Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62974 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Made Meganjaya
"Standar WiMAX, dengan kelebihannya mampu menyalurkan data kecepatan tinggi (sampai 75 Mbps) dengan jarak jangkau sampai 50 km, dan mampu mengatasi kondisi Non Line Of Sight (NLOS), sangat potensial diimplementasikan di Indonesia yang masih memiliki kesenjangan infrastruktur telekomunikasi. WiMAX dapat difungsikan untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur akses, menutup kelemahan WiFi, atau sebagai solusi alternatif backhaul komunikasi selular. Kelebihan lain Standar WiMAX adalah kemampuan interoperability, yang pada implementasinya diharapkan mampu menyebabkan terjadinya kompetisi penyediaan perangkat sehingga bisa menurunkan tingkat harga.
Melalui pembahasan beberapa kelebihan di atas, pada tesis ini dianalisa implikasi ekonomis (economic analysis) dari implementasi WiMAX, khususnya terhadap perencanaan investasi dan penurunan tarif Iayanan kepada pelanggan. Pembahasan didekati dengan beberapa asumsi perencanaan teknis yang sesuai dan prediksi penetrasi pasar berdasarkan kondisi geografi dan demografi. Kemudian dilakukan analisa terhadap kelayakan investasi dan pengaruhnya terhadap cost base jaringan, serta beberapa simulasi terhadap prediksi penurunan harga perangkat.
Dari hasil analisa dan simulasi disimpulkan kondisi optimum secara ekonomis dan pengaruh penurunan harga perangkat terhadap penurunan tingkat harga layanan kepada pengguna.

WiMAX standard, with its advantages in delivering high speed data (up to 75 Mbps), covering with radius up to 50 km, and ability of handling Non Line Of Sight (NLOS) conditions, has big opportunity to deploy on the country with vast infrastructure gap like indonesia. WiMAX can be used to support the acceleration of access infrastructure development, complementing the WiFi disadvantages in term of distance, QoS and Security manner, or as an alternative backhaul for cellular communication. Other benetit of WiMAX is the ability of interoperability, that can be expected to accelerate the competition of equipment supply and reduce the price level.
With all the benelits above, this tesis analyzes economic implication (economic analysis) for the further WiMAX implementation, especially on investment plan and service tariff for end users. ln perspective of several plan parameter assumptions accordingly and penetration prediction base on geographic and demographics profile, it will analyze the investment visibility and the influence to network cost base. lt will be simulated also influence of the decreasing equipment price prediction.
From the result of analysis and simulation, it will conclude the optimum condition as economic perspectives and the impact of equipment price decrease to end users price level.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Abdi Nugroho
"ABSTRAK
Rogue Access Point (RAP) menjadi salah satu ancaman dalam keamanan jaringan Wireless Local Area Network (WLAN) . RAP merupakan perangkat yang menciptakan sebuah jaringan wireless yang tidak dilegitimasi oleh network admin jaringan tersebut. Beberapa metode digunakan untuk mendeteksi RAP, yaitu berbasis hardware misalnya : perangkat sensor khusus untuk mendeteksi keberadaan RAP dan berbasis software, misalnya dibuatnya sistem berbasis aplikasi yang mampu mendeteksi RAP seperti sistem aplikasi berbasis web ini. Ada 2 bentuk model yang dapat terciptanya perangkat RAP yaitu RAP Unauthorized AP, RAP Bridging Connection.
Sistem ini menggunakan 3 parameter yaitu IP, MAC Address dan Round Trip Time (RTT). Parameter ini menjadi penentu terdeteksinya suatu perangkat palsu yang termasuk RAP dalam skala satu jaringan. ketiga parameter itu akan diukur dengan cara membandingkan antara legal dan illegal. Perangkat yang legal telah didaftarkan oleh network admin kemudian melakukan deteksi terhadap jaringan tersebut, setelah itu dilakukan komparasi antara kedua data tersebut, perangkat yang tidak terdifinisikan dalam database merupakan perangkat yang ilegal. Sistem akan memberikan output berupa alarm dalam website. Dari hasil pengujian bahwa, waktu rata-rata Load Time yang dibutuhkan 5213.5569 milidetik untuk mendeteksi satu jaringan. Selain itu, juga diketahui bahwa tingkat akurasi sistem untuk model unauthorized AP sebesar 53,3% , sedangkan model Bridging Connection sebesar 90% mampu mendeteksi secara sempurna.

Abstrak
Rogue Access Point (RAP) is one network security threat in Wireless Local Area Network (WLAN). RAP is a device that creates a wireless network that is not legitimized by admin network. Some of the methods used to detect RAP, which is based on hardware such as sensor devices for detecting and RAP-based on software, for example detection system that can detect RAP applications such as web-based application systems. There are two model that RAP-Unauthorized AP and RAP-Bridging Connection.
This system uses three parameters, IP, MAC Address and Round Trip Time (RTT). This parameter determines the detection of a prosthetic device that includes a RAP-scale networks. All parameter will be compare between legal and illegal device. Legal devices that have been registered by the network admin and then perform detection on the network, after that, it carried out a comparison between the data, the device is not in the database, It mean that an illegal device. The system will give alarm output from the website. From the results of that testing, the average time needed 5213.5569 milliseconds Load Time to detect a network. In addition, it is also known that the accuracy of a model system for unauthorized APs of 53.3%, while the Connection Bridging the model is able to detect 90% perfectly.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43204
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Reza Pahlevi
"Teknologi komunikasi berkembang dengan pesat. Dimulai dari teknologi 1G,2G,3G dan selanjutnya sekarang 4G. Bertujuan memenuhi tuntutan era digital dewasa ini yang terus berkembang, yakni kebutuhan akan informasi sebanyak-banyaknya dengan kemampuan mobile broadband akses yang handal. Indonesia khususnya DKI Jakarta yang baru saja memulai mengimplementasikan teknologi 3G, harus segara bersiap akan kemungkinan dimplementasikan teknologi 4G dalam waktu dekat ini. Salah satu keunggulan teknologi 4G diantaranya mendukung jaringan Ad hoc networks dan multi-hop networks. Hal ini menjadikan 4G sebagai teknologi seluler memiliki keunikan tersendiri. Dalam tulisan ini perhitungan ekonomis implementasi 4G di DKI Jakarta menggunakan formula seperti Net Present Value (NPV) yaitu kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak, Pay Back Period (PBP), Break Even Point (BEP)dan Internal Rate of Ratio (IRR). Penganalisaan dilakukakan dengan kondisi sosial-geografis, regulasi serta kondisi jakarta seperti sekarang ini. Dengan bahan kajian adalah luas Jakarta 740,28 km2 serta pertumbuhan pelanggan seluler di Jakarta yang diprediksi dalam 5 tahun kedepan diperkirakan sebesar 28.456.500 juta orang. Dimana terdapat masa pre-implementasi 4G di DKI Jakarta tahun (2008 ? 2011) serta dikomersialisasikan pada tahun (2011-2016). Perhitungan ekonomi digunakan untuk menentukan skenario yang tepat dimplementasikan. Dengan hasil bahwa skenario I smooth development NPVnya 18.812.165.000, skenario II economic stagnation NPVnya -14.550.902.000, skenario III constant change -24.561.622.000. Adanya beberapa skenario tersebut karena implementasi baru akan terjadi dimasa yang akan datang. Dimana data yang diolah adalah data pertumbuhan pelanggan seluler yang diasumsikan pada tahun 2011. Kesimpulan dari analisa ini diperoleh skenario smooth development yang tepat untuk diimplementasikan. Dimana revenue diperoleh pada tahun III sebesar (25.748.800.000), karena masa BEP tejadi pada tahun tersebut dari kurun waktu lima tahun (2011- 2016). Maka dari hasil analisa ini implementasi 4G di DKI Jakarta layak dilakukan pada tahun 2011 dengan menggunakan skenario smooth development.

One of the most cutting edge and unique features of 4G is that it supports Ad hoc and multi-hop networks. This paper will be using common formulas such as, Net Present Value (NPV), Pay Back Period (PBP), Bear Even Point (BEP) and Internal Rate of ratio (IRR) to calculate the feasibility of 4G ?s implementation in DKI Jakarta. The study and analysis are going to be done by looking at the present social and geographical conditions ? with Jakarta?s current area of 740,28 km2 in size and the predicted cellular phone users of 28.456.500 million users within the next 5 years - and the city?s regulations to calculate the mentioned formulas. This will information will take into account that it will be included in pre-implementation time (2008 ? 2011) and full implementation (2011-2016) of 4G in DKI Jakarta. The calculations are going to be used to choose the most precise scenario of implementing 4G technology. The result of Scenario I with smooth development of NPV of 18.812.165.000, Scenario II with economical stagnation of NPV of - 14.550.902.000, Scenario III constant change -24.561.622.000. Those scenarios are the result of new implementations that will happen in the future by using the assumption growth of cellular phone users in 2011. This analysis concludes that smooth development is the best scenario for implementing 4G in DKI Jakarta with revenue on the 3rd year (out of 5 years, 2011- 2016) of 25.748.800.000 due to the BEP that will going to take place on that year. Communication technology is an ever growing technology. Communication generation technologies have grown from its first generation (1G) to 2G all the way to 3G, and now we are starting to develop the fourth generation (4G) with an aim to fulfill the user?s needs using a reliable mobile broadband access. Indonesia, specifically DKI Jakarta that has just started implementing the 3rd Generation (3G) needs to prepare with the possibility of 4G implementation sooner than they expected."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T40790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djamhari Sirat
"Perkembangan Broadband Wireless Access (BWA) sebagai standar global untuk media transmisi data telah digunakan sebagai penyedia jasa akses internet berkecepatan tinggi. Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan teknologi BWA yang memiliki kecepatan akses tinggi dengan jangkauan luas. Aplikasi WiMAX yang ditunjang oleh kemampuan interoperabilitas, fleksibilitas, dan aspek komersial telah membawa dampak penggunaan internet lebih efisien serta memberikan layanan murah dan mudah. Fenomena ini harus disikapi oleh para operator Internet Service Provider (ISP) dalam mengembangkan bisnis guna memenuhi persaingan di era global saat ini. Dengan melihat aspek teknik serta aspek keuangan dalam menetapkan kelayakan implementasi wireless network dengan WiMAX sebagai subtitusi, maka dalam penelitian ini dilakukan kajian implementasi teknologi WiMAX sebagai layanan backhaul pada jaringan WiFi di Jakarta. Dari data jumlah hotspot terdaftar di IIX dan rata-rata peak traffic tiap hotspot per regional, penelitian ini menjelaskan perhitungan aspek teknis dengan kombinasi pilihan harga sewa dan teknologi. Hasil dari perhitungan akan memberikan beberapa kombinasi gambaran nilai investasi teknologi WiMAX sebagai substitusi backhaul jaringan hotspot yang ada dan perkembangannya 5 tahun ke depan.

The development of Broadband Wireless Access (BWA), such as WiMAX, as a global standard for data transmission media has been used by high speed internet access provider. WiMAX application which supported by capabilities of interoperability, flexibility and commercial aspect make the internet services become more efficient, cheaper and easier to the customer. This phenomenon should be responded by ISPs. Based on technical and financial aspect in deciding the implementation of Wireless Network with WiMAX technology as a substitute, this research will observe and analyze the projection of WiMAX technology implementation as a backhaul for the existing Wi-Fi?s network in Jakarta. This paper will describe the calculation based on the amount of hotspots registered in IIX and average peak traffic per regional from technical aspect with several pricing and technology combination. The result give the basic figures in investing WiMAX as substitute technology for backhaul in hotspot network and also will show its growth in 5 years."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Taufik Ardiansyah
"Indonesia dihadapi pada tantangan globalisasi, di mana Indonesia belum memiliki kemampuan persaingan yang baik dengan bangsa lain. Selain itu, bangsa ini juga memiliki tugas untuk menyelesaikan persoalan missing link dan digital devide yang sampai scat ini belum tertuntaskan.
Program Universal Service Obligation adalah salah satu program kewajiban layanan komunikasi yang menjadi tanggung jawab semua pihak untuk diakomodir oleh pemerintah. Dengan program ini, layanan komunikasi diberikan dengan membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi, sehingga dapat memberikan aksesibilitas layanan komunikasi yang memadai kepada masyarakat.
Pembangunan USO dirasakan lambat, bila Indonesia ingin menjawab tantangan globalisasi dalam beberapa tahun mendatang, maka implementasi USO dapat menggunakan salah satu alternatif dengan pemanfaatan frekuensi 2.4 GHz.
Pemilihan teknologi nirkabel dengan memanfaatan frekuensi 2.4 GHz dapat menggunakan teknologi berbasis wireless internal protocol sebagai alternatif infrastruktur jaringan dengan wi-fi sebagai akses komunikasi data dengan salah satu karena frekuensi ini terbebas dari Biaya Hak Penggunaan Frekuensi, sehingga dalam pengaplikasiannya dapat mereduksi biaya operasional yang dikeluarkan. Akan tetapi, diperlukannya revisi regulasi untuk implementasi USO dengan pemanfaatan frekuensi 2.4 GHz agar menjadi lebih jelas penggunaan frekuensi ini yang akan didayagunakan untuk kepentingan USO dengan tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai frekuensi bebas.
Regulasi dalam implementasi USO sendiri perlu adanya revisi dengan ditambahkan pemanfaatan frekuensi ini sebagai salah satu alternatif solusi implementasi USO. Implementasi USO dengan pemanfaatan frekuensi ini dapat menghasilkan regulasi yang sinergi karena nnengatur kembali KM.34 Tahun 2004 dan KM.2 Tahun 2005. Diharapkan pemerintah dapat mempertimbangkan usulan ini karena akan memberikan implikasi yang positif kepada masyarakat secara lokal dan dalam jangka waktu panjang dapat memberikan efek positif secara nasional dengan suksesnya penggelaran program USO ini.

Indonesia is faced with globalization challenge, where Indonesia doesn?t have good challenge capability with other nations. Beside that, this nation also has a duty to finished missing link problem and digital devide which so far was undone.
Universal Service Obligation program is one of the communication service obligation programs that become responsibility for every related company accommodated by government. With this program, communication service is given in construction of telecommunication network infrastructure, so that can give adequate communication service accessibility for society.
USO development felt slow, if Indonesia want to answer globalization challenge in the next couple years, so USO implementation can apply one alternative of the benefit of 2.4 GHz frequency.
The selection of wireless technology utilizing 2.4 GHz frequency can use technology based on wireless internet protocol as alternative of network infrastructure with wi-fi as data communication access because this frequency is free from right cost of frequency utilization, so in it application can reduce operational cost. However, the regulation revision is needed for USO implementation utilizing 2.4 GHz frequency, to make clear the utilization of this frequency which will exploit for USO interest and still can be used by society as free frequency.
Regulation in USO implementation itself required some revision with addition frequency utilization as one of alternative solution in USO implementation. USO implementations uses this frequency can produce synergy regulation because rearrange KM.34 year 2004 and KM.2 year 2005. It is expected that government can consider this proposal because it will gave a positive implication into society locally and in long term it can gave positive effect by nationally with the succession of this USO program exhibition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Adhitya Akbar
"Perkembangan jaringan wireless internet sangat mengagumkan selama beberapa dekade ini. Hal ini mendorong pertumbuhan hotspot di tempat-tempat umum. Dibalik kemudahannya, terdapat ancaman yang sangat berbahaya, salah satu bentuk ancaman terbesarnya adalah Rogue Access Point (RogueAP). Evil-twin-attack merupakan sebuah proof-of-concept ancaman dari RogueAP. User biasa akan mudah tertipu dan terhubung ke akses poin palsu tersebut. Ketidakpahaman mendalam mengenai network oleh user semakin mempermudah aktifitas hacker. Dibutuhkan suatu sistem yang tepat untuk mengetahui keberadaan RogueAP ini. Metode yang diusulkan juga bermacam-macam seperti pendekatan wired-side, wireless-side dan gabungan keduanya. Pada tulisan ini akan memberikan gambaran dua metode tersebut yaitu analisa trafik RTT dan WIDS sensor. Pada skenario 1 dan 2, kenaikan RTT Ping berkisar rata-rata 7.5% dari RTT Legitimate Access Point. Response time pendeteksian RAP di WIDS sensor tergantung pada jarak dan kekuatan sinyal antara WIDS dengan RogueAP. Pendeteksian WIDS Sensor mencapai keakuratan hingga 100% mendeteksi RogueAP dalam jangkauannya akan tetapi masih berbasiskan identitas mac address. Pada Area 1 dan 2 rata-rata response time berkisar 1-2 detik sedangkan pada Area 3 sebesar 3.7 detik dan Area 4 (1%-24%) sekitar 10.4 detik. Analisa trafik RTT sangat berpotensi menjadi alternatif pendeteksian Rogue Access Point.

The development of wireless data networks are very impressive for several decades. This encourages the growth of hotspots in public area. Behind the simplicity, there is a very dangerous threat, one of the greatest threats is the Rogue Access Point. Evil-twin-attack is a proof-of-concept threat of RogueAP. Regular user would be easily fooled and wil be connected to the fake access point. Not understanding the depth of the network by the user enhances the threat from hackers. Therefore we need a proper system for the presence of Rogue Access Point. The proposed method as well as a variety approaches of wired-side, wireless-side and a combination of both (hybrid). In this paper will provide an overview of two methods, namely the analysis of RTT traffic and WIDS sensor. In scenario 1 and 2, average increasing ranged Ping RTT is 7.5% of the RTT Legitimate AP. Response time detection of RAP in WIDS sensor depends on the distance and signal strength between the WIDS with Rogue Access Point. WIDS detection sensor reaches up to 100% accuracy in detecting RogueAP range but still based on the identity of the mac address. Average response time Area 1 and 2 ranges from 1-2 seconds while in Area 3 of 3.7 seconds and Area 4 (1% -24%) at about 10.4 seconds. RTT traffic analysis is a potential alternative to Rogue Access Point detection."
2012
S42677
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andinar Hirmaridha Islamy
"Skripsi ini membuat perancangan dan melakukan simulasi teknologi VoIP di jaringan protokol mobile IPv6 dengan metode fast handover serta variasi penggunaan codec yaitu codec G.729A dan codec GSM. Mobile IPv6 memiliki beberapa cara dalam melakukan handover, salah satunya adalah fast handover. Pada jaringan protokol mobile IPv6, fast handover memiliki kemampuan mengurangi delay. Karena pada dasarnya implementasi ini akan mengacu pada Quality of Service untuk mendapatkan layanan VoIP dengan performa codec yang lebih baik.
Pada hasil skripsi ini terbukti bahwa hasil pengujian jitter, delay dan throughput saat terjadi handover codec GSM lebih stabil daripada codec G729A dengan nilai jitter 0,010276 sec, delay 0,70675 sec & throughput 15157,75 bit/sec.

This skripsi makes the design and simulation of VoIP technology in mobile IPv6 network protocol with fast handover method and the variation of the codec usage that are G.729A and GSM. Mobile IP has several ways of doing handovers, one of them is a fast handover. In the mobile IPv6 network protocol, fast handovers has the ability to reduce delay. Because, basically, this implementation will be based on Quality of Service for VoIP services with a better codec performance.
In the results of this thesis is proven that the results of testing jitter, delay and throughput during handover GSM codec is more stable than G729A codec with jitter is 0,010276 sec; delay 0.70675 sec and throughput 15157,75 bit/sec.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1962
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Syofi`i
"Dalam skripsi ini dibuat sistem gabungan multicode-multicurrier code­ division multiple access (MC-MC-CDMA) dengan skema metode akses acak Aloha yang terdiri dari Pure-Aloha dan Slotted-Aloha yang disebut dengan Multicode-multicarrier CDMA P-Aloha dan Multicode-multicarrier CDMA S-Aloha. Analisa kedua sistem dilakukan terhadap salah satu parameter unjuk kerja sistem yaitu throughput. Dalam sistem multicode-multicarrier CDMA memungkinkan user untuk mengirimkan multiple orthogonal code.sehingga MC-MC-CDMA yang diajukan dapat mendukung data rate yang bervariasi sebagaimana yang diparlukan oleh standard komunikasi masa depan. Pada MC-MC-CDMA S-Aloha maupun MC­ MC-CDMA P-loha original bit stream dibandingkan dengan bit rate dasar. Hasil parbandingan ini akan menghasilkan M parallel code. Data tersebut kemudian dimodulasi dengan kode penyebar yang spesifik pada setiap user lalu dltransmisikan secara paralel pada subcarrier yang berbeda beda. Setelah dikodekan data tersebut dikirimkan secara acak untuk sistem MC-MC-CDMA P­ Aloha, sedangkan untuk sistem MC-MC-CDMA S-Aloha data dikirimkan pada permulaan time-slot sesuai dengan mekanisme S-Aloha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa throughput system MC-MC-CDMA semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kode (M), jumlah subcarrier (L), processing gain (N) dan energy per bit to noise (E1/N0). Namun semakin panjang paket yang dikirimkan (Lb), throughput yang dihasilkan akan semakin menurun. Berdasarkan perhitungna dan analisa throughput MC-MC-CDMA S-Aloha lebih tinggi dari pada MC-MC-CDMA P-Aloha."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S39976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Hal yang terutama pada jaringan wireless bergerak adalah kualitas layanan (QoS).
Jaringan wireless bergerak ini memiliki topologi yang selalu dinarnis setiap saat.
Kemungkinan putusnya koneksi pada jaringan komunikasi yang seperti ini adalah Iebih
besar. Sehingga perlu diperhatikan pertama sekali perutean koneksinya.
Pada skripsi ini diberikan suatu bentuk perutean untuk jaringan bergerak ini.
Pemecahan masalah yang diberikan bentuk perutean ini adalah pada bagaimana
memulihkan kembali link-link koneksi yang terputus akibat mobilitas node-node. Selain
itu perutean ini pun harus mampu meningkatkan kinerja jaringan, yang artinya dengan
perutean bandwith ini kualitas jaringan yang seperti ini dapat ditingkatkan. Karena
mungkin saja untuk menginterkoneksikan jaringan bergerak ini dengan jaringan berkabel
yang mengutamakan QoS dalam kinerjanya, seperti ATM ataupun Internet.
Dari pengujian-pengujian yang akan dilakukan pada simulator yang
mensimulasikan keberadaan jaringan bergerak ini, pengaruh perutean bandwith ini pada
kinerja jaringan bergerak dapat diketahui. Salah satu kelebihan dari bentuk perutean
bandwith pada simulator adalah adanya kalkulasi informasi bandwith. Ini berguna sekali
dalam membantu pembentukan call ataupun koneksi dari suatu node asal ke node tujuan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S39793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Pahlevi Arifuddin
"PT Indosat merupakan perusahaan penyedia jaringan dan layanan telekomunikasi terpadu (Full Network & Service Provider) yang menempatkan bisnis seluler sebagai bisnis utamanya. Di dalam era kompetisi bebas ini, Indosat berlomba untuk senantiasa berusaha mencari peluang-peluang baru untuk mengembangkan jasa dan layanannya dengan tujuan akhir untuk memperoleh revenue yang cukup agar bisnisnya dapat dipertahankan. Pada tahun-tahun mendatang, persaingan bisnis seluler ini akan semakin tinggi dengan diterbitkannya lisensi operasi bagi para pemain baru. Persaingan untuk merebut pangsa pasar akan dilakukan dengan mengadu harga layanan, kualitas dan jangkauan jaringan, jenis layanan dan fitur. Akibat dari persaingan tersebut, maka Indosat menghadapi risiko untuk mengalami churn rate yang lebih tinggi dan penurunan ARPU. Tren penurunan ARPU ini bukan saja dialami oleh Indosat, namun oleh seluruh operator seluler di dunia. Sebagai antisipasi untuk menghadapi persaingan di tahun-tahun mendatang, Indosat perlu meningkatkan strategi untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan pangsa pasamya, sambil mempertahankan jumlah ARPIJ. Salah satu peluang yang dapat diambil oleh Indosat untuk meningkatkan ARPUnya adalah meningkatkan pendapatan yang diperoleh dari penjualan layanan komunikasi data berkecepatan tinggi seiring dengan kemajuan teknologi, mobilitas pelanggan yang makin tinggi, gaya hidup dan keinginan untuk memperoleh layanan untuk kemudahan hidup. Dalam tesis ini diteliti perilaku pelanggan seluler terhadap layanan komunikasi data berkecepatan tinggi. Dengan melihat perilaku pelanggan dan masyarakat yang berpotensi untuk menggunakan layanan tersebut, dipilihlah konfigurasi infrastrukur yang sesuai namun berbiaya rendah untuk diimplementasikan sebagai suplemen dari jaringan GSM/GPRS eksisting yang telah dioperasikan oleh Indosat yakni Cellular - Wi-Fi Interworking.

PT Indosat is a Full Network & Service Provider which currently relies on its cellular services as its business mainstream. In order to stay in the business in the nowadays competition era, Indosat must seeks new opportunities in developing its services to maintain adequate revenue. Within next to no time, competition in the cellular business will increase rapidly. Numbers of new entrant operators are already granted with operation licenses. The race to win the market share will all about price wars and features. As an effect, Indosat is facing the risk of experiencing higher churn rate accompanied by declining ARPU. The industry also shows that in a few last years the declining ARPU have been also experienced by the telecommunication operators globally. As an anticipation to face the competition in the following years, Indosat must act quickly in establishing strategies to defend or even raise its market share, to be precise; Indosat should seek new innovation to increase its declining ARPU. Instead relying on voice subscriber's revenue, the opportunity to raise the ARPU is to obtain new revenues from data subscribers. Data users appears to be increasing as people perform high mobility behavior, valuing life style and demand to have services to ease their living. This thesis explores the business aspect of high speed data services by focusing on the consumer behavior and also the non-consumers behavior who appears to be the near-future potential buyers for the services. This thesis recommends the appropriate infrastructure configurations to supplement the existing GSM/GPRS system -which is currently used by Indosat- to be deployed in order to fulfill the demand. The configuration which is able to deliver adequate services yet requires less investment are known as Cellular-Wi-Fi lnterworking."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>