Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91909 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Noor
Jakarta: Kompas, 2006
808.83 AGU p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aoki Sumio
Jakarta: Bina Komunika Asiatama, 2017
959.8 AOK i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Kalih Prasaty
"ASBTRAK
Artikel ini akan membahas tentang berbagai penggambaran pekerja di Jawa pada masa
kolonial. Analisis dilakukan terhadap kumpulan kartu pos koleksi Olivier Johannes Raap di
dalam bukunya Pekerdja Di Djawa Tempoe Doeloe. Kartu pos yang diteliti merupakan
terbitan perusahaan Kolff & Co yang berkisar antara tahun 1910-1920. Analisis dilakukan
terhadap jenis pekerjaan, latar kartu pos, serta pakaian yang dikenakan oleh subjek di dalam
kartu pos. Hasil analisis memperlihatkan bahwa jenis pekerjaan orang pribumi pada masa itu
sangat variatif mulai dari Penjual Kopi, Mbok Pasar, Penjual Mainan, Penjual Air, Penenun,
Perajin Topi, Kusir Sado, Tukang Potong Rambut, Algojo, dan Petani. Terdapat dua jenis
latar yang digunakan dalam kartu pos yaitu latar asli dan latar buatan atau di dalam studio.
Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa pakaian pekerja pribumi berbahan dasar
kain dan tidak mengenakan alas kaki.

ABSTRACT
This article will discuss various potrayals of workers in Java during colonial period. This
analysis was carried out on Olivier Johannes Raaps postcard collection listed in his book
titled Pekerdja Di Djawa Tempoe Doeloe. The postcards examined were published by a
company called Kolff & Co that ranged between 1810-1820. The analysis is focused on the
type of work, postcard background, and clothing worn by the subjects on the postcard. The
analysis result shows that indigenous professions are variative such as Coffee Seller,
Traditional Market Woman, Toy Seller, Water Seller, Weaver, Hat Maker, Sados
Coachman, Barberman, Executioner, and Farmer. There are two kinds of backgrounds used
on the postcards real background and artificial background or inside a studio. Aside from
that, the results of this analysis also appears that the clothing worn by the indigenous workers
is made of fabric and did not use any footwear as well."
Depok: Fakultas ilmu Pengetahuan Budaya, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ramadan
"Penelitian dengan metode netnografi ini memahami eksistensi dan penggunaan media analog di era digital yang tak lepas dari konstruksi sosial terhadapnya. Begitu juga yang terjadi pada kartu pos. Fleksibilitas interpretasi kelompok sosial relevan, dalam penelitian ini adalah komunitas Card to Post, membawa penggunaan kartu pos dengan cara yang baru. Fleksibilitas interpretasi tersebut terlihat pada gambar dan ornament estetikanya; pesan tertulis; penempatan prangko; dan penyimpanannya. Lalu, penggunaan teknologi analog ini menimbulkan makna khusus pada kartu pos sebagai media komunikasi interpersonal, yaitu personalitas, sensasi fisik, kreatifitas, dan komunikasi pelan.

With netnography as a method, this research analize and understand the existence and the usage of postcard as analog media in digital era which happended because of social construction. This research find that the interpretative flexibility of the social relevant group bring new way to use and design postcard. The interpretative flexibility shown from postcard picture and aesthetic ornament; written message; stamp placement and how it stored. The usage of postcard in digital era is also emerge meaning in its users, which are authenticity, physical sensation, creativity, and as slow communication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soetiadji, S. Setyo
Jakarta: Djambatan, 1986
729 Soe a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fallows, James
Jakarta: Elex media komputindo, 2012
895 FAL k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Bayu Pramana
"ABSTRACT
Kartu pos atau Postcard adalah salah satu benda pos berupa lembaran kertas bergambar ilustrasi atau foto untuk menulis kabar yang bersifat terbuka. Kartu pos pertama Kali diluncurkan pada 1 oktober 1869 di Austria dengan nama Correspondez kate. Sujana adalah orang Bali dan sekaligus seorang fotografer, antara tahun 1970-1990an mengkomunikasikan kreativitas fotografisnya dengan mengangkat tema tentang fenomena di Bali dari perspektif medium fotografi yang diungkap dalam karya kartu pos. Terkait dengan hal tersebut, maka tujuan penulisan ini ingin mengetahui pandangan tentang perubahan alam, manusia, arsitektur, pakaian dan beragam hal yang sangat mendasar di Bali yang diungkap pada kartu pos. Metode yang digunakan dalam mengkaji karya kartu pos yang diciptakan oleh Sujana adalah metode deskritif. Ruang lingkup pembahasan terfokus pada uraian tentang nilai-nilai estetika fotograifi terkait fenomena pariwisata di Bali pada karya kartu pos Sujana."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 JSRD 21:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Pujiastuti
"Penelitian ini membahas representasi kekuatan Uni Soviet dalam eksplorasi ruang angkasa pada masa Perang Dingin melalui kartu pos «Советская Космонавтикa» [Sovetskaja Kosmonavtika] yang dipublikasikan pada tahun 1972. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bentuk-bentuk kekuatan Uni Soviet dalam eksplorasi ruang angkasa pada masa Perang Dingin melalui gambar yang ada pada kartu pos «Советская Космонавтикa» [Sovetskaja Kosmonavtika]. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka yang dipadukan dengan the circuit of circle milik Stuart Hall. Melalui the circuit of circle milik Stuart Hall ditemukan bentuk-bentuk kekuatan Uni Soviet dalam eksplorasi ruang angkasa dan pengembangan teknologi oleh ilmuwan Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa kartu pos «Советская Космонавтикa» [Sovetskaja Kosmonavtika] merepresentasikan bentuk kekuatan Uni Soviet dalam eksplorasi dan pengembangan teknologi ruang angkasa serta terjadi pergeseran makna eksplorasi ruang angkasa yang merupakan bentuk pengembangan sains menjadi alat untuk menunjukkan kekuatan politik di ranah internasional dan penyebaran komunisme ke seluruh dunia.

This research examines the representation of the Soviet Union’s power in space exploration during the Cold War through images on «Советская Космонавтикa» [Sovetskaja Kosmonavtika] postcard published in 1972. The aim of this research is to discover the form of Soviet Union’s power in space exploration through images on «Советская Космонавтикa» [Sovetskaja Kosmonavtika] postcard. This research uses library study method combined with Stuart Hall’s the circuit of culture. Through the circuit of culture discovered the form of Soviet Union’s power in space exploration and technology development by Soviet scientists during the Cold War. The results of this research prove that «Советская Космонавтикa» [Sovetskaja Kosmonavtika] postcard represents the form of Soviet Union’s power
in space exploration and there were shift of space exploration meanings into a form of showing international political power and spreading communism to the world.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yanusa Nugroho, 1960-
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992
899.221 YAN c (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Freta Oktarina
"Bintaro Jaya adalah kota satelit terletak di pinggiran selatan Jakarta yang dibangun pada tahun 1979 di saat Indonesia baru saja memasuki fase baru pasca kemerdekaan di bawah kepemimpinan Orde Baru. Dengan luas 2.000 hektar saat ini Bintaro Jaya telah berkembang pesat menjadi satu dari kota-kota prestisius di Indonesia, dengan perumahan elite, apartemen, hotel, pusat perbelanjaan, serta kawasan bisnis dan niaga bergengsi. Dengan panggung yang digubahnya Bintaro Jaya menjadi sebuah potongan baru bagi daerah pinggiran. Tidak saja membangun tirai yang memisahkannya dengan masyarakat setempat, Bintaro Jaya juga merobek jahitan yang telah dikenakan oleh masyarakat pinggiran sejak berpuluh tahun lalu. Daerah pinggiran adalah sisi kota yang kerap tersisihkan, tak terlihat, ruang-ruang termarjinalkan yang seringkali diabaikan.
Penelitian dilakukan untuk menelusuri sejarah arsitektur sebagai perjalanan tirai yang membentuk ruang-ruang spasial manusia dari waktu ke waktu, yang bersamaan dengan perjalanannya turut mengubah potongan yang menjahit ruang-ruang sosial masyarakat. Untuk meneliti daerah pinggiran sebagai ekses dari pembangunan yang berlangsung di perkotaan, dengan virus urbanisasi dan modernisasi yang dibawakannya dan melebar hingga ke berbagai arah. Penelitian mencoba keluar dari kacamata arsitektur. Melalui perspektif interior untuk melihat di balik tirai yang dibangun arsitektur, masuk ke dalam ruang-ruang personal individu yang berkaitan langsung dengan ruang, dan mencermati bagaimana dari sisi lain ruang kemudian dimaknai. Penelitian dilakukan dengan metode dokumenter dan menempatkan obyek sebagai sebuah dokumen. Bahwa dalam keberadaan sebuah obyek terdapat serangkaian yang menghantarkannya hingga menjadi ada (exist).
Arsitektur tidak terbatas hanya pada bangunan melainkan berhubungan dengan manusia yang mengisi tirai-tirai yang dibangunnya. Arsitektur berperan besar dalam mengubah manusia. Dimana perubahan pola potongan pada ruang-ruang di seputaran manusia pada akhirnya akan mengubah interioritas, yakni spirit (jiwa) yang hidup dalam sebuah ruang dan menghidupkan manusia yang berinteraksi di dalamnya.

Bintaro Jaya was a satellite city located in the southern outskirts of Jakarta. Built in 1979 the city was established at the time Indonesia entered a new phase of postindependence period under the New Order regime. Having 2.000 hectars area, now Bintaro Jaya is one of Indonesian prestigious cities with modern housing estates, apartments, hotels, fashionable shopping centers, and commercial business district. Urban planning composed Bintaro Jaya into a luxury stage and become a new fabric in the suburbs. Not only separating local communities, the city also torn the textile that has been worn by suburban since decades ago. A suburb was the city?s side that often invisible and being neglected, a symbol of marginalized people who stood on the edge of the stage.
The study was conducted to examine suburb as the city?s periphery and the excess of urbanization and modernization virus that stretched uncontrollable. By documentary method to reveal the history of architecture as the journey of human in curtaining their spaces. People made curtain to their existences in different scales and forms which along with it also changed the pattern of communities where they engaged. Through the perspective of interior the study was to see behind the curtain of the city's stage and enter the personal space of the actors examining city from different point of view.
Architecture not only buildings, but it relates to human inside the curtain built by architecture. Change the cutting pattern of fabrics around human will ultimately change people's clothes. Interiority was the stitches of human spatial and social spaces that covered human existences, an atmosphere of the space and that turned human who lived inside.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42535
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>