Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3509 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mugi Surono S.
"Personality assessment menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses seleksi karyawan ataupun penempatan pada jabatan tertentu, karena melalui serangkaian tes kepribadian tersebut dapat diketahui tentang segala aspek pribadi dad talon tersebut yang dibutuhkan. Apakah calon memiliki aspek-aspek kepribadian yang dibutuhkan, apakah calon berkepribadian tepat dengan posisi yang akan diisi, dan apakah ada kecenderungan menyimpang dari kepribadian tersebut. Calon karyawan yang memiliki kepribadian yang baik akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan, orientasi berprestasi, sosiabilitas, dan stabilitas emosi. Sebaliknya seseorang yang berkepribadian buruk cenderung kinerjanya tidak baik, kurang dapat beradaptasi dan banyak menemui hambatan dalam pencapaian prestasi. Sebagaimana pendapat Shinar dalam Klaus-Martin Goeters (1991, p.1137):
"...certain aspects of personality nearly always have decisive effect on achievement."
Dapat dipahami bila di lingkungan dunia kerja penilaian kepribadian mutlak diperlukan untuk mendapatkan somber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan prestasi kerja. Kepribadian yang baik juga sebagai kekuatan yang mampu merubah sesuatu ke arah perubahan yang lebih baik. Dalam hal ini, tingkat kepribadian seseorang dapat dikembangkan hingga batas titik tertentu. Dengan mengetahui tingkat kepribadian seseorang, kita dapat mengarahkannya kepada kecenderungan-kecenderungan yang positif dan meminimalisasikan kecenderungan-kecenderungan yang negatif. Sehingga kemampuan proses penyesuaian diri orang tersebut dapat optimal.
Secara lebih luas kepribadian juga menentukan keberhasilan hidup karena dengan kniteria ini akan mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja, tempat tinggal, pergaulan serta lingkungan pengetahuan dan ketrampilan. Senada dengan ini adalah pendapat Daniel Goleman (1999, hal. 44) bahwa 80 % keberhasilan hidup ditentukan oleh faktor-faktor non IQ, seperti motivasi, hubungan social, kepribadian, dan lain-lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepribadian menjadi faktor penting dan menentukan dalam pencapaian prestasi, ketepatan dalam rekruitmen personil, penempatan jabatan, seleksi akademis, dan secara komprehensif akan menentukan keberhasilan hidup, sehingga aspek kepribadian menjadi persyaratan mutlak yang tidak dapat ditinggalkan dalam segala proses seleksi di berbagai kebutuhan.
Di lingkungan Tentara Nasional Indonesia kepribadian juga menjadi kriteria mutlak sebagai salah satu aspek dalam proses seleksi, baik untuk perekrutan prajurit baru, pengembangan pendidikan, maupun untuk kepentingan promosi atau penempatan jabatan. Aspek kepribadian juga menjadi pertimbangan dalam kenaikan pangkat dalam strata tertentu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikry Firdaus
"Latar Belakang: Kecemasan praoperatif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiusan dan pembedahan. Saat ini belum ada instrumen spesifik untuk mengukur kecemasan praoperasi pada populasi Indonesia. Instrumen APAIS merupakan instrumen yang telah digunakan luas di dunia untuk mengukur kecemasan praoperatif. Penerjemahan, validasi dan reliabilitas instrumen APAIS pada populasi Indonesia merupakan tujuan penelitian ini.
Metode: Penerjemahan APAIS dilakukan dengan penerjemahan maju dan mundur. Sebanyak 102 pasien yang akan menjalani operasi elektif mengisi instrumen APAIS versi Indonesia satu hari sebelumnya. Validitas konstruksi dinilai dengan metode analisis faktor. Reliabilitas dinilai dengan konsistensi internal Cronbach’s Alpha.
Hasil: Sebanyak 102 pasien (42 laki-laki dan 60 perempuan) menjadi subjek penelitian penelitian ini. Analisis faktor dengan rotasi oblique menghasilkan dua skala yaitu skala kecemasan dan kebutuhan informasi. Hasil reliabilitas Cronbach’s Alpha skala kecemasan dan kebutuhan informasi APAIS versi Indonesia cukup tinggi yaitu 0,825 dan 0,863. Pasien dengan kebutuhan informasi tinggi menunjukkan kecemasan praoperatif yang lebih tinggi. Skala APAIS tidak berhubungan dengan jenis kelamin, riwayat operasi, jenis operasi atau jenis anestesi.
Simpulan: APAIS versi Indonesia sahih (valid) dan handal (reliable) untuk mengukur kecemasan praoperatif pada populasi Indonesia. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas cut off point kecemasan pada populasi Indonesia.

Background: Preoperative anxiety has a significant effect on anesthesia and surgery. Currently there is no specific instrument for measuring preoperative anxiety in Indonesian population. APAIS have been used worldwidely to measure preoperative anxiety. Translation, validation and reliability of instrument APAIS in Indonesian population is the purpose of this study.
Methods: The translation was done in forward and backward translation. Total sample 102 patient undergoing elective surgery answered the Indonesian APAIS one day before operation. Construct validity was determined by factor analysis with oblique rotation. The internal consistency was evaluated by Cronbach’s alpha.
Results: A total 102 patient (42 men and 60 women) enrolled in this study. The two scales anxiety and need for information could be replicated by factor analysis. High reliability Cronbach’s alpha anxiety and need for information scale Indonesian APAIS respectively 0,825 and 0,863. Patient with high information needs showed higher preoperative anxiety. The APAIS scale are independent of sex, previous surgery, type of operation or type of anesthesia.
Conclusion: Indonesian APAIS proved to be reliable and valid instrument to measure preoperative anxiety in Indonesian population. Further research is needed to determine the sensitivity and specificity of Indonesian APAIS to get cut off point anxiety of Indonesian population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Dhestiana
"Latar Belakang: Paparan terhadap pengalaman buruk seperti pelecehan dan pengabaian memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosio-emosional anak. Orang dengan disabilitas intelektual memiliki kualitas kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak berkebutuhan khusus. Anak dengan disabilitas intelektual rentan mengalami pengucilan sosial, diskriminasi, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga maupun lingkungan dan kualitas kesehatan yang kurang baik. Hingga saat ini, di Indonesia, belum ada instrumen yang valid dan reliabel untuk menilai pengetahuan dan mencegah terjadinya kekerasan maupun pelecehan seksual pada remaja perempuan dengan disabilitas intelektual ringan. Hal ini membuat perlunya ada instrimen khusus yang valid dan reliabel. Dalam hal ini, dipilih instrumen “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” oleh Wen-Ying Lou. Instrumen tersebut merupakan salah satu ukur yang mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik untuk mengetahui pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada siswa perempuan sekolah menengah dengan disabilitas intelektual.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” pada populasi siswi perempuan dengan disabilitas intelektual di Indonesia. Proses penelitian ini terdiri dari tahap penerjemahan instrument ke dalam Bahasa Indonesia, uji coba dengan sepuluh responden, penyempurnaan terjemahan, penilaian validitas isi oleh sepuluh pakar Kesehatan Jiwa.
Hasil: Pada uji validasi, didapatkan bahwa validitas isi instrumen “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” berada pada tingkatan baik, yaitu dengan nilai I-CVI sebesar 0.70 – 1.00 dan nilai S-CVI sebesar 0.87. Hasil uji coba terhadap sepuluh orang anak dengan disabilitas intelektual ringan diperoleh bahwa instrument dapat dipahami dan diterima. Instrumen ini secara isi valid untuk digunakan oleh pemeriksa sebagai alat bantu untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak perempuan dengan disabilitas intelektual tentang pencegahan kekerasan seksual.
Kesimpulan: Dari hasil pemeriksaan validasi isi, dapat disimpulkan bahwa instrumen “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” versi Bahasa Indonesia merupakan kuesioner yang memiliki validitas isi yang baik dengan hasil uji coba yang mudah dipahami oleh sampel responden. Namun, untuk memastikan validitas, perlu dilakukan kembali uji reliabilitas serta uji validitas lainnya.
Kata kunci: kekerasan seksual, remaja perempuan, disabilitas intelektual, An Illustrated Scale Measuring

Background: Exposure toward awful events, such as abuse and neglection may produce negative influences to children’s social and emotional development. People with intellectual disabilities also possess lower quality of health compared to people without any special needs. Children with intellectual disabilities are more prone to experience social isolation, discrimination, sexual abuse, domestic / environmental violence, and loqwquality of health. To date, in Indonesia, there is no valiable and reliable instrument to assess knowledge and prevent sexual abuse in female teenager with mild intellectual disabilities. Therefore, it is necessary to have a specific, valid, and reliable instrument. In this matter, this study choose an instrument named “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” by Wen-Ying Lou. This instrument is one of the measuring tools that have good validity and reliability to obtain knowledge of sexual abuse prevention in female teenagers with intellectual disabilities.
Methods: This study aimed to obtain the validity and reliability of the instrument “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” in a population of female teenagers with intellectual disabilities in Indonesia. This study process consists of translating the instrument into Bahasa Indonesia, testing with 10 respondents, finalizing the Indonesian version of the instrument, and content validity by 10 experts in Psychiatry.
Results: In the validity test, it is obtained that the content validity of the instrument “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” is considered to be valid, with the score of I-CVI within the range of 0.70 – 1.00 and S-CVI score at 0.87. From the trial test ton ten girls with mild intellectual disability, it showed that this instrument can be easily understood and accepted. The instrument is valid in the content and can assist clinician to assess the knowledge about sexual abuse prevention of children with mild intellectual disability.
Conclusion: From the content validity testing, “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” – Indonesian has acceptable content validity. The trial test also shows that the instrument is easily understandable for respondents. But, for futher usage, this instrument needs to have reliability test or other validity tests
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karisa Elisabeth Lokita
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas dari alat ukur Academic Grit Scale AGS yang baru dikonstruksi untuk mengukur academic grit. Validitas kriteria dan validitas konvergen digunakan dengan mengkorelasikan AGS dengan conscientiousness pada Big-Five Personality, Short Grit Scale Grit-s , dan indeks prestasi akademik IPK . Partisipan pada penelitian ini merupakan 155 orang mahasiswa jurusan psikologi di University of Queensland. Ditemukan bahwa AGS valid untuk mengukur academic grit. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi yang positif antara AGS dengan conscientiousness, Grit-S, dan IPK. Reliabilitas dari AGS juga memiliki nilai yang baik =0,76 . Meskipun begitu, diperlukan perbaikan pada satu buah item dengan indeks diskriminasi item yang rendah. Item-item lainnya memiliki indeks diskriminasi item yang berkisar antara 0,28-0,69. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa AGS merupakan alat ukur yang valid dan reliabel untuk mengukur academic grit. Selanjutnya, alat ukur ini masih dapat dikembangkan dengan memperbaiki indeks diskriminasi item dan mengurangi jumlah item. Penggunaan AGS dapat membantu merancang intervensi untuk meningkatkan academic grit pada siswa yang nantinya akan membantu meningkatkan performa akademik mereka.

This study aimed to evaluate the validity and reliability of the newly constructed Academic Grit Scale AGS , measuring academic grit. Criterion and convergent validities were tested by correlating AGS with Big-Five conscientiousness, Short Grit Scale Grit-s , and grade point average GPA . Study was conducted to 155 psychology students at University of Queensland. AGS was found to be a valid measure of academic grit, where its results correlated positively with conscientiousness, Grit-S, and GPA. Reliability of the scale was also good a = .76 . However, one item had poor item discrimination index that needed to be improved. Other items had item discrimination indices from the range of .28-.69. In conclusion, AGS was a valid and reliable measure of academic grit. The scale could still be improved, by improving the items rsquo; item discrimination indices and decreasing the number of items. Future use of AGS could support creation of intervention to increase students rsquo; academic grit, which will consequently help their academic performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Mega Lestari
"Latar Belakang : Occupational Fatigue Exhaustion Recovery OFER sebagai instrumen penilaian kelelahan pada pekerja selain bisa mendapatkan tingkat kelelahan kronis, kelelahan akut juga dapat menilai kecukupan intershift recovery dan banyak dipergunakan secara luas di berbagai negara, akan tetapi belum ada dalam versi Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan OFER15 versi Bahasa Indonesia yang valid dan reliabel.
Metode Penelitian : Adaptasi OFER15 versi aslinya menggunakan metode 10 langkah dari ISPOR International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research diikuti dengan uji validitas butir dan faktor serta uji reliabilitas. Pengujian dilakukan terhadap 172 pekerja baik itu dengan sistem shift maupunnonshift pada IndustriManufacturedi PT X di Jakarta.
Hasil Penelitian : Hasil dari ISPOR pada penelitian ini terjadi beberapa penyesuaian bahasa dan idioms. Keseluruhan 15 butir OFER15 versi Bahasa Indonesia dinyatakan valid r = 0.496-0.649 . Hasil Analisis Faktor Eksploratori mengidentifikasi struktur tiga faktor yang signifikan yang memiliki kompatibilitas yang dapat diterima untuk model kuesioner OFER-15 asli. Nilai Alpha Cronbach OFER15 versi Bahasa Indonesia adalah 0.82 pada Subskala Kelelahan Kronis , 0.88 pada Subskala Kelelahan Akut dan 0.82 pada Subskala Intershift Recovery.Didapatkan hasil tes-retest dengan nilai Intra-Class Correlation> 0.8 pada setiap subskala. Hasil penelitian di PT X dari 172 pekerja didapatkan 91 orang mengalami kelelahan kronis, 33 nya kekurangan waktu pemulihan kerja, 68 orang mengalami kelelahan akut, 34 nya kekurangan waktu pemulihan kerja, dan 13 orang 8 tidak mengalami kelelahan akibat kerja.
Kesimpulan : OFER15 versi Bahasa Indonesia ini memiliki validitas, reliabilitas dan stabilitas internal baik, sebagai instrumen yang dapat dipergunakan untuk menilai kelelahan umum akibat kerja pada populasi pekerja di Indonesia.

Background : Occupational Fatigue Exhaustion Recovery OFER is an instrument for general fatigue assessment in workers, whether chronic fatigue, acute fatigue and adequacy of intershift recovery and has widely been used in many countries, however there hasn rsquo t been Indonesian version. This research aims at obtaining a valid and reliable OFER15 Indonesian version.
Methods : Adaptation of the original version of OFER15 using the 10 step methods of ISPOR International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research followed by a validity test of items and factors as well as a reliability test. The test was conducted toward 172 employees either in shift or non shift systems in a ManufacturingIndustry at PT X in Jakarta.
Results : The result of ISPOR in this research, there were some adjustment of idioms in Indonesia Language. All of 15 items the OFER15 questionnaire Indonesian version were all valid r 0.496 0.649. The results of Exploratory Factors Analysis identified a significant three factor structure that had an acceptable compatibility to the model of original OFER15 questionnaire. The Alpha Cronbach of OFER15 Indonesian version is 0.82 for the Chronic Fatigue Subscale, 0.88 for the Acute Fatigue Subscale and 0.82 for the Intershift Recovery Subscale. In the reliability test, the score of Intra Class Correlationis 0.8. The results of applying this instrument to 172 workers of this company, identified 91 workers suffered chronic fatigue among them 33 had inadequate intershift recovery, 68 workers suffered acute fatigue among them 34 had inadequate intershift recovery and 13 workers 8 did not experience fatigue due to work.
Conclusion : The OFER15 Indonesian version is valid, reliabel and has good internal stability. This instrument can be used to assess general fatigue due to work among Indonesian workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Findita Salsabila Reksoprodjo
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji unsur psikometri dari konstruksi satu alat ukur yang lebih baru dan ringkas dengan nama Organizational Locus of Control Scale O-LOCS. Studi percontohan dilakukan untuk memilih sejumlah pertanyaan dari total 20 pertanyaan dari skala original milik Rotter 1966. Studi percontohan ini dilaksanakan untuk mengurangi jumlah pertanyaan dari 20 menjadi 10. Dua puluh pertanyaan tersebut diseleksi dan disempurnakan, yang kemudian menghasilkan 13 pertanyaan untuk digunakan dalam studi percontohan. Dari hasil studi percontohan, hanya 10 pertanyaan yang akan digunakan, sedangkan 3 pertanyaan lainnya tidak digunakan. O-LOCS kemudian divalidasikan dengan melakulakukan analisis hubungan antara O-LOCS dan alat ukur yang sudah terbentuk sebelumnya, antara lain: Workplace Locus of Control Scale WLCS; Spector, 1988, Generalized Self-Efficacy Scale GSE; Schwarzer Jerusalem, 1995, dan Job Satisfaction Survey JSS; Spector, 1985. Sepuluh pertanyaan dalam O-LOCS diberikan secara online kepada 118 mahasiswa sarjana jurusan psikologi di Australia. O-LOCS dapat dikatakan sebagai alat ukur yang cukup reliable Cronbach a = 732 dan juga valid karena berkorelasi positif dengan WLCS r 106 = 7.29, p < 001 dan berkorelasi negatif dengan JSS r 104 = -460, p < 001. Pembahasan tentang implikasi dan rekomendasi untuk penelitian berikutnya dikaitkan penggunaan alat ukur yang baru dan singkat ini pada penilaian kerja pegawai lama maupun baru.

The aims of this study were to develop and examine the psychometric properties of a novel and brief measure named Organisational Locus of Control Scale O LOCS. A pilot study was conducted to select items from Rotters 1966 20 items of original LoC scale. This pilot study was meant to select items in measuring LoC by reducing the original items from 20 to 10. The 20 items were culled, reworded, and reverse scored, which ended up with 13 items being pilot tested. After conducting the pilot study, it was decided to keep 10 items and cull the remaining 3 items. The O LOCS was then being validated using three well established scales Workplace Locus of Control Scale WLCS Spencer, 1988, Generalized Self Efficacy Scale GSE Schwarzer Jerusalem, 1995, and Job Satisfaction Scale JSS Spector, 1985. The O LOCS was administered online to 118 undergraduate psychology students in Australia. The OLOCS was found to be adequately reliable Cronbach 732 and valid as it positively correlated with WLCS r 106 .729, p 001 and negatively correlated with JSS r 104 .460, p 001. Implication and recommendation for future research is discussed in relation to using this novel and brief LoC scale for assessing current as well as prospective employees.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdilla Ridhwan Irianto
"ABSTRAK
Latar belakang: Perkembangan terkini dalam pelayanan pasien luka bakar telah menurunkan angka mortalitas serta lamanya perawatan pasien di rumah sakit. Oleh karenanya, angka kesintasan pasien bukan lagi tolok ukur hasil akhir yang memadai, akan tetapi penilaian kualitas hidup telah menjadi aspek yang lebih utama. Burn Specific Health Scale Brief (BSHS-B) merupakan instrumen yang banyak digunakan dan divalidasi di banyak pusat pelayanan luka bakar dalam rangka evaluasi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untu dapat menghasilkan sebuah instrumen yang telah terstandarisasi sebagai metode untu evaluasi kualitas hidup paskapelayanan luka bakar di Indonesia.
Metode: Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap: tahap penerjemahan dan tahap validasi. BSHS-B akan diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan standar yang berlaku. Setelah didapatkan terjemahan yang telah disepakati, terjemahan ini akan digunakan pada uji coba validasi linguistik serta evaluasi validitas dan reliabilitas. Tahap validasi ini melibatkan 30 pasien luka bakar yang berbahasa Indonesia, yang mengisi Form BSHS-B versi bahasa Indonesia dan Short Form-36 (SF-36) versi bahasa Indonesia. Entri data dan analisis statistik dilakukan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences versi 25.0 untuk Windows.
Hasil: Hasil Cronbach's alpha untuk versi Bahasa Indonesia BSHS-B adalah 0.852. Dengan didapatkan korelasi signifikan (Spearman's rho: 0,325-0,782) dalam analisis validasi criterion antara BSHS-B dengan SF-36 menunjukkan hasil yang sesuai dengan arah diharapkan yaitu korelasi positif. Domain fungsi berhubungan secara signifikan dengan aspek vitalitas dari SF-36, sedangkan Domain aspek kulit memiliki korelasi kuat dengan aspek kesehatan umum, kesehatan mental serta vitalitas. Domain afek dan hubungan memiliki korelasi sangat bermakna dengan aspek kesehatan umum, kesehatan mental dan aspek vitalitas, dan yang terakhir aspek pekerjaan berkorelasi siginifikan dengan aspek fungsi fisik, nyeri badan, kesehatan umum, vitalitas dan fungsi sosial dari SF-36.
Kesimpulan: Terjemahan bahasa Indonesia dari BSHS-B telah menunjukkan konsistensi internal dan validitas criterion yang memuaskan, yang sangat mendukung serta dianjurkan untuk diaplikasikan dalam praktik klinis secara rutin serta dalam penelitian internasional.

ABSTRACT
Background: Recent advancement in care of burned patients, many aspects have improved over the years. Decreased mortality and decreased length of hospital stay, have been truly outstanding and amazing. Therefore, survival is no longer a sufficient outcome measure, but quality of life (QOL) measurements are of prime importance. The Burn Specific Health Scale Brief (BSHS-B) is the most commonly used instrument used to evaluate burn survivors' quality of life (QOL). This study aims to provide a standardized instrument for an evaluation method of after-burn care quality of life in Indonesia.
Methods: The study was conducted in two steps: translation and validation. The Burn Specific Health Scale-Brief (BSHS-B) translated from the English version into Bahasa Indonesia, carried out according to accepted standards. The first step of the process requires two forward translations of the English version of the questionnaire into Bahasa Indonesia by two certified translator and the scond step was to translate the reconciled Bahasa Indonesia version back into English. Once the translation has been reviewed, the preliminary translation will undergo linguistic validation, a pilot-testing. In order to test the validity and reliability of the Bahasa Indonesia version of the BSHS-B, 30 burn survivors Bahasa Indonesia speakers completed the BSHS-B and SF-36. Data entry and statistical analysis will be performed using the Statistical Package for Social Sciences version 25.0.
Results: The overall Cronbach's alpha value for the Bahasa Indonesia scale was 0.852. Significant correlations (Spearman's rho: 0,325-0,782) between the Bahasa Indonesia BSHS-B and the criterion measure, the SF-36, were in the expected direction. The function domain was significantly associated with the vitality aspects of SF-36, while the skin involvement domains correlated with the general health, mental health, and vitality. The affect and relationship domains significantly correlated with the general health, mental health, and vitality aspects, and lastly work domain correlates significantly with physical function, body pain, general health, vitality, and social function aspects of SF-36.
Conclusion: The Bahasa Indonesia translation of BSHS-B has shown satisfactory internal consistency and criterion validity, supporting its application in routine clinical practice as well as in international studies."
2019
T55550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdilla Ridhwan Irianto
"ABSTRAK
Latar belakang: Perkembangan terkini dalam pelayanan pasien luka bakar telah menurunkan angka mortalitas serta lamanya perawatan pasien di rumah sakit. Oleh karenanya, angka kesintasan pasien bukan lagi tolok ukur hasil akhir yang memadai, akan tetapi penilaian kualitas hidup telah menjadi aspek yang lebih utama. Burn Specific Health Scale Brief (BSHS-B) merupakan instrumen yang banyak digunakan dan divalidasi di banyak pusat pelayanan luka bakar dalam rangka evaluasi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untu dapat menghasilkan sebuah instrumen yang telah terstandarisasi sebagai metode untu evaluasi kualitas hidup paskapelayanan luka bakar di Indonesia.
Metode: Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap: tahap penerjemahan dan tahap validasi. BSHS-B akan diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan standar yang berlaku. Setelah didapatkan terjemahan yang telah disepakati, terjemahan ini akan digunakan pada uji coba validasi linguistik serta evaluasi validitas dan reliabilitas. Tahap validasi ini melibatkan 30 pasien luka bakar yang berbahasa Indonesia, yang mengisi Form BSHS-B versi bahasa Indonesia dan Short Form-36 (SF-36) versi bahasa Indonesia. Entri data dan analisis statistik dilakukan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences versi 25.0 untuk Windows.
Hasil: Hasil Cronbach s alpha untuk versi Bahasa Indonesia BSHS-B adalah 0.852. Dengan didapatkan korelasi signifikan (Spearman s rho: 0,325 - 0,782) dalam analisis validasi criterion antara BSHS-B dengan SF-36 menunjukkan hasil yang sesuai dengan arah diharapkan yaitu korelasi positif. Domain fungsi berhubungan secara signifikan dengan aspek vitalitas dari SF-36, sedangkan Domain aspek kulit memiliki korelasi kuat dengan aspek kesehatan umum, kesehatan mental serta vitalitas. Domain afek dan hubungan memiliki korelasi sangat bermakna dengan aspek kesehatan umum, kesehatan mental dan aspek vitalitas, dan yang terakhir aspek pekerjaan berkorelasi siginifikan dengan aspek fungsi fisik, nyeri badan, kesehatan umum, vitalitas dan fungsi sosial dari SF-36.
Kesimpulan: Terjemahan bahasa Indonesia dari BSHS-B telah menunjukkan konsistensi internal dan validitas criterion yang memuaskan, yang sangat mendukung serta dianjurkan untuk diaplikasikan dalam praktik klinis secara rutin serta dalam penelitian internasional.

ABSTRACT
Background: Recent advancement in care of burned patients, many aspects have improved over the years. Decreased mortality and decreased length of hospital stay, have been truly outstanding and amazing. Therefore, survival is no longer a sufficient outcome measure, but quality of life (QOL) measurements are of prime importance. The Burn Specific Health Scale Brief (BSHS-B) is the most commonly used instrument used to evaluate burn survivors quality of life (QOL). This study aims to provide a standardized instrument for an evaluation method of after-burn care quality of life in Indonesia.
Methods: The study was conducted in two steps: translation and validation. The Burn Specific Health Scale-Brief (BSHS-B) translated from the English version into Bahasa Indonesia, carried out according to accepted standards. The first step of the process requires two forward translations of the English version of the questionnaire into Bahasa Indonesia by two certified translator and the scond step was to translate the reconciled Bahasa Indonesia version back into English. Once the translation has been reviewed, the preliminary translation will undergo linguistic validation, a pilot-testing. In order to test the validity and reliability of the Bahasa Indonesia version of the BSHS-B, 30 burn survivors Bahasa Indonesia speakers completed the BSHS-B and SF-36. Data entry and statistical analysis will be performed using the Statistical Package for Social Sciences version 25.0.
Results: The overall Cronbach s alpha value for the Bahasa Indonesia scale was 0.852. Significant correlations (Spearman s rho: 0,325 - 0,782) between the Bahasa Indonesia BSHS-B and the criterion measure, the SF-36, were in the expected direction. The function domain was significantly associated with the vitality aspects of SF-36, while the skin involvement domains correlated with the general health, mental health, and vitality. The affect and relationship domains significantly correlated with the general health, mental health, and vitality aspects, and lastly work domain correlates significantly with physical function, body pain, general health, vitality, and social function aspects of SF-36.
Conclusion: The Bahasa Indonesia translation of BSHS-B has shown satisfactory internal consistency and criterion validity, supporting its application in routine clinical practice as well as in international studies."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Harbunangin, Bimandari
"Walaupun terdapat beberapa skala yang telah di kembangkan untuk mengukur perfeksionisme, tidak ada skala yang hanya murni mengukur sifat perfeksionisme.Sebagai contoh, salah satu sub-skala dalam Skala Revisi Hampir Sempurna APS-R , yaitu lsquo;Urutan rsquo;, memiliki tidak hanya aspek perfeksionisme namun juga aspek obsesif kompulsif. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengembangkan skala baru yang mengukur perfeksionism. Skala ini memiliki dua dimensi: 1 Standar Tinggi, dan 2 Ketidaksesuaian. Skala baru ini diadapsi dari skala APS-R. Dalam proses adaptasi skala APS-R, kami menghapuskan sub-skala lsquo;Urutan rsquo; dari skala APS-R. Jumlah dari 109 mahasiswa yang terdaftar dalam kelas PSYC3020 di Universitas Queensland telah direkrut sebagai perserta. Hipotesa kami adalah 1 sub-skala Standar Tinggi akan berkorelasi positif dengan Ketelitian, 2 sub-skala Ketidaksesuaiaan akan berkorelasi positif dengan Neurotisme. Untuk memvalidasi skala baru ini, korelasi Pearson rsquo;s analysis digunakan. Skala validasi termasuk; Skala Revisi Hampir Sempurna APS-R , Neurotisme, Kecemasan, dan Skala Kekhawatiran Penn State. Kemudian, untuk mengukur reabilitas, kami menggunakan item diskriminasi untuk mengukur kualitas item individu. Seluruh hasil menunjukkan konsistensi dengan hipotesa. Skala Perfeksionisme memiliki konsistensi internal yang baik Cronbach rsquo; ? = .80 dan analisa diskriminasi memuaskan menunujukan korelasi antara item-item dengan skala validasi. Maka, hasil dari skala baru ini menunjukan reabilitas dan validasi dalam mengukur sifat perfeksionisme.

Although several scales have been developed to measure perfectionism, none of the scale has measured perfectionism per se. For instance, Revised Almost Perfect Scale APS R has sub scale of lsquo Order 39 , which also measure obsessive compulsive traits. Therefore, this present study is aimed to develop a new scale of perfectionism. The Perfectionism Scale PS consists of two dimensions 1 High Standards, and 2 Discrepancy. The items in PS were adapted from APS R. In adapting APS R into PS, the lsquo Order rsquo sub scale was excluded. A total of 109 students who enrolled in PSCY3020 in University of Queensland were recruited as participants. To validate the scale, we conducted concurrent validity analysis by correlating PS with Neuroticism, and Conscientiousness. Furthermore, to also evaluate the PS rsquo s reliability, item discrimination indices were calculated. We hypothesised that PS would be 1 positively correlated with Conscientiousness, 2 positively correlated with Neuroticism. The reliability analysis indicated that Perfectionism Scale has excellent internal consistency Cronbach Alpha .80 and the discriminant analyses for the items were satisfactory. The correlation analysis also showed that there is a positive correlation between PS and the validating scales. Thus, this result suggests that PS is reliable and valid for measuring perfectionism trait.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>