Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7516 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Armida S. Alisjahbana
"Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia selalu menjadi kebijakan yang menuai kontroversi tidak terkecuali kebijakan kenaikan harga BBM yang dilakukan pemerintah pada 1 Maret 2005 lalu. Artikel ini mengkaji berbagai aspek kenaikan harga BBM dari sisi pertimbangan anggaran pemerintah, efisiensi penggunaan BBM, diversifikasi energi dan daya beli masyarakat, transformasi proses perumusan kebijakan serta solusi alternatif di masa yang akan datang."
2005
JUKE-1-1-Agust2005-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The objective of this study is to analyze the impact of fuel price subsidy on economic performance in Indonesia. The analysis using econometric approach with simultaneous equations model and solved by 2SLS method. The results of this study shows that the abolishment of fuel price subsidy will create, increasing unemployment, appreciation of domestic exchange rate, increasing riil interest rate, decreasing general prices or deflation, and lowering economic growth."
PPEM 15 (1) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dhaneta Amariski
"Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif. Data yang digunakan adalah data primer melalui wawancara dan data sekunder. Industri Minyak dan Gas Bumi mengalami transisi paradigma lama ke paradigma baru, dimana peran regulator dan pelaku usaha yang semula menjadi satu, melalui Undang-undang Nomor 22 tahun 2001 paradigma tersebut berubah dengan pemisahan antara regulator dengan pelaku usaha. Dan atas dinyatakan tidak mengikat secara hukum Pasal 28 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan gas Bumi oleh Mahkamah Konstitusi, maka terdapat 2 (dua) jenis BBM dengan variasi mekanisme harga yang terdapat di Indonesia yaitu Harga BBM jenis Premium, Kerosene, Solar ditetapkan pemerintah dan lainnya tengah mengalami transisi harga direhkan pada mekanisme pasar. Namun 2 jenis variasi mekanisme harga BBM masih mendapat pengaruh dari Pertamina selaku pelaku usaha yang menguasai infrastruktur kareanya Pertamina dalam penelitian ini dianggap masih melakukan monopoli secara alamiah yang dapat mempengaruhi harga.

This research methodology is normative legal analysis. It uses the prime data along with the secondary dtaa. Oil and gas industry has trough the transition from the old paradigm into the new one, where the regulator as a bussiness player role were joined together with, within Law number 22 Year 2001 the paradim has change stated that the regulator and business player are devided and stated thata they are not legaly bind regarding to section 28 Law Number 22 Year 2001 of Oil and Gas from Constitution Court, Therefore 2 (two) type of Fuel with vary mechanism of price that existed in Indonesia namely Premium, Kerosesn and Solar are fixed by government, Other variety of price mechanism is handed over to the market mechanism. Both type of variety price mechanism is still under the influence of Pertamina as the bussiness Role that domineer the Infrastructure becausi in this research Pertamina is assumed as the business player taht monopoly by nature which could control the fuel price."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T37542
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Dailami
"Salah satu kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang paling tidak populer di mata rakyat adalah kebijakan kenaikan harga BBM. Dalam satu tahun masa pemerintahannya, Presiden Yudhoyono telah menaikan harga BBM dua kali. Pertama, pada bulan Maret 2005 dan kedua, pads bulan Oktober 2005. Dua keputusan Presiden Yudhoyono ini, merupakan keputusan yang sangat berani dan hesaran kenaikannya di luar perkiraan banyak pihak, sehingga memancing reaksi yang cukup keras.
Untuk mendapatkan dukungan dan pengertian rakyat serta untuk mengantisipasi kemungkinan- kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi, Presiden Yudhoyono melakukan komunikasi politik yang cukup intensif. Dalam melakukan komunikasi politik ini, selain dilakukan secara langsung, Presiden Yudhoyono juga memerintahkan institusil lembaga yang berada di bawahnya untuk aktif membantu melakukan komunikasi politik. Salah satu institusi dimaksud adalah Departemen Komunikasi dan Informatika.
Penelitian ini difokuskan pada kebijakan Presiden menaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan termasuk dalam tipe penelitian etnografi. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan studi pustaka dan melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa key informan yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu inernal key informan dan ekstemal key informan. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan fungsi humas dalam komunikasi politik kebijakan pemerintah yang dilakukan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika dalam sosialisasi kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan Oktober tahun 2005 ? Jadi penelitian ini merupakan sebuah studil analisis tentang fungsi (functional analysis) dan bukan studi tentang efektifitas atau dampakl basil aktifitas lembaga humas. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi humas tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap aktifitas- aktifitas yang dilakukan oleh Depkominfo dalam konteks kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan Oktober tahun 2005 ini.
Sebagai bahan rujukan dalam melakukan analisis terhadap fungsi humas yang dilakukan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika ini, penulis menggunakan konsep tentang fungsi pumas dart Scott M. Cutlip dan Allen H. Centre (Kusumastuti, Frida 2002:23) yang mengatakan bahwa fungsi humas meliputi :
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi;
2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal batik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan/ organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik pada perusahaan/ organisasi;
3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.
4. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, balk internal maupun eksternal.
Dart hasil penelitian, diketahui bahwa Depkorninfo, dalam melakukan komunikasi politik Presiden Yudhoyono tentang kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005, telah melaksanakan sebagian dari fungsi kehumasan sedangkan sebagian fungsi kehumasan yang lain, belum dilakukan oleh Depkominfo. Selain itu, dari penelitian ini, jugs terungkap bahwa Depkominfo belum memiliki Standard Operating Procedure (SOP) tentang komunikasi krisis dalam menghadapi situasil kondisi krisis, sehingga penanganan komunikasi krisis masih bersifat ad hoc.
Temuan lain adalah ternyata dalam pelaksanaan sosialisasi kebijakan kenaikan BBM ini, Depkominfo tidak menugaskan pejabat strukturall unit kerja yang memang bertanggung jawab untuk hal tersebut, untuk memimpin kegiatan ini, misalnya, Kepala Badan Informasi Publik atau Direktur Jenderal Samna Komunikasi dan Diseminasi Informasi, sehingga tidak mengherankan jika dalam operasionalisasi tugas- tugas yang dibebankan tersebut, tidak maksimal hasilnya.
Untuk pelaksanaan tugas- tugas sejenis yang dibebankan oleh Presiden kepada Depkominfo di masa depan, disarankan agar Depkominfo menerapkan fungsi kehumasan seutuhnya dan menugaskan pejabat stru kturall unit kerja yang memang memiliki tugas pokok dan fungsi yang sesuai dengan tugas yang diemban tersebut, sehingga hasil akhir yang lebih maksimal dapat lebih diharapkan.
Dalam konteks menghadapi situasi dan kondisi krisis, disarankan agar Depkominfo merumuskan/ menyusun Standard Operating Procedure (SOP) tentang komunikasi krisis. Dengan adanya SOP yang baku ini, jika terjadi situasi atau kondisi krisis, Depkominfo dapat menjadi lebih siap sehingga penanganan komunikasi krisis tidak lagi bersifat ad hoc, tetapi menjadi lebih terencana dan sistematis.
Sebagai implikasi akademis dari penelitian ini adalah perlunya dilakukan studi lanjutan yang bersifat kuantitatif untuk mengukur efektifitas/ dampak aktifitas lembaga humas seperti Departemen Komunikasi dan Informatika.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T19919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk menyehatkan portofolio konsumsi energi nasional, Pemerintah Indonesia (2006) telah menetapkan peningkatan konsumsi LPG (liquefied petroleum gas) sebagai salah satu sasaran Kebijakan Energi Nasional Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap LPG dimaksudkan untuk menekan penggunaan bahan bakar minyak (BBM), khususnya minyak tanah (kerosene) oleh rumah tangga, yang selama ini konsumsinya disubsidi oleh pemerintah dan dianggap telah membebani APBN. Untuk menyukseskan program konversi minyak tanah ke LPG, Pemerintah membantu masyarakat tidak mampu dengan penyediaan kompor dan tabung gas, di samping mengupayakan pasokan LPG yang lebih besar, LPG merupakan bahan bakar (fuel) yang cukup banyak di gunakan oleh numah tangga, khususnya untuk kebutuhan memasak. Sejak dipromosikan awal 1980-an, LPG mendapat tempat di rumah tangga perkotaan Indonesia sebagai bahan bakar yang bersih, efisien dan murah. Konsumsi LPG di Tanah Air terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan melebihi pertumbuhan ekonomi nasional."
PPEM 15 (1) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Monroe, Kent B.
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1992
658.8 MON pt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Andreanna
"Isu disparitas harga Bahan Bakar Minyak (BBM) antar wilayah khususnya di Indonesia bagian timur telah menjadi permasalahan lama yang terjadi di Indonesia. Kemudian, Presiden Joko Widodo menemukan masalah ini secara langsung di Papua dan menemukan bahwa minimnya jumlah penyalur menjadi penyebab disparitas harga BBM tersebut. Melihat permasalahan tersebut Presiden Joko Widodo menginstrusikan Kementerian ESDM untuk membuat kebijakan BBM Satu Harga yang kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri ESDM
Nomor 36 Tahun 2016 tentang Percepatan Pemberlakuan Satu Harga Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu dan Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan Secara Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses kebijakan BBM Satu Harga menggunakan teori multiple streams framework yang disampaikan oleh Howlett (2018). Pendekatan dalam
penelitian ini yaitu post-positivist dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsep aliran kebijakan yang disampaikan oleh Howlett (2018) dapat diidentifikasi dalam proses kebijakan BBM Satu Harga. Adapun permasalahan masih ditemukan dalam proses formulasi kebijakan sehingga menimbulkan berbagai masalah pada tahap implementasi kebijakan. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu minimnya biaya pendistribusian yang besar, jalur pendistribusian yang sulit dijangkau, penyimpangan pendistribusian, rendahnya minta investor, dan pengawasan yang sulit.

The issue of disparity in the price of fuel oil (BBM) between regions, especially in eastern Indonesia, has become a longstanding problem in Indonesia. Then, President Joko Widodo discovered this problem directly in Papua and found that the lack of distributors was the cause of the disparity in fuel prices. Seeing this problem, President Joko Widodo instructed the Ministry of Energy and Mineral Resources to make a one-price fuel policy which was then set forth in the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation. Number 36 of 2016 concerning the Acceleration of the Enforcement of One Price of Certain Types of Fuel Oil and Types of Special Oil Fuels for National Assignment. This study aims to analyze the One Price BBM policy process using the multiple streams framework theory presented by Howlett (2018). Inside approach This research is post-positivist with descriptive research type. The results of this study indicate that the concept of policy flow presented by Howlett (2018) can be identified in the One Price Fuel policy process. The problems are still found in the policy formulation process, causing various problems at the policy implementation stage. These problems include the lack of large distribution costs, distribution channels that are difficult to reach, distribution irregularities, low demand for investors, and difficult supervision."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Christine Aryani
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chitra Daruninten
"Media menggambarkan situasi atau peristiwa yang terjadi di masyarakat. Kebijakan pemerintah terhadap masyarakat sering ditampilkan media massa sebagai isi dari beritanya. Kartun editorial sebagai salah satu media komunikasi juga berperan layaknya ruang opini dalam mengkritik pemerintah. Kartun Sukribo mengenai kenalkan harga BBM adalah salah satu gambaran bagaimana kebijakan pemerintah ditampilkan dalam media massa. Komik tersebut kemudian memuncu1kan sebuah wacana.
Permasalahan yang muncul kemudian dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk konstruksi pemerintah mengenai kenaikan harga BBM dalam komik Sukribo? Bagaimana kritik terhadap pemerintah di dalam komik Sukribo mengenai kebijakan pemerintah tentang kenaikan ltarga BBM? Bagaimana jenis perlawanan terhadap pemerintah di daiam komik Sukribo bertema kenaikan harga BBM? Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan konstruksi pemerintah dalam komik Sukribo. Lalu, menjelaskan kritikan terhadap pemerintah mengenai kenaikan harga BBM. Kemudian. mendeskripsikan jenis perlawanan terhadap pemerintah di dalam komik Sukribo mengenai kenaikan harga BBM.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kekuasaan pengetahuan dari Michel Foucault. Dan, kemudian dibantu dengan pemikiran Althusser mengenai media massa sebagai alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis, dan Gramsci dalam ha1 media massa tidak bebas nilai sehingga dapat menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivis-kritis. Penelitian ini mengunakan analisis semiotik Roland Barthes. Analisis semiotik Barthes digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap konotasi dan mitos pemerintah, sehingga terbongkar konstruksi pemerintah pada masa kenaikan harga BBM di dalam komik Sukribo.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa pemerintah dikonstruksikan sebagai pemerintahan yang otoriter, memiliki kekuasaan terhadap masyarakat bawah, bukan sebagai pengayom rakyat. Jenis perlawanan yang disampaikan adalah dalam bentuk ideologis dan dikaitkan dengan isu-isu yang terjadi sehari-hari di masyarakat. kekuasaan dalam komik Sukribo, yakni antar komikus dan media, komikus bergerak bebas, namun media sebagai kontrol. Namun kontrol tersebut bukan berarti tidak mau mengkritik pemerintah. Media ingin mengkritik pemerintah, tetapi dengan halus, sedangkan komikus ingin lebih terbuka.

Media depicts situation and events that happen in the society. Government policy towards its people often shown in mass media as the content in the news, Editorial cartoon as one of the communication media also acts as means of critizing the government. Sukribo's cartoons on the rise of gas price is one way of how the government policy shown in mass media. This comic creates a topic.
The problems that rise later in this research are what form of construction of the government on the rise of gas price in Sukribo's comic? How much criticism upon the government in Sukribo's comic in tenns of the rise of gas price? What types of argument laid upon the government found in Sukribo's comic regarding the rise of gas price ? The purpose of this research is to describe the government construction in Sukribo's comics_ Which then explains criticism against the government in regards of the rise of gas price. And finally, it discusses types of argument directed to the government found in Sukribo's comics in terms of the rise of gas price.
The theory used in this research is the theory of power/knowledge by Michel Foucault. And then supported by Althusser's thoughts on mass media as the nation's tool of power, and Gramsci's on mass media that unrestricted values so that it become a resistance tool against power.
This research used qualitative method with constructive-critical paradigm. This research also used semiotic analysis by Roland Barthes. His semiotic analysis is used in this research to uncover the hints and myths of the government, so that it unraveled the government construction in period of gas price hike found in Sukribo's comics.
From the analysis done, it is found that the government is constructed as the kind of authoritarian government, which has power for the lower-level people. The kind of argument laid into is in type of ideological and tied with issues that happen in every day life. The power of Sukribo's comics, which in between author and the media, flows freely but the media act like his control. Even though that the control has no itention to criticise the government. The media wants to criticise the government, but in more subtle way, while the author is more openly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T31998
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>