Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nainggolan, C.M.T
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang gejala klinik akibat odontektomi gigi M3 bawah impaksi, dengan menggunakan alat pahat dan bor terhadap 36 pasien.
Penelitian tersebut dibagi dalam dua kelompok sama besar. Reaksi jaringan seoara klinik akibat odontektomi tersebut dievaluasi pada hari pertama, ketiga dan ketujuh. Gejala klinik yang dievaluasi dikelompokkan dalam :
- Sembuh, tanpa gejala
- Ringan; dengan satu gejala, masing»masing gejala dianggap setara
- Sedang; dengan dua gelaja '
- Barat; dengan tiga atau lebih gejala.
Analisa data dilakukan secara Chi-kwadrat dan Kolmogorov~Smirnov dalam dua tahap, yaitu:
1. Tes Chi-kwadrat pada kelompok pahat dan bor ditinjau dari segi umur, seks, letak gigi (kanan/kiri), Penyebaran akar dan lamanya operasi, menunjukkan bahwa kedua kelompok tersebut homogen,
2. Tas Kolmogorov-Smirnov pada kelompok pahat dan bor ditinjau dari gejala kliniknya, meliputi sembuh tanpa gejala, ringan, sedang dan berat menunjukkan basil sebagai berikutr Setiap kategori tersebut pada setiap hari pemeriksaan menunjukkan bahwa peralihan dari keadaan yang berat sampai sembuh tanpa gejala pada kelompok pahat lebih oepat dibandingkan kelompok bor. `
Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa meskipun pemakaian pahat tampak lebih menakutkan, namun gejala klinik yang diakibatkannya lebih ringan dibandingkan kelompok bor, yaitu pada: pembengkakan pada hari ketiga, rasa nyeri pada hari kesatu dan ketiga, dan trismus pada hari kesatu.
Pembengkakan adalah akibat paling dominan baik pada penggunaan pahat maupun bor. Pembengkakan disertai rasa nyeri dan trismus tampaknya tinggi pada pemakaian bor.
Terdapat keoenderungan pada pasien untuk menolak operasi odontektomi menggunakan pahat karena faktor psikik.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wempi Gigih Fristiyantama
"Dry socket merupakan komplikasi post operatif yang paling sering terjadi setelah dilakukan ekstraksi gigi. Dry socket dapat mengakibatkan nyeri yang hebat dan membuat pasien tidak nyaman. Walaupun etiologi yang tepat dari dry socket belum dapat ditentukan secara pasti, beberapa faktor risiko telah diketahui berperan dalam terjadinya dry socket. Oleh karena itu, penting bagi dokter gigi untuk memahami dry socket beserta faktor-faktor risikonya untuk meminimalisasi terjadinya dry socket. Penelitian mengenai dry socket ini masih sangat sedikit di Indonesia sehingga peneliti melakukan peneltian yang berjenis deskriptif retrospektif ini untuk mengetahui insidensi dry socket pada pasien di RSKGM FKG UI periode Januari 2012 ndash;September 2017 serta untuk mengetahui distribusi dan frekuensi dry socket berdasarkan jenis kelamin ,usia, dan lokasi gigi. Analisis dilakukan pada 2955 rekam medik. Total 5073 gigi permanen telah dilakukan tindakan ekstraksi dan odontektomi dari 2955 pasien selama periode penelitian ini dan ditemukan dry socket sebanyak 30 kasus 0,6 dari 26 pasien penderita dry socket. Insidensi keseluruhan dry socket sebesar 0,6 . Insidensi dry socket pada ekstraksi rutin sebesar 0,6 dan pada odontektomi molar tiga mandibula sebesar 0,5 . Dry socket secara signifikan lebih sering terjadi pada pasien perempuan 77 dibandingkan laki-laki. Insidensi puncak dry socket berada pada usia 31-40 tahun 23,3 . Semua kasus dry socket terjadi pada gigi posterior 100 dan lebih banyak terjadi pada gigi mandibula 53 dibandingkan gigi maksila.

Dry socket is the most common postoperative complication after tooth extraction. Dry socket can cause a severe pain and discomfort for the patient. Although the exact etiology of dry socket has not been clearly determined, a number of risk factors are known to contributing to dry socket. Therefore, it is important for the dentist to understand dry socket and its risk factors to minimize the incidence of dry socket. The study about dry socket in Indonesia are currently limited so this retrospective descriptive study aims to investigate the incidence of dry socket in Dental Hospital, Faculty of Dentistry University of Indonesia from January 2012 September 2017 and to see the distribution and frequency of dry socket according to gender, age, and tooth location. 2955 medical records were analyzed. A total of 5073 permanent teeth were removed by extraction and odontectomy in 2955 patients during this study period and found 30 dry socket cases in 26 patients.The overall incidence of dry socket was 0.6 . The incidence of dry socket was 0.6 following routine dental extraction and 0,5 following mandibular third molar odontectomy. Dry socket was significantly more common in female 77 as compared to male. The peak incidence of dry socket was at the ages of 31 40 years 23,3 . All cases of dry socket occured in posterior teeth 100 and it was greater in mandible 53 than maxilla."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Srie Rahayu Kustini
"ABSTRAK
Bactesyn is an antibiotic that contains suitamicillin. This antibiotic is a complex of combination between ampicillin and sulbactam in double ester bond. This makes Bactesyn become an antibiotic with broader spectrum. Lincomycin is an antibiotic, which is dental enough to treat dentoalveolar infections. This antibiotic is well known among the fellow dentist in Atma Jaya Hospital. It is obvious that these two medicines are very effective to deal with infections arising after operations of impacted teeth. The dose of Bactesyn is 375mg, given twice a day, whereas, Lincomycin is 500mg, given three times daily."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chiquita Priyambodo
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan peran kontak prematur dan bloking terhadap bentuk kerusakan tulang alveolar secara klinis. Pengamatan dilakukan pada 92 elemen gigi posterior bawah. Pengamatan secara radiografis dilakukan dengan melihat bentuk kerusakan tulang alveolar, berbentuk vertikal atau horisontal. Sampel diambil dari gigi yang mengalami kontak prematur dan atau bloking dengan kehilangan perlekatan > 5 mm. Penelitian ini diuji dengan uji statistik secara cross sectional dengan Chi kuadrat dengan. koreksi Yates pada p = 0,05. Hasil Penelitian ini memperlihatkan bahwa kontak prematur mesial berbeda bermakna pada sisi distal ( X > 3,84 ), kontak prematur distal berbeda bermakna pada sisi mesial dan distal ( X > 3,84 ), bloking bukal berbeda bermakna pada sisi-distal ( X > 3,84 ), bloking lingual tidak berbeda bermakna pada sisi mesial dan distal ( X < 3,84 ), kontak prematur + bloking berbeda bermakna di sisi mesial dan distal ( X > 3,84 ). Penelitian ini memperlihatkan bahwa kerusakan tulang yang terjadi lebih banyak berbentuk vertikal. Gigi dengan kelainan periodontal memiliki nilai plak > 1.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Latief Nitiprodjo
"Seberapa besar efek adrenalin yang terdapat pada obat anestesi lokal dalam konsentrasi 1:80.000 dan 1:200.000 terhadap denyut jantung dan tekanan darah belum begitu jelas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efek kedua macam obat tersebut terhadap denyut jantung dan tekanan darah. Tiga puluh dua pasien sehat, dengan usia antara 20-40 tahun, dengan indikasi ekstraksi lebih dari satu gigi di rahang atas, merupakan subyek penelitian ini. Pada kesempatan pertama ekstraksi gigi dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal yang mengandung adrenalin 1:80.000 dan seminggu kemudian ekstraksi gigi dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal yang mengandung adrenalin 1:200.000. Pengamatan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, dilakukan pada saat sebelum dilakukan penyuntikan obat anestesi lokal, kemudian berturut-turut 5 menit, 10 menit, 15 menit, pada saat ekstraksi, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit setelah ekstraksi gigi. Hasil penelitian menunjukkan adrenalin pada konsentrasi 1:80.000 sedikit meningkatkan frekuensi nadi, dan meningkatkan tekanan darah, meskipun secara statistik tidak berbeda bermakna (t=1,28 p<0,05, dan t=0,18 p<0,05). Rata-rata selisih perubahan frekuensi nadi, tekanan sistolik dan tekanan diastolik yang disebabkan oleh kedua macam obat tersebut secara statistik berbeda bermakna pada 5 menit, 10 menit dan 15 menit setelah penyuntikan. Sedangkan pada saat ekstraksi gigi, kemudian 5 menit,10 menit, dan 15 menitsetelah ekstraksi gigi berbeda tidak bermakna, kecuali untuk tekanan diastolik masih terdapat perbedaan yang bermakna."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Refelina Evelina Margaretha
"Latar Belakang: CBCT dapat mengukur ketebalan tulang mandibula dan ketebalan nervus alveolaris inferior yang dekat dengan kanalis mandibularis pada gigi M1 M2 M3 sehingga mampu mencegah kerusakan pada nervus alveolaris inferior.
Tujuan: Memperkirakan ukuran ketebalan tulang mandibula dari apical gigi M1 M2 M3 tepat dekat kanalis mandibularis dengan CBCT sehingga dapat menentukan ketepatan dalam mendiagnosis, serta mencegah kerusakan pada nervus alveolaris inferior, mendapat kanposisi yang tepat dari M3 impaksi dan memberikan informasi yang detail mengenai anatomis struktur jaringan sekitarnya dengan kanalis mandibularis, adanya gambaran koronal, apikal, sagital dapat mengukur ketebalan tulang terutama daerah bukal dari nervus alveolaris inferior.
Material dan metode: penelitian dilakukan di RSGM Ladokgi TNIAL R.E Martadinata antara September - November2014 dengan merekap data dari kartu status pasien rontgen foto CBCT. Usia pasien 14-60 tahun jumlah pasien 32 org laki-laki 14 perempuan 18 kriteria inklusinya berupa gambar CBCT kualitas dan densitas, kontrasnya baik. Adanya gigi M1M2M3 dekat dengan canalis mandibularis. Data penelitian ini menggunakan t-test analysis.
Hasil: Adanya perbedaan significant antara ketebalan tulang laki-laki lebih tebal dari perempuan (p<0,5) dari hasil t test.
Kesimpulan: Bahwa ketebalan tulang lakilaki lebih tebal dari perempuan.

Aim: To measure side bone thickness of the mandible from apical teeth M1 M2 M3 right of canalis mandible by using CBCT. The accuracy diagnosis can be achieved long with preventing nervus demage. To give right information of M3 based on anatomical structure of surrounding tissue around canalis mandible. To the give the coronal, apical as well as features sagital future. Thus the bone thickness can be calculated correctly.
Material and methods: the study was perfomed at RSGM Ladokgi TNI AL RE Mardinata during periode January with age patient 14-60 years old. Total patient 32 male14 female 18 CBCT feature. The inclusive patient are quality, contrast, and density of CBCT picture, M1 M2 M3 tooth near canalis mandible. The calculation was using t-test analysis.
Result: there is a significant differencess between the bone thickness accuracy male and female (p<0,05). The bone thickness on male was thicker than female.
Conclusion: from the result we conclude thet the bone thickness of male thicker the female.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destiana Nur Fithri
"Latar Belakang:.Pembedahan kepala dan leher merupakan tindakan yang kompleks dan penuh tantangan karena berhubungan dengan pencernaan dan pernapasan. Dengan angka kejadian komplikasi yang cukup tinggi yaitu 17%, dibutuhkan tolok ukur yang dapat memprediksi komplikasi pascabedah terutama di bidang bedah mulut dan maksilofasial. Sistem skoring APACHE II pada penelitian terdahulu terbukti efektif dalam memprediksi kejadian komplikasi pascabedah reseksi dan rekonstruksi mandibula. Tujuan Penelitian: Mengetahui efektivitas sistem skoring APACHE II sebagai prediktor komplikasi pascabedah reseksi dan rekosntruksi tumor jinak mandibula. Metode Penelitian: Studi retrospektif tahun 2015 – 2020 pada subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Data diambil dari rekam medis pasien baik tertulis maupun digital. Analisis variabel kategorik dengan Uji Chi Square. Uji Mann-Whitney U untuk perbandingan rerata skor dua kelompok. Efektivitas skor APACHE II dinilai berdasarkan kurva ROC dan luas area dibawah kurva. Hasil: Dari 62 subjek penelitian, sebanyak 6 responden (9.7%) mengalami komplikasi pascabedah. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara semua variabel independen yang duji dengan peningkatan skor APACHE II (nilai p > 0.05). Rerata skor pada kelompok komplikasi lebih tinggi (4.83) namun pada Uji Mann-Whitney U nilai p > 0.05. Analisis ROC pada studi ini memiliki sensitivitas 50% dan spesifisitas 78.6% dengan nilai cut off point 5.5 dan luas area dibawah kurva ROC sebesar 0.558. Kesimpulan: Sistem skoring APACHE II terbukti efektif dalam memprediksi kejadian komplikasi pascabdedah reseksi dan rekonstruksi tumor jinak mandibula.

Background: Head and neck surgery is a complex and challenging procedure because it affect the digestion and respiration organ system. With a fairly high incidence of complications, namely 17%, an indicator is needed to predict postoperative
complications, especially in the field of oral and maxillofacial surgery. The APACHE II scoring system in a previous study proved to be effective in predicting the incidence of postoperative complications after mandibular resection and reconstruction. Objective: To determine the effectiveness of the APACHE II scoring system as a predictor of postoperative complications of mandibular resection and reconstruction of benign tumors. Methods: Retrospective study on subjects who met the inclusion criteria in the period of 2015 – 2020. The data is collected from the patient's medical record, both written and digital. Categorical variable is being analyze with Chi Square Test. While Mann-Whitney U test analyzing the comparison of the mean scores of the two groups. The effectiveness of the APACHE II score was assessed based on the ROC curve and the area under the curve. Results: Of the 62 research subjects, 6 respondents (9.7%) experienced postoperative complications. There was no significant difference between all tested independent variables with an increase in the APACHE II score (p value > 0.05). The mean score in the complication group was higher (4.83) but in the Mann-Whitney U test the p value was > 0.05. The ROC analysis in this study has a sensitivity of 50% and a specificity of 78.6% with a cut off point value of 5.5 and an area under the ROC curve of 0.558. Conclusion: The APACHE II scoring system proved to be effective in predicting the incidence of postoperative complications after surgical resection and reconstruction of benign mandibular tumors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Maulidi
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pada hasil pengisian saluran akar di 1/3 apeks, akibat pengambilan sebagian gutaperca untuk ruang pasak. Pengambilan dilakukan pada hari ke-1, hari ke-3, dan hari ke-7 setelah pengisian saluran akar, dengan menggunakan semen saluran akar yang berbeda. Enam puluh enam akar gigi saluran akar tunggal, lurus, foramen apeks tertutup, dipreparasi secara step-back panjang 11 mm dengan file terbesar no. 60, dan step-back sampai no. 80. Foramen di apeks diseragamkan dengan menembuskan file no. 25 panjang 12 mm saluran akar diisi dengan teknik kondensasi lateral masing-masing 30 akar gigi menggunakan AH-26 dan 30 akar lainnya dengan endomethasone, dan masing-masing waktu pengambilan dilakukan pada 10 akar gigi. Pengaruh akibat pengambilan gutaperca dilihat berdasarkan kebocoran pengisian saluran akar yang diukur dari perembesan zat warna tinta cina dengan waktu perendaman 7 hari. Perendaman dengan tinta cina dilakukan setelah pengambilan gutaperca, sementara itu sampel direndam dalam aquadest sampai saat akan dilakukan pengambilan. Evaluasi dengan mikroskop stereo, terlebih dahulu sampel dibelah memanjang. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu ada pengaruh waktu pengambilan sebagian gutaperca untuk ruang pasak. Kebocoran pada penggunaan semen saluran akar AH-26 lebih besar daripada endomethasone, kebocoran paling besar terjadi pada pengunaan semen saluran akar AH-26 pengambilan hari ke-1, sedang pengambilan pada hari ke-3 dan ke-7 pada penggunaan kedua macam semen saluran akar tersebut tidak berbeda bermakna.
"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Rahardjo
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
PGB 0583
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Birgitta
"Pembersihan gigi tiruan lepas akrilik sangat penting untuk mencegah terjadinya peradangan pada mukosa mulut dibawah basis gigi tiruan akrilik. Peradangan dapat disebabkan oleh plak dan mikroorgauisme yang menempel pada basis gigi tiruan akrilik tersebut.
Urnumnya pasien-pasien pemakai gigi tiruan lepas akrilik membersihkan gigi tiruannya dengan menggunakan sabun atau pasta gigi, tetapi belum ada penelitian mengenai efektivitas kedua bahan tersebut. Selain itu ada pula bahan pembersih yang mengandung peroksida yang terdapat dalam bentuk tablet yang dilarutkan dalam air.
Tulisan ini melaporkan hasil penelitian tentang perbandingan efektivitas sabun, pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 % clalam membersihkan gigi tiruan lepas akrilik.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, nilai derajat kebersihan gigi tiruan lepas akrilik yang paling tinggi adalah bila gigi tiruan dibersihkan dengan sabun, disusul dengan pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 %, walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>