Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11292 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Pengembangan Permuseuman Sumatera Utara, 1986
R 305.895981 KAL
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Marida Gahara
"Di dalam masyarakat terdapat bermacam-macam pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa yang berbeda-beda ini diistilahkan oleh para ahli bahasa dengan variasi bahasa. Variasi bahasa adalah perbedaan ucapan, tata bahasa, atau pemilihan kata dalam satu bahasa. Variasi bahasa dapat berkaitan dengan daerah (dialek), dengan latar belakang kelompok sosial atau pendidikan (sosiolek), atau dengan resmi tidaknya situasi penggunaan bahasa itu (register atau ragam bahasa), seperti yang dikemukakan oleh Ferguson (1971:110-111). Perbedaan itu terwujud, antara lain dalam bidang sosial budaya atau dalam sistem komunikasinya. Jadi, hubungan antara pemakai bahasa dan pemakaian bahasa dapat menimbulkan ragam bahasa.
Sementara itu, situasi kebahasaan berbeda satu sama lain. Secara garis besarnya dapat dikemukan bahwa situasi itu ditentukan oleh tiga unsur, peristiwa atau situasi, siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan. Ketiga unsur ini bersama-sama menentukan ragam yang menyebabkan kata tertentu dipilih untuk mengungkapannya. Dengan prinsip-prinsip umum yang mendasari variasi itu, dapat dipahami faktor-faktor situasi apa yang menentukan wujud kebahasaan mana yang digunakan oleh pelibat dalam peristiwa bahasa. Jadi, dalam berkomunikasi penutur perlu memilih dan memilah bahasa berdasarkan keperluan apa isi berbicara pada saat itu dengan cara memperhatikan bidang, pelibat, dan sarana (Halliday, 1979:30-31). Moeliono (1989:67) menyebut konsep ini laras bahasa. Selanjutnya, dijelaskan bahwa laras bahasa terutama berbeda dalam segi bentuknya, yaitu di dalam ciri-ciri tata bahasanya dan lebih-lebih lagi di dalam leksisnya. Penggolongan laras menggambarkan tipe situasi yang menjadi ajang peranan bahasa itu sebagai berikut: laras bahasa dari sudut pandangan bidang, laras bahasa menurut sarana pengungkapannya, dan laras bahasa berdasarkan tata hubungan di antara penyerta peristiwa bahasa (Moeliono:166-167).
Demikian pula halnya dengan bahasa upacara perkawinan tradisional dalam masyarakat Batak Angkola yang disebut marsitogol perkawinan. Kiranya akan menarik sekali apabila dilakukan penelitian tentang bentuk bahasa marsi togol perkawinan yang menampilkan sejumlah bentuk kosakata yang diucapkan oleh sejumlah orang dalam upacara perkawinan.
Dalam kepustakaan tentang bahasa Batak Angkola yang pernah saya periksa, belum pernah diadakan penelitian tentang ragam marsitogol ini. Itulah sebabnya, saya tertarik untuk menelitinya. Bahasa Batak Angkola (selanjutnya disingkat dengan BSA) adalah salah satu (ragam) bahasa yang ada di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Bahasa ini dipakai sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan sehari-hari dan upacara adat. Bahasa Batak Angkola mempunyal beberapa ragam dan salah satu dari ragam itu disebut Marsitogol.
Marsitogol mempunyai tujuan yang bermacam-macam, sangat bergantung kepada tujuan upacara adat itu: ada marsitogol untuk upacara perkawinan dan upacara menyambut kelahiran bayi (mencukur rambut bayi); dan ada pula marsitogol untuk kematian. Dengan kata lain, marsitogol dapat disampaikan pada upacara gembira yang dalam SBA disebut siriaon dan upacara adat yang sedih disebut silutluton."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Pahala Rizky
"Tulisan ini memaparkan mutuality of being yang tampak melalui tradisi mangain (mengangkat anak) dalam masyarakat Batak Toba yang telah berkembang dari waktu ke waktu. Mangain akrab bagi orang Batak Toba yang hendak melakukan pernikahan campuran dengan Suku Bangsa non-Batak. Keutuhan fungsi mangain kenyataannya berakar pada ‘mengangkat anak kecil’. Tradisi ini mengarahkan para penerima marga Batak Toba—saya sebut “orang Batak baru”—, tidak hanya masyarakat keturunan asli Batak Toba, kepada kehidupan kekerabatan Dalihan Na Tolu yang saling bergantung satu sama lain. Mangain, di sisi lain, tidak mendorong mereka untuk melupakan jasa orang tua yang telah melahirkan dan merawat mereka sampai dewasa. Mangain alhasil menjadi contoh tradisi yang dapat mengeratkan persatuan Indonesia yang merupakan negara plural karena kekerabatan tidak hanya dipandang dari keturunan darah. Keberagaman selama ini dipandang menjadi sumber konflik kepentingan antarkelompok di Indonesia. Hasil akhir tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi mangain mengakomodasi orang Batak Toba untuk mengasihi orang-orang non-Batak, begitu juga sebaliknya, yang terlihat dari implikasi mutuality of being di dalamnya. Data arsip, tulisan para akademisi dari berbagai bidang sampai bentuk karya tulis lainnya, menjadi basis penelitian kali ini. Wawancara informan yang telah terlibat langsung dalam proses mangain, bahkan ditulis dalam sebuah buku, kemudian melengkapi karya tulis ini.

This paper explains mutuality of being that is seen through the tradition of mangain (adopt a child) in Batak Toba society which has progressed over time. This tradition is familiar for the Batak Toba people who want to do mixed marriage with non-Batak ethnic groups. In the reality, the whole function of mangain is rooted on ‘child adoption’. This tradition directs people who receive a Batak Toba clan—I called it the “orang Batak baru”—, not only Batak Toba people, to a Dalihan Na Tolu life which is mutually dependent on each other. On the other hand, mangain does not encourage them forget their parents who gave birth to, and nurturanced for, them. Mangain has become an example of a tradition that can strengthen the unity of Indonesia, a plural country, because kinship in here is not only seen from procreation. Diversity has been seen as a source of conflict of interest between groups in Indonesia. The final result of this article showed that mangain tradition accommodates the Batak Toba people love non-Batak people, and vice versa, which can be seen from the implications of the mutuality of being in it. Archival data, writing of academics from various fields up to other forms of writing, became the basis of this research. Interviews of informants who have been directly involved in the mangain process, even wrote it in a book, then completed this paper."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Hotma
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Elisa Sutan
Djakarta: Bajian Bahasa Djawatan Kebudajaan, Dep. P. P. dan K, 1960.
959.8 HAR p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Neumann, J.H. [Johann Heinrich], 1876-1949
Jakarta: Ombak, 2018
306 JOH s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Neumann, J.H. [Johann Heinrich], 1876-1949
Djakarta: Bhratara , 1972
992.5 NEU s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Elisa Sutan
"Buku Perihal bangsa Batak ini membahas mengenai adat istiadat, kesenian, agama, kesehatan dan pengobatan, perguruan di tanah Batak, terutama di Angkola-Sipirok. "
Djakarta: Bajian Bahasa Djawatan Kebudajaan, Dep. P. P. dan K, [date of publication not identified]
K 959.8 HAR p
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Philipus Jarongki
Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2000
306.8 MAR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Christiyana Ulibasa
"ABSTRAK
Sistem kekerabatan patrilineal yang dilanggengkan dalam praktik gereja kesukuan Batak Huria Kristen Batak Protestan HKBP membangun pola dominasi laki-laki terhadap perempuan secara sistematis di dalam gereja. Studi ini membahas bagaimana perempuan di gereja kesukuan Batak HKBP menghadapi tindakan diskriminatif, yaitu domestikasi dan perilaku objektifikasi dalam urusan mendapatkan ruang aktualisasi diri di gereja tersebut. Subjek penelitian dalam tulisan ini adalah perempuan beretnis Batak, dengan anggota dan pengurus dari komunitas perempuan di gereja HKBP Jati Asih sebagai informan penelitian. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kasus pada perempuan jemaat HKBP Jati Asih, Bekasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan wawancara mendalam dengan lima perempuan anggota jemaat gereja HKBP dan dua orang laki-laki anggota jemaat gereja HKBP sebagai data pendukung. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa bentuk strategi negosiasi perempuan untuk memperoleh ruang aktualisasi bagi perempuan, yaitu menggiatkan perempuan untuk membuat perubahan serta inovasi di tengah gereja dalam upaya pemenuhan kebutuhan aktualisasi bagi dirinya di tengah komunitasnya di gereja HKBP.

ABSTRACT
The patrilineal kinship system perpetuated in the practice of the Bataknese Church of Huria Kristen Batak Protestan HKBP systematically establishes the pattern of men against women in the church. This study discusses how women in the Bataknese church, HKBP face discriminatory acts, namely domestication and objective behavior in the affairs of self-actualization freedom in the church. Subject for this research are Bataknese women, with members and administrators from the women 39;s community at HKBP Jati Asih church as informant. This study uses a qualitative approach and case study on women rsquo;s community of HKBP Jati Asih, Bekasi. Technique for collecting data on this study is observation and in-depth interview with five womens member of HKBP Jati Asih church and two men members of that church as supporting data. This study shows that there are several forms of women 39;s negotiation strategy to gain the woman rsquo;s actualization field, which is to encourage women to make changes and innovations in the middle of the church to fulfill actual needs for themselves in their community at HKBP."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>