish antioxidative effects on T2DM-induced rat’s kidney, showed by a decrease in the MDA level and an increase in the SOD level. Therefore, further studies are essential to obtain better results.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Fitriana Semudi
"Kasus DMT2 pada anak di dunia meningkat 132,6 ribu anak. Ada 1213 kasus DMT2 pada anak di Indonesia. Manajemen perawatan harian yang dilakukan oleh anak-anak dengan DMT2 membuat stres. Stres yang dialami dapat mengganggu pengendalian penyakit dan tingkat kualitas hidup anak dengan DMT2. Salah satu aspek yang dapat meningkatkan manajemen pengasuhan dan kualitas hidup anak dengan DMT2 adalah ketahanan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat stres, dukungan keluarga dan koping dengan resiliensi pada anak DMT1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 36 balita di Jawa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah Area Masalah dalam Diabetes (DIBAYAR), Skala Dukungan Keluarga Diabetes Hensarling (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) dan Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) untuk mengukur ketahanan. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan resiliensi pada anak DMT1 dengan p-value 0,021, OR 5,360 dan α 0,05. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan psikologis pada anak DMT1.
T2DM cases in children in the world increased by 132.6 thousand children. There are 1213 cases of T2DM in children in Indonesia. The daily care management performed by children with T2DM is stressful. The stress experienced can interfere with disease control and the level of quality of life for children with T2DM. One aspect that can improve parenting management and quality of life for children with T2DM is psychological resilience. This study aims to see the relationship between stress levels, family support and coping with resilience in children with T2DM. This study used a cross sectional design with a sample of 36 toddlers in Java. The instruments used to measure stress levels are the Problem Area in Diabetes (PAID), the Diabetes Hensarling Family Support Scale (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) and the Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) to measure endurance. The results of the chi-square test showed that there was a relationship between stress levels and resilience in DMT1 children with p-value 0.021, OR 5.360 and α 0.05. Researchers hope that this research can be developed to improve knowledge and psychological nursing services in children with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>