Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177619 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Eliya Nova
"Tanaman kubis yang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting, umumnya memerlukan pemeliharaan yang intensif. Berbagai jenis oganisme pengganggu tumbuhan (OPT) menyerang tanaman kubis sehingga sering kali menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Kehilangan hasil panen sayuran akibat serangan organisme penganggu tumbuhan dapat mencapai 30-100%. Bahkan pada tingkat serangan OPT yang rendah pun dapat mengurangi kualitas produk sayuran sehingga mengakibatkan menurunnya harga jual (Sastrosiswojo, 1992a). Hal inilah yang mendorong petani untuk menggunakan pestisida. Pada umumnya penggunaan pestisida pada tanaman kubis sangat intensif. Keadaan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya dampak negatif penggunaan pestisida terhadap unsur-unsur lingkungan yang ada pada ekosistem pertanian. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat mengakibatkan penurunan populasi musuh alami harus dan serargga berguna lainnya, serta makhluk bukan sasaran (Oka, 1995). Akibatnya apabila keadaan lingkungan mendukung, dapat terjadi ledakan populasi hama karena terjadinya resurgensi hama. Demikian juga residu pestisida di lingkungan dapat terbawa oleh gerakan air dan udara sehingga residu pestisida dapat berada di berbagai unsur Iingkungan di permukaan bumi (Untung, 1992). Hal ini dapat mengakibatkan penurunan keragaman jenis (diversitas species) dalam ekosistem pertanian tersebut yang mempengaruhi kestabilan ekosistem. Pada umumnya masyarakat telah memahami, bahwa pestisida merupakan bahan berbahaya yang dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Namun demikian, sesungguhnya pestisida juga dapat memberikan manfaat. Oleh karena itu pestisida digunakan dalam pembangunan di berbagai sektor termasuk sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultira. Untuk menghindari pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan perlu diupayakan agar penggunaan pestisida dilakukan dengan tepat dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dinyatakan bahwa penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir, sesuai dengan konsep PHT. Apabila terpaksa menggunakan pestisida maka harus dilakukan dengan bijaksana, artinya :
1. Pestisida yang digunakan telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian (Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973).
2. Memenuhi kriteria 5 tepat, yaitu tepat dosis, tepat waktu, alat, dan cara aplikasi, tepat mutu, tepat jenis, tepat komoditas dan tepat sasaran (Daryanto, 1999). Hal ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida serta pengawasan dari pihak pemerintah yang bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan peraturan penggunaan pestisida tersebut.
Masalah dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Apakah pengetahuan, sikap dan tindakan petani alumni SLPHT kubis terhadap pestisida lebih baik daripada petani Non-SLPHT kubis?
2. Apakah pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pestisida mempengaruhi petani alumni SLPHT kubis dan Non-SLPHT kubis dalam mematuhi peraturan penggunaan pestisida?
3. Apakah petani alumni SLPHT kubis lebih mematuhi peraturan penggunaan pestisida daripada petani Non-SLPHT kubis?
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimanakah pengetahuan, sikap dan tindakan petani alumni SLPHT kubis dan petani Non-SLPHT kubis terhadap pestisida.
2. Mengetahui apakah pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pestisida mempengaruhi petani alumni SLPHT kubis dan petani Non-SLPHT kubis dalam mematuhi peraturan penggunaan pestisida.
3. Mengetahui bagaimanakah kepatuhan petani alumni SLPHT kubis dan petani Non-SLPHT kubis terhadap peraturan penggunaan pestisida.
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah :
1. Pengetahuan, sikap dan tindakan petani alumni SLPHT kubis terhadap pestisida lebih balk daripada petani Non-SLPHT kubis.
2. Pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pestisida mempengaruhi petani alumni SLPHT kubis dan petani Non﷓ SLPHT kubis dalam mematuhi peraturan penggunaan pestisida,
3. Petani alumni SLPHT kubis Iebih mematuhi peraturan penggunaan pestisida daripada petani yang belum pernah dilatih dalam SPLHT kubis.
Penelitian ini dilaksanakanan dengan metode survei yaitu mewawancarai petani kubis yang terpilih sebagai sampel untuk memperoleh data primer. Teknik pengambilan sampel yang digunal:an adalah purposive, samplng : sampel dengan sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang pernah mengikuti Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan yang tidak pernah mengikuti SLPHT. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bandung dan Garut mulai bulan Oktober sampai Desember 2000. Wilayah penelitian ini meliputi Kecamatan Lembang, Pangalengan, Cikajang dan Cisurupan. Dipilih dua sampel desa dari tiap kecamatan, dan pada tiap desa terdiri atas petani alumni SLPHT kubis dan Non-SLPHT kubis. Ditentukan 10 petani alumni SLPHT kubis dan 10 petani Non-SLPHT kubis pada tiap desa sampel. Jumlah responden di delapan desa sampel tersebut ialah 160 petani yang terdiri atas 80 petani alumni SLPHT kubis dan 80 petani Non-SLPHT kubis.
Hasil penelitian penting yang dapat disimpulkan adalah:
1. Pengetahuan dan sikap petani responden SLPHT kubis terhadap pestisida lebih baik daripada petani responden Non-SLPHT kubis di Kabupaten Bandung dan Garut.
a. Di Kabupaten Bandung, 72,5% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan 45% jumlah petani responden Non-SLPHT kubis memiliki pengetahuan tinggi dan sedang terhadap pestisida.
b.Di Kabupaten Garut, 62,5% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan 32,5% jumlah petani responden Non SLPHT Kubis memiliki pengetahuan tinggi terhadap pestisida.
c. Di Kabupaten Bandung, 82,5% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan 25% jumlah petani Non-SLPHT kubis memiliki tingkat sikap tinggi (baik) dan sedang terhadap pestisida.
d. Di Kabupaten Garut, 60% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan 7,5% jumlah petani responden Non SLPHT kubis memiliki tingkat sikap tinggi (baik) dan sedang terhadap pestisida.
2. Di Kabupaten Bandung dan Garut hanya tindakan petani responden alumni SLPHT kubis dan Non-SLPHT kubis terhadap pestisida yang mempengaruhi mereka dalam mematuhi peraturan penggunaan pestisida.
a. Di Kabupaten Bandung dan Garut pengetahuan dan sikap petani responden alumni SLPHT kubis dan Non SLPHT kubis terhadap pestisida tidak mempengaruhi mereka dalam mematuhi peraturan penggunaan pestisida.
3. Petani responden alumni SLPHT kubis di Kabupaten Garut lebih mematuhi peraturan penggunaan pestisida daripada petani responden SLPHT kubis di Kabupaten Bandung.
a. Di Kabupaten Bandung hanya 7,5% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan 6,3% jumlah petani responden Non-SLPHT kubis yang menggunakan pestisida sesuai dengan peraturan penggunaan pestisida.
b. Di Kabupaten Garut, 52,5% jumlah petani responden alumni SLPHT kubis dan tidak ada (0%) petani responden Non-SLPHT kubis yang menggunakan pestisida sesuai dengan peraturan penggunaan pestisida.

Cabbage is an important vegetables crop, which needs intensification, including cultivation patterns, use of resistant varieties and intensive protection. Many harmful organisms attack cabbages that may cause great financial loss. The crop loss due to pests and diseases on major vegetable crops ranging from 30% to totally loss. Even the low pest attack can reduce vegetable yield and its quality, and reduce the price of vegetables (Sastrosiswojo, 1992a). This is the main reason why the farmers use pesticides as the commonly control measure. Generally, the use of pesticides by the cabbage farmer is very intensive. Since pesticides are used inappropriately, the population of natural enemies and other beneficial insects is reducing (Oka, 1995). Pesticide residues in the environment can be transported by water and air movements (Untung, 1992). This will effect and decrease diversity of species in agricultural ecosystem which will effect ecosystem stability.
Pesticides are harmful (toxic) materials that may cause negative impact to human health and environment. However, proper use of pesticides may contribute advantageous in the development of agricultural sector, especially on food and vegetable crops.
To avoid negative effects on man (human) and environment, the use of pesticides should be done as stated in the pesticide regulation. In Act Number 12, 1992 about Plant Cultivation Systems, it is stated that the use of pesticides should be the last alternative in line with the Integrated Pest Management (IPM) concept. The important considerations to use of pesticides are as follows:
1. The pesticides have been registered and permitted for their use by the Minister of Agriculture (stated in Government Regulation Number 7, 1973).
2. Based on five criteria, i.e. proper in dose, proper in time, and in tools for its application, good quality, good type, right commodity and target of pest or diseases (Daryanto, 1999). Proper use of pesticides is very much affected by knowledge, attitude, and practice (skill) of the farmers and government institution responsible for the implementation of pesticide regulation.
The problems of this study are as follows :
1. What is knowledge, attitude, and practice by the graduated farmers from IPM FFS on cabbage are better than Non-IPM FFS against the use of pesticides?
2. What the use of pesticides by the graduated farmers from IPM FFS and Non-IPM FFS farmers are affected by their knowledge, attitude, and practice?
3. What the graduated from IPM FFS on cabbage follow the pesticide regulation better than Non-IPM FFS farmers?
The objectives of this study are as follows:
1. To know whether knowledge, attitude, and practice of pesticides by the graduated farmers (alumni of) IPM, Farmers Field School (IPM FFS) are better than Non-FFS farmers.
2. To know whether the use of pesticides the graduated by farmers from IPM FFS on cabbage and Non-IPM FFS are affected by their knowledge, attitude, and practice.
3. To know whether the graduated farmers from IPM FFS on cabbage follow the pesticide regulation better than Non-IPM FFS farmers.
The hypothesis of this study are as follows:
1. Knowledge, attitude, and practice by the graduated farmers from IPM FFS on cabbage are better than Non-IPM FFS against the use of pesticides.
2. The use of pesticides by the graduated farmers from IPM FFS and Non-IPM FFS farmers are affected by their knowledge, attitude, and practice.
3. The graduated from IPM FFS on cabbage follow the pesticide regulation better than Non-IPM FFS farmers.
The gathering of data for the study was done by field surveys. Selected areas were surveyed throng the following techniques : (1) structure surveyed questioners, (2) interview of key informants, i.e. sampled farmers representing the alumni of IPM FFS and Non-IPM FFS on cabbage. The selected areas were sub districts of Lembang and Pangalengan (Bandung district or regency), Cikajang and Cisurupan sub districts (Garut district). The field surveys were conducted from October to December 2000. Two villages were selected from each sub districts. Purposive sampling was used to selected 10 farmers from the alumni of IPM FFS and 10 farmers from Non-IPM FFS on cabbage in each selected village. The number of respondents (sample farmers) in eight sampled village were 160 farmers, namely 80 graduated farmers from IPM FFS on cabbage and 80 Non-IPM FFS farmers.
The important results of this study were as follows:
1. Knowledge, attitude, and practice against the use of pesticide by the graduated farmers from IPM FFS on cabbage were higher or better than Non-IPM FFS farmers.
a. In Bandung, 72,5% out of the number of farmers graduated from IPM FFSs on cabbages and 45% Out of number of farmers from Non-IPM FFS showed high and moderately high levels of knowledge in using pesticides.
b. In Garut district, 62,5% out of the number of farmers graduated from IPM FFSs cabbage and 32,5% out of number of farmers from Non-IPM FFS showed high and moderately levels of knowledge in using pesticides.
c. In Bandung district, 82,5% out of the number of farmers from IPM FFS on cabbage and 25% out the number of farmers from Non-IPM FFS indicated high and moderately high levels of attitude against the use of pesticides.
d. In Garut district, 60% out of number of farmers from graduated from 1PM FFSs cabbages and 7,5% out of number of farmers from Non-IPM FFS cabbages indicated high and moderately high levels of attitude against the use of pesticide.
2. In Bandung and Garut district, only practice of farmers in using pesticides affected graduated farmers from 1PM FFS and Non IPM FFS farmers in the implementation of pesticides regulation on the use of pesticide.
a. In Bandung and Garut district, the obedience of farmers graduated from cabbage IPM FFS and Non-IPM FFS farmers to follow the pesticide in regulation on the use of pesticides were not affected by their knowledge and attitude.
3. The graduated farmers from cabbage IPM FFS in Garut district followed the pesticide regulation better than the alumni of cabbage IPM FFS in Bandung district.
a. In Bandung district, only 7,5% out of the number of farmers graduated from cabbage IPM FFS and 6,3% out of number of farmers from Non-IPM FFS obeyed the pesticide regulation on the use of pesticide.
b. In Garut district, 52,5% out of the number of farmers graduated from cabbage IPM FFS and no farmers from Non-IPM FFS obeyed the pesticide regulation on the use of pesticides.
"
2001
T4048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita
"Penggunaan pestisida oleh para petani di Desa Nunuk untuk tanaman di sawah mereka bukanlah sebuah hal yang baru. Hal ini sudah sejak lama dilakukan, bahkan berbagai program pengendalian hama terpadu yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia ini nampaknya tidak membawa banyak perubahan dalam praktik penggunaan pestisida oleh para petani ini. Hal ini bukannya tanpa alasan. Ada kesamaan dalam skema para petani yang melandasi terus dilakukannya praktik ini, skema kognitif yang membuat para petani berada pada kerangka dunia yang disederhanakan, yaitu mengenai bagaimana mereka sendiri membayangkan dunia ini semestinya?terutama terkait padi dan sawah. Ini adalah sebuah proses kognitif, yang kemudian menghasilkan variasi dalam perilaku petani memilih dan menggunakan pestisida. Penelitian skripsi yang melewati tidak kurang dari dua kali masa panen ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan connectionism sebagai kerangka analisisnya. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan observasi dan wawancara mendalam kepada para informan di sebuah desa yang menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Pesticide usage by farmers in Nunuk Village is not a new thing. This has been going on for a long time, even the integrated pest management programs with the objective of diminishing chemical pesticides usage among farmers seem to have no significant influence in changing farmers pesticide practices. This isn't without reason. There's a similarity in their schemas which makes this practice continue, a cognitive scheme which makes the farmers exist in such a simplified world, that is about how they imagine what this world should be-mainly about paddy and their rice fields. This, including the various practices in selecting and using pesticides, is a cognitive process. This research which was undertaken through not less than two harvests season uses qualitative method with connectionism as the analytical framework. The data has been collected through observation and in-depth interviews with the informants in a village which administratively is a part of Indramayu district, West Java.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqy Fauzi
"Instensifikasi pertanian merupakan langkah peningkatan produk pertanian, seperti pengolahan lahan pertanian dan pembasmian hama atau penyakit pada tanaman. Pestisida dapat membasmi hama dalam waktu singkat namun berisiko buruk terhadap kesehatan dan lingkungan. Penggunaan pestisida pada lahan pertanian dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan perilaku petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku petani dalam penggunaan pestisida serta memprediksi berapa banyak asupan cabai, kubis, dan kentang yang dikonsumsi petani menimbulkan risiko gangguan kesehatan di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). Sampel penelitian ini sebanyak 105 responden petani dan penyemprot tanaman menggunakan pestisida. Responden dipilih menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil univariat, 93% berpengetahuan kurang baik, 68% bersikap baik, dan 63% berperilaku kurang baik. Berdasarkan hasil bivariat, bahwa faktor tingkat pengetahuan berhubungan signifikan dengan nilai risiko (RQ) gangguan kesehatan (p = 0,042; OR = 1,69). Hasil ini menunjukkan perlunya penyuluhan tentang penggunaan pestisida dan pengawasan aktivitas petani agar risiko gangguan kesehatan dapat dicegah.

Instensification agriculture is a step improvement of agricultural products, such as processing of agricultural land and eradication of pests or plant diseases. Pesticides can eradicate the pest in a short time but bad risk to health and the environment. The use of pesticides on agricultural land is affected by the knowledge, attitudes, and behavior of farmers. This study aims to determine knowledge, attitudes, and behaviors of farmers in the use of pesticides and to predict how much intake of chili, cabbage, and potatoes are consumed by the farmer raises the risk of health problems in the district Cikajang, Garut. This study used cross sectional design with environmental health risk analysis approach (ARKL). The research sample of 105 respondents of farmers and crop spraying using pesticides. Respondents were selected using the method of purposive sampling. Based on the results of the univariate, 93% less knowledgeable good, 68% to be good, and 63% misbehave. Based on the results of the bivariate, that factors significantly associated with the level of knowledge of the value of risk (RQ) health problems (p = 0.042; OR = 1.69). These results show the need for education about the use of pesticides and supervision of the activities of farmers to the risk of health problems can be prevented. that the knowledge level factors significantly associated with the risk value (RQ) health problems (p = 0.042; OR = 1.69). These results show the need for education about the use of pesticides and supervision of the activities of farmers to the risk of health problems can be prevented. that the knowledge level factors significantly associated with the risk value (RQ) health problems (p = 0.042; OR = 1.69). These results show the need for education about the use of pesticides and supervision of the activities of farmers to the risk of health problems can be prevented."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Nurhasanah
"Paper ini bertujuan untuk mengukur efektivitas program zakat berbasis komunitas pada komunitas mustahik di Kabupaten Garut dan di Kabupaten Bandung Barat. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas program zakat berbasis komunitas terhadap peningkatan kesejahteraan komunitas dan anggota komunitas, Pengukuran efektifitas program ini masih jarang, walaupun ada hanya mengukur efektivitas program berbasis individu. Instrumen yang digunakan adalah Indeks Desa Zakat dan Indek Kesejahteraan BAZNAS. Indeks Desa Zakat IDZ digunakan untuk mengukur kesejahteraan komunitas mustahik, sedangkan Indeks Kesejahteraan BAZNAS IKB digunakan untuk mengukur kesejahteraan anggota individu komunitas. Metode pemilihan sampling yang digunakan adalah metode multistage cluster sampling. Hasil menunjukan bahwa program pendayagunaan zakat berbasis komunitas di Kabupaten Garut belum memberikan hasil yang baik terhadap kesejahteraan komunitas mustahik terutama dalam dimensi ekonomi dengan nilai IDZ 0,55. Sedangkan hasil IKB individu anggota komunitas menunjukan hasil yang baik dalam meningkatkan kesejahteraan individu mustahik dengan variabel kesejahteraan CIBEST 0,875, modifikasi IPM 0,616, dan Indeks Kemandirian 3,175 memperoleh nilai IKB 0,80, artinya program zakat berbasis komunitas berhasil meningkatkan kesejahteraan anggota komunitas. Komunitas mustahik di Kabupaten Bandung Barat melalui perhitungan IDZ memperoleh nilai Indeks 0,59 artinya cukup berhasil kecuali pada peningkataan tingkat ekonomi komunitas mustahik. Sedangkan hasil IKB menunjukan bahwa pengaruh zakat berbasis komunitas pada anggota komunitas di Kabupaten Bandung Barat yang program zakat berbasis komunitas belum cukup berhasil meningkatkan kesejahteraan individu anggota mustahik dengan nilai IKB 0,60. Rendahnya nilai variabel modifikasi IPM dan indeks kemandirian yang dipengaruhi juga oleh karakteristik usia penerima, pendapatan dan pendidikan mustahik menjadi faktor rendahnya nilai IKB di Kabupaten Bandung Barat.

This paper is aimed to measure the effectiveness of the community based zakat programme in their mustahiq rsquo s community in Garut Regency and West Bandung Regency. This measurement is designed to understand how far is the effectiveness of the community based zakat programme for welfare improvement, both mustah iq rsquo s community welfare or individual welfare, which can be used as the evaluative materials for zakat utilisation programme. The measurement of programme effectiveness is infrequent, even though there have been several uses of individual based program effectiveness measurement. Zakat Village Index and BAZNAS Welfare Index are the instruments used for this research. IDZ is used to measure the mustah iq rsquo s community welfare, whereas IKB is used to measure individual member in the community. The sampling method used is multistage cluster sampling method. The results show that community based zakat empowerment program in Garut Regency has not give good result to prosperous community welfare especially in economic dimension with IDZ value 0.55. While IKB results of individual members of the community showed good results in improving the individual welfare mustahiq rsquo s with welfare variables CIBEST 0.875, modifications HDI 0.616, and Index Independence 3.175 get the value of IKB 0.80, means community based zakat programs successfully improve the welfare of community members. The mustahik community in West Bandung Regency through IDZ calculation obtaining Index 0.59 value means that it is quite successful except on the economic level of the mustahik community. While IKB results show that the effect of community based zakat on community members in West Bandung District community based zakat programs have not been successful enough to improve the welfare of individual mustahik members with the value of IKB 0.60. The low value of HDI modification variable and independence index that is also influenced must be a factor of low IKB value in West Bandung regency."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karimah Mahdiyyah
"Penggunaan pestisida selain memberikan manfaat untuk mengendalikan hama ternyata dapat memberikan dampak, baik untuk manusia maupun lingkungan. Oleh karena itu, penggunaan pestisida harus digunakan secara bijaksana sesuai dengan jenis, dosis, sasaran, cara, dan waktu aplikasi. Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat menyebabkan berbagai efek kesehatan, baik yang akut maupun kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida dengan keluhan kesehatan petani di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 100 orang yang merupakan penyemprot pestisida di Desa Cikandang, dengan metode accidental sampling. Berdasarkan hasil univariat, 57 memiliki pengetahuan yang kurang baik, 82 sikap yang baik, dan 79 perilaku yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariat, ditemukan bahwa yang memiliki hubungan signifikan dengan keluhan kesehatan adalah perilaku OR=4,24 . Hasil ini menunjukkan perlunya penyuluhan mengenai pestisida serta Alat Pelindung Diri APD untuk petani penyemprot pestisida agar tidak mengalami keluhan kesehatan.

The use of pesticides in addition to provide benefits to control pests can also have impacts both for humans and the environment. Therefore, pesticides should be used simultaneously according to the type, dose, target, manner, and time of application. Incorrect use of pesticides can lead to various health effects, both acute and chronic. This study aims to determine the relationship between knowledge, attitude, and actions of farmers in the use of pesticides with health problem of farmers in the Cikandang Village, Cikajang District, Garut Regency. The study used cross sectional design. The samples involved in this research were 100 people who were pesticide sprayers in Cikandang Village, using accidental sampling method. Based on univariate results, 57 had poor knowledge, 82 good attitude, and 79 bad behavior. In addition, it was found that behavior OR 4,24 had the strongest relationship with health problem. These results indicated the need for counseling on pesticides and personal protective equipment PPE for pesticide sprayers to avoid health problem. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Tonggo Uli Yusmaniar
"Tesis ini membahas proses pengorganisasian yang terjadi di Organisasi Tani Lokal Serikat Petani Pasundan (OTL SPP) di Desa Sagara. Termasuk membahas berbagai tantangan yang dihadapi organisasi dan bagaimana mereka menemukan penyelesaikannya. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan studi kasus di desa Sagara yang menggunakan metode wawancara mendalam dan diskusi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengorganisasian bukanlah proses yang liner tapi proses saling saling terkait dan dapat berjalan bersamaan yang berlangsung berulang dan terus menerus, yang tidak boleh berhenti karena jika tercapai tujuan yang satu, tujuan yang lain sudah menanti. Berbagai faktor yang mempengaruhi mobilitas organisasi harus dikelolah dengan baik.
Hasil penelitian menyarankan SPP untuk memperbaiki keorganisasiannya secara menyeluruh dan menjalankannya sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.

This thesis studies about organizing process which happen at Pasundan Peasant Alliance generally and especially at Local Peasant Organization of Sagara. Including of the challenges which faced by the organization and how the handle and solve it. This research use qualitative research of Sagara village case study which use in depth interview and discussion.
The result of this research is that organizing is not a liner process but processes which related one an another and also can run in the same time, repeatedly and continuously which shouldn’t stop because if one purpose had reached, other objectives are waiting. Factors that influence organizing mobilization must be managed well.
Research results suggest Pasundan Peasant Alliance reorganize their whole organization in holistic and implement as agreement that they had made.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Rasyidah
"Penggunaan pestisida selain bermanfaat bagi pertanian namun juga berpotensi menimbulkan efek toksisitas bagi manumur dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko keracunan pestisida berdasarkan konsentrasi enzim cholinesterase pada petani holtikultura. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel penelitian 92 petani holtikultura penyemprot pestisida yang berada di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara umur dengan keracunan pestisida p=0,036 . Sementara itu, uji statistik bivariat pada variabel lain menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pemakaian APD p = 0,273 , masa kerja p = 0,392 , takaran pestisida p = 0,49 , metode penyemprotan p = 0,171 , pengetahuan petani p = 0,095 , dan kebersihan badan p = 0,947 terhadap keracunan pestisida pada petani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko umur petani berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida. Pada penelitian selanjutnya diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang mengaitkan antara konsentrasi pajanan di lingkungan dengan keracunan pestisida.

The use of pesticides not only give beneficial to agriculture but also potentially cause toxic effects for humans and the environment. The study design is cross sectional and the sample study is 92 holticultural farmers who are spraying pesticides in Cikajang District, Garut Regency, West Java. Bivariate analysis showed that there was relation between age to pesticide poisoning p 0,036 . Meanwhile, there were no significant relation between personal protective equipment PPE usage p 0,273 , working periode p 0,392 , pesticide dose p 0,49 , spray methode p 0,171 , farmer knowledge p 0,095 , and personal hygiene P 0,947 to pesticide poisoning on farmer. The conclusion of this research is behavioral risk factor has no association on the incidence of pesticide poisoning. In future studies, there is expected to be further research that analyse the association between the presence of exposure in the environment with pesticide poisoning."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janna Markus Yajariawati
"ABSTRAK
Kematian bayi di Kabupaten Garut tahun 2011 sebanyak 358 kasus, salah
satu penyebab adalah masalah laktasi sebanyak 10 kasus. Penelitian bertujuan
memperoleh informasi mendalam mengenai pengetahuan, persepsi dan
perilaku ibu serta pencatatan pelaporan terkait kematian bayi. Penelitian
menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam dan diskusi
kelompok terarah. Informan sebanyak 22 orang yaitu ibu dengan riwayat
bayinya meninggal karena masalah laktasi, bidan, kepala puskesmas, kepala
seksi ibu-bayi dan petugas pencatatan pelaporan dinas kesehatan. Penelitian
menunjukkan pengetahuan tentang penyebab kematian bayi karena masalah
laktasi belum diketahui oleh ibu dan bidan. Masih ada mitos atau kepercayaan
tentang laktasi dan ibu masih mempercayai mitos atau kepercayaan tersebut.
Perilaku ibu tentang pelayanan yang berhubungan dengan laktasi masih
kurang sesuai. Beberapa bidan mendapat kesulitan dalam pengisian
pencatatan pelaporan dan pembahasan Audit Maternal Perinatal tidak
dilakukan dalam pertemuan khusus. Saran untuk dinas kesehatan diperlukan
pengkatagorian yang lebih tepat penyebab kematian bayi yang berhubungan
masalah laktasi dan melaksanakan AMP sesuai dengan pedoman. Saran untuk
bidan adanya kegiatan supervisi oleh bidan koordinator dalam pengkatagorian
penyebab kematian bayi pada bidan desa, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bidan tentang tugas utama bidan terkait manajemen laktasi dan
penyuluhan dan KIE pada masyarakat agar mendukung ibu untuk menyusui
dengan benar.

ABSTRACT
Infant mortality in Garut District in 2011 as many as 358 cases, one of the causes
is the problem lactation 10 cases. The research aims to obtain in-depth
information about the knowledge, perceptions and behaviors related to maternal
and infant death records reporting. Research using qualitative methods through indepth
interviews and focus group discussions. Informants were 22 people,
mothers with a history of baby died due to lactation, midwife, health center chief,
section chief the mother-infant and health department officials reporting records.
Research shows knowledge of the causes of infant deaths due to lactation is not
known by the mother and midwife. There are still myths or beliefs about lactation
and mother still believe the myth or belief. Maternal behavior of lactation-related
services is still less appropriate. Some midwives have difficulty in filling the
reporting and recording of Maternal Perinatal Audit the discussion was not in a
special meeting. Suggestions for health departement needed more appropriately
categorizing the causes of infant deaths related problems lactation and implement
AMP lactation according to the guidelines. Advice to midwife the midwife
coordinator supervision activities by categorizing the causes of infant mortality in
the village midwife, increasing the knowledge and skills of midwives on the main
tasks associated midwife lactation management and counseling and IEC in the
community to support mothers to breastfeed properly."
2013
T34956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The objective of this research is to determine the geothermal potential dissemanition area using remote sensing...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Rissalwan Habdy
"Penelitian ini berfokus pada fenomena sistem keyakinan yang mempengaruhi pengetahuan lokal pada komunitas masyarakat yang bertempat tinggal di dekat ancaman bencana alam. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan kasus dua desa di sisi barat Gunung Galunggung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat dimensi spiritualitas yang terdapat dalam daur kehidupan masyarakat rawan bencana, yakni dimensi transendensi agama, dimensi adat istiadat, dimensi lingkungan alam dan dimensi akses informasi. Keempat dimensi spiritualitas ini dapat diketahui mana yang lebih dominan dengan menganalisisnya di dalam 6 kombinasi yang terdiri dari 2 dimensi. Dari keenam kombinasi tersebut yang juga didukung oleh data lapangan, dapat diketahui bahwa dimensi lingkungan alam adalah yang paling dominan. Kemudian diikuti dengan dimensi transedensi agama dan dimensi adat-istiadat. Selain itu, keempat dimensi spiritualitas tersebut membentuk apa yang dinamakan pengetahuan-semu yang merupakan bahan baku bagi pengetahuan lokal pada masyarakat rawan bencana. Secara umum, pengetahuan lokal warga masyarakat rawan bencana terwujud dalam arketipe ketidaksadaran kolektif yang bernama Ibu yang Agung.

This research focuses on the phenomenon of belief systems that affect local knowledge in the communities living in close proximity to the threat of natural disasters. The research approach used is qualitative research with case study of two villages on the west side of Galunggung Mountain. The results of this study indicate that there are four dimensions of spirituality contained in the life cycle of disaster-prone communities, namely the dimension of religious transcendence, the dimensions of customs, the dimensions of the natural environment and the dimensions of information access. Which one is more dominant of the four dimensions of this spirituality can be known by analyzing it in 6 combinations consisting of 2 dimensions. From the six combinations that are also supported by field data, it can be seen that the dimension of the natural environment is the most dominant. Then followed by the dimension of religious transcendence and the dimension of custom. In addition, these four dimensions of spirituality form what is called pseudo-knowledge which is a raw material for local knowledge in disaster-prone communities. In general, local knowledge of disaster-prone communities manifests in the collective unconscious archetype named Great Mother."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>