Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165647 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roosiah Yuniarsih
"Memasuki era informasi, elektronik demokrasi sudah diterapkan di Indonesia antara lain pemasangan peralatan elektronik seperti decision making support sejak Orde Baru di, ruang-ruang sidang MPR/DPR di Senayan, Jakarta Pemanfaatan internet untuk demokrasi mulai diterapkan pada tahun 1997. Media internet untuk demokrasi terus saja berlangsung. Sejalan dengan itu ada dua masalah mendasar yang diangkat menjadi tests ini yaitu, "apakah yang telah terjadi pada berbagai fasititas dan aplikasi e-demokrasi (media e-demokrasi) yang telah pernah dibangun itu?", dan "bagaimana sebenarnya karakteristik media edemokrasi yang pernah dibangun itu?"
Mencari jawaban permasalahan itu landasan teoritik yang digunakan di dalam penelitian ini diwarnai perspektif lomunikasi politik dalam konteks ideologi demokrasi: bahwa keberadaan teknologi yang melahirkan salah satunya adalah media e-demokrasi sesungguhnya bersinggungan secara kompleks dengan aspek teknologi itu sendiri, budaya dan organisasi. Di dalamnya secara detail ia bersinggungan dengan produksi budaya media, fungsi media, tipe media, institusi dan serangkaian teori pendukungnya.
Sedangkan landasan metodologis berupa pengungkapan realitas tentang media e-demokrasi secara deskriptif-kualitatif dengan single case multi level analysis. Ada tiga unit analisa yang dideskripsikan yakni: aplikasi sister komunikasi berbasis internet (situs); aktor (key factors) dan kebijakan (proses). Analisa dilakukan dengan `cross sectional research' yang meneliti kejadian (kasus) ( pada rentang waktu kegiatan Amandemen keempat, yakni mulai akhir tahun 2001 hingga tahun 2003 di legislatif nasional MPR/DPR. berbasiskan maksimalisasi keberadaaan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam yang tidak berstruktur dan juga pengamatan.
Selanjutnya, penelitian ini mengantarkan pada beberapa temuan. Websites bermuatan informatif dan menyediakan fasilitas partisipatif. Website dan mailinglist menjadi media yang bertendensi menyeragamkan kesatuan pandangan terhadap pentingnya proses Amandemen; agar publik yang berpotensi konflik, secara kolektif tidak searah di dalam menerima proses Amandemen, secara fungsional dapat berinteraksi dan berinterelasi yang secara normatif diharapkan mampu membentuk konformitas dan konsensus sehingga semua unsur masyarakat yang menjadi target sasaran mempunyai pan dangan yang relatif searah di dalam menerima Amandemen.
Dibandingkan dengan mailinglist, website tidak seberapa berhasil menjangkau khalayak pada umumnya. Mailinglist relatif berhasil menjadi alat sosialisasi tentang kinerja wakil rakyat dan pecan Amandemen.
Secara keseluruhan website dan mailinglist sebagai media, medianya benar, segmennya benar, konsepnya benar, tetapi pada saat menerjemahkan konsep pengembangan ke dalam strategi dan aplikasi, tidak cukup waktu, otonomi dan sinkronisasi. Digital divide adalah kendala yang dihadapi tatkala media e-demokrasi dibangun dan Amandemen berlangsung, sehingga media edemokrasi berjalan sebatas media untuk melakukan sosialisasi belaka. Di dalam konteks e-demokrasi, pada saat Amandemen berbagai aplikasi internet yang dibangun sebatas berorientasi partisipasi, e-partisipatif bukan sebagai e-voting, pemungutan suara online.
Secara internal, media e-demokrasi berhadapan dengan tiga aspek teknologi yang dikemukakan Pacey; aspek organisasi dan teknik sesungguhnya belum siap mengaplikasikan e-demokrasi, meskipun secara budaya khalayak berpolensi asosiatif terhadap inovasi yang dilakukan. Itu salah satu sebabriya media edemokrasi yang dibangun memang sebaiknya tidak diteruskan.
Namun pada masa akan datang, mengingat perkembangan pengguna internet yang terus meningkat dua kali lipat dalam setiap tahunnya; kemudian, garis kebijakan Pernerintah secara nasional juga memberikan dasar ke arah tumbuh kembangnya realisasi e-demokrasi di tingkat legislatif lokal maupun nasional; penelitian ini merekomendasikan media e-demokrasi patut diteruskan.

During the information age, electronic democracy had been applied in Indonesia, such as electronic equipment of supporting decision making support installed since New Order era at the MPRIDPR meeting rooms of legislative, Senayan Jakarta. At the beginning of 1997, internet had used around the legislatives activities. Up to now internet support the democracy keeps going on, According to that there're two basically thesis questions: what had happened to all the facilities and e-democracy appliances that used to be build ?, and how is that media e-democracies characteristic ?
Answering these theses the theory used in this research mostly political communication politic with democracy ideology context: technology related with e-democracy media truly so close in complexities with the technologies aspect it selves, cultures and organization-. Inside details it's close to media culture production, media function, media type, institution and other supported theories.
Methodology side, it's qualitative-descriptive research covering the realities of democracy media within the single case multi level analysis. There're three descriptive analysis units: communication system (using internet (sites), actors (as key factors) and policies (process). It's cross -sectional analyst's research: researching the cases when Amendment fourth, at the end of 2001-beginning of 2003 within 'national legislative activities. Primary data and secondary data were taken maximize. Primaries data were collected by observing and unstructures interview.
There are some findings in this research: most website were informative, available participative facilities. Websites and mailinglist, media tend into one perspectives uniform about the essential of Amendment process; in order public with potential conflict able to walking hand in hand collectively accepting Amendment process functionally, normatively able to interaction and interrelation building conformities and concencuss within on the one direction to the target segments.
Mailinglist succeed reach the target segmented than websites. Mailinglist succeed relatively to be the socialization tools of people representatives performances and Amendment messages.
Overall website and mailinglist as a media, it's the right media, right in determining the segment, right in conceptual but there's some perfect things when it's translated into development to be applied strategically, unenough aoutonomous time, spaces sincronized. There's also digital divide to face when the media e-democracy was build so the media limited as socialization tools. Mostly the media e-democracy here were e-participated note-voting yet.
In other side, internally, three aspect of technology showed that media democracy applied face unready organization and technically aspects. Though public associated the innovation idea, technically and organizational side were so weak. That's why the media e-democracy were build uncontinously.
But for the future according to the double growth of the Indonesian interne users while nationally Government policies directs the growth of the e-democracy realization local and national pace; this research recommended that e-democracy media should be continuous.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bharata Kusuma
"Berkembangnya berbagai aplikasi internet berdampak besar pada pola komunikasi manusia. Dengan peralatan yang relatif sederhana dan murah dibandingkan masa-masa sebelumnya, seorang pengguna internet dapat bertukar teks, gambar atau bahkan gambar bergerak dan audio tanpa batasan waktu maupun ruang.
Secara revolusioner, lahir masyarakat berbasis internet yang disebut sebagai komunitas cyber atau masyarakat virtual. Komunitas ini dalam bahasa Indonesia lazim disebut sebagai komunitas maya. Komunitas maya ini cenderung menjadi pilihan dan dimanfaatkan sebagai sarana sosialisasi maupun aktualisasi diri dari sejumlah netter. Tak heran jika secara kuantitatif komunitas maya ini jumlahnya terus bertambah dan secara kualitatif dalam beberapa indikasi, komunitas maya makin menunjukkan kematangan sebagaimana komunitas nyata. Untuk mengambil manfaat yang besar dari tumbuhnya komunitas maya ini kita perlu mengamati bentuk dari komunitas maya, dan bagaimana perbandingannya dengan kelompok di dunia nyata.
Pada penelitian ini, peneliti mengangkat permasalahan apakah para anggota suatu milis bisa disebut sebagai suatu kelompok di dunia maya?
Kemudian, bagaimana perbandingan milis sebagai kelompok di dunia maya dengan kelompok di dunia nyata?
Hasil dari penelitian ini sangat membuka kemungkinan adanya kesempatan baru bagi dunia bisnis, pendidikan praktis, dan sosial kemasyarakatan. Hal ini terjadi karena dari kelompok maya ini dapat dijaring masukan dan opini mengenai suatu hal yang berkaitan dengan dunia praktis. Bahkan menjadi lebih kuat pada kelompok-kelompok maya yang membentuk kelompoknya berdasarkan kegemaran atau penggunaan suatu produk, misalnya pada kelompok pemakai PDA (Personal Digital Assistance), mereka sangat tanggap terhadap munculnya produk baru atau suatu hal yang baru berkaitan dengan PDA. Bukan tidak mungkin mereka bisa menjadi saluran untuk menyebarluaskan suatu produk baru melalui metode pemasaran dari mulut ke mulut.
Kelompok dunia maya juga merupakan pusat konsentrasi massa yang tidak terlihat di dunia nyata tapi jumlah anggotanya cukup besar. Adanya saling keterkaitan di antara anggota kelompok membuat penyebaran suatu informasi yang dianggap panting menjadi sangat cepat. Satu orang pengguna Internet bisa menjadi anggota di beberapa milis, tidak jarang informasi seperti berita yang menghebohkan masyarakat, berjalan cepat di berbagai mills, berjalan dari milis ke milis, hingga hampir seluruh pengguna Internet dapat menerima berita tersebut.
Milis tidak lagi hanya menjadi sebuah wahana berkomunikasi dan bertukar pikiran namun akan terus berkembang menjadi sebuah medium. Sebuah saluran yang dapat membentuk opini dan memobilisasi gerakan dalam masyarakat. Kecenderungan ini harus ditelaah dan dipelajari menjadi kajian komunikasi sosiologis dan psikologis yang menarik di masa yang akan datang.

The growth of various Internet applications has a big effect to the human communication pattern with simple and cheap equipment compared to the previous era. An Internet user can exchange text, picture and even motion graphics including audio without any limitation by time or place.
It is revolutionary born the Internet based society, which is called cyber community or virtual community. This community in Indonesian language is called as ?Komunitas Maya?. These communities tend to become a choice and used as place for socialization and self-actualization by the numbers of netters. It is not surprising if this cyber community quantitatively is always increasing and become as mature as a real community. To take greater benefit from the growth of this virtual community we must observe the form of it and compare it with the group in the real world.
In this research, the writer raised the problem: Are the members of a milling list can be described as a group in the virtual world? Then, what is the comparative of the mailing list as the groups in the virtual world with the groups in the real worlds?
The result of this research is widely open the possibility of the new opportunity for the business world, practical education, and social life. This happened because from the virtual group we can gather any input and opinion about anything related to the practical world even it will be much stronger in the virtual groups who create their groups based on their interest or the using of a product in example: group of PDA users, they are very aware to the launching of a new product or something new related to their PDA. It is not impossible they become the channel to spread a new product by using word of mouth method.
Virtual world group also a big mass concentration that is unseen from the real world. The connectivity between the group?s members makes it very fast to spread any information that considered as important message. One internet user can be a member of many mailing list, it is often happened one message move from one list to another until reach the most of internet user throughout country or even to the whole world.
Mailing list is not longer just a tools of communications or exchange of minds, but it will continuous become a multi purpose medium media. It is a channel, which formed opinion and has a potential to mobilize movement in the society. These potential should be deeper learned as a social and psychological communication study, now and in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Saat ini terdapat beberaha bentuk komunikasi seluler dengan tujuan sejumlah pelanggan sekaligus, di antaranya SMS Group dan Instant Messaging (Chat). Karena menggunakan SMS, maka SMS Group pasti lebih mahal, sedangkan Chat mengharuskan semua penggunanya untuk sama-sama online. Pada jurnal ini dibuat suatu sistem aplikasi Messaging-List agar pengguna ponsel dapat mengirimkan pesan ke banyak orang dalam suatu komunitas tertentu (grup). Aplikasi ini berfungsi sebagai suatu alternatif sarana diskusi dan sharing informasi berupa pengiriman pesan ke dalam suatu grup komunitas tertentu. Pesan dikirim ke server yang menampung semua pesan teks dan menyimpan ke dalam database sesuai grup masing-masing. Setelah itu anggota grup lain bisa mengambil semua pesan dalam grup tersebut. Aplikasi Messaging-List pada ponsel dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Java 2 Micro Edition (J2ME) dengan memanfaatkan layanan teknologi GPRS untuk komunikasi data. Sedangkan untuk Message Manager pada servernya dibangun dengan PHP dan MySQL sebagai DBMSnya. Dari pengamatan jumlah data yang dikirim dan diterima pada saat ponsel mclakukan koneksi, didapat bahwa biaya aplikasi Messaging List relatif lebih murah dari Instant Messaging maupun SMS Group baik untuk pengiriman pesan secara point-to-point maupun one-to-many. Hal ini mcnjadi salah satu kelebihan dari Messaging List."
384 JURTEL 11:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Saat ini terdapat beberaha bentuk komunikasi seluler dengan tujuan sejumlah pelanggan sekaligus, di antaranya SMS Group dan Instant Messaging (Chat). Karena menggunakan SMS, maka SMS Group pasti lebih mahal, sedangkan Chat mengharuskan semua penggunanya untuk sama-sama online. Pada jurnal ini dibuat suatu sistem aplikasi Messaging-List agar pengguna ponsel dapat mengirimkan pesan ke banyak orang dalam suatu komunitas tertentu (grup). Aplikasi ini berfungsi sebagai suatu alternatif sarana diskusi dan sharing informasi berupa pengiriman pesan ke dalam suatu grup komunitas tertentu. Pesan dikirim ke server yang menampung semua pesan teks dan menyimpan ke dalam database sesuai grup masing-masing. Setelah itu anggota grup lain bisa mengambil semua pesan dalam grup tersebut. Aplikasi Messaging-List pada ponsel dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Java 2 Micro Edition (J2ME) dengan memanfaatkan layanan teknologi GPRS untuk komunikasi data. Sedangkan untuk Message Manager pada servernya dibangun dengan PHP dan MySQL sebagai DBMSnya. Dari pengamatan jumlah data yang dikirim dan diterima pada saat ponsel mclakukan koneksi, didapat bahwa biaya aplikasi Messaging List relatif lebih murah dari Instant Messaging maupun SMS Group baik untuk pengiriman pesan secara point-to-point maupun one-to-many. Hal ini mcnjadi salah satu kelebihan dari Messaging List."
384 JURTEL 11:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Grafidian Jaya, 1990
R 615.11 DOI
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Chambert-Loir, Henri
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999
011.315 98 CHA k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marliana Ritung
"Instalasi Farmasi adalah salah satu unit di rumah sakit yang memberikan layanan produk dan jasa dalam bentuk pelayanan resep. Dimana bagi pelanggan, mutu pelayanan resep farmasi yang baik umumnya dikaitkan dengan kecepatan dalam memberikan pelayanan. Kegiatan yang terjadi dalam proses pelayanan resep diduga dipengaruhi oleh faktor jenis resep, jumlah item obat dan shift petugas Instalasi Farmasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lamanya waktu setiap kegiatan layanan resep racikan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSIA Hermina Bekasi, selama empat minggu setiap hari Sabtu mulai bulan Mei 2003. Sampel penelitian sebanyak 337 lembar resep racikan, penelitian dilakukan dengan pendekatan cross sectional.
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rata-rata total waktu pelayanan resep racikan di Instalasi Farmasi rawat jalan RSIA Hermina Bekasi tahun 2003 adalah sebesar 24,14 menit. Dan terlihat perbedaan yang bermakna pada lama waktu pelayanan resep antara jenis racikan bungkus, kapsul, cairan dan salep.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan manajemen rumah sakit mengadakan pemberdayaan karyawan pada tahapan yang dianggap penting, mengadakan pengembangan perluasan ruangan instalasi farrnasi rawat jalan, diadakan pemisahan loket penyerahan resep antara poliklinik ibu dan poliklinik anak, agar tidak terjadi penumpukan resep di bagian penerimaan resep. Juga diharapkan adanya pelatihan petugas khususnya pada tahap pengemasan jenis kapsul dan penggunaan alat pengisi kapsul. Hal ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi proses perbaikan dalam meningkatkan mutu layanan kefarmasian.
Daftar Pustaka 36 (1980 - 2002)

Length of Time for Dispensed Medicine Prescription Service on Saturday to The Outpatient Pharmacy at Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina BekasiPharmacy Installation is a unit in the Hospital that gives product and services in the form of prescription services. Whereas for the customer, a good pharmacy's prescription services quality are usually related to providing quick service. The activities that occurred in a prescription services operational process are hypothetically influenced by several factors; the prescription kind, number of items and work shift.
The research intended to discover length if time to every service of dispensed medicine prescription, together with influenced factors.
In research took place in the pharmacy installation of the RSIA Hermina Bekasi, for four weeks every Saturday since May 2003. The research samples included 337 prescription, the research uses the cross sectional.
The analysis being used are descriptive statistics analysis and inference statistics analysis.
The result of the research shows that the average for total waiting time for dispensed medicine prescription services for outpatient at RSIA Hermina Bekasi for 2003 are 24,14 minutes. And it shows the difference of the waiting time for prescription services; dispensed medicine kind, medicine item kind and shift.
Based of this research to avoid stacking of prescription hopefully hospital management can make efficient use of the employee, in the important phase, to enlarge the room for pharmacy installation for outpatient, to separate the prescription counter between polyclinic for mother and polyclinic for child.
Also hopefully, the hospital can make efficient use of the employee with training specially in phase of drugs packaging for capsule. Hopefully this information can be use as some sort of guidance to improve pharmacy service quality.
Bibliography 36 (1980 - 2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Widiasari
"Skripsi ini membahas mengenai waktu pelayanan resep di Instalasi Farmasi dari mulai kedatangan lembar resep sampai pada penyerahan obat untuk setiap lembar adalah untuk mengetahui gambaran waktu pelayanan resep dan hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengumpulan data dengan lembar check list dimana dilakukan pencatatan waktu pelayanan terhadap 399 lembar resep. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian mengatakan bahwa rata-rata waktu pelayanan resep adalah 17,18 menit. Hasil penelitian menyarankan untuk mengevaluasi lebih lanjut kinerja petugas, melakukan survey mengenai beban kerja petugas, pemeliharaan dan maintanance pada program komputer dengan meng-upgrade memori server sesuai dengan data yang ada agar lebih cepat dalam penghargaan resep, pemisahan loket penerimaan resep pasien rawat jalan tunai dan pasien rawat jalan jaminan, adanya petugas khusus yang menangani pasien jaminan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai motivasi kerja petugas, dan diharapkan pihak manajemen RS membuat Prosedur Operasional Standar (POS) tertulis yang mengatur mengenai waktu tunggu obat.

This essay discusses length of time services in the Installation Pharmacy from the arrival of each recipe sheet until the recipe delivered. Goal of this research is to know the description of the services related to the prescription and the factors that influence with length of time services. Data collection sheet with the check list which made the recording time of 399 pieces of recipes. This research is a quantitative research with cross sectional approach. Research says that the average time the prescription is 17,18 minutes.
Results suggest that research to further evaluate the performance of officers, conduct a survey on the work load, maintenance on the computer with a program to upgrade the memory in accordance with the data server so that more rapid appreciation in the prescription, the separation of the reception counter outpatient prescription cash and outpatient security, the special officer who handles patient security, need to do further research on the motivation of staff, and hospital management is expected to create Standard Operating Procedures (SOP) about waiting time on drugs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Elawati
"Pendahuluan: Waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan non racikan dan racikan di Instalasi Farmasi RS Mitra Husada belum mencapai standar nasional yaitu ≤30 menit untuk obat non racikan dan ≤60 menit obat racikan sehingga masih menjadi keluhan bagi RS. Penelitian ini bertujuan menganalisis waktu tunggu pelayanan obat dengan menggunakan konsep Lean Hospital di Instalasi Farmasi RS Mitra Husada.
Metode: Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan action research, pengambilan data dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2022 di Instalasi Farmasi Rawat Jalan. Sampel yang diambil berjumlah 98 resep obat non racikan dan 100 obat racikan. Pengamatan langsung menggunakan lembar observasi VSM dan lembar waste, wawancara dengan informan menggunakan lembar wawancara. Analisis kuantitatif menggunakan SPSS dan kualitatif dengan mengolah data primer, sekunder dan wawancara.
Hasil: Pada kondisi current statewaktu yang dibutuhkan untuk pelayanan setiap 1 resep (lead time) untuk resep non racikan adalah 63,54 menit dari standar nasional ≤ 30 menit dengan waste 87,5% nya, sedangkan lead time untuk resep racikan adalah 106,5 menit dari standar nasional ≤ 60 menit dengan waste 81,82%. Pada analisa kegiatan non value added terdapat 22 kegiatan yang termasuk dalam waste, tertinggi ada pada kategori waste waiting dantransportation. Root cause analysis dengan metode 5 why’smenyimpulan bahwa akar masalah utama pada penelitian ini pada man.
Kesimpulan: Dengan metode lean hospital dapat mengetahui capaian waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan, waste dan akar penyebab masalah hingga desain rancangan perubahan sebagai upaya perbaikan berupa desain perbaikan jangka pendek yaitu menggunakan lean kaizen, PDCA, 5S, Visual management dan heijunka, jangka menengah dan panjang.

Introduction: The waiting time for non compounding and compounding outpatient services at the Pharmacy Installation of Mitra Husada Hospital has not yet reached the national standard, namely 30 minutes for non compounding drugs and 60 minutes for compounding drugs so it is still a complaint for hospitals. This study aims to analyze the waiting time for drug services using the Lean Hospital concept at the Pharmacy Installation of Mitra Husada Hospital.
Methods: This research is descriptive qualitative with action research, data collection was carried out in May and June 2022 at the Outpatient Pharmacy Installation. The samples taken amounted to 98 non compounding drug prescriptions and 100 compounding drugs. Direct observations using VSM observation sheets and waste sheets, interviews with informants using interview sheets. Quantitative analysis using SPSS and qualitative by processing primary, secondary and interview data.
Results: In the current state, the time required for service for every 1 recipe (Lead Time) for non-compounding recipes is 63.54 minutes from the national standard 30 minutes with 87.5% waste, while the Lead Time for compounding recipes is 106, 5 minutes from the national standard 60 minutes with 81.82% waste. In the analysis of non-value added activities there are 22 activities that are included in the waste, the highest is in the category of waste waiting and transportation. Root cause analysis with the 5 why's method concludes that the main root cause of this research is man.
Conclusion: With the lean hospital method, we can find out the waiting time for outpatient drug services, waste and the root causes of the problem to the design of the change design as an improvement effort in the form of short,with lean kaizen, PDCA, 5S, Visual management and heijunka tools and medium and long term improvement designs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Louisa Christine Hartanto
"Teori agenda setting yang menyatakan bahwa media massa mampu membentuk isu publik dan menggiring opini publik diuji kembali dalam penelitian ini. Teori yang berangkat dari media massa konvensional, yakni televisi, radio, dan surat kabar, kini menemui tantangan baru pada era digital. Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengetahui apakah agenda media massa portal berita online Kompas.com mempengaruhi agenda publik yang ada. Menggunakan analisis konten berkaitan 8 isu keutamaan yang telah dinyatakan oleh Kompas.com berkaitan dengan Pilkada DKI Jakarta 2017, dan survey terhadap 100 responden. Kemudian hasilnya menunjukkan bahwa ranking isu yang dibentuk oleh portal berita online Kompas.com tidak sama dengan ranking isu yang dimiliki oleh publik.
Tujuan lain dari penelitian ini adalah mengetahui dampak dari efek priming dan framing karakteristik pribadi suatu figur politik dalam pemberitaan terhadap intensi memilih publik. Survey yang dilakukan terhadap 100 responden atas sosok Basuki Tjahaya Purnama kandidat petahana dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mengukur tingkat kepuasan publik atas kinerjanya, serta kesukaan publik terhadap karakteristik kepribadiannya.
Hasilnya menunjukkan bahwa evaluasi kinerja yang baik dan penilaian positif atas karakteristik pribadi seorang figur politik memperkuat intensi publik untuk memilih figur politik tersebut. Penelitian ini kemudian menunjukkan bahwa agenda media massa tidak lagi terlalu mempengaruhi agenda publik. Namun efek-efek lain dari agenda media massa, berkaitan dengan efek priming dan framing karaktersitik kepribadian masih memiliki pengaruh pada intensi memilih publik terhadap figur politik.

This study will test agenda setting theory that states mass media was able to form public agenda and lead public opinion. This theory depart from the conventional mass media, as television, radio, and newspapers, are now facing new challenges in the digital age. The first objective of this research is to find out whether the news agendas of Kompas.com affect the existing public agenda. To achieve this objective, we use content analysis of the eight issues that have been stated by Kompas.com related to DKI Jakarta governor election 2017, and using survey of 100 respondents. The result shows that the ranking of issues formed by Kompas.com isn rsquo t same as the issue ranking owned by public.
Another purpose of this research is to know the effects of priming, and personal characteristics frame of a political figure towards voters intention. A survey that conducted on 100 respondents about Basuki Tjahaya Purnama was used to measure public satisfaction on his performance, as well as the public's fondness for the characteristics of his personality.
The results show that a good performance evaluation and a positive assessment of the personal characteristics reinforce voters intention to choose the political figure. This study then concludes that mass media agenda no longer affects the existing public agenda. Yet other effects of the mass media agenda, related to the priming and framing effects of characteristic personality still have an influence to the voters intention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T47772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>