Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoga Yuniadi
"Sinkap vasovagal merupakan masalah kesehatan yang sering didapatkan pada populasi dewasa muda. Tilt table teat (ITT) merupakan satu-satunya metoda diagnosis sinkop vasovagal. Isoprenalin yang merupakan obal baku yang digunakan pada ITT saat ini sulit sekali didapatkan di Indonesia, oleh karena itu kami melakukan studi hemodinamik dari isosorbide dinitrate (ISDN) yang merupakan alternative bagi isoprenaline karena memiliki cara kerja yang serupa melalui penimbunan darah di vena. Sebanyak 17 orang dewasa muda yang sehat (rerata umur 28,6 ±4.7 tahun, dan pria 14 orang) menjalani TIT dengan memakai ISDN 400 ug disemprotkan sublingual sebagai obat provokatif. Perubahan hemodinamik. yang ferjadi selama fase dasar dan provokatif diuknr. Tidak satupun dari 17 subyek yang mengalami sinkop. Sekalipun terdapat penuriman bermakna pada tekanan darah sistolik, diastolik dan lekanan rerata arteri serta peningkatan bermakana laju jantung, akan tetapi perubahan-perubahan itu tidak cukup bermakna nntitk menyebabkan sinkop. Kesimpulannya pemberian ISDN semprot sublingual pada populasi dewasa muda sehat yang menjalani TTT menyebabkan perubahan hemodinamik yang bermakna tetapi tidak menimbulkan sinkop. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penggunaan ISDN sebagai obat provokatif pada TIT. (Med J Indones 2006; 15:24-9).

Vasovagal syncope is a common health problem in young adult population. Tilt table test (TTT) is the only method to diagnose vasovagal syncope. Since isoprenaline as a standard provocative drug of TTT is hard to be found in Indonesia, we xtndv the haemodynamic effect of isosorbide dinitrate (ISDN) which has similar venous pooling effect with isoprenaline. Seventeen young healthy adult subjects (age of 28.6 ±4.7 year old. and 14 males) underwent ITT using 400 fig ISDN spray sublingually as a provocative drug. The haemodynamic changes were observed during baseline and provocative phase. None of 17 subjects experienced of syncope. Although, the systolic, diastolic, and mean arterial blood pressure were significantly decreased and the heart rate significantly increased after ISDN administration, but the changes were not sufficient to cause sync-opal event. In conclusion sublingual ISDN spray during TTT of young healthy adult subject changes haemodynamic measures but did not cause syncope. These results give a reasonable basic for ISDN usage as provocative drug of TTT. (Med J Indones 2006; 15:24-9)"
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-1-JanMarch2006-24
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Tujuan: Dalam menilai status gizi usia lanjut (lansia) seringkali ditemukan kesulitan pengukuran tinggi badan (TB) akibat kelainan tulang belakang dan mobilitas. Salah satu alternatifnya menggunakan nilai prediksi dari panjang depa, tinggi lutut, dan tinggi duduk. Beberapa persamaan ketiga prediktor tersebut telah dikembangkan untuk memperkirakan TB lansia Indonesia. Persamaan yang tertuang dalam kartu Penilaian Status Gizi (PSG) lansia ini dan merupakan teknologi pertama di Indonesia, harus diujicobakan lebih dahulu sebelum diterapkan di masyarakat. Tujuan studi adalah untuk melakukan verifikasi model TB prediksi dalam kartu PSG dengan TB sebenarnya. Metode: Disain cross sectional melalui pengukuran antropometri pada 400 lansia sehat di Jakarta telah dilakukan. Studi ini merupakan studi validasi kedua, selain studi pertama yang telah dilakukan di Kota Depok mewakili wilayah semi urban. Hasil: Lansia laki-laki memiliki rata-rata usia, TB, berat badan, panjang depa, tinggi lutut, dan tinggi duduk lebih tinggi dibandingkan lansia perempuan. Korelasi terbesar ditemukan pada prediktor tinggi lutut dengan nilai yang sama pada lansia perempuan (r = 0.80; P < 0.001) dan laki-laki (r = 0.78; P < 0.001), selanjutnya panjang depa, dan tinggi duduk. Tinggi lutut memiliki selisih paling rendah dengan tinggi badan sebenarnya pada laki-laki (3,13 cm) dan perempuan (2,79 cm). Tinggi lutut mempunyai nilai sensitivitas tertinggi (92,2%) dan nilai spesifisitas terbesar pada tinggi duduk (91,2%). Kesimpulan: Persamaan TB prediksi berdasarkan panjang depa, tinggi lutut, dan tinggi duduk dapat digunakan dalam menilai status gizi lansia Indonesia.

Abstract
Aim: In an anthropometric assessment, elderly are frequently unable to measure their height due to mobility and skeletal deformities. An alternative is to use a surrogate value of stature from arm span, knee height, and sitting height. The equations developed for predicting height in Indonesian elderly using these three predictors. The equations put in the nutritional assessment card (NSA) of older people. Before the card which is the first new technology in Indonesia will be applied in the community, it should be tested. The study aimed was to conduct diagnostic test of predicted height model in the card compared to actual height. Methods: Model validation towards 400 healthy elderly conducted in Jakarta City with cross-sectional design. The study was the second validation test of the model besides Depok City representing semi urban area which was undertaken as the first study. Result: Male elderly had higher mean age, height, weight, arm span, knee height, and sitting height as compared to female elderly. The highest correlation between knee height and standing height was similar in women (r = 0.80; P < 0.001) and men (r = 0.78; P < 0.001), and followed by arm span and sitting height. Knee height had the lowest difference with standing height in men (3.13 cm) and women (2.79 cm). Knee height had the biggest sensitivity (92.2%), and the highest specificity on sitting height (91.2%). Conclusion: Stature prediction equation based on knee-height, arm span, and sitting height are applicable for nutritional status assessment in Indonesian elderly."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Mailis Suyanti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih tingginya pengembalian berkas klaim Inacbg’s Rawat Inap di RS Kanker “Dharmais” dimana pengembalian tertinggi disebabkan oleh konfirmasi koding dan resume medis. Hal ini berpotensi menimbulkan kerugan bagi RS akibat pembayaran klaim yang tertunda. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kelengkapan dan ketepatan komponen diagnosis, prosedur dan koding terhadap besaran tarif klaim INA-CBG’s rawat inap di RS Kanker “Dharmais”. Studi kasus ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan telaah resume medis pasien kanker payudara yang mendapatkan kemoterapi selama bulan Maret 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaklengkapan pengisian resume medis tertinggi dalam pengisian indikasi masuk rawat 41%, pemeriksaan fisik 20%, dan pemeriksaan penunjang 4% dari total 45 kasus yang ditelaah. Angka ketidaksesuaian penulisan diagnosis sekunder dan prosedur berturut-turut sebesar 40% dan 37.8%. Namun penulisan diagnosis utama sudah sesuai antara rekam medis dan resume medis. Ketidaktepatan koding diagnosis utama masih ditemukan yaitu sebesar 17.8%. Akibat dari ketidaktepatan koding diagnosis utama, ketidaksesuaian diagnosis sekunder dan ketidaksesuaian prosedur/tindakan terdapat selisih negatif sebesar Rp. 142.763.800. Untuk itu komitmen dari manajemen RS Kanker “Dharmais” yaitu tim yang terlibat dalam koding final yang merupakan tim internal rumah sakit perlu diperkuat dalam rangka meningkatkan kualitas berkas klaim dari aspek kelengkapan dan ketepatan diagnosis, prosedur dan koding sehingga didapatkan nilai klaim INA-CBG’s yang tepat.

The background of this research is the highest return of inpatient Inacbg’s claim in Dharmais Cancer Center because of confirmation of coding and medical resume. This would potentially become hospital loss of payment due to pending claims payments. The study was aiming to analyzing the completeness and accuracy of diagnosis, procedure and coding against amount of INA-CBG’s inpatient claim rate in Dharmais National Cancer Center. This case study research was using a qualitative approach by doing the indeph interview and analyzing the medical resume of breast cancer patients who received chemotherapy during March 2018. The result revealed that the incompleteness of the medical resume written was high in certain component e.a indication of admission (41%), physical examination (20%), supporting investigation(4%) of total 45 cases reviewed. Incorrect written of secondary diagnosis and procedure was 40% and 37.8%. Primary diagnosis is found match between medical record and medical resume. However, inaccuracy of primary diagnosis coding was found in the amount of 17.8%. Due to incompleteness and inaccuracy of claim have potentially effect hospital loss approximately by Rp. 142.763.800. Therefore, hospital should empowered the internal team tahat involve in the process of final coding in order to improve the quality of claim document started from the aspect of completeness and accuracy of diagnosis, procedure and coding to obtain the right claim value of INACBG’s.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Mahyuli
"Latar Belakang : Salah satu dampak sistemik dari penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yaitu modifikasi tipe otot skeletal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai tingkat kelelahan kaki dengan menilai skala Borg lelah dan asam laktat perifer sebagai penanda kelelahan kaki
Metode : Desain penelitian ini adalah studi potong lintang, terdiri dari 34 subjek PPOK dan 25 subjek kontrol sehat yang seusia dengan usia subjek PPOK. Subjek dinilai skala Borg kelelahan kaki lelah dan asam laktat perifer sebelum dan sesudah uji jalan 6 menit (UJ6M).
Hasil : Terdapat peningkatan lebih tinggi median asam laktat yang tidak bermakna (p > 0,05) secara statistik antara subjek PPOK (0,5) dibandingkan kontrol (0,45). Terdapat peningkatan median skala Borg lelah yang bermakna (p < 0,001) antara subjek PPOK (5,0) dibandingkan subjek kontrol (1,0). Terdapat jarak tempuh yang lebih besar secara bermakna pada subjek kontrol dibandingkan subjek PPOK (p < 0,05).
Kesimpulan : Kelompok PPOK memiliki peningkatan asam laktat yang tidak bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Kelompok PPOK memiliki peningkatan skala Borg kaki lelah yang lebih besar dan berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol.

Background : One of systemic effects of COPD is a modification of skeletal muscle fiber types. The objective of this study is to determine the increase of leg fatigue by using Borg scale leg fatigue and lactic acid level.
Methods : This is a cross-sectional study design. The samples were 34 COPD patients and 25 healthy adults with the same age as COPD patients as the control. The lactic acid level and Borg leg fatigue scale were measured before and after six minute walking test (6MWT).
Results : There was an unsignificantly difference change of median of lactic acid level (p > 0,05) between COPD (0,5 mMol) compared to control (0,45 mMol). There was a statistically significant difference (p < 0,001) change of leg fatigue Borg scale between COPD (5,0) compared to control (1,0). There was a significantly (p < 0,05) higher mean of distance of 6MWT in control subjects (411,62 meters) compared to COPD (364 meters).
Conclusion : COPD patients had an unsignificantly increase of lactic acid level after the 6MWT compared to control subjects. COPD patients had a significantly higher leg fatigue Borg scale compared to control after the 6MWT.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andriani
"ABSTRAK
Latar belakang : Tuberkulosis TB merupakan masalah kesehatan dunia dan di Indonesia. Data Global Tuberculosis Report 2015 menyatakan hanya 3 juta 58 dari 5,2 juta kasus TB paru di dunia pada tahun 2014 dikonfirmasi secara bakteriologis menggunakan pemeriksaan apusan dahak basil tahan asam BTA , biakan Mycobacterium tuberculosis M. tb atau Xpert MTB/RIF. Kasus TB dengan hasil apusan dahak BTA negatif dilaporkan sebanyak 36 dari total kasus TB di dunia dan sebanyak 104.866 kasus 32 dari total kasus TB di Indonesia. Pemeriksaan Xpert MTB/RIF adalah pemeriksaan molekuler yang mendeteksi M. tb dalam dua jam. Belum banyak data mengenai peran pemeriksaan Xpert MTB/RIF dibandingkan dengan pemeriksaan biakan M.tb sebagai pemeriksaan baku emas di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi pemeriksaan Xpert MTB/RIF dalam mendeteksi M.tb dibandingkan dengan biakan M.tb sebagai baku emas pada pasien TB paru klinis kasus baru.Metode : Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dan sampel dikumpulkan secara consecutive sampling terhadap 71 pasien TB paru klinis kasus baru dengan hasil apusan dahak BTA 3 kali negatif di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta mulai bulan Januari hingga Agustus 2016. Dilakukan pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF, dahak biakan M.tb dengan media Lowenstein-Jensen dan pengambilan data gambaran foto toraks dalam 1 bulan terakhir.Hasil : Terdapat 71 sampel penelitian yaitu pasien TB paru klinis kasus baru dengan hasil apusan dahak BTA negatif di RSUP Persahabatan Jakarta dari bulan Januari ndash; Agustus 2016. Karakteristik pasien terbanyak adalah laki-laki 62 , usia 40-59 tahun 47,9 , IMT 18,5-24,99 60,6 , tidak pernah merokok 49,3 , IB ringan 69 , tidak terdapat kontak TB 80,3 , penyakit komorbid tumor paru 12,7 , keluhan batuk ge;2 minggu 74,6 dan gambaran foto toraks curiga TB berupa lesi luas 76,1 . Berdasarkan total 71 pasien, hasil pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF hanya positif M. tb terdeteksi pada 10 pasien dengan sebanyak 5 pasien dari jumlah tersebut memiliki hasil pemeriksaan dahak biakan M.tb positif. Sebaliknya, ditemukan hasil pemeriksaan dahak biakan M.tb positif dan hasil pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF negatif M. tb tidak terdeteksi pada 1 pasien.Kesimpulan : Pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF dibandingkan dengan dahak biakan M.tb dengan media Lowenstein-Jensen sebagai baku emas memiliki sensitivitas 83,33 , spesifisitas 92,3 , nilai duga positif 50 , nilai duga negatif 98,36 , rasio kemungkinan positif 10,81 dan rasio kemungkinan negatif 0,18 pada pasien TB paru klinis kasus baru.

ABSTRACT
Background Tuberculosis TB is one of the health problems in the world and in Indonesia. Global Tuberculosis Report 2015 states that only 3 million 58 of the estimated 5.2 million pulmonary TB in 2014 were bacteriologically confirmed using acid fast bacilli AFB assay, Mycobacterium tuberculosis M. tb culture or Xpert MTB RIF. Smear negative TB cases are reported as many as 36 of all TB cases in the world and 104.866 cases 32 of all TB cases in Indonesia. Xpert MTB RIF assay is a rapid molecular test which can detect M. tb within two hours. There has been lack of datas about the role of Xpert MTB RIF assay compared to M. tb culture as gold standard in developing countries, especially Indonesia. This study aims to evaluate the accuracy of Xpert MTB RIF assay for M. tb detection compared to M.tb culture as gold standard in clinically diagnosed tuberculosis new case patients.Methods This study used diagnostic test design study and all samples collected using consecutive sampling of the 71 clinically diagnosed tuberculosis new case patients with three times AFB negative sputum results in Persahabatan Hospital, Jakarta from Januari to August 2016. Xpert MTB RIF assay, M. tb culture with Lowenstein Jensen medium and chest radiograph in last 1 month were done.Results There are 71 samples which are clinically diagnosed tuberculosis new case patients with acid fast bacilli negative in Persahabatan Hospital, Jakarta from Januari ndash August 2016. Patient characteristics with the highest result are male 62 , 40 59 year old 47.9 , BMI 18,5 24,99 60.6 , non smoker 49.3 , IB mild 69 , no TB contacts 80.3 , lung tumors as comorbid disease 12.7 , symptom cough ge 2 weeks 74.6 and chest radiograph with far advanced lesion 76.1 . Based on total 71 patients, Xpert MTB RIF is only positive M. tb detected in 10 patients with 5 of them have positive M. tb culture. On the other hand, there is 1 patient with positive M. tb culture and negative Xpert MTB RIF M. tb not detected . Conclusion The Xpert MTB RIF compared to M.tb culture with Lowenstein Jensen medium as gold standard has sensitivity 83.33 , specificity 92.3 , positive predictive value 50 , negative predictive value 98.36 , positive likehood ratio 10.81 and negative likehood ratio 0.18 in clinically diagnosed tuberculosis new case patients. "
2016
T55698
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: F.A. Davis, 1997
R 616.07 JAF d
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Diana
"Tuberkulosis resisten obat (TBRO) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat serius di dunia. TBRO adalah keadaan dimana bakteri tuberkulosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Untuk memastikan terapi obat yang diberikan aman, efektif, dan rasional diperlukan pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien TBRO. Studi retrospektif ini dilakukan pada pasien TBRO yang mendapatkan terapi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) antara April hingga Agustus 2022. Kriteria inklusi pada PTO ini adalah pasien yang tertulis diagnosis TBRO di rekam medik dengan data riwayat pengobatan lengkap. Dari 26 pasien TBRO, didapatkan 20 pasien dengan paduan terapi jangka panjang dan 6 pasien dengan paduan terapi jangka pendek. Dari 20 pasien yang mendapatkan paduan terapi jangka panjang, 3 pasien diantaranya meninggal dunia. Dari 23 pasien yang dilakukan pemantauan terapi obat di Poli TBRO RSUI, sebanyak 87% pasien sudah tepat dosis, 60,9% pasien sudah mendapatkan terapi efek samping obat yang sesuai, dan 87% pasien mendapatkan paduan pengobatan yang sesuai.

Drug-resistant tuberculosis (TBRO) is a very serious health problem in the world. TBRO is a condition where the tuberculosis bacteria can no longer be killed with anti-tuberculosis drugs (OAT). To ensure that drug therapy is safe, effective, and rational, it is necessary to monitor drug therapy (PTO) in TBRO patients. This retrospective study was conducted on TBRO patients receiving therapy at the University of Indonesia Hospital (RSUI) between April and August 2022. The inclusion criteria for this PTO were patients who had a TBRO diagnosis written in the medical record with complete medical history data. Of the 26 TBRO patients, 20 patients received long/individual regiment and 6 patients with short treatment regiment (STR). Of the 20 patients who received long-term therapy, 3 of them died. Of the 23 patients who were monitored for drug therapy at the RSUI TBRO Polyclinic, as many as 87% of patients received the right dose, 60.9% of patients received appropriate drug side effect therapy, and 87% of patients received appropriate treatment regimens."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wicaksono
"Background: genitourinary tuberculosis (GUTB) refers to a Mycobacterium tuberculosis infection of the urinary tract with clinical manifestation masquerading as various urological diagnostic entities. With an incidence rate of 192-232 per 100,000 individuals, current diagnoses have fallen short in comparison to the total incidence. Combined with an atypical and non-specific manifestation, a high false negative rate of acid-fast bacilli (AFB) staining, and long AFB culture duration has made diagnosis difficult. We aim to gather current available evidence regarding the diagnostic performance of polymerase chain reaction (PCR) in the diagnosis of GUTB. Methods: a literature search was conducted in four different, well-known databases using a predetermined PICO, keywords, and Boolean operators. All included articles will be subjected to rigorous appraisal according the University of Oxford's Centre for Evidence-Based Medicine (CEBM) Diagnostic Variability Criteria. Review and meta-analysis will be subjected to the QFAITH appraisal checklist to assess its quality. Results: out of a total of 243 initial search results, 11 relevant studies were determined after title and abstract screening. Additionally, nine articles were excluded based on the predetermined criteria. Two fully appraised articles were included in the study: one systematic review article, revealing a heterogenous (I2 = unstated; p = unstated) result of sensitivity mean above 85% and specificity above 75%; and one cross-sectional diagnostic study that reported the use of two different PCR primers: IS6110-PCR and 16SrRNA-PCR primer with a sensitivity of 95.99% and 87.05% and specificity of 98.11% and 98.9%, respectively. Conclusion: current limited evidence showed that PCR could not be solely used for the diagnosis of GUTB, but its use is recommended to guide patient treatment and monitoring."
Jakarta: Faculty of Medicine University of Indonesia, 2021
610 UI-IJIM 53:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Atkinson, Peter
London : Academic Press, 1982
616.075 43 ATK d (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>