Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129305 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okta Zuriani Eka Putri
"Stock split dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mempertahankan harga saham pada kisaran yang optimal, memberikan sinyal mengenai prospek saham di masa yang akan datang dan untuk meningkatkan likuiditas saham.
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan likuiditas saham setelah stock split diberlakukan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan menggunakan parameter depth to spread.
Objek dari penelitian ini adalah saham-saham yang melakukan stock split di Bursa Efek Jakarta dari Januari 2002 sampai dengan Juli 2005. Data dalam penelilian ini dianalisis menggunakan uji beda rerata dan regresi model.
Pada penelitian ini penulis mendapatkan :
1. Terdapat penurunan likuiditas saham sampel yang berubah fraksi harga sahamnya setelah split.
2. Event stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas setelah dikontrol dengan variabel lainnya.

Stock split is done by corporate managements with the purposes are optimal price trading range, signaling future prospect and to improve the liquidity of their stocks.
The aim of his study is to prove is there an improvement of stock?s liquidity alter stock split event at Jakarta Stock Exchange, by using depth to spread as parameter.
The object of this study are shares that done stock split at Jakarta Stock Exchange from January 2002 until July 2005. The data analyzed by compare mean test and regress the models.
The result of this study are :
1. There is a decrease in liquidity of stock which has tick size changed alter split.
2. The event of stock split doesn?t have any effect to stock?s liquidity after there was controlled by another variables.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Aryanti
"Likuiditas saham merupakan indikator penting dalam menggambarkan kinerja saham di bursa efek. Secara fundamental likuiditas saham tergantung pada kinerja perusahaan, yang diukur berdasarkan; 1) ROE (Return On Equity), 2) Kebijakan dividen, 3) Pemberian saham bonus. Tingkat likuiditas saham ini diukur berdasarkan nilai frekuensi perdagangan saham yang terjadi di Bursa Efek Jakarta.
Periode penelitian ini adalah dari tahun 1994 sampai dengan 1996. Penelitian ini dilakukan atas; pertama, kelompok emiten yang memberikan sekaligus saham bonus, dividen tunai, dan mengumumkan ROE. Kedua, kelompok emiten yang hanya dilihat pada setiap variabel bebas tanpa mengabaikan ada tidaknya variabel bebas lainnya. Ketiga, kelompok emiten yang hanya dilihat pada setiap variabel dalam kondisi variabel bebas lain tidak muncul.
Dengan menggunakan pendekatan analisis regresi majemuk (sampel kelompok pertama) dan regresi individual (sampel kelompok kedua dan ketiga), penelitian ini membuktikan bahwa secara serentak (regresi majemuk) ROE, dividen tunai dan saham bonus ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas saham di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan secara individual (regresi dua variabel) hanya dividen tunai yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas saham di Bursa Efek Jakarta, baik dalam kondisi emiten memberikan saham bonus maupun tidak. Pengaruh dividen tunai ini bersifat negatif. Rrtinya kenaikan nilai dividen tunai menyebabkan terjadinya penurunan likuiditas saham."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunieta Anny
"Perkembangan pasar modal sejak tahun 1977 hingga scat ini terjadi karena dukungan semua perangkat pasar modal. Salah satu dukungan yang penting adalah dukungan pemerintah melalui UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal pasal 86 ayat 1, menyatakan bahwa emiten harus melaporkan peristiwa material yang akan mempengaruhi harga saham selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 setelah peristiwa tersebut, kepada masyarakat dan BAPEPAM. Adanya keterbukaan informasi ini menyebabkan harga saham akan cepat dan secara penuh mencerminkan nilai informasi yang diumumkan emiten. Uji terhadap seberapa cepat dan seberapa penuh harga saham mencerminkan informasi yang dipublikasikan oleh emiten disebut dengan uji efisiensi pasar modal. Uji efisiensi pasar modal telah dilakukan oleh banyak periset baik dari luar ataupun dalam negeri, hal ini dikarenakan semakin efisiennya suatu pasar modal maka nilai suatu perusahaan makin mencerminkan informasinya sehingga investor akan melakukan investasi pada saham yang memiliki nilai yang baik. Event study adalah teknik empiris riset keuangan yang memampukan peneliti menemukan dampak event-event pada tingkat pengembalian saham perusahaan sehingga dapat mengetahui efisiensi suatu pasar. Informasiinformasi itu dapat berupa informasi dari dalam perusahaan (internal) dan/atau dari luar perusahaan (external). Pengumuman stock split adalah kebijakan perusahaan publik untuk menambah jumlah saham yang beredar dengan cara membagi saham kedalam perbandingan tertentu yang diikuti dengan penurunan harga sesuai perbandingan tersebut dengan harapan akan meningkatkan kelikuidan saham tersebut. Pengumuman stock split merupakan event yang jarang diteliti terutama dalam jurnal-jurnal dalam negeri. Berdasarkan hal tersebutlah maka tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai berapa besar signifikansi tingkat pengembalian abnormal pada periode penelitian saham-saham yang melakukan stock split pada tahun 1998 - 1999 dan bagaimana dampaknya terhadap efisiensi BEJ. Sampel penelitian sebanyak 15 emiten yang mengumumkan stock split pada tahun 1998 - 1999 dengan kriteria likuid, bertujuan menghindari adanya thin trading (perdagangan yang berfrekuensi rendah) agar dampak suatu event dapat segera dilihat. Metodologi penelitian adalah metode matematis event study Fama, Fisher, Jensen, dan Roll (1969) yang pertama kali menguji efek dari stock split pada harga saham. Metode ini terdiri dari dua tahap perhitungan, yaitu mencari tingkat pengembalian abnormal (AR-Abnormal Return) pada periode penelitian (lima hari sebelum hingga lima hari setelah tanggal pengumuman) dan mengakumulasikannya untuk dapat melihat trend pergerakan CAR (Cumulative Abnormal Return). Untuk mendapatkan tingkat pengembalian abnormal saham, maka harus diketahui terlebih dahulu bagaimana model pembentukan tingkat pengembalian normal dari periode estimasi (100 hari sebelum periode penelitian). Model tingkat pengembalian normal akan memakai market model (Single Index Market Model) Fama et al. dan akan disesuaikan dengan kondisi BEJ yaitu dengan menambah faktor lain yaitu return kurs dollar dalam model yang disebut Multifactor Index Market Model. Setelah AR dan CAR didapat, maka dilakukan uji hipotesis kesignifikansian apakah AR dan CAR mendekati nol atau tidak dengan tingkat signifikansi 10% dan uji dua arah. Hasil penelitian terhadap grafik trend AR dan CAR serta hasil permodelan empiris agregat keseluruhan saham dan klasifikasi sektor-sektor industri menunjukkan tingkat pengembalian abnormal yang signifikan sebelum hingga setelah tanggal pengumuman. Adanya tingkat pengembalian abnormal yang signifikan ini disebabkan karena adanya informasi yang asimetris sehingga pasar berespon lambat terhadap kejadian pengumuman stock split dan adanya harapan bahwa pengumuman stock split akan meningkatkan kelikuidan harga saham sehingga meningkatkan market value pada masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa BEJ pada tahun 1998 -1999 belum berbentuk setengah kuat. Hasil peneltian ini mengindikasikan bahwa seharusnya pelaku pasar modal mendukung terjadinya efisiensi di BEJ baik dengan keterbukaan informasi dari pihak emiten, penyebaran informasi yang merata, ataupun peningkatan competitiveness analisa-analisa dari para manajer investasi pada masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
S19302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Bambang Rijanto
"Stock Split is one of popular corporate action in capital market. Stock Split is the split of a company's existing stock into more shares. Each stockholder would receive an additional share for each share formerly held depend on the ratio of the split. The implication of the stock split is the pace of the stock becomes cheaper than before, this is something worth for the investors. Furthermore, the demand for the stock will be higher, and the price of the stock will up to certain level which means profitable for the investors. Liquidity is the most mainly listed companies's motivation within stock split, since liquidity is the central theme in the secondary market.
This research will examines some problems within stock split are :
1. Does stock split influences the stock price changes?
2. Does composite stock price indices influences the stock price changes?
3. Does earning per share influences the stock price changes?
Regarding those problems mentioned above, the objective of this research are :
1. Analyzing the influence of stock split to the stock price changes.
2. Analyzing the influence of composite stock split indices to the stock price changes.
3. Analyzing the influence of earning per share to the stock price changes.
The period of the stock split study started from January 1 until December 31 on the year 2000. The samples which is used in the study are the stock listed in the Jakarta Stock Exchange minimum 7.5 months before the effective date of the stock split. The study period in this research from July 1 1999 until April 30, 2001. The study period started 7.5 months before the first listed company announce the stock split in the year 2000 and 4.5 months after the last listed company announce the stock split in the year 2000.
The Signaling Hypothesis Theory is the foundation of the research, which indicate the stock split announcement intended to rise a positive signal to the investors. A good prospect of the company is something managements objective of the announcement of stock split. In this scheme, stock split will increase the value of the company.
Based on the test and analysis of the statistical result, founded some conclusions which are :
1. Stock split during the year 2000 has no positive response from investors. It indicates investors judge the stock split has no influence to company's growth profitability signal for the future.
2. During study period, earning per share and earning per share changes significantly correlate to the changes of stock price. This result support the previous research such as Benston (1966), Ball & Brown (1988), and Beaver (1968), where earning per share (EPS) as an accounting profit measurement has a significant influence to the changes of stock price.
3. Composite stock price indices (IHSG) variable has no significant influence to the relative stock price changes, nevertheless the changes of composite stock price indices's variable has a significant influence to the relative stock price changes.
4. All of the independent variables those are earning per share, composite stock price indices, and stock split together have a significant influence to the relative stock price changes.
Based on the conclusion above, researcher gives any suggestions or recommendations to the party related the stock split concern to the investment activity at Jakarta Stock Exchange, those are :
1. Timing is a determinant factor for the successful of stock split. Successful timing will determined the liquidity of the stock after stock split. For certain level, bearish market will not support the liquidity of the stock after stock split. That's why maintaining the market psychology for the company is relevant.
2. Since investing in the common stock related to the prospect of the company, management must consider and managing the fundamental of the company before making a planning of stock split. Prospective fundamental will support the effectiveness and successfull of the stock split.
3. Regarding the decrease of the volume of stock trading, management must aware the the decreasing the value of the stock price, which means management must maintain the appropriate level due to the company's performance. Periodic evaluation of the stock price changes must be scheduled.
4. During the study period, researcher find an anomaly due to Signaling Hypothesis Theory. For that reason, based on the theory of Efficient Capital Market, stock split should be implemented for the atmosphere of efficient market On that, stock price reflected the real market reaction under stock split.
5. Stock split still remain a puzzling phenomenon to financial analyst and also researchers. That's why, next researchers which cover wider data and period including bullish and bearish market are highly importment to discover the phenomenon of stock split."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basharat Ahmad, Author
"ABSTRAK
PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai tanggal 3 Januari 2005 menetapkan kebijakan baru fraksi harga saham, yaitu menambah satu fraksi harga Rp 10,- dari sebelumnya yang berlaku tiga fraksi saham yakni Rp 5,-, Rp 25,- dan Rp 50,-. Tujuan kebijakan fraksi saham ini menurut Direktur Utama BEJ adalah untuk meningkatkan likuiditas bursa sekaligus menambah pendapatan BEJ. Fraksi harga Rp 10,- tersebut diberlakukan terhadap kelompok saham dengan harga Rp 500,- sampai dengan kurang dari Rp 2.000,-, sehingga terjadi penurunati fraksi harga bagi kelompok saham tersebut yaitu dari sebelumnya Rp 25,- menjadi Rp 10,-.
Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan utama yaitu meneliti dampak penurunan fraksi harga saham tersebut terhadap (I) likuiditas, (2) strategi order dan (3) aktivitas perdagangan di BEJ. Likuiditas dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk bertransaksi dalam jumlah besar secara cepat, dengan biaya rendah tanpa memengaruhi harga. Mengikuti penelitian-penelitian sebelumnya, ukuran likuiditas dalam penelitian ini adalah spread dan depth. Strategi order yang diteliti adalah perubahan strategi dari limit order ke market order dan perubahan order size yang diberikan pelaku pasar. Sedangkan aktivitas perdagangan diukur dengan frekuensi, volume dan nilai perdagangan.
Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa nominal spread dan relative spread menurun secara signifikan setelah penurunan fraksi harga saham. Namun demikian depth juga turun secara signifikan. Penurunan spread dapat diartikan sebagai peningkatan likuiditas karena menurunnya biaya immediacy; sedangkan penurunan depth dapat diartikan sebagai penurunan likuiditas karena menurunnya kemampuan untuk bertransaksi dalam jumlah besar tanpa memengaruhi harga.
Karena penurunan spread dan depth mempunyai arti yang saling bertentangan terhadap likuiditas, maka penelitian ini mengukur dampak terhadap likuiditas secara keseluruhan dengan mengikuti penelitian empiris sebelumnya yaitu menggunakan rasio depth-to-spread. Penelitian ini menemukan penurunan yang signifikan pada rasio depth-tospread setelah penurunan fraksi harga. Hal ini dapat diartikan bahwa penurunan depth (penurunan likuiditas) adalah lebih besar dibandingkan penurunan spread (peningkatan likuiditas). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan penurunan fraksi harga tidak meningkatkan likuiditas.
Quote Matchers mengambil kesempatan dengan semakin kecilnya fraksi harga. Mereka dapat memberikan order dengan harga yang sedikit lebih tinggi ketika ingin membeli atau sedikit lebih rendah ketika ingin menjual untuk mendahului order yang terlebih dahulu masuk. Untuk mengatasi para quote matcher, limit order traders akan menyembunyikan order mereka, memecah order atau merubah strategi limit order ke market order. Penelitian ini menemukan penurunan yang signifikan pada jumlah order (order size) yang diberikan investor setelah penurunan fraksi harga saham. Hal ini diduga sebagai strategi investor menyembunyikan order mereka dengan cara memecah order untuk mengatasi masalah quote matching yang timbul akibat fraksi harga yang semakin kecil.
Untuk mengukur apakah investor merubah strategi limit order menjadi market order penelitian ini menggunakan relative marketable limit order yaitu rasio volume marketable limit order dibagi total order yang masuk. Penelitian ini menemukan kenaikan yang signifikan pada relative marketable limit order. Hal ini berarti tetjadi peningkatan proporsi market order pada total order yang diberikan investor. Hal ini diduga sebagai perubahan strategi order investor dari limit order ke market order
Penelitian ini menemukan harga saham sebagai faktor yang membedakan dampak penurunan fraksi harga terhadap aktivitas perdagangan. Kelompok saham harga rendah mengalami kenaikan yang signifikan pada frekuensi, volume dan nilai perdagangan. Sedangkan kelompok saham harga tinggi walaupun terjadi peningkatan aktivitas perdagangan namun tidak signifikan. Penjelasan yang mungkin tepat adalah penurunan fraksi harga menyebabkan turunnya spread yang berarti menurunnya biaya transaksi. Penurunan biaya transaksi tersebut relatif cukup berarti bagi kelompok saham harga rendah sehingga meningkatkan aktivitas perdagangan. Sedangkan bagi kelompok saham harga tinggi penurunan biaya transaksi tersebut relatif tidak berarti untuk meningkatkan aktivitas
perdagangan.
Temuan pada penelitian ini memberikan beberapa implikasi. Bagi BEJ penurunan fraksi harga berhasil menaikan aktivitas perdagangan terutama untuk saham dengan harga rendah sehingga meningkatkan pendapatan BEJ. Bagi para investor, penurunan fraksi harga mempunyai implikasi yang beragam. Penurunan spread berarti menurunnya biaya immediacy. Namun penurunan depth menyebabkan menurunnya kemampuan untuk bertransaksi dalam jumlah besar tanpa memengaruhi harga. Dengan demikian penurunan fraksi harga menyebabkan saham-saham menjadi lebih likuid bagi investor yang bertransaksi dalam jumlah kecil namun menjadi kurang likuid bagi investor yang bertransaksi dalam jumlah besar. Penurunan fraksi harga juga menimbulkan masalah quote matching strategy. Hal ini ditanggapi oleh investor dengan cara memecah order mereka yaitu dengan jalan menurunkan order size mereka dan lebih memilih menggunakan market order dibanding limit order. Bagi para akademisi hasil penelitian ini semakin menguatkan kesimpulan bahwa penurunan fraksi harga saham akan menurunkan spread dan depth. Selain itu hasil penelitian ini memperluas studi empiris mengenai pengaruh penurunan fraksi harga saham terhadap strategi order yang dilakukan investor."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Sakhowi
"Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang ditandai dengan anjloknya nilai tukar rupiah atas US dollar, diikuti oleh meningkatnya suku bunga dan inflasi secara tajam telah menimbulkan kepanikan luar biasa bagi para investor di pasar saham Indonesia (Bursa Efek Jakarta). Kepanikan tersebut mendorong harga harga saham turun tajam sehingga indeks pasar (IHSG ) terpangkas hingga tinggal -/+ 40 %. Fenomena turunnya harga saham secara tajam yang dikaitkan dengan perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar, suku bunga dan inflasi merupakan permasalahan yang menarik untuk dikaji dengan menggunakan pendekatan Arbritage Pricing Theory (APT).
Studi ini mengajukan tiga permasalahan penelitian yang selanjutnya akan dijawab melalui pembuktian hipotesis. Pertama apakah ada pengaruh faktor perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar, perubahan suku bunga dan inflasi terhadap pasar saham (BET). Kedua apakah faktor perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar suku bunga dan inflasi memberi pengaruh yang berbeda pada perusahaan dengan debt to equity ratio berbeda. Ketiga apakah perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar, suku bunga dan inflasi memberi pengaruh yang berbeda pada industri yang berbeda.
Untuk menganalisis permasalahan penelitian digunakan model multi faktor (APT) sebagaimana yang digunakan Roll dan Ross (1986) dengan memakai model regresi multi variate. Analisis mengambil lokasi di Bursa Efek Jakarta (BET) dengan mengambil waktu pengamatan dari 1993 sampai 1998. Data harga saham dan Indeks Pasar (IHSG), suku bunga dan inflasi secara berturut turut diambil dari publikasi lembaga yang berkompeten yaitu BEJ, Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik. Semua series data yang digunakan sebagai variabel penelitian berbentuk time series karena itu variabel dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji stasionaritas untuk menghindari diperolehnya hasil yang menyesatkan. Pengujian atas koefisien regresi parsial dan simultan menggunakan uji t dan uji F. Dan untuk menguji perbedaan struktur regresi digunakan Chow test, sementara untuk menguji bentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung digunakan Granger causality test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar pada level, lag l dan lag 3, jumlah uang yang beredar (M2) sebagai indikator inflasi memberi pengaruh pada harga saham 1 indeks pasar (IHSG) secara signifikan pada taraf α=0.05. Dari uji Granger menunjukkan bahwa balk nilai tukar rupiah atas US dollar maupun M2 signifikan berpengaruh pads indeks pasar (IHSG). Sementara perubahan suku bunga ( nil ) tidak memberi pengaruh yang signifikan pada perubahan harga saham J indeks pasar (IHSG) baik dilihat dari uji t dari koefisien regresi maupun uji Granger.
Studi juga menemukan bahwa perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar, suku bunga dan inflasi (M2) memberi pengaruh yang berbeda pada emiten yang memiliki struktur modal berbeda yang diukur dengan tingkat debt to equity ratio (ER). Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji struktur regresi dari 2 kelompok observasi yang dibedakan DER tinggi dan DER. rendah dengan menggunakan Chow test menghasilkan nilai F hitung sebesar 717.97 yang lebih besar dari F tabel = 2.51 untuk taraf Selanjutnya hasil pengamatan terhadap return 7 portfolio yang diregresikan dengan variabel nilai tukar rupiah atas US dollar, suku bunga dan inflasi (variabel prediktor) menunjukkan terdapat perbedaan sensitivitas dan pengaruh yang signifikan antara industri yang berbeda terhadap perubahan tiga variabel prediktor. Secara keseluruhan hasil analisis dengan menggunakan model APT ini memiliki kemampuan untuk melakukan estimasi sehingga model yang dihasilkan layak untuk digunakan sebagai model dalam penilaian aset."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Wahyu Aji
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh likuiditas saham terhadap mispricing saham di Indonesia. Likuiditas saham diukur dengan mengunakan tiga ukuran yaitu, amihud illiquidity, amihud risk dan share turnover. Pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi berganda dan panel data dengan sampel sebanyak 92 perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia selama periode 2004-2011.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran (size) perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap mispricing saham. Book to market ratio perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap mispricing saham. Likuiditas saham dengan ukuran amihud illiquidity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap mispricing saham.
Likuiditas saham dengan ukuran amihud risk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap mispricing saham. Namun Likuiditas saham dengan ukuran share turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap mispricing saham.

The objective of this research is to analyze the effect of stock liquidity on stock mispricing at indonesia stock exchange. This Research uses multiple regression and panel data with 92 company listed at Indonesia Stock Exchange taken as a sample.
The result of this research shows that size and book to market ratio have negative effect and significantly influence stock mispricing. Stock Liquidity measured by amihud illiquidity shows that liquidity has negative effect and significantly influence stock mispricing.
Stock Liquidity measured by amihud risk also shows that liquidity has negative effect and significantly influence stock mispricing. However, Stock Liquidity measured by share turnover shows that liquidity has positive effect and significantly influence stock mispricing.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32212
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Hotma Parulian
"Penentuan harga pada saat pembukaan pasar adalah suatu hal yang sulit dan merupakan saat yang paling menentukan di hari perdagangan. Untuk memudahkan penentuan harga saat pembukaan, beberapa bursa di dunia telah memperkenalkan suatu periode pra-pembukaan. Harga indikatif yang dibentuk selama periode ini dapat memudahkan para investor untuk memperkirakan tingkat keseimbangan baru dan menentukan strategi optimum mereka. Akan tetapi, karena tidak ada perdagangan yang sesungguhnya terjadi hingga pasar dibuka secara resmi, investor bisa tergoda untuk memanipulasi harga.
Karya akhir ini bertujuan untuk mempelajari dampak periode pra-pembukaan terhadap volatilitas dan aktivitas saham ketika periode pra-pembukaan tersebut pertama sekali diperkenalkan oleh Bursa Efek Jakarta. Dengan menggunakan data intrahari dalam analisis, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah periode pra-pembukaan di BEJ dapat menurunkan tingkat asimetri informasi antar pelaku pasar yang diproksi dengan penurunan volatilitas pembukaan pasar yang selama ini terjadi. Disamping itu, riset ini juga ditujukan untuk mengetahui apakah periode pra-pembukaan mempengaruhi aktivitas perdagangan. Riset ini juga dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat perbedaan pola dinamika volatilitas dan aktivitas terkait dengan kapitalisasi perdagangan saham
Determining the price at the opening of the market is a difficult thing and is the most decisive moment of the trading day. To make it easier to determine the price at the opening, several exchanges around the world have introduced a pre-opening period. The indicative prices formed during this period can make it easier for investors to estimate new equilibrium levels and determine their optimum strategy. However, since no actual trading takes place until the market officially opens, investors can be tempted to manipulate prices.
This final paper aims to study the impact of the pre-opening period on volatility and stock activity when the pre-opening period was first introduced by the Jakarta Stock Exchange. By using intraday data in the analysis, this study is intended to test whether the pre-opening period on the JSE can reduce the level of information asymmetry between market participants which is proxied by the decrease in market opening volatility that has occurred so far. In addition, this research is also intended to determine whether the pre-opening period affects trading activity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Fezantino
"Banyaknya media yang muncul setelah era reformasi membuat persaingan antar media makin ketat dan memaksa perusahaan media melakukan berbagai cara untuk bertahan dalam persaingan, termasuk dalam memperoleh dana. Masuk ke pasar modal merupakan salah satu caranya. Sampai saat ini, dimulai oleh Tempo awal tahun 2001 sudah hanyak perusahaan media yang mencari dana dengan melepas saham ke Bursa Efek Jakarta. Namun sayang kinerja mereka ternyata tidaklah begitu bagus, karena harga saham perusahaan-perusahaan media terus merosot dan imbal hasil (return) saham perusahaan media yang diperoleh tidak menarik bagi para investor.
Penelitian ini memfokuskan pada empat perusahaan media, dua perusahaan media cetak (PT Tempo Inti Media Tbk dan PT Abdi Bangsa Tbk) dan dua perusahaan media eleklronik (PT Indosiar Visual Mandiri Tbk dan PT Surya Citra Media Tbk), dan bertujuan meneliti seberapa jauh pengaruh kapitalisasi pasar dan volume perdagangan saham perusahaan media terhadap imbal hasil saham perusahaan media.
Penelitian-penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Ying, Karpoff, Fama & French, Gallant, Rossi & Tauchen dan Lin, menunjukkan adanya pengaruh dari volume perdagangan dan kapitalisasi pasar terhadap imbal hasil saham. Namun menurut Schwert, untuk beda kala harian tingkat imbal hasil investasi saham besok hari ditentukan oleh tingkat imbal/hasil investasi saham hari ini.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan metode Vector Autoregression (VAR) menunjukkan bahwa ternyata pengaruh lag kemarin lebih besar daripada lag dua hari yang lalu untuk PT Tempo Inti Media Tbk dan PT Indusiar Visual Mandiri Tbk, sementara untuk PT Abdi Bangsa Tbk dan PT Surya Citra Media Tbk berlaku scbaliknya. Ini menunjukkan bagaimana pengaruh kedatangan informasi perdagangan bagi para investor terhadap keempat perusahaan media yang diteliti.
Terhadap variabel bebas yang diteliti, volume perdagangan dan kapitalisasi pasar ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap imbal hasil saham, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk PT Tempo Inti Media Tbk, PT Indosiar Visual Mandiri Tbk dan PT Surya Citra Media Tbk. Sementara untuk PT Abdi Bangsa volume perdagangan dan kapitalisasi pasar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap imbal hasil saham.

The rising number of mass media since reform era makes media companies compete tighter. Listing into capital market is one of the common ways to solve the problem. At this moment, started by Tempo in early 2001, there are many media companies sitars their stocks to Jakarta Stock Exchange. Unfortunately. their performance is not as good as expected, because their stock price tends to decrease. Ii implies their stock return does not interest the investors.
This research focused on four media companies, two printed media companies, namely PT Tempo Inti Media Tbk and PT Abdi Bangsa Tbk and two television companies, namely PT Indosiar Visual Mandiri Tbk and PT Surya Citra Media Tbk. The objective was to find out the influence of market capitalization and trading volume to stock return of media companies.
Previous researches. such as done by Ying, Karpoff, Fama & French. Gallant, Rossi & Tauchen and Lin, found that there was significant influence from trading volume and market capitalization to stock returns. On the other hand, according to the research done by Sehwert, in Daily time lag stock return rate for tomorrow influenced by today stock return rate.
This research, processed by Vector Autoregression (VAR) method, found that first lag had more influence than second lag for PT Tempo Inti Media Tbk and PT Indosiar Visual Mandiri Tbk. Meanwhile, for PT Abdi Bangsa Tbk and PT Surya Citra Media Tbk forted the other way. It showed the influence of thud coming of trading information of all four media companies for investor.
It also found that trading volume and market capitalization had no significant influence to stock return, neither simultaneously nor stand alone for PT Tempo Inti Media Tbk, PT Indosiar Visual Mandiri Tbk and PT Surya Citra Media Tbk. Meanwhile, they had significant influence to stork return for PT Abdi Bangsa Tbk, either simultaneously or stand alone.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T 13916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Wibowo
"ABSTRAK
Pasar modal merupakan alternatif tempat investasi yang menguntungkan disamping pasar uang, obligasi, emas, tanah dan lain-lain. Pasar modal menarik untuk dianalisis karena instrumen pasar modal yaitu harga saham sering berfluktuasl sehingga merupakan sarana yang tepat bagi investor untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
Salah satu kunci sukses dari investasi dalam saham di pasar modal adalah pengetahuan tentang pasar saham, trend dan tindakan yang tepat untuk memanfaatkan momentum pasar saham. Untuk mencapai tujuan tersebut, investor memerlukan sistem atau metode. yang cocok untuk menganalisis harga saham secara menyeluruh. Dalam analisis saham terdapat dua pendekatan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Masing-masing pendekatan mempunyai cara yang berbeda dan kelebihan yang dapat digunakan dalam seleksi saham. Analisis fundamental menggunakan top down analysis, yaitu analisis makroekonomi, industri dan keadaan keuangan perusahaan. Dasar analisisnya adalah keadaan keuangan perusahaan tahun-tahun yang lampau dan proyeksinya yang meliputi forecast earnings, deviden dan sales growth. Analisis teknikal sebaliknya, hanya memperhatikan trend harga dengan memprediksikan harga saham yang akan datang dalam bentuk charting dan indikator saham yang terjadi. Analisis teknikal, selain digunakan dalam analisis saham, dapat juga dipakai pada analisis obligasi, pasar komoditi, pasar uang dan pasar derivatif.
Dalam karya akhir ini dibahas metode analisis teknikal. Model analisis yang dipakai adalah model simple moving average, relative strength index dan candlestick. Ketiga model ini dipakai karena dapat mewakili analisis teknikal secara umum yang meliputi charting, indikator dan oscillator. Masalahnya adalah manakah dari ketiga model tersebut atau kombinasi dari model-model tersebut yang paling efektif digunakan investor sebagai model pemilihan saham untuk investasinya.
Dengan menggu nakan analisis teknikal dari ketiga model inl, investor dapat memprediksi trend pasar baik bullish atau bearish, menghitung relatif return yang didapat tiap model, dan membandtngkan dengan kondisi ideal perdagangan yaitu model maximum profit untuk mendapatkan tingkat efisiensi tiap modeL Kondisi ideal perdagangan adalah keuntungan maksimum yang dldapat dengan membeli saham pada harga terendah dan menjual kembali saham pada harga tertinggi untuk setiap siklus transaksinya.
Pemilihan sa ham PT. Telkom didasarkan pada pertimbangan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta" Perolehan data didapat dari harga penutupan saham PT Te!kom. Periode data yang ditentukan adalah dari tanggal 14 November 1995 sampai dengan tanggal 3 Mel 1999. HasH analisis dengan menggunakan data tersebut sebagai masukan adalah untuk model simple moving average, candlestick dan relative strength index rnempero!eh return berturut-turut sebesar 52.62%, 40,58%, dan i 3,07"/o per tahun.
Kesimpulan yang didapat dari hasH analisis ini adalah model simple moving average dan candlestick dapat memprerliksi harga saham dengan baik, karena menunjukkan return yang tinggL Return kedua modet ini masih lebib tinggi jika dibandingkan dengan retum ratarata deposito pada kondisi ekonomi normal. Sedartgkan untuk model relative strength index menunjukkan return yang rendah, sehingga mode! rt:/ative strenglh index akan lebih baik digunakan jika digabungkan dengan model analisis lafn sebagai intOrmasi tambahan.
Masing-masing model analisis mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan antara satu model dengan model lainnya. Kelebihan model simple moving average adaiah model ini relatif sederhana dan basil analisisnya cukup baik. Kelebihan model candlestick ada!ah dapat digunakan untuk mengidentifikasikan pola yang terjadi sebagai support dan resistance daJam memprediksi barga saham, Sedangkan kelebihan model relative strength index adalab dapat digunakan untuk menentukan supply dan demand pada sabam tersebut.
Disamping kelebihan tersebut terdapat juga beberapa ke!emahan dari masing-masing modeL Kelemahan simple moving average adalah tidak di!akukan pembobotan pada data yang terbaru sedangkan data terbaru mempunyai .nilai informasi yang iebih baik dari data lama. Kelemahan candlestick adalah sulitnya dalam ·pengelompoklcan pola. Pola yang terbentuk di model candlestick sangat bervariasi sebagai akibat jenis variasi candlestick yang banyak Sedangkan kelemahan relative strength index adaiah pada umumnya basil re111rnnya rendah. Kesimpulan umum dari basil analisis dengan rnempergunakan metode analisis teknikat adalah pasar saham akan tetap sempurna meskipun semua investor menggunakan metode analisis teknikal dalam melak:ukan analisis pasar. Distorsi harga dalam pasar saham dapat terjadi sebagai akibat prediksi harga saham yang hanya berdasarkan pada sinyal bullish dan sinyal bearish.
Dengan basil analisis di atas. rekomendasi yang diberikan dari penggunaan metode analisis teknikal untuk memprediksi harga pasar adalah sebaiknya investor memakai model simple moving average. Keputusan investasi yang dilakukan investor dengan menggunakan model simple moving average akan menghasilkan return yang tinggi~ apalagi jika penggunaannya digabungkan dengan model candlestick dan model relative strength index."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>