Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82413 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damanik, Gerson
"Frekuensi Radio merupakan salah satu media transmisi yang penggunaannya sangat meningkat belakangan ini. Layanan-layanan yang dapat disajikan oleh Penyelenggara Telekomunikasi yang menggunakan Frekuensi Radio juga semakin beragam dari Narrow Band sampai Broad Band. Disisi lain spektrum frekuensi merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga harus dikelola secara efisien dan efektif. International Telecommunication Union telah menetapkan Peraturan Radio sebagai dasar kebijakan setiap Regulator dalam pengaturan frekuensi radio. Dalam Radio Regulation penggunaan frekuensi radio telah dibagi menjadi alokasi frekuensi-alokasi frekuensi tertentu seperti untuk layanan-layanan: FIX, MOBILE, AMATIR, SATELITE, dan sebagainya. Dengan layanan-layanan yang berbeda tersebut ITU juga menetapkan melalui Rekomendasi ITU khususnya untuk sejumlah layanan yang dapat menggunakan pita frekeunsi radio secara bersama (sharing). Dalam hal ini pembagian penggunaan bersama ini dapat melalui pola: lokasi yang sama, pita frekuensi yang sama dan pola pembagian waktu operasi.
Pada penelitian ini akan dibahas tentang evaluasi penataan spektrum frekuensi radio pada pita 3.5 GHz sehingga pola-pola penggunaan bersama spektrum frekuensi dapat diterapkan dan tidak saling mengganggu antar pengguna. Evaluasi ini difokuskan terhadap optimalisasi penggunaan transponder satelit Extended C band dan optimalisasi penggunaan pita frekuensi pengguna BWA dikaitkan dengan kontribusi PNBP BHP frekuensi. Dari hasil evaluasi kontribusi PNBP frekuensi ini akan didapatkan gambaran yang jelas arah kebijakan sharing penggunaan pita frekuensi. Hasil evaluasi penggunaan transponder yang tidak optimal akan dapat dijadikan salah satu alternatif pemanfaatan spektrum frekuensi untuk layanan BWA/WiMAX pada frekuensi 3.5 GHz. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan evaluasi data-data pengguna BWA eksisting, ternyata ada sejumlah kanal yang digunakan diluar 5 kanal sharing. Dengan demikian kanal-kanal frekuensi tersebut dapat direncanakan sebagai kanal peruntukan BWA berbasis WiMAX 3.5 GHz. Akhirnya dengan didapatkan pola penggunaan bersama pita frekuensi 3.5 GHz, kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan tetapi tidak mematikan bisnis penyelenggara telekomunikasi yang lain.

Radio frequency is a telecommunications transmission media is increasingly in using recently. The operator could deliver varieties of telecommunications services. One of the services is Broadband Wireless Access (BWA). International Telecommunications Union (ITU) has been established Radio Regulation as a basic law in telecommunications for each ITU state member. ITU has also recommendations. One of the recommendations is frequency sharing between one service with other service, such as Fixed Satellite Service (FSS) sharing with Fixed Service (FS). Frequency sharing method could be as location sharing, band sharing, and time-sharing. Directorate General of Posts and Telecommunications had published The Directorate decree number 199 year 2000 regarding Frequency sharing on 3.4 - 3.7 GHz band used by FSS and FS. Factual condition, frequency sharing was difficult be implemented as a step-by-step procedural as mentioned in the decree. Some harmful (interference from FS to the FSS user also reported by satellite operator.
This thesis would be studied about radio frequency evaluation used 3.5 GHz band, and also studied another frequency sharing method that could be applicable, and the important think is harm full interference between different services could be minimized. This evaluation also concern about frequency utilize and revenue non-tax contribution. By this evaluation, an alternative policy regarding frequency sharing on 3.5 GHz band would be get, and new technology such as WiMAX could be implemented as co-existence with other services. According to the result of the research had be done base on the existing user data of BWA 3.5 GHz, there are some channeling frequency could be planned for WiMAX system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Gerson
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
TA3413
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusak Krisnanda S.
"Cognitive radio merupakan teknologi telekomunikasi yang sedang dikembangkan dalam rangka mengatasi terbatasnya sumber daya spektrum frekuensi dan rendahnya efisiensi penggunaan spektrum yang ada. Skripsi ini membahas rancang bangun antena yang sesuai untuk aplikasi cognitive radio yang dapat bekerja pada frekuensi CDMA 1,9 GHz , WCDMA 2,1 GHz dan WiMAX 2,3 GHz untuk divais elektronik.
Rancang bangun antena terdiri dari dua antena yaitu printed monopole antenna untuk pemindai dan Z-shape slot microstrip antenna untuk reconfigurable antenna. Dua antena tersebut di fabrikasi pada substrat FR4 dengan ground yang umum pada lapisan atasnya.
Antena pemindai bertujuan sebagai pemindai spektrum dengan karakteristik pita lebar (1,0 GHz sampai 2,4 GHz). Reconfigurable antenna bertujuan untuk menghasilkan frekuensi resonansi dengan mengatur switch pada antenna yang memungkinkan antena memiliki tiga frekuensi resonansi yang berbeda.
Hasil pengukuran menunjukkan sensing antenna memiliki impedance bandwidth 1,4 GHz (VSWR ≤ 2) dengan pola radiasi yang baik jika dibandingkan dengan hasil simulasi. Sedangkan reconfigurable antenna dapat bekerja dengan baik CDMA 1,9 GHz , WCDMA 2,1 GHz dan WiMAX 2,3 GHz sebagai prediksi pada hasil simulasi.

Cognitive radio is technology that is developed as a solution for limited frequency spectrum resources and inefficiency spectrum utilization issues. This thesis discusses the design of antenna for cognitive radio applications applied into electronic device which can perform at CDMA, WCDMA and WiMAX frequency.
The design consists of two antennas, namely a printed monopole antenna for sensing and Z-shape slot microstrip antenna for reconfigurable antenna. Two antennas are fabricated on FR4 substrate with common ground on the top layer.
The sensing antenna is aimed at spectrum sensing, which has wideband characteristics (1.0 GHz to 2.4 GHz) and omnidirectional radiation pattern. The reconfigurable antenna is designed for generating the desired resonant frequency by adjusting the switch position on the antenna structure allowing for the antenna to have three different resonant frequencies.
The measurement results show that the sensing antenna has 1.4 GHz impedance bandwidth (VSWR ≤ 2) with good agreement of the radiation pattern compared to the simulation results. Moreover, reconfigurable antenna can work well at CDMA 1.9 GHz, WCDMA 2.1 GHz dan WiMAX 2.3 GHz as predicted in the simulation results.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangsawan
"Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia, pada pita frekuensi radio 5 GHz digunakan oleh beberapa jenis service, diantaranya adalah Dinas Tetap dan Dinas Radiolokasi. Untuk pita 5600 - 5650 MHz diperuntukkan bagi Dinas Radionavigasi Maritim, Dinas Bergerak dan Dinas Radiolokasi. Sedangkan untuk Dinas Radiolokasi yang sharing dengan Dinas Tetap di pita 5 GHz dialokasikan di pita 5250 - 5255 MHz, 5255 - 5350 MHz, 5650 - 5725 MHz dan 5830 ? 5850 MHz. Dikarenakan prinsipnya adalah sharing, maka potensi interferensi antara kedua service tersebut sangat mungkin terjadi.
Penggunaan frekuensi radio di pita 5 GHz untuk kepentingan Dinas Radiolokasi adalah sangat vital yaitu penggunaan radar cuaca untuk kepentingan penerbangan dan pemantauan cuaca sehingga potensi interferensi tersebut harus diantisipasi dengan membuat strategi mitigasi, diharapkan dengan adanya solusi strategi mitigasi ini potensi interferensi dapat diminimalkan atau dikurangi. Metode pembuatan strategi mitigasi antara Dinas Tetap (RLAN-Radio Local Area Network)) dan Dinas Radiolokasi (Radar) di pita frekuensi radio 5 GHz dilakukan dengan menggunakan framework untuk problem solving.

Based on the Regulation of the Minister of Communications and Information No. 29 of 2009 on Radio Frequency Allocation Table Indonesia, the 5 GHz radio frequency band used by some types of service, including Fixed Service and Radiolocation Service. For band 5600 - 5650 MHz is for Maritime Radionavigasi Service, Mobile Service and Radiolocation Service. As for the sharing with Fixed Service and Radiolocation Service at 5 GHz band allocated in the band 5250-5255 MHz, 5255-5350 MHz, 5650-5725 MHz and 5830-5850 MHz. Because of the principle is sharing, then the potential for interference between the two services is very likely to occur.
The use of radio frequencies in the 5 GHz band for Radiolocation Service is very vital that the use of weather radar in the interests of flight and weather monitoring, so that the interference potential to be anticipated to create mitigation strategies, is expected with this mitigation strategies potential interference can be minimized or reduced . Mitigation strategies method between Fixed Service (RLAN - Radio Local Area Network) and Radiolocation Service (Radar) in the 5 GHz radio frequency band is done by using a framework for problem solving.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T45273
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam terbatas dan strategis serta mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga harus dikelola secara efektif dan efisien guna memperoleh manfaat yang optimal dengan memperhatikan kaidah hukum nasional maupun internasional. Radio komunitas yang dalam penyiarannya menggunakan alokasi frekuensi pada tiga kanal yaitu 107.7 MHz, 107.8 MHz, dan 107.9 MHz disadari adanya keterbatasan alokasi frekuensi ini perlu didukung kebijakan yang dapat mengembangkan dan mensukseskan penyiaran radio komunitas dalam menjangkau anggota komunitasnya. Kebijakan yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan perkembangan dan kelangsungan penyiaran radio komunitas seiring dengan perkembangan perkembangan teknologi informasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan induktif dalam mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat penelitian. Seiring dengan kemanjuan konvergensi (penyatuan) pada ranah penyiaran, telekomunikasi dan informatika, maka kebijakan dalam radio komunitas dalam pemilihan yang digunakan untuk operasional penyiaran dapat melalui alternatif konvensional, siaran dengan menmanfaatkan streaming radio atau hanya streaming radio saja. Melalui studi ini diharapkan kebijakan yang ada dapat mendukung berkembangnya radio komunitas seiring perkembangan teknologi informasi sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat. "
BPT 12:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Cahya Mustafa
"Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang jumlahnya terbatas. Diperlukan penataan alokasi spektrum secara baik dalam mengoptimalkan penggunaannya, salah satunya adalah frekuensi sharing. Kepdirjen no.119/DIRJEN/2000 Indonesia mengijinkan adanya penggunaan bersama frekuensi 3.5 GHz antara dinas tetap satelit (Fixed Satellite Service) dan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (Broadband Wireless Access).
Kurangnya pertimbangan teknis dan ketidaksiapan badan regulasi menyebabkan timbulnya permasalahan interferensi sehingga terjadi kerusakan data dan putusnya layanan FSS. Oleh karena itu, dilakukan revisi terhadap kepdirjen sebelumnya dengan Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor: /PER/M.KOMINFO/.../2007 yang isi diantaranya, pada pasal 16 ayat 3 menyebutkan bahwa penyelenggara BWA eksisting pada pita frekuensi radio 3.5 GHz wajib migrasi ke pita frekuensi radio 3.3 GHz selambat-lambatnya 2 tahun sejak ditetapkan.
Disimulasikan frekuensi sharing 3.5 GHz antara FSS dan BWA dengan software SPECTRAemc untuk daerah Jakarta. Selanjutnya diusulkan teknik mitigasi interferensi yang dapat digunakan agar kedua layanan tersebut tetap beroperasi dengan baik hingga batas dilakukannya migrasi yaitu 2 tahun mendatang.

Radio frequency spectrum is a limited natural resources which needed good management to optimalize its use, one of the way is sharing frequency. No.119/Dirjen/2000 Indonesian kepdirjen permit the co-existence of frequency usage in 3.5 GHz between Fixed Satellite Service and Broadband Wireless Access.
Lack of technical consideration and awareness of national regulator causes interference problems that disrupt FSS services. Therefore, revision has been done to the previous kepdirjen with Number: /PER/M.KOMINFO/.../2007 which one of the content is, section 16 article 3, mention that eksisting BWA organizer at frequency band 3.5 GHz must be migrated to the frequency band 3.3 GHz at the latest 2 year since specified.
Simulated sharing frequency at 3.5 GHz between BWA and FSS with SPECTRAemc software for Jakarta area. Hereinafter proposed the interference mitigation technique that able to be used to ensure both of the services remain to operate well until the next 2 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40455
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adis Alifiawan
"Tesis ini menganalisis kasus interferensi pada pita frekuensi radio 2,1 GHz untuk layanan seluler 3G berbasis sistem UMTS akibat pemancaran gelombang radio pada pita frekuensi 1983,125 - 1990 MHz oleh PT. ST yang menggunakan sistem PCS-1900. Hasil penelitian ini mengusulkan konsep penyelesaian terhadap kasus interferensi dimaksud dengan cara mencabut penetapan pita frekuensi radio 1900 MHz dari PT. ST serta menetapkan pita frekuensi radio 2360 - 2375 MHz atau 2375 - 2390 MHz kepada PT. SFT pada 7 Zona Layanan yang ditinggalkan operator BWA 2,3 GHz dan mengarahkan untuk terciptanya konsolidasi pada 8 Zona Layanan lainnya antara PT. SFT dengan operator BWA 2,3 GHz.

This thesis analyzes the case of interference on 2.1 GHz band for UMTS-based 3G cellular services due to radio waves emission on 1983.125 - 1990 MHz band by PT. ST which is using PCS-1900 cellular system. Results of this study proposed a solution by revoking the 1900 MHz license from PT. ST and made new assignment on 2360 - 2375 MHz band or 2375 - 2390 MHz band to PT. SFT at 7 Service Zones which left by 2.3 GHz BWA operators and promote the consolidation at the remaining 8 Service Zones between PT. SFT with 2.3 GHz BWA operators."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T38697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anne Widiastri
"Cognitive radio merupakan teknologi telekomunikasi yang memberikan solusi untuk masalah keterbatasan ketersediaan sumber daya spektrum frekuensi dan rendahnya efisiensi penggunaan spektrum yang ada. Skripsi ini membahas rancang bangun antena yang sesuai untuk aplikasi cognitive radio yang dapat digunakan pada alokasi frekuensi 1,8 GHz dan 2,35 GHz. Rancang bangun antena terdiri dari dua antena printed monopole di atas substrat FR4 dengan menggunakan ground sebagian. Antena pertama berfungsi sebagai sensing antenna dengan karakteristik wideband dan memiliki pola radiasi omnidirectional. Antena kedua merupakan communicating antenna dimana pada struktur antena diberi switch sehingga antena ini dapat merekonfigurasi frekuensi kerja. Hasil pengukuran menunjukkan sensing antenna memiliki impedance bandwidth 5,197 GHz pada kondisi switch OFF dan impedance bandwidth 10,328 GHz pada kondisi switch ON yang diukur pada batas RL ≤ -10 dB. Sedangkan reconfigurable communicating antenna memiliki frekuensi kerja 2,35 GHz pada kondisi switch OFF dan frekuensi kerja 1,8 GHz pada kondisi switch ON.

Cognitive radio is technology developed nowadays to be the solution for limited frequency spectrum resource and inefficiency spectrum utilization issues. Design of antenna for cognitive radio application is proposed in this final project. The antenna is designed to work at 1.8 GHz and 2.35 GHz frequency allocation. The design consists of two printed monopole antenna printed over FR4 substrate sharing a common partial ground. The first antenna is the sensing antenna for spectrum sensing, having wideband characteristic and omnidirectional radiation pattern. The second one is the communicating antenna which is a frequency reconfigurable antenna with the existing switch on the antenna's structure so that the antenna will have two different working frequencies. The measurement shows that the sensing antenna has 5.197 GHz impedance bandwidth when the switch is OFF and 10.328 GHz impedance bandwidth when the switch is ON which is measured at return loss below -10 dB. While, the reconfigurable communicating antenna is working at 2.35 GHz when the switch is OFF and it is working at 1.8 GHz when the switch is ON."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1036
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Naufan Raharya
"WAIC adalah sistem komunikasi nirkabel antar perangkat elektronika dalam pesawat. Sistem ini tengah dikaji oleh AVSI, ICAO, dan ITU untuk diaplikasikan dalam penggantian sistem kabel yang redundan. Tahap terakhir yang dikerjakan organisasi terkait dalam pengkajian sistem WAIC ini adalah penentuan frekuensi kerja. Frekuensi 4200- 4400 MHz adalah kandidat terkuat spektrum frekuensi dari sistem WAIC. Frekuensi tersebut digunakan oleh radio altimeter yang fungsinya mendeteksi ketinggian. Skripsi ini menganalisis kompatibilitas sistem WAIC terhadap radio altimeter di frekuensi 4200- 4400 MHz yang dimodelkan dalam interferensi di radio penerima. Empat parameter radio penerima yang dibuat pengujian dalam simulasi adalah frontend overload, receiver desensitization, false altitude report, dan power spectral density. Empat parameter tersebut dimodelkan dalam empat modulasi (QPSK, 16- PSK, GMSK, dan 8- FSK). Pemodelan simulasi ini dibagi menjadi sistem LI (Low Inside) menuju pendaratan dan saat telah mendarat dan sistem HI (High Inside) menuju pendaratan dan saat telah mendarat. Hasil dari simulasi ini menyimpulkan bahwa sistem modulasi QPSK adalah sistem modulasi paling optimal. Hasil simulasi juga menunjukkan interferensi sistem WAIC terhadap sistem radio altimeter di frekuensi 4200- 4400 MHz tidak menimbulkan masalah. Sehingga, frekuensi 4200- 4400 MHz dapat digunakan sebagai spektrum sistem WAIC di masa depan.

WAIC is wireless communication system connecting avionics at the airplane. This system is currently assessed by AVSI (Aerospace Vehicle Systems Institute), ICAO (International Civil Aviation Organization), and ITU (International Telecommunication Union) to subsitute cable redundancy in the avionics system. Current stage of the technological development is to determine the bandwidth for WAIC. Frequency 4200- 4400 MHz is mostly recommended for the system. This thesis analyzes the compatiblity of WAIC system to radio altimeter at 4200- 4400 MHz. The compatibility is modelled by the interference of WAIC to radio altimeter receiver. The four parameters of radio receiver are used in the simulation i.e. frontend overload, receiver desensitization, false altitude report, and power spectral density. The four parameters are modelled into four modulations which are QPSK, 16- PSK, GMSK, and 8- FSK. The simulation consists of two conditions which are LI (Low Inside) and HI (High Inside) while each of these condition is also divided into two conditions which are going into landing and after landing. It is found that QPSK is the most optimum modulation system. The results of this simulation show that the interference of WAIC system is not harmful to the radio altimeter. Hence, the frequency 4200- 4400 MHz is suitable for WAIC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>