Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2760 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damanik, Jayadi
Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2005
347.09 DAM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Brimob Polri, 2006
323 MOD
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Kesehatan , 2007
362.11 MOD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Suleeman
"Berbagai hal telah dilakukan pemerintah untuk menyiapkan negara Republik Indonesia memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, setelah Penbangunan Jangka Panjang Tahap I dinilai cukup berhasil. Salah satu hal yang dianggap menjadi kunci keberhasilan pembangunan ialah sumber daya manusia yang harus berkualitas tinggi. Untuk itu telah disiapkan pula anggaran yang dipakai untuk pendidikan dan peningkatan ketrampilan manusia Indonesia pada umumnya. Khusus dari kalangan intelektual diharapkan sumbangan dan masukan yang bermanfaat untuk mengisi pembangunan tersebut.Ini dapat dimaklumi karena kaum intelektual walaupun mencakup sebagain kecil dari kaseluruhan rakyat Indonesia, namun secara potensil justru memiliki peran strategis yang besar. Namun sayangnya, pada saat ini juga muncul berbagai keluhan yang ditujukan terhadap calon intelektual, yaitu mahasiswa. Cukup banyak keluhan yang dilontarkan terhadap kualitas mahasiswa saat ini, tidak hanya pada mereka yang kuliah di perguruan tinggi swasta, tapi juga negeri, bahwa sikap mereka pada umumnya tidak kritis, bahkan cenderung apatis dan masa bodoh terhadap apa yang terjadi di dalam masyarakat. Beberapa penelitian di lingkungan Universjtas Indonesia menunjukkan dukungan terhadap gejala tersebut. Chandra (1991) dan Napitupulu (1992) misalnya mendapatkan bukti bahwa sebagian mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tidak pernah mengajukan satupun pertanyaan ke pada para pengajar, padahal bertanya adalah salah satu indikasi dari adanya sikap kritis. Ketika ditanyakan alasannya, subyek menjawab bahwa mereka tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Kalaupun ada hal yang tidak dimengerti, lebih baik mereka mendiamkan hal tersebut, dan berharap tidak akan muncul pada ujian, daripada bertanya pada pengajar dan menemukan jalan keluar seperti yang seharusnya. Beberapa mahasiswa lainnya cukup berani untuk membahas tersebut dengan rekan kuliah walaupun belum pasti mendapatkan jawaban yang diinginkan. Walaupun berbagai analisa bisa diberikan untuk meneliti akar dari masalah ini (misalnya penenuan SCU Mundandar, 1977, yang menemukan bahwa sistem pendidikan di Indonesia memang tidak melatih siswa untuk menjadi kreatif, hanya sekedar pasif mengikuti apa yang diperintahkan guru saja) tapi penulis mendekati masalah ini dari sudut yang berbeda.
Penelitian di bidang psikologi kognitif naupun psikolinguistik nembuktikan bahwa berpikir kritis bisa dilatih, pada orang yang sudah dewasa sekalipun (lihat misalnya penelitian Lehman & Nisbett, 1990). Bahkan Silalahi (1992) dan Djiwatampu (1993) berhasil membuktikan bahwa pelatihan proses kognitif berupa pengaktifan skemia bisa ditransfer dalam bidang bahasa, sehingga mampu meningkatkan pemahaman bacaan para subyek.
Pada kesempatan ini penulis mencoba menyusun modul pelatihan "Berpikir Kritis" dan sekaligus mencobakannya pada peserta kuliah Bimbingan Menulis tahun 1993 (sebanyak 72 orang) yang juga diasuh oleh penulis. Porsi berpikir kritis yang berkaitan dengan bahan kuliah Bimbingan Menulis adalah saat peserta diminta membuat tulisan yang bersifat argumentatif. Biasanya waktu yang tersedia untuk menyiapkan tulisan argumentatif adalah 3 pertemuan, tapi melalui modul ini disiapkan 12 pertemuan untuk membahas elemenelemen berpikir kritis sebelum akhirnya peserta diminta membuat tulisan argumentatif. Elemen-elemen berpikir kritis yang dijadikan topik bahasan adalah memahami pengertian klaim/pernyataan, memahami klaim, menilai kebenaran suatu klaim, jenis-jenis kesalahan berpikir, dan jenis argumen.
Dari hasil analisa kualitatif maupun kuantitatif terhadap prestasi peserta (yang diberikan sebagai pre-test dan post-test) ternyata bahwa pada akhir pelatihan (saat evaluasi), ditemukan peningkatan daya analisa peserta terhadap suatu tulisan argumentatif berbentuk paragraf. Selain itu, dibandingkan dengan peserta kuliah Bimbingan Menulis pada tahun-tahun sebelumnya, peserta pada tahun 1993 yang mendapatkan pelatihan ini berhasil membuat tulisan argumentatif yang lebih baik. Ini semua menunjukkan bahwa pelatihan "Berpikir Kritis" mampu meningkatkan kualitas ketrampilan kritis yang terutama diukur melalui kemampuan menganalisa tulisan dan kemampuan membuat tulisan argumentatif. Cara lain yang dapat dipakai untuk meningkatkan hasil yang telah ditemukan adalah memperluas topik bahasan tentang jenis argumen, agar peserta betul-betul mahir menggunakan ketrampilan kritis yang dilatihkan, selain juga meneliti seberapa jauh ketrampilan yang telah diajarkan bisa ditransfer ke kegiatan lainnya di luar kuliah Bimbingan Menulis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1988
352.474 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1988
352.474 IND m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: CSRC UIN, 2009
323 MOD
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Esther Widhi Andangsari
"ABSTRAK
Kelompok Kecil dalam ke^tan kerohanian Kristen memiliki kegunaan
sebagai sarana pembinaan rohani, pembentukan karakter dan pemecahan
masalah kehidupan yang dihadapi oleh orang-orang yang teriibat di
dalamnya. Namun dalam penerapannya temyata Pemimpin Kelompok
Kecil mengalami kesulitan dalam mengelola Kelompok Kecil yang
dinamis sehin^a tak jarang tujuan utama KK imtuk pemuridan tidak
tercapai.
Dengan mempelajaii teori Dinamika Kelompok, maka penulis membuat
suatu pelatihan dengan menyusun modul mengenai penanganan Kelompok
Kecil dan modul ini diuji cobakan meialui penelitian ini. Penelitian ini
menekankan pada penyusunan modul dan uji cobanya sehmgga tidak
berusaha untuk membuktikan apa pun. Evaluasi pelatihan yang dilakukan
meliputi 3 hal, yaitu evaluasi pengetahuan peserta, evaluasi sikap pcserta
selama pelatihan dan evaluasi perubahan sikap peserta. Hasil pelatihan
yang dilakukan kemudian dianalisa secara kualitatif guna mendapatkan
masukan-masukan yang berarti dari para subyek untuk perbaikan modul
dimasa mendatang. Setelah melalni proses analisa didapatkan hasU bahwa pelatihan ini
berhasii memberikan perubahan pada peserta dari segi pengetahuan,
perilaku dan peserta berespon secara positif teriiadap pelatihan."
2001
S2835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1991
352.474 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Indirawati
"Penyusunan modul pelatihan pembentukan identitas diri remaja ini dilakukan berawal dari Igeprihatinan penulis dengan keadaan remaja kita yang banyak melakukan perilaku yang kurang baik. Padahal jika disadari, berbagai perilaku negatif tersebut dilakukan rernaja karena mereka masih bingung dengan siapa dirinya dan bagaimana peran yang harus dilakukannya dalam masyarakat. Jadi pemtasalahan seputar pembentukan identitas diri adalah sejauhmana remaja bisa menentukan peranan sosial yang akan dipilihnya dalam kehidupan selanjutnya (Atkinson, Atkinson, dan Hilgrad, 1996). Oleh karena ilu, penulis melihat diperlukannya sebuah pelatihan unttlk rnembekali remaja dalam membentuk identitas dirinya melalui berbagai materi yang berkait erat dengan identitas diri. Pelatihan yang diranoang untuk dilakukan selama 2 hari ini akan diawali dengan pretest Q-sort yang mengukur sejauhmana konsep diri pada remaja telah terbentuk. Keniudian materi -materi yang akan disampaikan IVsecara berturutan adalah remaja seputar karalcteristik dan permasalahannya, teori psikososial Eriksonb yang akan membahas krisis identitas pada remaja, kecenderungan konformitas pada remaja yang berada dalam krisis identitas, kaimu amara idenmas diri dengan konseg din dan bagaimana membenwk konsep diri menjadi ideal. Setelah itu, sebulan kemudian para peserta diminta berkumpul kembali untuk mengikuti postes Q sort, untuk dilihat sejauhmana perkembangan konsep dirinya. Sebelumnya, penyusunan modul ini telah diujikan pada 3 orang sampel siswa yang berasal dari 3 sekolah yang berbeda, seorang siswa putri berasal dari SMU Labschool, seorang siswa putri lain bersekolah di SMU Diponegoro, Rawamangun serta seorang siswa putra berasal dari SMUN 12 Utan Kayu. Dua orang peserta telah duduk dibangku kelas 3 SMU sedangkan seorang lagi duduk di kelas 2 SMU. Uji coba dilakukan selama 2 hari, disesuaikan dengan jadwal yang ada pada rancangan modul pelatihan, meskipun walctunya lebih dipersingkat karena pesertanya yang hanya 3 orang. Hasilnya secara umum para peserta memiliki sikap positif dan rnerasa perlu diadakannya pelatihan ini bagi remaja seusia mereka, karena dapat rnenambah wawasan berpikir mereka dan pengenalan mereka terhadap diri sendiri. Selanjutnya saran untuk perbaikan program pelatihan ini dimasa mendatang adalah mencari metode permainan yang lebih bervariasi, memasukkan juga teori rogers sebagai landasan teori Q sort yang digunakan pada pretest dan postst, mengenalkan adanya heterogenitas dalam kehidupan nyata pada remaja, menyusun lémbar evaluasi yang dapat mengevaluasi isi materi yang disampaikan dengan lebih mendalam, menyajikan satu atau dua materi saja agar dapat efektif. Selain ilu, peran observer dan instruktur juga diperlukan dalam pelaksanaan pelatihan Akhimya penyusunan modul ini dihafapkan dapat bermanfaat bagi para remaja dalam membentuk identitas diri yang efektif demi memperbaiki kualitas perilaku dan kehidupan mereka di masa depan. Karena ditangan pemudalah, kepemimpinanan masayarakat bangsa ini akan diletakkan. Semoga hasil penelitian ini dapat mendorong munculnya berbagai gagasan lain yang lebih baik dalam membantu remaja menjalani kehidupannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>