Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173647 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rustam Effendi
"ABSTRAK
Penyakit carcinoma cervicis uteri masih merupakan masalah karena diagnosisnya sering terlambat dibuat; karena itu penanganan sering tidak dapat dilakukan secara sempurna sehingga hasil 5 tahun [5 year survival rate] belum memuaskan. Salah satu hal yang menyebabkan keterlambatan diagnosis ialah adanya lapisan masyarakat tertentu yang berusaha. sendiri mengatasi keluhan-keluhan yang menjurus ke keganasan. Umumnya mereka berusaha mengatasi sendiri keluhan-keluhan yang dideritanya, dan jika tidak teratasi lagi baru mereka meminta pertolongan kepada dokter.
Dengan menggunakan radiasi berupa pemasangan batang-batang radium dan dengan menggunakan pesawat telekobalt didapatkan hasil 5 tahun oleh Harahap dkk. [1] sebanyak 48,2 % dari 1027 penderita carcinoma cervicis uteri yang dirawat tahun 1970 - 1974. Dengan penanganan yang sama Rutledge [2] melaporkan hasil 5 tahun sebanyak 56,1 % dari 2.000 penderita selama 25 tahun [91,0 % untuk tingkat klinik I].
Dengan operasi radikal hasil 5 tahun yang diperoleh kira-kira sama dengan hasil penyinaran [3, 4, 5]. Hasil 5 tahun dengan operasi radikal dilaporkan oleh Natsurne [6] sebanyak 91,0 % untuk tingkat klinik I dan 87,0 % untuk tingkat klinik II.
Dengan menggabungkan tindakan operasi radikal dan penyinaran dengan sinar gamma ternyata Einhorn dkk. [7] dapat melaporkan hasil yang lebih baik. Dengan cara yang sama Funnel dkk. [8] menemukan hasil 15 tahun sebanyak 77.6 % pada tingkat klinik I, 63.2 % pada tingkat klinik II, dan 66,7 % untuk tingkat klinik III.
Penyulit tindakan operasi radikal, penyinaran, ataupun gabungan keduanya dapat direndahkan jika dilakukan secara baik dan hati-hati. Penggunaan radium dalam rangka penyinaran carcinoma cervicis uteri dapat menimbulkan fistulasi pada saluran perkencingan dan usus seperti terlihat pada laporan Boronow [9], Fletcher dan Ruteldge [10]. atau van Nagel dkk. [I1, 12]. Dengan tindakan operasi radikal yang tidak hati-hati, dapat pula terjadi fistulasi pada saluran perkencingan dan usus [13] ataupun kista pemuluh limf [14]. Penggabungan tindakan operasi radikal dengan tindakan penyinaran memungkinkan terjadinya penyulit lebih banyak seperti dilaporkan oleh Rafla [15]."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1983
D17
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Rustam E.
Jakarta: UI-Press, 1984
616.994 66 HAR n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia
"Latar Belakang: Proktitis radiasi merupakan komplikasi yang sering dijumpai akibat terapi radiasi pada pasien keganasan pelvis. Berbeda dengan proktitis radiasi akut yang umumnya self-limiting, proktitis radiasi kronik (PRK) dapat berdampak pada menurunnya kualitas hidup dan meningkatnya biaya kesehatan, morbiditas, dan bahkan mortalitas pasien.
Tujuan: Mengevaluasi insidens dan faktor-faktor risiko terjadinya PRK pada pasien kanker leher rahim (KLR) yang mendapatkan terapi radiasi.
Metode: Dilakukan analisis retrospektif pada pasien-pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi di Departemen Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta selama kurun waktu 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010. Data mengenai pasien, faktor yang berhubungan dengan terapi radiasi, dan PRK akibat komplikasi lanjut dari terapi radiasi dikumpulkan dari catatan medik pasien.
Hasil: Selama periode tersebut, terdapat 234 pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Dengan median follow-up selama 30 bulan, didapatkan 12 pasien [5,1% (IK 95% 2,28-7,92%)] mengalami PRK (6 proktitis, 6 proktosigmoiditis). PRK terjadi pada 7-29 bulan setelah terapi radiasi selesai (median 14,5 bulan) dan 87% dari seluruh PRK terjadi dalam 24 bulan pertama setelah terapi radiasi. Dengan analisis multivariat Cox regresi, didapatkan hubungan bermakna antara dosis total radiasi yang diterima rektum >65 Gy (HR 7,96; IK 95% 2,30-27,50; p=0,001) dan usia ≥60 tahun (HR 5,42; IK 95% 1,65-17,86; p=0,005) dengan terjadinya PRK. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara teknik radiasi 2 dimensional external radiation therapy (2D-XRT) (HR 1,36; IK 95% 0,41-4,51; p=0,616), riwayat histerektomi (HR 1,14; IK 95% 0,34-3,79; p=0,83), dan indeks massa tubuh (IMT) <18,5 kg/m2 (HR 2,34; IK 95% 0,51-10,70; p=0,265) dengan terjadinya PRK.
Simpulan: Insidens kumulatif PRK selama 3 tahun pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi adalah 5,1% (IK 95% 2,28-7,92%). Dosis total radiasi yang diterima rektum >65 Gy dan usia ≥60 tahun merupakan faktor risiko potensial terjadinya PRK pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi. Teknik radiasi 2D-XRT, riwayat histerektomi, dan IMT <18,5 kg/m2 belum dapat dibuktikan sebagai faktor risiko terjadinya PRK pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi.

Background: Radiation proctitis is frequently occured as a complication of radiotherapy for pelvic malignancies. Unlike acute radiation proctitis that is usually self-limiting, chronic radiation proctitis (CRP) can impact on quality of life and increase health cost, morbidity, and even mortality of the patients.
Aims: To evaluate the incidence and risk factors of CRP after radiotherapy in patients with cervical cancer (CC).
Methods: A detailed retrospective analysis was performed on CC patients who had radiotherapy at the Department of Radiotherapy Faculty of Medicine, The University of Indonesia/Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta from 1st January to 31st December 2010. Data on patient, treatment-related factors, as well as CRP as late complication of radiotherapy were collected from patients’ medical records.
Results: During that period of time, 234 patients met the criteria for this study. With a median follow-up of 30 months, 12 patients [5,1% (CI 95% 2,28-7,92%)] developed CRP (6 proctitis, 6 proctosigmoiditis). CRP occured 7-29 months after completion of radiotherapy (median 14,5 months) and 87% of all CRP occured within 24 months after radiotherapy. Multivariate Cox regression analysis demonstrated significant association between the total rectal-received dose >65 Gy (HR 7,96; CI 95% 2,30-27,50; p=0,001) and age ≥60 years (HR 5,42; CI 95% 1,65-17,86; p=0,005) and the occurrence of CRP. There was no significant association between 2 dimensional external radiation therapy (2D-XRT) technique (HR 1,36; CI 95% 0,41-4,51; p=0,616), history of hysterectomy (HR 1,14; CI 95% 0,34-3,79; p=0,83), and body mass index (BMI) <18,5 kg/m2 (HR 2,34; CI 95% 0,51-10,70; p=0,265) and the occurrence of CRP.
Conclusions: The 3 years cumulative incidence of CRP after radiotherapy in patients with CC is 5,1% (CI 95% 2,28-7,92%). The total rectal-received dose >65 Gy and age ≥60 years are the potential risk factors of CRP after radiotherapy in CC patients. The 2D-XRT technique, history of hysterectomy, and BMI <18,5 kg/m2 have not been proven as the risk factors of CRP after radiotherapy in CC patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Aji Jati Nusa Kartika
"Cervical cancer is women?s health issues in Indonesia, with high incidence and mortality rate. In worldwide, 493.243 people has detected cervical cancer per year, with mortality rate reach 273.505 people per year. Early detection of cervical cancer with IVA is an alternative method with lower cost and recommended for health facilities with limited resources. Public health centre Jatinegera was a referral health centre with facility to detect cervical cancer using IVA. This research to determine the factors associated with woman of fertile age?s practice in cervical cancer early detaection using IVA. This research was conducted in public health centre Jatinegara to 105 woman of fertile age?s who had married aged 15-49 years, by using quantitative method with cross sectional approach, analyzed in univariate and bivariate. The results showed there is no significant relationship between behavior to detect cervical cancer early with IVA with knowledge, attitude, information on the availability of facilities and infrastructure, support from health workers, and support from their husband. Health promotion efforts should be made to the elementary woman of fertile age?s with the involvement of their husband and family.

Kanker serviks merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia, sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian yang tinggi.Di dunia diketahui sebanyak 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian 273.505 jiwa per tahun.Deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA merupakan alternatif pemeriksaan yang berbiaya rendah yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya terbatas.Puskesmas Kecamatan Jatinegara merupakan puskesmas rujukan yang memiliki pelayanan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegaraterhadap 105 wanita usia subur yang sudah menikah berumur 15-49 tahun dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi cross sectional,dianalisa secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA dengan pengetahuan, sikap, informasi ketersediaan sarana dan prasarana, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan suami. Dari hasil penelitian, perlu dilakukan upaya promosi kesehatan pada wanita usia subur dengan melibatkan suami dan keluarga.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Wiguna
"Latar Belakang
Sebesar lebih dari 70% kasus kanker serviks berhubungan dengan adanya infeksi oleh HPV tipe high-risk, terutama tipe 16/18 yang merupakan tipe paling agresif. Infeksi persisten oleh HPV tipe high-risk dapat menyebabkan perkembangan lesi serviks menjadi kanker sehingga infeksi tersebut penting untuk terdeteksi. Oleh karena itu, metode skrining memasukkan tes DNA HPV tipe high-risk sebagai salah satu opsinya, baik sebagai tes tunggal maupun kombinasi dengan tes sitologi serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan distribusi HPV tipe high-risk pada hasil sitologi serviks serta hubungannya dengan derajat lesi prakanker serviks.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada 104 pasien di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada periode tahun 2020—2022. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa hasil tes DNA HPV yang menggunakan DiagCor GenoFlow Human Papilloma Virus Array Test serta hasil sitologi serviks dari liquid based cytology (LBC). Data yang diperoleh dijelaskan menggunakan program SPSS versi 26.
Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi infeksi HPV tipe high-risk sebesar 30,8% dengan genotipe terbanyak adalah HPV 18, HPV 52, HPV 51, dan HPV 58. Hasil uji analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara infeksi HPV tipe high-risk dan derajat lesi prakanker serviks (p=0,000).
Kesimpulan
Terdapat peningkatan angka kejadian infeksi HPV tipe high-risk seiring perkembangan derajat lesi prakanker serviks yang disertai dengan ditemukan hubungan yang bermakna di antara keduanya berdasarkan analisis statistik.

Introduction
More than 70% of cervical cancer cases are associated with infection of high-risk HPV, especially type 16/18 which is the most aggressive type. Persistent infection with high- risk HPV can cause cervical lesions to develop into cancer, so it is important to detect the infection. Therefore, screening methods include high-risk HPV DNA testing as one of the options, either as a single test or in combination with a cervical cytology test. This study aims to determine the prevalence and distribution of high-risk HPV in cervical cytology results and its association with the degree of cervical precancerous lesions.
Method
This study was conducted with a cross-sectional design on 104 patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in the 2020-2022 period. This study used secondary data of HPV DNA test results using the DiagCor GenoFlow Human Papilloma Virus Array Test and cervical cytology results from liquid based cytology (LBC). The data were analyzed using the SPSS version 26 program.
Results
This study showed that the prevalence of high-risk HPV infection is 30.8% with the most common genotypes are HPV 18, HPV 52, HPV 51, and HPV 58. It is known by the statistical analysis test that there was a significant relationship between high-risk HPV infection and degree of cervical precancerous lesions (p=0.000).
Conclusion
There was an increase in the occurrence number of high-risk HPV infection along with the development of the degree of cervical precancerous lesions, accompanied by the discovery of a significant relationship between the two based on statistical analysis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mindyarina
"Faktor karakteristik usia, stadium kanker, jenis terapi, dan dukungan suami diprediksi telah memengaruhi timbulnya beragam permasalahan psikoseksual pada pasien kanker ginekologi dan kanker payudara. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hubungan karakteristik usia, stadium kanker, jenis terapi, dan dukungan suami dengan masalah psikoseksual pada pasien kanker ginekologi dan kanker payudara pasca terapi. Jenis penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan desain penelitian korelatif dan dengan pendekatan analitis kategorik. Sebanyak 61 responden dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara jenis terapi dengan masalah psikoseksual (p= 0,049; α= 0,05). Namun, hasil menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara usia (p= 0,368; α= 0,05), stadium kanker (p= 0,636, α= 0,05), dan dukungan suami (p=0,172, α= 0,05) dengan masalah psikoseksual. Hasil penelitian menyarankan diperlukan pembahasan/penelitian dengan studi kohort lebih lanjut mengenai hubungan faktor karakteristik dengan masalah psikoseksual.

Characteristic factors of age, cancer stage, types of treatment, and partner support has predicted influences psychosexual problems in patients with gynecological and breast cancer. This study aims to identify the assosiation of characteristics of age, stage of cancer, types of treatment, and partner support with psychosexual problems in post treatment gynecological and breast cancer patients. Cross-sectional study was used in this study. Study sample included 61 sample as respondents wich selected by consecutive sampling technique. The results showed that there was significant assosiation between types of treatment and psychosexual problem (p= 0.049; α= 0.05). But, there was no significant assosiation between age (p= 0.368, α = 0.05), cancer stage (p= 0.636, α= 0.05), and partner support (p= 0.172, α = 0.05) with psychosexual problem. Our findings suggest a need for cohort study to discusse later about the assosiation between the characteristics and psychosexual problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Syarif
"Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan intervensi fungsi memori dan eksekutif (LFME) dan mengevaluasi efektivitasnya pada penyintas kanker payudara dengan chemobrain. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap fungsi memori dan eksekutif dengan jumlah responden 243 orang di RSUP Fatmawati, Jakarta dan RSUP Hasan Sadikin, Bandung. Tahap kedua, intervensi dan modul dikembangkan berdasarkan sintesis dari hasil penelitian tahap identifikasi masalah dan studi literatur, serta divalidasi berdasarkan pendapat pakar. Tahap ketiga, uji coba intervensi menggunakan kuasi eksperimen dan desain pretest-postest pada penyintas kanker payudara pascakemoterapi di RS Kanker Dharmais, terdiri dari 39 responden pada kelompok intervensi dan 40 responden pada kelompok kontrol. Hasil penelitian tahap identifikasi masalah; variabel yang berkontribusi pada fungsi memori serta odd ratio dan 95% confidence interval adalah kualitas tidur (8,993; 2,592-31,196), stres (3,711; 1,502-9,168), dan klasifikasi responden (1,771; 1,00-3,136). Variabel yang berkontribusi pada fungsi eksekutif adalah usia (3,024; 1,568-5,833), lama pendidikan (4,076; 1,744-9,528), klasifikasi responden (2,814; 1,047-4,183), status menopause (2,093; 1,138-4,378), kadar Hb (2,232; 1,232-4,663) dan stres (2,397; 1,769-4,477). Hasil tahap penyusunan intervensi adalah terbentuknya paket intervensi dan modul LFME yang telah diuji validitasnya. Hasil penelitian tahap uji coba intervensi menunjukkan LFME efektif meningkatkan fungsi memori, perbandingan rerata kenaikan skor HVLT dari praperlakuan sampai bulan pertama perlakuan antara kelompok perlakuan dan kontrol berbeda bermakna secara statistik (p <0,001). Perbandingan rerata kenaikan skor TMT dari praperlakuan sampai bulan pertama perlakuan antara kelompok perlakuan dan kontrol berbeda bermakna secara statistik (p <0,001). Kesimpulan, LFME efektif untuk meningkatkan fungsi memori dan eksekutif pada penyintas kanker payudara pascakemoterapi. Saran, agar intervensi LFME dipertimbangkan menjadi bagian dari pelayanan asuhan keperawatan penyintas kanker payudara pascakemoterapi.

The objective of this study were to develop intervention memory and executive function exercise (MEFE) and to evaluate it effectivity toward cognitive function on breast cancer survivors with chemobrain. This study consisted of three stage. Stage 1, to identify the influencing factors toward memory and executive function on 243 respondents in Fatmawati hospital, Jakarta and Hasan Sadikin hospital, Bandung. Stage 2, intervention and modules were developed based on synthesis of stage 1 study results, literature review, and was validated based on expert judgement. Stage 3, trial of intervention using quasy-experiment and pretest-posttest design on postchemotherapy breast cancer survivors in Dharmais Cancer Hospital, consisted of 39 respondents in intervention group and 40 respondents in control group. Contributing variables on memory function were sleep quality (8,993; 2,592-31,196), stress (3,711; 1,502-9,168), and respondents classification (1,771; 1,00-3,136). Contributing variables on executive function were age (3,024; 1,568-5,833), duration of education (4,076; 1,744-9,528), respondents classification (2,814; 1,047-4,183), menopausal status (2,093; 1,138-4,378), haemoglobin level (2,232; 1,232-4,663) and stress (2,397; 1,769-4,477). Developing of intervention stage shown intervention and modules that have been validated. Results of trial stage shown MEFE was effective to increase memory and executive function. The comparison of increasing mean of HVLT score from before intervention to one month after intervention between intervention group and control group was significantly different (p <0,001). The comparison of increasing mean of TMT B score from before intervention to one month after intervention between intervention group and control group was significantly different (p <0,001). Conclusion, MEFE was effective to increase memory and executive function on postchemotherapy breast cancer survivors. Recommendation, intervention of MEFE considerated as a part of nursing care services for group of postchemotherapy breast cancer survivors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
D2684
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Japaries, Willie
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
616.994 WIL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Riani
"

Latar Belakang : Malnutrisi sering ditemukan pada pasien kanker ovarium dengan prevalensi 67% dan dapat memperburuk luaran pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi malnutrisi dan hubungan antara malnutrisi dengan lama rawat inap dan faktor pembedahan pada pasien kanker ovarium yang menjalani prosedur tersebut di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Metode : Penelitian analitik observational dengan desain potong lintang pada 59 pasien yang menjalani pembedahan selama bulan Juli 2018-Maret 2019. Status malnutrisi dinilai dengan metode Patient-Generated Subjective Global Assessment dan faktor pembedahan yang dinilai mencakup durasi pembedahan, besar tumor, dan perdarahan selama pembedahan.

Hasil : Prevalensi malnutrisi pasien kanker ovarium 78% dengan malnutrisi sedang 42,4% dan malnutrisi berat 35,6%. Rerata lama rawat inap 8 hari dan setelah dilakukan analisis didapatkan hubungan yang bermakna antara status malnutrisi dengan lama rawat inap, besar tumor, dan perdarahan selama pembedahan.

Kesimpulan : Prevalensi malnutrisi pada pasien kanker ovarium cukup tinggi dan dapat memperpanjang lama rawat inap dan meningkatkan jumlah perdarahan saat pembedahan.

Kata kunci:

Kanker ovarium, malnutrisi, lama rawat inap, faktor pembedahan.


Introduction : Malnutrition could be easily found in ovarian cancer with prevalence 67% and responsible for patient’s outcome worsening. The objective of this study was to identify malnutrition prevalence and correlation between malnutrition status and length of stay and surgical factors in ovarian cancer patients undergo surgery at National Hospital Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Method: A cross sectional study conducted with 59 patients undergo surgery during July 2018-March 2019. The nutritional status was classified as well-nourished and moderate/severe malnutrition, according to the Patient-Generated Subjective Global Assessment and surgery factors including length of surgery, size of tumor, and blood loss during surgery.

Results: The prevalence of malnutrition was 78%, being classified as moderate in 42,4% and severe in 35,6%. Median of length of stay was 8 days. After statistical analysis, malnutrition was associated with length of stay , size of tumor, and blood loss during surgery.

Conclusion: There was observed a high prevalence of malnutrition in ovarian cancer and could lengthen length of stay and increase blood loss during surgery.

Keywords:

Ovarian cancer, malnutrition, length of stay, surgical factor.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>