Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9824 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gurian, Michael
Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2006
649.132 GUR w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Sarah Regina
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Triwinanta
"Disertasi ini menyoroti tentang upaya pelibatan laki-laki dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan melalui kajian sosiologis. Fakta sosial menunjukkan bahwa angka kekerasan terhadap perempuan (gender oppression) tinggi dan laki-laki merupakan pelakunya, sebagai espektasi patriarki (dominasi laki-laki).
Temuan penting penelitian ini adalah gambaran terjadinya proses rekonstruksi maskulinitas berupa perubahan cara pandang para partisipan “laki-laki sejati” di dalam komunitas pria sejati (KOMPAS). KOMPAS menjadikan komunitasnya sebagai wadah pembinaan kepada pria, khususnya pria-pria yang mempunyai masalah dan tujuannya adalah memaksimalkan kepriaan (maskulinitas) dengan pemulihan karakter, kedewasaan, wawasan pemikiran dan kepemimpinan pria. Melalui aktivitas itu Komunitas membentuk laki-laki untuk mengalami transformasi yaitu perubahan sosio-kultural yang dimulai dari dimensi individu, keluarga (komunitas) dan masyarakat. Transformasi laki-laki ini menyasar pada persoalan privilese dan kekuasan laki-laki untuk membangun tatanan masyarakat yang lebih adil keluar dari keragaman oppresi (gender equality). KOMPAS Jakarta Timur mempunyai anggota ratusan orang dari berbagai masyarakat dan status social, anggotanya berdasarkan siapa saja yang tertarik dan mau melibatkan diri. Perubahan yang dirasakan langsung adalah sebagian besar laki-laki yang menjadi anggotanya telah memilih meninggalkan cara-cara penyelesaian masalah yang menggunakan kekerasan. Perubahan pada kehidupan keluarga, para laki-laki ini menunjukkan perubahan sikap dan perilaku dalam hal berkomunikasi dan menyelesaikan permasalahan keluarga dengan menanggalkan keistimewaan sebagai laki-laki. Penelitian menggunakan kerangka konsep transformasi (perubahan social) dengan mengembangkan teori maskulintas dengan upaya pelibatan laki-laki dalam pencegahan kekerasan. Secara sosiologis peneliti menyadari bahwa filosofi dasar yang melatarbelakangi gerakan social pelibatan laki-laki ini belum secara tuntas mengkritisi inti dari patriarki. Sehingga perubahan cara berfikir, sikap dan perilaku yang terjadi belum merupakan suatu perubahan filosofis dan sosiologis dari budaya Patriarki. Oleh karena itu pada bagian akhir dari tulisan ini, penulis memberikan suatu ulasan sosiologis tentang latarbelakang pemikiran dari Gerakan ini dan menunjukkan sejauhmana suatu perubahan yang terjadi di dalam Komunitas ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa apa yang sudah dilakukan oleh Komunitas ini telah menghasilkan suatu perubahan social positif yang dapat dirasakan secara nyata oleh manusia yang mengalaminya, tetapi Gerakan ini masih perlu mengembangkan kajian yang lebih kritis terhadap dirinya sendiri secara sosiologis, sehingga Gerakan ini akan bisa memberikan kontribusi yang lebih mendasar terhadap kehidupan masyarakat

This dissertation focuses on efforts to involve men in preventing violence against women through sociological studies. Social facts show that the rate of violence against women (gender oppression) is high and men are the perpetrators, as a patriarchal expectation (male domination).
An important finding of this study is a picture of the process of reconstruction of masculinity in the form of changes to the way view of the participants were "men of true" in the community of man true (KOMPAS). KOMPAS makes the community as a container guidance to men, especially men who have the problem and the goal is to maximize manhood (masculinity) with restoration character, maturity, insight into the thinking and leadership of men. Through the activities of the Community of forming men to undergo a transformation that changes in socio-cultural that starts from the dimensions of the individual, the family (community) and the public. Transformation of the male is targeting the issue of privilege and power of men to build the structure of society that is more equitable out of the oppression diversity (gender equality). KOMPAS East Jakarta have members of hundreds of people from various communities and social status, its members based on who's just who are interested and willing to involve themselves.
The changes are felt directly is most great men who become members have opted to leave the ways settlement of the problem that use violence. Changes in the lives of families, the men's shows changes in attitudes and behaviors in terms of communication and resolve the problems of families with stripped privileges as men. Research using the framework of the concept of transformation (change social) to develop a theory of masculinity with the efforts of the involvement of men in the prevention of violence.
In sociological researchers realized that the philosophy basis of the underlying movement Involvement of Men of social have not been as thoroughly scrutinize the core of patriarchy. So that changes the way of thinking, attitudes and behaviors that occur not constitute a change in the philosophical and sociological of cultural patriarchy. By because it is the part of the end of writing this, the author gives a review of sociological about the background of thought of the movement of this and show the extent of a change that occurred in the Community's.
The study is concluded that anything that has been done by the Community this has resulted in a change in social positives that can be perceived as real by the man who experienced it, but the movement is still necessary to develop a study that is more critical to his own manner of sociological, so the movement is to be able to give contributions which is more fundamental to people's lives."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Dewi
"Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial membuat manusia tidak pemah lepas dari interaksinya dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan interpersonal yang sering terjalin dan merupakan hubungan yang unik adalah hubungan cinta. Bagi individu yang berada di tahap usia dewasa muda, hubungan tersebut dipandang menjadi sesuatu yang lebih bermakna karena terkait dengan tugas perkembangan yang menuntut mereka untuk mampu menjalin intimacy dalam hubungannya dengan lawan jenis. Sulivan (Steinberg, 1999) menyatakan bahwa keintiman dengan lawan jenis umumnya terjadi dalam konteks berpacaran.
Hubungan pacaran yang dilakukan oleh individu pada tahap dewasa muda cenderung lebih bersifat serius, intim dan eksklusif dibandingkan hubungan yang dilakukan pada tahap remaja. Keintiman tersebut diantaranya ditandai dengan komitmen untuk meneruskan hubungan meski memerlukan pengorbanan dan kompromi. Didasarkan pada hal itu maka hubungan pacaran di tahap tersebut seringkali dipandang sebagai prakondisi pernikahan (Basow, 1992).
Hal yang kemudian penting untuk dilakukan setelah individu dewasa muda mulai menjalin hubungan pacaran adalah mempertahankan kelangsungan hubungan itu sendiri hingga dapat mencapai jenjang pernikahan. Upaya tersebut tidak mudah karena masing-masing individu, sebagai pria dan wanita, telah memiliki sejumlah perbedaan yang mendasar atau built-in differences (Buss, dalam Baron & Byrne, 1994). Sebagai contoh, kaum wanita lebih mencari pasangan yang mampu memberikan kasih sayang dan perlindungan, dimana jika hal itu tidak mampu dipenuhi maka mereka akan merasa sangat kecewa. Seorang pria akan dianggap sebagai pria sejati bila ia kuat, tidak mengenal takut, bertanggung jawab, reaktif dan tidak bersinggungan dengan hal apapun yang terkait dengan feminitas, termasuk seperti pengekspresian emosi (Home & Kiselica, 1999). Sementara itu, kaum pria dianggap lebih memilih pasangan dengan mengutamakan daya tank fisik, seperti berusia muda dan sehat.
Peneliti kemudian menjadi tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai hubungan pacaran yang dijalani oleh pria dewasa muda yang berstatus sebagai anak bungsu sekaligus anak laki-laki satu-satunya. Meski merupakan anak laki-laki namun dengan statusnya sebagai anak bungsu, pria tersebut seringkali juga dipandang sebagai individu yang tidak ambisus, lebih mengharapkan wanita untuk menyayangi dan memanjakannya, kurang bertanggung jawab, serta kurang mampu menjadi pemimpin atau pelindung yang baik (Taman, dalam Shipman, 1982). Dengan sejumlah karakteristik itu maka pria dengan status seperti diatas nampak memiliki sejumlah kesulitan untuk memenuhi harapan atau tuntutan kaum wanita pada umumnya mengenai pria yang akan menjadi pasangan hidupnya. Kondisi tersebut, dalam perkembangannya dapat pula memunculkan stres pada pria yang bersangkutan.
Lazarus (1976) menyatakan bahwa stres muncul bila suatu tuntutan, baik berupa tuntutan internal (dalam diri) maupun eksternal (lingkungan fisik & sosial), sudah terasa membebani atau menekan bagi individu yang bersangkutan. Ketidaknyamanan yang dirasakan akibat stres pada umumnya akan membuat individu melakukan upaya untuk mengatasi hal tersebut, atau melakukan coping stres. Dalam penelitian ini, gambaran mengenai stres dalam hubungan pacaran dari subjek akan dilihat dari sembilan aspek intimacy yang dikemukakan oleh Orlofsky, sementara gambaran mengenai coping yang dipilih subjek akan mengacu pada jenis coping menurut Lazarus & Folkman.
Dalam pelaksanaan penelitian ini akan digunakan metode kualitatif, dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, dengan menggunakan pedoman wawancara umum, dan observasi. Adapun individu yang menjadi partisipan dalam penelitian adalah pria dewasa muda, berusia 18 - 35 tahun, merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, dan sedang menjalani hubungan pacaran.
Dari penelitian yang dllkukan, diperoleh gambaran secara umum bahwa dari ketiga subjek yang menjadi partisipan, subjek pertama dan kedua mengalami stres yang berbentuk konflik dan terkait dengan aspek komitmen, yaitu dalam upaya memenuhi kebutuhan pasangan untuk menjalankan sejumlah peran gender tradisional bagi pria dewasa. Selain itu, kedua subjek tersebut juga cenderung menggunakan emotion focused coping sebagai cara menghadapi masalah yang dipersepsi sebagai masalah berat. Sementara subjek ketiga juga mengalami stres berbentuk konflik, namun terkait dengan aspek yang berbeda, yaitu aspek perspective-taking, dan lebih menggunakan jenis problem focused coping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dean, Alyssa
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
813 Dea m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmiyati Noor
"Agama Islam adalah agama yang menjunjung tinggi persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Persamaan hak tersebut meliputi berbagai bidang kewarisan, artinya anak perempuan juga memperoleh bagian warisan peninggalan harta orang tuanya yang telah meninggal (Q.S. an-Nisaa (4):7). dalam sistem hukum kewarisan Islam, perolehan warisan anak perempuan adalah setengah bagian perolehan anak laki-laki. Perbedaan perolehan warisan tersebut oleh sebagian masyarakat dinggap sebagai pembagian yang tidak seimbang. Bagaimana pembagian harta warisan terhadap anak-anak pada masyarakat di wilayah Jakarta Selatan tersebut apakah sesuai dengan syariat Rukum Islam? apakah dapat terjadi masalah dikemudian hari dalam pembagian warisan dan bagaimana jalan keluarnya? serta mengapa pembagian warisan tersebut sebanyak dua banding satu antara anak laki-laki dan anak perempuan? Berta bagaimana tanggapan Para ahli hukum dan ulama dalam permasalahan tersebut?, penulis menerapkan metode penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif karena penelitian ini menggunakan data dari bahan pustaka yaitu data sekunder.Sedangkan data yang diperoleh dari informan dengan wawancara tidak Lerarah kemudian dianalisis dengan metode kualitatif,maka bentuk penelitian bersifat evaluatif analisis.Pembagian perolehan harta waris pada masyarakat muslim diwilayah Jakarta Selatan sudah ada yang mengikuti prosedur hukum kewarisan Islam terbukti dalam ketetapan pengadilan dalam masalah waris seperti contoh. Supaya tidak terdapat masalah dikemudian hari maka agama Islam telah memerintahkan segera membagikan warisan kepada ahli waris setelah pewaris meninggal dunia.Sedangkan anak laki-laki memperoleh bagian separuh lebih banyak dari anak perempuan adalah karena mereka memikul tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga yang memberi nafkah kepada keluarganya.Untuk menghindari sengketa dalam keluarga hendaknya dijauhkan prasangka buruk diantara saudara agar terwujud suatu keluarga yang sejahtera meskipun telah ditinggalkan oleh orang tua atau Kerabat dengan memanfaatkan harta peninggalan dengan sebaik-baiknya sesuai perintah Allah SWT."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16556
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Agustini Chandra
"Sejak anak dilahirkan, dia akan diperlakukan sesuai dengan jenis kelamin. Perbedaan dalam memperlakukan anak laki-laki dan anak perempuan bermanifestasi ke cara mereka bersikap, berbicara dan bahkan cara mereka dalam menilai bacaan dan bahkan makna membaca itu sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan perilaku serta kepribadian manusia merupakan interaksi seseorang dengan lingkungannya. Perkembangan yang terjadi akan membentuk pola tertentu dalam setiap tahapan kehidupan yang tidak saja untuk perilaku aktual semata-mata, namun juga untuk pertumbuhan dan penyesuaian yang akan datang. Konsep diri, tujuan hidup, serta aspirasi yang akan dicapai sangat dipengaruhi oleh hubungan anak dengan orangtua, teman sebaya maupun motivasi yang ia terima semasa kanak-kanak (Akbar-Hawadi, 2001: 14). Di awal pertumbuhan jiwa anak akan mengalami suatu proses pencarian identitas yang disebut proses identifikasi, yaitu keinginan anak untuk berlingkah laku meniru orang lain, terutama orang-orang yang dekat dengan kehidupan sehari-harinya Misalnya, seorang anak perempuan yang merliru cara berpakaian ibunya, atau anak laki-laki yang meniru cara berbicara ayahnya. Perkembangan minat baca sering dihubungkan dengan perbedaan jenis kelamin pembaca. Perbedaan minat baca tersebut merupakan basil akulturasi seseorang dengan lingkungannya, yaitu pengaruh berbagai sistem nilai yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Sistem nilai ini akan berpengaruh pada perkembangan anak laki-laki dan anak perempuan, yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pemilihan topik, karakter tokoh maupun alur _"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S15406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andy Hidayat
"Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terdapat perbedaan ciri-ciri morfologik pada beberapa tingkat retardasi mental (RM). Penelitian tersebut umumnya di lakukan pada penderita sindroma Down (SD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan indeks sefalometri dan tangan menurut tingkat RM primer. Pada penelitian ini digunakan sampel yang berjumlah 300 anak laki-laki yang berasal dari Sekolah Luar Biasa dan 100 anak dari Sekolah Dasar sebagai kelompok kontrol. Kriteria sampel adalah berusia 7 - 12 tahun, memiliki ciri-ciri penderita SD dan data kesehatan ibu dan anak menunjukkan RM primer.
Pada penelitian ini, telah dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode Martin pada masing-masing sampel, lalu hasil pengukuran diolah dalam bentuk indeks sefalometri dan tangan. Hasil penelitian ini memperihatkan bahwa indeks sefalometri dan tangan pada penderita RM ringan dan RM sedang tidak berbeda bermakna secara statistik dibandingkan kontrol (p > 0,05). Sedangkan RM berat berbeda bermakna dibandingkan kontrol (p < 0,05). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sampel pada RM ringan berasal dan penderita SD tertier atau SD kuarterner, RM sedang dapat berasal dari pendetita SD tertier atau SD kuarterner, dapat juga dari penderita phenylketonuria (PKU) atau pengaruh pranatal yang tidak jelas; RM berat berasal dari penderita SD primer atau SD sekunder.

Cephalometric and Hand Indices on Boys with Several Primary Mental Retardation StagesSome early researches suggested that there were morphological characteristic differences on several mental retardation (MR) stages. The subjects of those researches were mostly Down syndrome (DS) patients. This study was conducted to assess the difference of cephalometric and hand indices on primary MR stages. The subjects of the study were 300 boys from the abnormal schools and 100 boys from the elementary school as a control group. The criterions of the subjects, were 7-12 years old, had DS characters and the medical record showed that there were primary MR.
In this study, measurement on each subject used Martin's methods, then the results were calculated to be cephalometric and hand indices. The results of this study indicated that there were no significant cephalometric and hand indices difference (p > 0,05) between the mild, moderate MR and the control groups. But there was significant cephalometric and hand indices difference (p < 0,05) between the severe MR and the control group. The possibilities of these results were the subjects of this study which the mild stage of MR was derived from either tertiary or quaternary DS patients; the moderate stage of MR might be derived from either tertiary or quaternary DS patients as well as phenylketonuria (PKU) patients or unknown early neonatal influence patients; and the severe stage of MR was derived from either primary or secondary DS patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T2933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichlasiah Dalimoenthe
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan persepsi mengenai nilai anak laki-laki dalam keluarga Batak-Mandailing di Kotamadya Medan, serta sejauh mana Status Sosial Ekonomi mempengaruhi persepsi terhadap nilai anak laki-laki tersebut. Penelitian dilakukan pada dua kecamatan di kota Medan, yaitu kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Tembung. Kecamatan Medan Baru dihuni oleh mayoritas masyarakat Batak-Mandailing dengan status sosial ekonomi relatif tinggi, sedangkan kecamatan Medan Tembung dihuni oleh mayoritas masyarakat Batak-Mandailing dengan status sosial ekonomi relatif rendah. Dari masing-masing kecamatan itu diambil 2 kelurahan untuk diteliti.
Objek penelitian adalah masyarakat Batak-Mandailing yang diwakili oleh kepala keluarga (Batak), berusia 20 tahun ke atas, telah menikah, serta berdomisili di kotamadya Medan. Pengumpulan data selain dilakukan melalui kuesioner, juga dilakukan wawancara mendalam terhadap tokoh masyarakat Batak-Mandailing.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada pergeseran pandangan mengenai anak laki-laki. Anak laki-laki yang sebelumnya lebih diutamakan daripada anak perempuan (seperti dalam bidang pendidikan, pembagian tugas di rumah, kegiatan ekstra kurikuler, ataupun kegiatan adat), kini cenderung dianggap sama. Pergeseran pandangan ini pula dilihat dalam hal pembagian harta warisan. Menurut adat Batak-Mandailing, anak perempuan tidak mendapat hak waris. Namun, temuan penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar responden akan memberikan warisan yang sama, baik bagi anak laki-laki maupun anak perempuan. Tampaknya, ketiadaan anak laki-laki dalam sebuah keluarga Batak-Mandailing, bukan lagi merupakan masalah besar. Walaupun menurut adat anak lelaki ditetapkan sebagai penerus marga, anggapan bahwa keberlanjutan keturunan itu semata-mata ditentukan oleh adanya anak lelaki, cenderung tidak lagi terlalu dominan.
Keterikatan terhadap marga dan pengetahuan mengenai silsilah marga masih tetap kuat dalam diri orang-orang Batak-Mandailing. Namun, kehidupan di kota besar, dengan segala gejolak dan dinamikanya, cenderung menyebabkan interaksi dalam hubungan kekerabatan di antara mereka kurang intensif.
Variabel status sosial ekonomi dengan indikator pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan pemilikan tampaknya kurang berpengaruh terhadap perubahan persepsi mengenai nilai anak laki-laki dalam keluarga Batak-Mandailing di kota Medan.
Hasil uji hipotesis dengan menggunakan tes statistik Tau Kendall menunjukkan, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status sosial ekonomi dan persepsi mengenai nilai anak laki-laki. Dengan demikian, hipotesis yang sebelumnya diajukan dalam penelitian ini, ditolak. Kemungkinan ada faktor-faktor lain seperti media televisi, radio, surat kabar dan majalah, ataupun kontak dengan kelompok-kelompok sosial lain yang cenderung lebih mempengaruhi perubahan persepsi tersebut. Untuk itu kiranya diperlukan penelitian lebih lanjut. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>