Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51330 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taryati
Yogyakarta: Eja Publisert, 2005
306.092 TAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sitanggang, Saut Raja Hamonangan
"PENDAHULUAN
Budaya Indonesia dalam perwujudannya menunjukkarn keanekaan yang, antara lain, tampak dalam kehidupan bahasa dan sastranya. Di samping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, terdapat pula bahasa dan sastra daerah yang merupakan sumber memerkaya budaya nasional.
Dengan tetap mempedulikan keanekaan bahasa dan sastra itu, usaha mencari dan menemukan hal-hal yang menunjukkan kesatuan dalam keanekaan juga perlu dilakukan secara berkesinambungan. Upava ke arah itu perlu ditempuh melalui penelitian budaya kita, seperti bahasa dan sastra agar dapat dikenal dan dipahami dengan baik. Selain itu, pengetahuan tentang kebahasaan dan kesastraan itu harus pula dapat diketengahkan ke dalam pergaulan antarsuku sehingga terjadi pengenalan dan pemahaman terhadap hal-hal yang sebelumnya tidak dikenal atau hanya dikenal terbatas oleh suatu masyarakat saja. Dengan cara itu, diharapkan timbul rasa menghargal dan memiliki sesuatu yang sebenarnya memang milik bersama, memahami , mencintai , dan memiliki bersama berbagai aspek budaya itu akan mengukuhkan kita sebagai suatu bangsa, yang pada saatnya diharapkan mampu melahirkari karya-karya, antara lain, dengan modal budaya hangsa sendiri (Rusyana dkk. , 1987:1-2).
Sastra lisan di Indonesia sebagai kekayaan sastra juga merunakan modal budaya bangsa. Sebagaimana dikemukakan oleh Robson (1972:91, sastra lisan - dapat menjadi alat untuk memelihara dan menurunkan buah pikiran suatu suku atau bangsa yang empunya sastra itu. Bahkan, hingga sekarang menurut Charles Winick dalam Rustiana, 1975:125), sastra lisan itu mengandung kehidupan yang terus-menerus mempunyai nilai kegunaan dan masih terdapat dalam budaya masa Wellek dan Warren (1989:48) juga menyebutkan bahwa sastra lisan erat tautannya dengan sastra tertulis. Dengan demikian, sastra lisan, dalam hal ini sastra lisan daerah, yang dewasa ini dianjurkan oleh Pemerintah perlu semakin ditingkatkan penelitiannya agar kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan.
Dalam kenyataan pada umumnya masyarakat Indonesia dewasa ini kurang memperlihatkan kepeduliannya mengenai segala sesuatu yang tidak modern, apalagi yang bersifat pribumi, termasuk sastra lisan dan sastra lama, kondisi seperti itu, menurut Ikram (1976:7-9), hendaknya tidak sampai berlarut-larut. Penggalian serta pengenalan sastra atau kekayaan tradisional itu jangan sampai ditangguhkan.
Sastra daerah Ratak Toba, sebagai salah satu di antara sastra-sastra daerah di Indonesia, perlu digali dan diselenggarakan menelitiannya secara lebih sungguh-sungguh . Penelitian sastra dalam hal ini hendaknya tidak berarti hanya melakukan inventarisasi (prescriptive), tetapi juga meliputi pengolahan dan penyebarannya. Pengolahan yang dimaksud, antara lain mencakupi usaha dan penyusunan hasil transliterasi, transkripsi, terjemahan, dan penganalisisan karya sastra itu sendiri. Dengan menganalisis struktur akan diketahui bagaimana karya sastra itu diwujudkan dan hasil analisisnya dapat digunakan untuk membantu pembaca dalam mengapresiasi. Dalam kaitan itulah, puisi rakyat Ratak Toba, khususnya umpasa (Baca uppasa) perlu digali dan dimanfaatkan. Upaya penyelamatan umpasa ini bertalian pula dengan kurangnya minat generasi muda dan langkanya penelitian yang pernah dilakukan (lihat Sarumpaet, 1988)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1996
LAPEN 16 Bud s
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Laura Magdalena E.
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai tradisi mengenakan baju putih dalam upacara pemakaman tradisional Cina dan betujuan untuk memaparkan awal terbentuknya tradisi penggunaan baju putih sebagai baju berkabung serta makna warna putih pada baju berkabung dalam masyarakat Cina. Adapun tradisi mengenakan baju putih sebagai tanda berkabung dalam upacara pemakaman tradisional Cina menurut catatan sejarah sudah dimulai sejak awal dinasti Zhou, dan masih dilakukan hingga sekarang. Warna putih dianggap sebagai warna berkabung yang menunjukan kemurnian, kesederhanaan, kesucian, kehidupan, dan kejujuran. Seiring berjalannya waktu, penggunaan baju berkabung ini pun semakin sederhana, tetapi tidak menghilangkan unsur utama yaitu pakaian dasar bewarna putih. Dari hasil penelitian yang melihat dari sisi budaya dan sejarah yang dilakukan berdasarkan studi kepustakaan, ditemukan warna putih berhubungan dengan makna berkabung dan kematian dalam masyarakat Cina.

ABSTRACT
This study discusses the tradition of wearing white clothes in traditional Chinese funerals and aims to describe the beginning of a tradition of using white clothes as mourning attire and also to analyze significance of white clothing as mourning attire in Chinese society. According to historical records, the tradition of wearing white mourning dress as a sign of mourning in traditional Chinese funerals has been started since the Zhou dynasty and still apply today. The white color is considered as the color of mourning, it is to symbolize innocence, simplicity, purity, existence, and sincerity. However, as time goes by, the use of mourning clothes is now even simpler, but does not eliminate the main element of this tradition that is white clothing. From testing the results of historical research based on the literature study earlier, it was found that white color was linked to death and mourning in Chinese culture. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Al Azhar
[Pekanbaru] : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I. , 1986.
572.792 5 U 324
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Wijasa Bratawidjaja
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1993
959.82 THO u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Amalia Masri
"Alionda merupakan pertunjukan tradisi masyarakat Kulisusu di Kabupaten Buton Utara. Di dalamnya terdapat tarian, nyanyian, dan permainan rakyat. Pertunjukan ini mengandung nilai sosial dan nilai pendidikan. Akan tetapi, kepunahan mengancam keberlanjutannya. Sebagai bagian dari tradisi lisan, salah satu penentu eksistensi dan keberlanjutan alionda adalah bagaimana ia dikelola. Hal tersebut dibahas dalam penelitian ini, dengan tujuan menguraikan sistem pengelolaannya dan merumuskan perencanaan strategis sebagai upaya untuk mengantisipasi kepunahannya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan observasi, wawancara, dan perekaman audio visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengelolaan pertunjukan alionda adalah sistem pengelolaan pertunjukan bersifat rakyat. Terdapat dua pola pewarisan dalam alionda, yaitu pewarisan dalam pertunjukan dan pewarisan dalam lingkup keluarga. Pewarisan ini dilakukan dengan melibatkan para siswa SMA Negeri 1 Kulisusu. Di dalamnya terjadi proses penciptaan yang dilakukan secara spontan oleh penyaji tanpa menggunakan teks tertulis. Proses tersebut melibatkan formula berbentuk kata dan terdapat penambahan "ornament" ketika nyanyian alionda disajikan dihadapan audiens. Sebagai upaya untuk mengantisipasi kepunahannya, dirumuskan empat perencanaan strategis dari penelitian ini, yakni strategi 1) pengembangan pertunjukan alionda dan pengelolaannya, 2) pemanfaatan Sumber Daya Manusia, 3) kreativitas, dan 4) strategi untuk mengantisipasi kepunahan alionda.

Alionda is a traditional performing art of Kulisusu Society in North Buton Regency. There are dance, song, and folk games inside it. This performance contains social and educational value. However, extinction threatens its sustainability. As part of oral tradition, one of the determinants of its existance and sustainability is how it is managed. That is discussed in this study, with the aim to describe its management system and formulate strategic planning as an effort to anticipate its extinction. This research is qualitative research with doing observation, interview, and audio-visual recording. The results show that the performance management system of Alionda is the performance management system of folk. There are two patterns of inheritance in Alionda, namely inheritance in performance and inheritance within the scope of family. Inheritance is accomplished by involving students of Senior High School of Kulisusu. There is a process of creation occurred in it, which is done by the performer spontaneously without using a written text. The process involves the formula in the form of word and there is the addition of "ornament" word when Alionda song is presented to the audience. As an effort to anticipate its extinction, four strategic planning has formulated from this study, they are: strategy of 1) the development and management of alionda performances, 2) utilization of Human Resources, 3) creativity, and 4) strategies to anticipate of alionda extinction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T29759
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Sumarsono
Bandung: Geger Sunten, 1994
499.286 TAT j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>