Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75836 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Unit Tree Kartini
"The systematic coordination of the operation of a system of hydroelectric generation plants is usually more complex than the scheduling of an all thermal generation system. The reason is both simple and important. In the operation of a hydroelectric power system, three general categories of problems arise. These depend on the balance between the hydroelectric generation, the thermal generation, and the load.
The transmission network's incremental power losses may cause a bias in the optimal economic scheduling of the generators. The coordination equations include the effects of the incremental transmission losses and complicate the development of the proper schedule. The network elements lead to two other, important effects: the total real power loss in the network increases the total generation demand, and the generation schedule may have to be adjusted by shifting generation to reduce flows on transmission circuits because they would otherwise become overloaded. It is the last effect that is the most difficult to include in optimum dispatching.
The requirements for the operation of hydroelectric plants, one must appreciate the limitations imposed on operation of hydro-resources by flood control, navigation, fisheries, recreation, and water supply. The largest category of hydrothermal systems includes those where there is a closer balance between the hydroelectric and thermal generation resources and those where the hydroelectric system is a small fraction of the total capacity. In these systems, the schedules are usually developed to minimize thermal generation production costs, recognizing all the diverse hydraulic constraints that many exist.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T3565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwied Prianingtyas Timbul
"Dalam pengoperasian suatu sistem pembangkit tenaga listrik perlu ditentukan besarnya daya yang disalurkan oleh tiap unit pembangkit sehingga dapat beroperasi pada biaya pembangkitan yang minimum. Hal ini dapat dilakukan dengan optimasi pembebanan pada seluruh unit pembangkit tenaga listrik.
Pada tesis ini akan dibahas mengenai optimasi pembagian beban pada unit pembangkit hidro dan termal dengan menggunakan metoda pengali Lagrange. Fungsi tujuannya adalah meminimalkan biaya pembangkitan dengan kendala kapasitas maksimum dan minimum unit pembangkit. Pembahasan tesis ini dibatasi pada optimasi pembangkit hidro termal area IV sistem kelistrikan Jawa-Bali, Perhitungan dilakukan dengan program Matlab yang dioperasikan pada komputer pribadi dan disertai dengan validasi program. Validasi program memperlihatkan bahwa program yang telah dibuat dapat digunakan untuk mengoptimalkan pembangkit hidro termal area IV sistem kelistrikan Jawa-Bali.

The operating of an electric power generating system need to be determined power contribution of each unit with the result that it can be operated at a minimum generating cost. This case can be solved by the optimum loading of a power generating system.
This thesis is discussing about an optimum loading of the hydro thermal power generating system by Lagrange Multiplier Method which is limited at hydro thermal plants of Java-Bali fourth area. The objective function is to minimize the generating cost with maximum and minimum generating capacities as the constraint. The computation is being done by MatLab program which is operated on a personal computer along with validation program. The validation has shown that the program which is made, can be used for optimum loading of hydro thermal plants of Java-Bali fourth area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Arison
"PLTP Wayang Windu yang berlokasi di bagian selatan kabupaten Bandung telah berhasil memproduksikan energi listrik dari hasil sumber energi panasbumi tanggal 8 Juni 2000 dengan kapasitas pembangkit 1 x 110 MW. Pengembangan PLTP ini bertujuan untuk mendukung upaya memenuhi kebutuhan energi listrik di masa depan sebagai alternatif energi yang bersifat dapat diperbaharui (renewable) serta ramah lingkungan.
Pengembangan sumber daya panasbumi telah menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam diversifikasi energi sejalan dengan antisipasi semakin menipisnya jumlah cadangan dan potensi sumber daya minyak dan gas bumi. Salah satu sumber energi panasbumi yang potensial adalah PLTP Wayang Windu dengan besar potensi 460 MW dan telah berhasil dieksploitasi sebesar 197,7 MW.
Sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, akan memberikan dampak peningkatan terhadap penggunaan energi listrik. Kebutuhan energi listrik terbesar adalah dari sektor industri dengan laju pertumbuhan yang diperkirakan sekitar 7,18% per tahun. Proses industrialisasi merupakan jalan yang ditempuh oleh Indonesia untuk mewujudkan cita-cita bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Secara tidak langsung dengan kemajuan sektor industri akan berdampak terhadap kebutuhan energi listrik dari sektor rumah tangga dan sektor non industri lainnya akan meningkat.
Selain dari memenuhi kebutuhan akan energi listrik, pengembangan sumber daya panasbumi juga berfungsi terhadap peningkatan penerimaan pemerintah dari sistem bagi hasil yang ditetapkan melalui kebijakan pemerintah. Perolehan atas bagi hasil tersebut merupakan komponen pembentuk APBN maupun APBD. Melalui kebijakan pemerintah telah ditetapkan besarnya perolehan pemerintah 34% dari hasil keuntungan tahunan. Selain itu juga Pertamina sebagai kuasa pemerintah dalam mengelola usaha pengembangan sumber daya panasbumi berhak mendapat upah produksi sebesar 4% dari keuntungan tahunan. Pembayaran ini akan dilaksanakan setelah tercapainya NOI (net operating income).
Bersamaan dengan telah terselenggaranya program otonomi daerah dimana setiap daerah diberikan wewenang yang luas dalam upaya mengembangkan potensi yang ada. Prinsip dasar pelaksanaan otonomi daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya pemerataan pembangunan sesuai dengan UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999. Pemerintah Daerah dalam hal ini berkewajiban untuk menggali segala potensi yang ada untuk mendapatkan penerimaan terhadap daerah dalam mendukung pembentukan APBD. Salah satu objek sangat penting saat ini adalah potensi sumber daya alam (SDA) yang dapat memberikan devisa bagi daerah yang cukup besar. Menurut UU No. 25/1999 tentang dana perimbangan ditetapkan sistem bagi hasil antara pemerintah Pusat dan Daerah atas pengusahaan SDA, tetapi tidak termasuk sumber daya panasbumi.
Oleh karena itu dalam upaya mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan atas pengusahaan energi panasbumi PLTP Wayang Windu terhadap penerimaan daerah kabupaten Bandung, di akhir tesis ini dibuat suatu simulasi tentang sistem pembagian terhadap pemerintah daerah berdasarkan kategori masing-masing SDA sesuai UU No. 25/1999. Simulasi itu memberikan gambaran kategori SDA yang memberikan kontribusi terbesar terhadap penerimaan daerah adalah dengan menggunakan formula bagi hasil terhadap pertambangan umum walaupun secara karakteristik berbeda dengan panasbumi.
Walaupun saat ini dampak pengembangan PLTP Wayang Windu belum dapat dirasakan oleh masyarakat kabupaten Bandung, tetapi setidaknya setelah tercapai titik NOI pada tahun 2007 hal ini akan memberikan jaminan kepastian sumber penerimaan daerah yang dapat meningkatkan APED. Melalui Keputusan Presiden No.76/2000 hendaknya juga pemerintah daerah berupaya ikut serta dalam mengembangkan PLTP Wayang Windu unit berikutnya agar diperoleh penerimaan daerah yang lebih besar untuk merangsang pertumbuhan ekonomi kabupaten Bandung."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weno Mariona
"Berdasarkan informasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rencana Umum Energi Nasional (REUN), Indonesia memiliki tujuan untuk melibatkan EBT dalam bauran energi publik sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Salah satu EBT yang menjanjikan kemungkinan di Indonesia adalah energi air dan minihidro yang merupakan pilihan yang memungkinkan untuk dibuat untuk pembangkit listrik dengan cakupan terbatas dan skala besar. Sesuai Profil Energi Indonesia (2003), potensi pembangkit listrik tenaga mini hidro yang tercatat di seluruh Indonesia mencapai 712 MW dan baru sekitar 28% yang dimanfaatkan untuk pembangkitan energi listrik. Untuk mencapai tujuan tersebut, Dinas ESDM Sumatera Barat mengatakan bahwa potensi PLTA di Sumatera Barat mencapai 1.100 MW diperoleh dari 4 danau dan 32 sungai besar. Untuk memaksimalkan potensi energi hidro ini, maka adanya pembangunan dan peningkatan PLTM di Kabupaten Solok Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kinerja generator yang optimal dalam menghasilkan energi listrik. Pada analisis efisiensi generator didapatkan efisiensi generator terendah pada beban 2600 kW sebesar 98,68 % sedangkan efisiensi generator tertinggi pada beban 4500 kW sebesar 99,15 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja generator paling optimal ketika generator dibebani 90% sekitar 4500 kW dan efisiensi akan berkurang seiring dengan penurunan beban generator.

Based on information from the Ministry of Energy and Mineral Resources, National Energy General Plan (REUN), Indonesia has a goal to involve EBT in the public energy mix by 23% by 2025 and 31% by 2050. One of the promising EBT possibilities in Indonesia is hydro and mini-hydro energy which are possible options to be made for power generation with limited coverage and on a large scale. According to the Indonesian Energy Profile (2003), the potential for mini-hydro power plants recorded throughout Indonesia reaches 712 MW and only about 28% is used for electricity generation. To achieve this goal, the ESDM Office of West Sumatra said that the potential for hydropower in West Sumatra reached 1,100 MW obtained from 4 lakes and 32 large rivers. To maximize the potential of this hydro energy, there is the development and improvement of PLTM in South Solok Regency. This research was conducted to obtain optimal generator performance in generating electrical energy. In the analysis of generator efficiency, the lowest generator efficiency at a load of 2600 kW is 98.68% while the highest generator efficiency at a load of 4500 kW is 99.15%. From the data analysis, it can be concluded that the generator performance is most optimal when the generator is loaded with 90% around 4500 kW and the efficiency will decrease as the generator load decreases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwied Prianingtyas Timbul
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
TA3130
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Choirul Saleh
"Pada pengoperasian sistem tenaga listrik untuk keadaan beban yang bagaimanapun, sumbangan daya dari tiap pembangkit harus ditentukan sedemikian rupa agar daya yang disuplai menjadi minimum. Biaya bahan bakar merupakan komponen biaya terbesar pada pembangkit thermis, oleh sebab itu maka biaya produksi tenaga listrik thermis, diusahakan menggunakan bahan bakar sehemat mungkin.
Metode meminimasi biaya pembangkitan akan gagal, bila tidak mencakup rugi daya pada saluran transmisi, sebab meskipun biaya bahan bakar inkremental suatu pembangkit mungkin lebih rendah dari pembangkit lainnya, akan tetapi karena terletak jauh dari pusat beban, biaya rugi-rugi transmisinya besar. Untuk mengoptimalkan biaya bahan bakar dan rugi daya pada saluran, penyelesaiannya adalah dengan menggunakan persamaan koordinasi, karena pada persamaan ini biaya pembangkitan yang optimal akan tercapai bila biaya bahan bakar inkremental total dikalikan dengan faktor penalti bernilai sama untuk semua pembangkit.
Dari hasil perhitungan optimasi didapatkan bahwa, pada beban sesaat yang sama didapatkan basil pembangkitan yang lebih rendah, hal ini disebakan karena adanya penurunan rugi daya pada saluran yang cukup signifikan, sehingga diperoleh penghematan biaya pembangkitan dibandingkan jika sistem dioperasikan manual, besar penghematan per kWh nya adalah Rp 17,0789 atau 12.97 % dari biaya pembangkitan sebelumnya, sedang rugi daya pada saat sebelum optimasi adalah 80.697 MW padasaat dioptimasi rugi dayanya sebesar 24.804 MW atau prosentasenya sebesar 225.30 %.

In order to get a minimum generation-cost of interconnected power-plants, each power plant generated power should be adjusted at a certain value depending on the load of each substations at that time. Fuel cost is the main cost portion of a thermal power plant , so to achieve a minimum cost, the thermal power plantfue consumtion should be manage efficiently.
Calculation of generation cost optimation in between power plant connected over interconnected transmision line will not be accurate if not involving transmission linespower losses. Incremental fuel cost of a power plant may be lower then another, because its location is more far away from the load centre comparied to the another power plant, the total generation cost will be higher. To get an optimal generation cost involving transmission lines power losses a coordination equation will be used. By this equation we will get the optimum generation cost while the total fuel incremental cost multiplied by penalty factor has the same value for all power plants connected to results transmission lines.
From the optimation-calculations we get lower power generation comparied to manual adjustments by load dispatch center operators, because of decreasing total transmission lines losses, also total generation cost per kWh decrease significanly. The real saving generation cost by this optirnation is Rp 10,747.00 or 8.17 % as before.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendro Sulistyo Wibowo
"Venturi tube type bubble generator adalah metode micro-bubble generator dengan menggunakan test section venturi tube. Prinsip kerja dari micro-bubble generator ini adalah dengan mengalirkan fluida air ke test section venturi tube kemudian melalui lubang injeksi udara akan diinjeksikan masuk oleh kompressor udara ke dalam venturi dan akan membentuk bubble yang kemudian akan didispersikan menjadi micro-bubble. Pada penelitian ini divariasikan debit aliran dan perubahan tekanan pada venturi.
Dari variasi tersebut Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa Micro-bubble generator dengan metode venturi tube dapat digunakan untuk pencapaian ukuran bubble maksimal sampai 50 mikron. Pencapaian ukuran micro-bubble dipengaruhi oleh kecepatan aliran, perubahan tekanan dan rasio perbandingan debit udara dan debit air. Perubahan tekanan aliran dan kecepatan aliran berbanding terbalik dengan pencapaian ukuran micro-bubble.

Venturi tube bubble generator is a generator micro-bubble method by using tube venturi section test. The principal mechanism of micro- bubble generator is that by flowing water fluid to tube venturi section test then through air injection hole will be injected into venturi by air compressor and bubble will be formed. It will be dispersed in the venturi into micro-bubble. In this experiment we make variations of flowing debit and pressure changes in the venturi.
From the variations above the results are : Micro-bubble generator by using tube venturi method is applicable for maximum size of 50 micron. The size of micro-bubble is affected by the velocity of flowing, the pressure changes and the ratio of air debit to water debit. The pressure changes of air and the velocity of flowing in reverse with the size of micro-bubble.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Ismail Nakhoda
"Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah komitmen unit, diantaranya adalah metode skema urutan prioritas, pemograman dinamis, metode relaksasi langrange, algoritma branch & bound dan algoritma genetika. Pada penelitian ini, pendekatan logika fuzzy tidak diusahakan untuk menentukan derajat optimalitas. Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan bahwa penyelesaian masalah komitmen unit dapat digambarkan secara lebih sederhana dan dapat diterima sebagai metode alternatif untuk penyelesaian masalah komitmen unit pembangkit tenaga listrik. Dalam penerapan program simulasi komitmen unit dengan pendekatan logika fuzzy pada Area 1 sistem kelistrikan Jawa-Bali dihasilkan keluaran berupa biaya produksi total setiap perioda beban yang merepresentasikan biaya operasi sistem pembangkit tenaga listrik yang logis.

There are several methods employed for unit commitment problem solving such as priority-list schemes, dynamic programming, lagrange relaxation method, branch and bound algorithm and genetic algorithm. In this research, fuzzy logic approach is not tried to determine the degree of optimality. The major objective is to show that the unit commitment problem solving is described simply and power generation. Applying the unit commitment simulation program with fuzzy logic approach in the Area 1 of Java - Bali power system, it produces a total production cost per load period representing the operating cost of logic power generation system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T5189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah Ratnawandari
"Peningkatan kebutuhan masyarakat akan daya listrik perlu diikuti dengan pengembangan sistem tenaga listrik antara lain berupa penambahan pembangkit listrik baru. Jenis energi primer atau bahan bakar pembangkit listrik merupakan salah satu hal penting yang akan mempengaruhi biaya produksi pembangkit, dimana biaya bahan bakar merupakan bagian terbesar dari biaya produksi pembangkit. Sistem tenaga listrik Jawa Bali (STLJB) di tahun 2007 - 2011 akan melakukan penambahan pembangkit-pembangkit listrik non BBM, antara lain PLTU batubara dan PLTP, dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daya listrik dan mengurangi ketergantungan pada BBM yang harganya cenderung naik. Tesis ini akan mengkaji mengenai pengaruh penambahan pembangkit listrik STLJB di tahun 2007 - 2011 terhadap biaya produksi pembangkit, dengan bantuan perangkat lunak simulasi produksi.

To fulfill the increasingly society need on electric power, electric power system development in the form of additional power plants is required. The influence of power plants addition on electric generation cost is in connection to the kind of power plants, where its fuel cost takes the biggest part in electric generation cost. The Java Bali power system being the biggest interconnected power system in Indonesia have many oil fired power plants, while oil prices tend to increase. To reduce the electric generation cost and to fulfill the societies need on electric power, in the year 2007 - 2011 the Java Bali power system add new non oil fired power plants such as coal power plants and geothermal plants. This thesis will overview the development of Java Bali power system in the year 2007 - 2011 and its influence on the electric generation cost, with production simulation software as an aid tool."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T40792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astamaizul Umar B.
"ABSTRAK
Dalam suatu sistem tenaga listrik, menjalankan seluruh unit pembangkit yang tersedia untuk melayani beban adalah tidak ekonomis. Untuk menentukan unit-unit mana yang harus beroperasi melayani beban tertentu merupakan problem penjadualan operasi unit (unit commitment). Penjadualan operasi unit pembangkit, terutama pembangkit termal, sangat penting dalam pengoperasian sistem tenaga listrik karena berkaitan langsung dengan biaya pemakaian bahan bakar. Penjadualan operasi unit pembangkit yang optimal dapat memberikan penghematan yang cukup besar terhadap biaya operasi tahunan.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mendapatkan penjadualan yang optimal, diantaranya metoda urutan prioritas (priority list), lagrange, programa dinamik dan sistem pakar. Perhitungan yang parsial pada metode urutan prioritas dan programa dinamik yang membutuhkan waktu perhitungan yang lama serta kebutuhan memori yang besar bila sistemnya cukup besar. Sedangkan sistem pakar bergantung pada kaidah-kaidah empiris dan pengetahuan sebelumnya.
Metode yang diusulkan pada tesis ini menggunakan algoritrna yang cukup sederhana, yakni algoritma genetik. Dari simulasi penjadualan operasi sejumlah 38 pembangkit area 1 sistem kelistrikan Jawa-Bali, dibutuhkan waktu komputasi selama 6 menit. Sedangkan biaya pembangkitannya sekitar 2 - 3 % lebih hemat dibandingkan dengan metode urutan prioritas dan Lagrange.

ABSTRACT
In power system, it is not economical to run all the units available all the time. To determine the units of a plant that should operate for a particular load is the problem of unit commitment. An optimal scheduling of the units can provide substantial annual savings in fuel costs.
A number of method have been proposed for solving the units scheduling problem, that include priority list, Lagrangian relaxation, dynamic programming and expert systems. The partial enumeration schemes in dynamic programming usually suffer from large computation times and excessive memory requirements as the problem size increases. The expert systems rely on empirical rules and past knowledge.
The method proposed in this thesis uses a simple algorithm, called genetic algorithm (GA). The simulation of units schedulling consist of 38 units in area l Java-Bali interconnected systems has shown that GA method is able provide fuel costs saving around 2 - 3 % over priority list and Lagrangian method within 6 minutes cpu time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>