Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148583 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Khairullah
"Guna mewujudkan Indonesia Sehat 2010 sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan Nasional, maka salah satu usahanya adalah dengan meningkatkan status kesehatan gigi. Status Kesehatan Gigi anak usia I2 th sebagai usia indikator yang dianiurkan WHO tergolong masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari angka DMF-T rata-rata 2,2l dan Prevalensi Karies Gigi 76,9% dan Nilai Performent Treatment Index (PTI) baru mencapai 4,52 % (SKRT, 1995). Sedangkan di Kota Jambi pada tahun 1999 hasil penelitiaan Irma, dkk rnenginformasikan bahwa pada anak usia I2 th DMF-T rata-rata 2,44 dan Prevalensi karies. 83,9 % serta Nilai PTI I,84%. Sementara target Nasional untuk usia I2 tahun pada tahun 2010 rtanti adaiah DMF-T rata-rata 1,0 dan Prevalensi karies gigi 50% serta Nilai PTI 50%. Program UKGS Paripurna sebagai salah satu program yang ada di Puskesmas merupakan program yang Iangsung mcnyentuh kepada kebutuhan pelayanan kesehatan gigi khususnya anak usia 12 tahun yang pada umumnya duduk di kelas V1 SD. Untuk mengetahui gambaran status kesebatan gigi dau gambaran program UKGS Paripurna di Kota Jambi merupakan tujuan dari penelitian ini. Penilaian kualitas program UKGS Paripuma dengan menggunakan ?pendekatan system? memandang bahwa program UKGS Paripurna merupakan suatu organisasi dengan variabel-variabeinya input, pross dan output serta status kesehatan gigi sebagai outcome. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross sectional, dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner wawancara untuk variabel independen dan menggunakan formulir pemeriksaan kesehatan gli untuk variabel dependen. Responden adalah penanggung jawab program UKGS Paripuma di seluruh Puskesmas di Kota Jambi sebanyak 20 Puskesrnas, sedangkan sampel murid kelas VI SD binaau UKGS Paripurna sebarnyak 708 orang untuk wilayah Puskesmas deugan kuaiitas Program UKGS Paripuma baik clan 708 oraug untuk wilayah PLISICCSIIIHS dengan kualitas Program UKGS Paripuma kurang baik. Selanjutnya data diolah menggunakan analisis Uji Kai Kuadrat (Chi Square). Hasil penelitian menunjukkan status kesehatan gigi sebagai berikut; DMF-T rata-rata 2,14 Prevalensi Karies Gigi 79,S4% dan Nilai PTI 5,78%- Kualitas Program UKGS Paripurna dinilai dengan menggunakan ?pendekatan system? didapatkan hasil sebagai berikut: II (55%) Puskesmas dengau kualitasjprogram UKGS Paripurna baik dan 9 (45%) Puskesmas kurang baik, 10 (50%) Puskesmas dengan input baik dan 10 (50%) Puskesmas kurang baik, II (60%) Puskesmas dengan proses baik dan 8 (40%) Puskesmas kurang baik, ll (55%) Puskesmas dengan output baik dan 9 (45%) Puskesmas kurang baik. Begitupula dengan status kesehatan gigi setelah dikategorikan didapat hasil 12 (60%) Puskesmas dengan status kesehatan gigi baik dau 8 (40%) Puskesmas dengan status kesehatan gigi kurang baik. Dari analisis terrnyata anftara seluruh variabel independen mempunyai hubungan yang berrnakna dengau variabel dependen (Status kesehatan gigi). Guna Iebih meningkatkan kualitas dan cakupan SD UKGS Paripuma disarankan Dinas Kesehatan Kota Jambi meningkatkan variabel input berupa penambahau sarana pelayauan kesehatan gigi, peralatan dan obat-obatan terutama untuk tumpata ART, mengadakan dana operasional dan memberikan pelatihan kepada penauggtmg jawab program UKGS Serta memberikan kebijakan dan pedoman pelaksanaan program UKGS yang lebih jelas.
In order to establish Healthy Indonesian in 2010, as one of the elements of National olqiective on general welfare, it is improving the dental health status. The dental health status of children age I2 years as indicator age that suggested by the W.H.O- is still low. lt can be seen from the average rate of DMF-T was 2,2l, prevalence of caries dental was 76,9%, and value of Perfomance Treatment Index only reach 4,52% (House Hold Survey, 1995). While in Ja1'nbi City in l999 the result of survey conducted by lmta et al informed that on children age I2 years the average DMF-T was 2,44 and caries prevalence was 83,9%, the value of PTI was l,84%. Whereas the National target for the children age I2 years in 2010, the average DMF-T is 1,0, caries dental prevalence is 50%, and value of PTI is 50%. Post School Dental Health Program as one of the programs that available at the Health Center is direct program who touches to the need of dental heath service, especially for the children age 12 years, whose at VI graders of Primary School. The objective of this may is to determine me description of aemai health status and the description on post School Dental Health Program in Jambi City. The assessment to the quality of post School Dental Health Program is using "system approach", considering that post School Dental Health Program is an organization with its variables i.e. input, process, output, and dental health status as outcome. The design of this study was cross-sectional; the data collected by interview using questionnaire for independent variable, and using dental health examining form for dependent variable. Respondent is the undertalcer of post School Dental Health Program at entire of Health Centers in Jambi City with the number was 20 Health Centers. The sample were the schoolchildren at Vl graders of Primary School who as the model on post School Dental Health Program with the number 708 subjects, where at the area of post School Dental Health Program both good and was not good. The data was analyzing by chi-square Test. The result of this study shows that the dental health status in Jambi City was still low, especially to schoolchildren at the Vl graders of Primary School, with the detail as the followings: thc average of DMF-T was 2,l4, dental caries prevalence was 79,84, and value of PTI was 5,78%. Ten (50%) of Health Centers with sufficient input variable and 10 (50%) of Health Centers was insuflicient. Twelve (60%) of Health Centers with good process variable and Eight (40%) of Health Centers was not good. Eleven (55%) of Health Centers with good output variable and nine (45%) was not good. lt also with dental health status after grouped, it was obtained result twelve (60%) of Health Centers with dental health status good and eight (40%) of Health Centers was not good. Based on the analysis, the fact among entire of independent variables (input, process, and output) was having significant relationship with dependent variable (dental health status). In order to improve the quality and coverage of the Primary School on post School Dental Health Program, it is recommended to Local Health Ollice of Jambi City to increase the input variable by adding the facility of dental health service, equipment and medicine especially iilling of ART. Conduct operational iiind, giving training to the coordinator of School Dental Health Program And giving clear policy and manual of implementation on School Dental Health Program."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3714
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Suryani
"Prevalensi karies gigi di DKI Jakarta pada tahun 1988 adalah 86,7 % dengan DMF-T (Decayed, Missing Filling 'Teeth) 2,98. Survei UKS pada tahun 1990 menemukan bahwa 69 % siswa menderita karies gigi. Pada tahun 1996 prevalensi karies sebesar 93,7 % dengan DMF-T 2,66 pada kelompok umur 12 tahun. Jakarta Barat mempunyai data DMF-T pada anak sekolah sebesar 3,039 dan PTI hanya 6 %. Hasil screening mendapatkan bahwa kelainan gigi dan mulut menempati urutan tertinggi dari urutan 10 besar penyakit pada 2 tahun terakhir. Jakarta Barat belum mempunyai data tentang jumlah penduduk yang mempunyai kelainan gigi dan mulut. Pelaksanaan program UKGS belum dilakukan secara merata pada seluruh SD/MI di Kodya Jakarta Barat dan belum pernah dilakukan evaluasi dari manajemen program UKGS.
Berdasarkan hal diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang manajemen program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di Puskesmas Kodya Jakarta Barat pada tahun 2002.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap 7 Kepala Puskesmas, 1 PLH Koordinator Kesehatan gigi dan mulut Kodya dan diskusi kelompok terarah terhadap 8 Koordinator Kesehatan gigi dan mulut Kecamatan, 9 pelaksana UKGS dan 6 guru UKS.
Hasil penelitian menunjukan bahwa input sebetulnya sudah terpenuhi. Jumlah tenaga bila dibandingkan dengan indikator yang ada sudah mencukupi, namun penempatan tenaga dokter gigi belum sesuai dengan bidangnya sehingga program belum berja1an sebagai mana mestinya.
Diberlakukannya unit swadana Puskesmas, menyebabkan biaya bukan merupakan masalah bagi pelaksanaan UKGS. Pembuatan perencanaan yang tidak mengacu kepada pedoman dan belum dipahaminya program UKGS secara menyeluruh, menyebabkan kecukupan biaya yang ada tidak dapat memperlancar kegiatan program. Penggerakan pelaksanaan melalui lokakarya mini Puskesmas sudah dilakukan oleh Puskesmas namun hasil yang didapat belum optimal. Koordinasi lintas program sudah muncul yaitu dengan program UKS, namun koordinasi dengan lintas sektor belum sepenuhnya dilakukan oleh Puskesmas. Pengawasan dan pengendalian program UKGS belum mempunyai indikator yang jelas. Supervisi baru dilakukan oleh sebagian kecil Puskesmas. Cakupan yang didapat dari program UKGS pada tahun 2002 belum semuanya memenuhi target yang sudah ditentukan. Kurangnya pembinaan dan pengawasan dari tingkat Kodya serta belum jelasnya struktur UKGS di tingkat propinsi memperberat kondisi yang ada.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Puskesmas agar penempatan dokter gigi sesuai dengan bidangnya, pemberdayaan tenaga non gigi, pembuatan perencanaan yang lebih matang dan peningkatan koordinasi terutama dengan lintas sektor. Peningkatan fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari tingkat Kodya dirasa sangat diperlukan.
Daftar bacaan : 30 ( 1992 - 2002 )"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Ali Amin
"Pada lahun 1992, penyakit gigi menempati kedudukan urutan kedua penyakit terbanyak di puskesmas (Depkes, 1992). Pada tahun 1993, 60-80% penduduk Indonesia menderita karies dengan Decayed Missing, Filled Treatment (DMF-T) =2,8.60% anak usia 8-14 tahun yang tinggal di perkotaan menderita gingivitis dengan OHIS-1,5, prevalensi karies 62%, dengan DMFT=2. Sedangkan yang tinggal di pedesaan 55% prevalensi karies dengan DMF-T= 1,5, Dari perhitungan dengan pendekatan beban penyakit yang diukur dengan Disability Life Year (DALY) menunjukkan angka 2.246.552 DALY, yang merupakan urutan ke- 7 dari 12 penyakit utama (Depkes, 1996).
Pelaksanaan program UKGS di Banda Aceh sudah dimulai sejak tahun 1976, namun data tentang persentase penduduk pendenta karies dengan besar DMFT-nya belum tersedia. Demikian pula evaluasi tentang bagaimana program ini dilakukan belum terlaksana. Berdasarkan kenyataan ini maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi mendalam tentang manajemen pelaksanaan program UKGS di 5 puskesmas dalam Kota Banda Aceh pada bulan Juni tahun 2000.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui teknik wawancara mendalam terhadap 5 orang kepala puskesmas dan 5 orang dokter gigi serta diskusi kelompok terarah terhadap 21 orang perawat gigi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program UKGS memang telah dilaksanakan di puskesmas yang meliputi, perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan evaluasi, namun pelaksanaan keempat fungsi manajemen ini belum sesuai dengan pedoman pelaksanaan program UKGS. Diharapkan puskesmas memasukkan program UKGS ke dalam Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang kemudian disahkan menjadi Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) puskesmas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Dahlia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan atau menjelaskan perbedaan UKGS program dengan UKGS Percontohan ditinjau dari status kesehatan gigi dan factor- faktor yang berpengaruh di Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
Metode penelitian : Penelitian ini dilakukan dengan design pendekaan potong lintang /cross sectional dan menggunakan analisis univariat, bivariat (dengan T-test, U Mann Whitney , korelasi Spearmen's rho untuk independent sample) dengan pengambilan sampel secara purposive di dua Sekolah Dasar yaitu SD Negeri IV dan V Pondok Ranji di Kecamatan Ciputat Tangerang dengan jurnlah sample 240 rnurid kelas II, IV dan VI.
Hasil penelitian : Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara UKGS Program dan UKGS Percontohan yang ditinjau dari status kesehatan gigi (DMF-T )dan OHIS gigi (p > 0,05 ), dan terlihat bahwa perilaku kesehatan gigi anak memberi pengaruh terbesar 0.399, dan peran serta guru memberikan pengaruh sebesar 0.140 untuk status DMF-T gigi anak SD, sedangkan perilaku kesehatan gigi orang tua tidak mempunyai pengaruh. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh terbesar untuk status kesehatan gigi anak SD adalah perilaku anak, partisipasi guru , dan perilaku orang tua.

School-linked preventive oral care programs for children were performed since Department of Health Republik Indonesia Objective : The ain of this study is to analyze the diffences contribution factors and oral health status that influence the UKGS Program and model UKGS.
Material and method : Research desing was cross-sectional, with use purposive sampling the intra oral examination of oral health status, and qustinair that used to know the contribution factor in UKGS Program and model UKGS, were carriet out in 240 school children that in 2nd, 4th, and 6th, class which belong to primary school of SD IV and SD V Pondok Ranji, Tangerang. All independent variables data were analyze in univariat, bivariat with T test, Mann Whitney U-test, Spearmen's rho test using computer software SPSS 30.1.
Result : Although DMF-T index ( 0,87) of model UKGS was lower than that of government programme UKGS ( 0,90 ) and good criteria of OHIS index model UKGS (75,4 %) but there were not significant different between model UKGS and government program UKGS (P > 0,05), In addition there were shown significance correlation between children and DMF-T index ( r = 0,399 , p < 0,000 ) and significant correlation between teacher participation, oral health behavior of school children and OHIS ( r .-0,539; p< 0,0001 )
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2005
T16250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Setiawati
"Penduduk di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah mempunyai kebiasaan minum teh dengan karakteristik yang khas yaitu teh tanpa gula yang pekat maupun teh dengan gula dengan konsentrasi gula yang cukup tinggi,dengan frekuensi minum sering. Sedangkan diketahui kandungan fluor dalam teh dapat mencegah karies, dan gula pasir yang termasuk golongan sukrosa merupakan karbohidrat yang paling kariogenik. Dihubungkan dengan kebiasaan minum teh tersebut, tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan derajat keparahan karies di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal propinsi Jawa Tengah tahun 1998.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional . Jumlah sampel dalam penelitian ini 140 orang. Subjek penelitian adalah penduduk Kecamatan Slawi yang berusia 18-44 tahun. Dilakukan wawancara untuk mendapatkan data karakteristik minum teh, pengambilan dan pemeriksaan sampel teh, air dan gula pada setiap subjek penelitian untuk mengetahui konsentrasi fluor dan gula dalam minuman teh, pemeriksaan intra oral untuk mengetahui skor DMFT dan skor plak, dan pemeriksaan saliva untuk mengetahui efek buffer saliva dan aliran saliva. Analisis statistik yang digunakan adalah regresi linier ganda dengan program STATA /windows ver 4.
Dari hasil penelitian diketahui prevalensi pada kelompok subjek penelitian yang mempunyai kebiasaan minum teh tanpa gula 76,92% dengan derajat keparahan karies 2,85 ; dan pada subjek penelitian yang mempunyai kebiasaan minum teh dengan gula prevalensi karies 98.15% dengan derajat keparahan karies 6,15. Konsentrasi fluor rata-rata dalam minuman pada seluruh responden 0,11 mg/l, dan konsentrasi gula rata-rata 5,26%. Dari model regresi linier ganda disimpulkan bahwa 68,94% variasi derajat keparahan karies (skor DMF-T) dapat diterangkan oleh faktor-faktor di dalam model."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irawan
"Kelainan rongga mulut sebagai manifestasi leukemia dapat disebabkan antara lain karena adanya penekanan sumsum tulang, efek dari kemoterapi dan infiltrasi sel-sel leukemia. Selain dari faktor tersebut kelainan rongga mulut dapat diperberat oleh faktor Iokal (dental plak don kalkulus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi status kebersihan mulut dan status hematologi terhadap timbulnya kelainan rongga mulut.
Dari hasil penelitian terhadap 62 penderita leukemia baik akut maupun kronis ditemukan kelainan rongga mulut sebenyak 77,41 Z. Kelainan yang terbanyak ditemukan adalah perdarahan gusi dengan petekie don ekimosis diikuti pembesaran gusi, ulkus, gingivitis dan kelainan lain berupa pigmentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan status hemetologi (gambaran darah tepi) sangat berpengaruh terhadap timbulnya kelainan rongga mulut don Oral Hygiene memperbera t kelainan tersebut dan Pekerjaan merupakan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya piutang. Karakteristik Piutang Dan Pasien Rawest Inap Bayar Sendiri adalah Pelunasan dan Angsuran Piutang Tanpa Tanggal Pembayaran dan Piutang Ragu-Ragu.
Saran-saran yang bisa disampaikan adalah mengoptimalkan fungsi-fungsi yang terkait dengan manajemen piutang terutama Penataan Rekening dan Penagihan. Monitoring ketat atas pemilihan kelas, pelaksanaan prosedur tetap pasien masuk dan lepas rawat serta meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja petugas melalui pendidikan, latihan dan Reward yang memadai.
vii + 99 halaman : 9 tabel, 2 gambar, 12 lampiran."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadine Khalissya
"Tujuan: Untuk mendeskripsikan kebutuhan yang dirasakan akan dan pemanfaatan layanan kesehatan gigi di Indonesia Indonesia pada 2013. Metode: Studi cross-sectional dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Indonesia tahun 2013 (n = 260.925). Deskriptif analisis dan regresi logistik digunakan untuk menggambarkan proporsi dan hubungan antara kebutuhan yang dirasakan dan pemanfaatan perawatan kesehatan gigi dari beberapa karakteristik sosiodemografi. Hubungan antara kebutuhan yang dirasakan dan kebiasaan menyikat gigi juga dianalisis menggunakan regresi logistik. Hasil: 1,64% dari Orang Indonesia memiliki kebutuhan yang dirasakan akan perawatan kesehatan gigi pada tahun 2013 dan persentase untuk pemanfaatannya adalah 2,30% orang Indonesia pada tahun yang sama. Analisis regresi logistik menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik yang menunjukkan rasio odds yang lebih tinggi untuk kebutuhan yang dirasakan untuk dan pemanfaatan perawatan kesehatan gigi pada responden yang berusia <15 tahun, perempuan, belum menikah, memiliki pendidikan tinggi, dan diasuransikan. Hasil juga menunjukkan bahwa responden dengan kebutuhan yang dirasakan memiliki rasio odds yang lebih tinggi untuk kebiasaan menyikat gigi. Kesimpulan: The proporsi kebutuhan yang dirasakan dan pemanfaatan layanan kesehatan gigi di Indonesia pada tahun 2013 ditemukan rendah dan dikaitkan dengan beberapa faktor sosiodemografi.
Objective: To describe the perceived need for and utilization of dental health services in Indonesia in Indonesia in 2013. Method: A cross-sectional study was conducted using secondary data from the 2013 Indonesian National Socio-Economic Survey (n = 260,925). Descriptive analysis and logistic regression are used to illustrate the proportion and relationship between perceived needs and utilization of dental health care from several sociodemographic characteristics. The relationship between perceived needs and toothbrushing habits was also analyzed using logistic regression. Results: 1.64% of Indonesians had a perceived need for dental health care in 2013 and the percentage for utilization was 2.30% of Indonesians in the same year. Logistic regression analysis showed statistically significant results which showed a higher odds ratio for perceived need for and utilization of dental health care for respondents aged <15 years, women, unmarried, highly educated, and insured. The results also showed that respondents with perceived needs had a higher odds ratio for toothbrushing habits. Conclusion: The proportion of perceived need and utilization of dental health services in Indonesia in 2013 was found to be low and associated with several sociodemographic factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafshah Samrotul Mahabbah
"[ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui hubungan antara status kesehatan gigi terhadap kualitas hidup anak usia 5 tahun menggunakan Scale of Oral Health Outcomes for Five Year-Old (SOHO-5c). Metode: studi analitik korelatif dan komparatif dengan desain cross sectional menggunakan kuisioner SOHO-5c dan pemeriksaan skor def-t pada 100 anak di TKIT As-Sa?adah dan TKIT Buah Hati, serta uji realiabilitas dan validitas kuisioner SOHO-5c. Hasil: Reliabilitas internal dan eksternal SOHO-5c (Cronbach?s alpha=0,713 dan ICC=0,995). Tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan bermakna dengan status kesehatan gigi (p=0,02), status kesehatan gigi memiliki hubungan bermakna dengan kualitas hidup anak (p=0,01). Korelasi positif bermakna antara SOHO-5c dengan precieved oral health dan SOHO-5c dengan skor total def-t (r=0,48; r=0,47). Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status kesehatan gigi anak dan kualitas hidup anak (SOHO-5c), serta status kesehatan gigi anak dengan kualitas hidup anak (SOHO-5c).
ABSTRACT
Objective: To determine the relationship between dental health status and quality of life of 5 years old children using Scale of Oral Health Outcomes for Five Year-Old (SOHO-5c). Methods: correlative and comparative analytic study with cross sectional study design using SOHO-5c questionnaires and oral examination with def-t scores on 100 children in TKIT As-Sa'adah and TKIT Buah Hati, reliability and validity test of SOHO-5c questionnaire. Results: Internal and external reliability of SOHO-5c (Cronbach's alpha=0,713 dan ICC=0,995). Mother's education level has a significant relationship with dental health status (p=0,02), dental health status has a significant relationship with child's quality of life (p=0,01). A significant positive correlation between the SOHO-5c with precieved oral health and SOHO-5c with total score def-t (r=0,48; r=0,47). Conclusion: there is a significant correlation between mother?s education level with child dental health status and child?s quality of life (SOHO-5c), as well as dental health status of children with the child?s quality of life (SOHO-5c).;Objective: To determine the relationship between dental health status and quality of life of 5 years old children using Scale of Oral Health Outcomes for Five Year-Old (SOHO-5c). Methods: correlative and comparative analytic study with cross sectional study design using SOHO-5c questionnaires and oral examination with def-t scores on 100 children in TKIT As-Sa'adah and TKIT Buah Hati, reliability and validity test of SOHO-5c questionnaire. Results: Internal and external reliability of SOHO-5c (Cronbach's alpha=0,713 dan ICC=0,995). Mother's education level has a significant relationship with dental health status (p=0,02), dental health status has a significant relationship with child's quality of life (p=0,01). A significant positive correlation between the SOHO-5c with precieved oral health and SOHO-5c with total score def-t (r=0,48; r=0,47). Conclusion: there is a significant correlation between mother?s education level with child dental health status and child?s quality of life (SOHO-5c), as well as dental health status of children with the child?s quality of life (SOHO-5c).;Objective: To determine the relationship between dental health status and quality of life of 5 years old children using Scale of Oral Health Outcomes for Five Year-Old (SOHO-5c). Methods: correlative and comparative analytic study with cross sectional study design using SOHO-5c questionnaires and oral examination with def-t scores on 100 children in TKIT As-Sa'adah and TKIT Buah Hati, reliability and validity test of SOHO-5c questionnaire. Results: Internal and external reliability of SOHO-5c (Cronbach's alpha=0,713 dan ICC=0,995). Mother's education level has a significant relationship with dental health status (p=0,02), dental health status has a significant relationship with child's quality of life (p=0,01). A significant positive correlation between the SOHO-5c with precieved oral health and SOHO-5c with total score def-t (r=0,48; r=0,47). Conclusion: there is a significant correlation between mother?s education level with child dental health status and child?s quality of life (SOHO-5c), as well as dental health status of children with the child?s quality of life (SOHO-5c).;Objective: To determine the relationship between dental health status and quality of life of 5 years old children using Scale of Oral Health Outcomes for Five Year-Old (SOHO-5c). Methods: correlative and comparative analytic study with cross sectional study design using SOHO-5c questionnaires and oral examination with def-t scores on 100 children in TKIT As-Sa'adah and TKIT Buah Hati, reliability and validity test of SOHO-5c questionnaire. Results: Internal and external reliability of SOHO-5c (Cronbach's alpha=0,713 dan ICC=0,995). Mother's education level has a significant relationship with dental health status (p=0,02), dental health status has a significant relationship with child's quality of life (p=0,01). A significant positive correlation between the SOHO-5c with precieved oral health and SOHO-5c with total score def-t (r=0,48; r=0,47). Conclusion: there is a significant correlation between mother?s education level with child dental health status and child?s quality of life (SOHO-5c), as well as dental health status of children with the child?s quality of life (SOHO-5c).;Objective: To determine the relationship between dental health status and quality of life of 5 years old children using Scale of Oral Health Outcomes for Five Year-Old (SOHO-5c). Methods: correlative and comparative analytic study with cross sectional study design using SOHO-5c questionnaires and oral examination with def-t scores on 100 children in TKIT As-Sa'adah and TKIT Buah Hati, reliability and validity test of SOHO-5c questionnaire. Results: Internal and external reliability of SOHO-5c (Cronbach's alpha=0,713 dan ICC=0,995). Mother's education level has a significant relationship with dental health status (p=0,02), dental health status has a significant relationship with child's quality of life (p=0,01). A significant positive correlation between the SOHO-5c with precieved oral health and SOHO-5c with total score def-t (r=0,48; r=0,47). Conclusion: there is a significant correlation between mother?s education level with child dental health status and child?s quality of life (SOHO-5c), as well as dental health status of children with the child?s quality of life (SOHO-5c)., Objective: To determine the relationship between dental health status and quality of life of 5 years old children using Scale of Oral Health Outcomes for Five Year-Old (SOHO-5c). Methods: correlative and comparative analytic study with cross sectional study design using SOHO-5c questionnaires and oral examination with def-t scores on 100 children in TKIT As-Sa'adah and TKIT Buah Hati, reliability and validity test of SOHO-5c questionnaire. Results: Internal and external reliability of SOHO-5c (Cronbach's alpha=0,713 dan ICC=0,995). Mother's education level has a significant relationship with dental health status (p=0,02), dental health status has a significant relationship with child's quality of life (p=0,01). A significant positive correlation between the SOHO-5c with precieved oral health and SOHO-5c with total score def-t (r=0,48; r=0,47). Conclusion: there is a significant correlation between mother’s education level with child dental health status and child’s quality of life (SOHO-5c), as well as dental health status of children with the child’s quality of life (SOHO-5c).]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Yoan Christine
"Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu faktor kesehatan penting dan berhubungan erat dengan kualitas hidup seseorang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 57,6% populasi di Indonesia memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut, dan hanya 10,2% yang menerima perawatan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI 2018). Dokter Gigi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) mempunyai peran penting dalam usaha pencegahan, promosi dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Sejak dimulainya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) jumlah klinik dokter gigi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan meningkat cukup pesat di seluruh Indonesia. Namun hal ini sangatlah kontras dengan dokter gigi di Jakarta, dimana dari data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) BPJS Online didapatkan hanya 1 praktik dokter gigi saja yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor faktor apa saja yang melatarbelakangi kurang antusiasnya respon dokter gigi di DKI Jakarta untuk bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan 115 responden dokter gigi di wilayah DKI Jakarta. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sikap (p value 0,002) berhubungan erat dengan respon dokter gigi di DKI Jakarta untuk bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Disarankan kepada BPJS Kesehatan untuk meningkatkan sosialisasi program kerjasama dengan dokter gigi, reevaluasi pembiayaan kapitasi dokter gigi dan melibatkan dokter gigi yang aktif berpraktik dalam penyusunan program kerjasama di masa yang akan datang.

Dental and oral health is an important health factor and is closely related to any person's quality of life. The Basic Health Research (Riskesdas) in 2018 revealed that 57,6% of Indonesian population suffered from dental and oral health related problems, and only 10,2% received dental and oral health services (Kemenkes RI 2018). Dentists at the first level health facilities (FKTP) play important role in the prevention, promotion and service delivery of dental and oral health. Since the beginning of the National Health Insurance program (JKN), the number of dental clinics that cooperate with BPJS increased steadily all over Indonesia. However, this is in contrast with dentists in Jakarta as from the data shared in BPJS Online, only one dental practice is in cooperation with BPJS. This research aims to analyse factors that lead to the lack of enthusiasm of dentists in the capital city of Jakarta to cooperate with BPJS. This research is a quantitative research based on 115 responses from dentists practicing in DKI Jakarta. Data was analysed with univariat, bivariat and multivariat. This research revealed that attitude factor (p value 0,002) is closely related to the response of dentists practicing in DKI Jakarta to cooperate with BPJS. It is advisable that BPJS should increase their socialization effort to improve the cooperation level with dentists, should re-evaluate dental services financing and should involve active dentists in developing future cooperative plan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52840
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Ratri Renjana
"ABSTRAK
Latar Belakang: Promotor kesehatan berperan mengedukasi masyarakat dalam
menjaga kesehatan, termasuk kesehatan gigi. Mahasiswa Promosi Kesehatan
sebagai calon promotor kesehatan yang baik harus memiliki perilaku dan status
kesehatan gigi yang baik untuk menjadi role model bagi masyarakat.
Tujuan: Mengetahui status kesehatan gigi mahasiswa Promkes FKM UI sebagai calon
promotor kesehatan dan faktor yang paling dominan berhubungan dengan status
kesehatan giginya.
Metode: Desain cross sectional pada total populasi 67
mahasiswa Promkes FKM UI 2017. Menggunakan kuesioner dan pemeriksaan status karies gigi.
Hasil: indeks DMF-T yaitu kerusakan gigi mahasiswa 4,7, lebih besar dari DMF-T nasional berdasarkan Riskesdas 2013. 72% mahasiswa memiliki karies aktif, 50,7% mahasiswa dengan status karies tinggi, 86,6% tingkat pengetahuan kurang baik, 52,2% memiliki sikap negatif, 71,6% memiliki tindakan kurang baik. 71,6% mahasiswa mengetahui fasilitas gratis poli gigi UI, hanya 12,5% memanfaatkannya, 41,8% mahasiswa dengan lingkungan sosial penghambat, 23,9% mahasiswa dengan lingkungan sosial pendukung. Hubungan signifikan hanya dimiliki antara lingkungan sosial penghambat dengan status kesehatan gigi (P =0,036; OR=0,347; 95% CI=0,1-0,9). Uji multivariat menunjukan lingkungan sosial pendukung memiliki OR=2,949, artinya
mahasiswa tanpa lingkungan sosial pendukung berpeluang memiliki status karies tinggi sebesar 2,95 kali lebih besar. Kesimpulan: Dibutuhkan sisipan ilmu kesehatan gigi pada mata kuliah yang ada dan kebijakan pemeriksaan gigi mahasiswa minimal setahun sekali.

ABSTRACT
Background : Health promoter had to educate the community in maintaining the
health, including dental health. Health promoter students as a future health
promoter should have good behavior and dental health to be a role model.
Aim: Find out health promoter students dental health status and most dominant factors related to their dental health.
Method: Cross sectional study with total population
in University of Indonesia's 67 health promoter students using questionare and dental caries examination.
Result: Students DMF-T index is 4.7, higher than
national DMF-T index (based on Riskesdas 2013). 72% students have decay, 50,7% student have high caries status. 86,6% have low level of knowledge, 52.2%
have negatif attitude, 71,6% have less behaviour, 71.6% knowing about the dental clinic UI free facility, only 12.5% use it. 41.8% with inhibiting social environment, and only 23.9% with supportive social environtment. Significant correlation only show in inhibiting social environtment with dental health status (P=0.036; OR=0.347; 95% CI=0.1-0.9). Multivariate test show supportive social
environtment have OR=2,949, meaning that student without supportive social environtment will have high caries status 2,95 times higher.
Conclusion: Student should be equipped with dental health knowledge that included in one of the
subject, and dental check up once a year policy for students is needed."
Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>