Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155627 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Edhie Renanta
"Latar Belakang : Pemberian tiopental intravena dengan turniket selama 30 detik sebelum penyuntikan propofol akan mengurangi nyeri yang diakibatkan propofol. Penelitian ini akan membandingkan keefektifan antara tiopental dan lidokain dalarn pencegahan nyeri yang disebabkan oleh penyuntikan propofol.
Metode : Acak, tersamar ganda . Sebanyak 124 pasien (N=62) , ASA 1-2 dibagi dalam 2 kelompok secara acak. Kelompok L mendapat Lidokain 2% (30 mg), Kelompok T mendapat Tiopental 37.5mg , kedua kelompok obat dibuat daiam L5 ml. Propofol diberikan setelah oklusi pada lengan atas dilepas. Penilaian nyeri 10 detik setelah penyuntikan propofol, dinilai dengan Verbal Kategori Scoring dan VAS (Visual Analog Scale).
Hasil :Sebelas pasien (19,4%) mengeluh nyeri pada kelompok lidokain, pada kelompok tiopental dua pasien (3,2%), 1 pasien nyeri ringan dan 1 pasien nyeri sedang Hasil statistik didapat perbedaan bermakna dengan p < 0.05.
Kesimpulan : Pemberian tiopental 37.5 mg dengan oklusi selarna 30 detik dapat digunakan sebagai altematif untuk mencegah nyeri akibat penyuntikan propofol .

Background : Thiopental administered intravenously (IV) after tourniquet for 30 second immediately before injection of propofol, will reduce pain induced by propofol injection. In this study, these two different techniques in reducing propofol injection pain with thiopental were compared with lidocaine to evaluate the most effective method in reducing propofol injection pain.
Methods : In a randomized, double blind treatment, 124 patients were included into this study. Patients in group L were pretreated with lidocaine 2% (30 mg) IV , and group T received thiopental 2.5% (37.5 mg). All pretreatment drugs were made in 1.5 ml and were accompanied by manual venous occlusion for 30 second. Propofol was administered after release of venous occlusion. Pain was assessed with a verbal category scoring system and VAS .
Result : In group of Lidocaine 12 (19.4%) patients were complained pain. Thiopental group 2 (3.2 %) patients complained pain , 1 patient with mild pain , and 1 patient moderate pain. There was significant difference between thiopental and lidocaine in reducing propofol injection pain using a tourniquet technique.
Conclusion : We conclude that IV retention of thiopental is better than lidocaine and may be a usefull alternative for reducing pain on propofol injection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Ayu Marina S.A.
"Latar Belakang: Nyeri penyuntikan propofol merupakan efek samping yang paling sering dikeluhkan dan memberikan trauma pada pasien anestesi umum. Metode paling efektif mengurangi nyeri penyuntikan propofol adalah penggunaan turniket dan lidokain 40 mg. Terapi vibrasi digunakan untuk mencegah nyeri penyuntikan. Penelitian ini bertujuan membandingkan keefektifan terapi vibrasi dengan penggunaan turniket dan lidokain 40 mg untuk mencegah nyeri penyuntikan propofol.
Metode:Penelitian ini bersifat uji klinis acak tersamar tunggal terhadap pasien usia 18-65 tahun yang menjalani anestesia umum dengan menggunakan propofol di Instalasi Bedah Kirana RSCM pada bulan Juni-Juli 2018. Sebanyak 104 subyek didapatkan dengan metode consecutive sampling dirandomsasi menjadi kelompok terapi vibrasi (n=52) dan kelompok turniket dan lidokain 40 mg (n=52).  Kekerapan nyeri dan derajat nyeri berdasarkan NRS (Numerical Rating Scale dicatat. Analisa data menggunakan uji Chi Square.
Hasil: Kekerapan nyeri berbeda signifikan terapi vibrasi sebesar 15,4% sedangkan turniket dan lidokain 40 mg sebesar 3,8% (p 0,046). Derajat nyeri penggunaan turniket dan lidokain 40 mg yaitu nyeri ringan 3,8% dan tidak nyeri 96,2%, sedangkan penggunaan terapi vibrasi yaitu nyeri ringan 15,4% dan tidak nyeri 84,6%.
Simpulan: Penggunaan terapi vibrasi secara statistik tidak lebih efektif dibandingkan penggunaan turniket dan lidokain 40 mg.

Background: Pain during the Propofol injection is the most frequently complained and adverse side effect in general anesthesia patients. Currently, the most effective method of reducing pain in propofol injections is to combine application of tourniquet and lidocaine 40 mg. therapy can be used to prevent pain during injection pain. This study aims to compare the effectiveness of vibration therapy with the use of tourniquet and lidocaine 40 mg to prevent pain in injecting propofol.
Method: This study was a single blind randomized clinical trial of patients aged 18-65 years who underwent general anesthesia using propofol in the Kirana RSCM Surgical Installation in June-July 2018. A total of 104 patients were obtained by consecutive sampling method, then divided onto two groups, a vibration therapy group ( n = 52) and the tourniquet group and lidocaine 40 mg (n = 52). The frequency of pain and the degree of pain based on the Numerical Rating Scale (NRS) were recorded. Data analysis were done using Chi Square test.
Results: Pain frequency was significantly different from vibration therapy by 15.4%, while tourniquet and lidocaine 40 mg was 3.8% (p 0.046). Degree of pain based on NRS use of tourniquet and lidocaine 40 mg is mild pain 3.8% and painless 96.2%, while the use of vibration therapy is mild pain 15.4% and no pain 84.6 % .
Conclusion: The use of vibration therapy is not statistically more effective than the use of tourniquet and lidocaine 40 mg."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Astuti
"Latar Belakang: Propofol adalah salah satu agen induksi yang sering digunakan dalam anestesia umum. Efek samping yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien adalah nyeri injeksi. Telah dilakukan beberapa penelitian untuk mengatasi nyeri injeksi propofol. Lidokain 40 mg disertai dengan oklusi vena menggunakan turniket adalah metode yang banyak digunakan dan paling efektif. Ondansetron rutin digunakan sebagai pencegahan PONV pada pasien anestesia umum dan terbukti memiliki potensi analgesia serta efektif dalam mencegah nyeri injeksi propofol. Penelitian uji klinis acak tersamar ganda ini membandingkan efektivitas pemberian premedikasi lidokain 40 mg dengan ondansetron 8 mg disertai penggunaan turniket untuk mencegah nyeri injeksi propofol.
Metode: Penelitian ini bersifat uji klinis acak tersamar ganda pada pasien yang menjalani anesthesia umum di Instalasi Bedah Kirana RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Setelah mendapatkan izin komite etik dan informed consent, sebanyak 104 subyek didapatkan dengan consecutive sampling pada bulan Juli hingga September 2016. Setelah pemasangan turniket selama 60 detik diikuti dengan pemberian liodakin 40 mg atau ondansetron 8 mg, dilakukan penilaian nyeri menggunakan verbal rating scale pada detik 0 injeksi propofol 0,5 mg/kg dan 20 detik pascainjeksi propofol. Dengan menggunakan uji Chi square dengan alternatif fisher dilakukan perbandingan keefektifan antara kedua kelompok.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna kekerapan nyeri injeksi propofol pada kelompok lidokain 40 mg disertai turniket dan ondanetron 8 mg disertai turniket pada detik 0 dan detik 20 pascainjeksi propofol p 0,051 dan p 0,062.
Simpulan: Pemberian ondansetron 8 mg intravena disertai dengan penggunaan turniket memiliki efektivitas yang sama dengan lidokain 40 mg intravena disertai dengan penggunaan turniket untuk mencegah nyeri injeksi propofol.

Background: Propofol is one of the induction agent that is often used in general anesthesia. Pain on injection propofol often cause discomfort in patient. A number of research has been done to solve this problem. Lidocaine 40 mg accompanied by venous occlusion using a tourniquet is a method that is widely used and most effective. Ondansetron routinely used as PONV prevention in patients with general anesthesia and shown to have analgesia potential as well as effective in preventing propofol injection pain. This randomized double blind clinical trial compared the effectiveness of premedication with lidocaine 40 mg ondansetron 8 mg with the use of a tourniquet to prevent pain on injection propofol.
Methods: This study was a double blind randomized clinical trial in patients undergoing general anesthesia in at Kirana surgical center Cipto Mangunkusumo. The study has been approved by FKUI RSCM Research Ethical Committee Jakarta. A total of 104 obtained by consecutive sampling in July until September 2016. After placement a tourniquet for 60 seconds followed by administration of 40 mg lidocaine or 8 mg ondansetron, an assessment of pain using a verbal rating scale is done at seconds 0 propofol injection of 0.5 mg kg and 20 seconds after the injection. By using the chi square test and fisher as an alternatives, were compared effectiveness between the two groups.
Result: There were no significant differences in the incidence of propofol injection pain in group lidocaine 40 mg with the use of tourniquet and 8 mg ondansetron with a tourniquet in seconds 0 and 20 seconds after injection of propofol p 0.051 and p 0.062.
Conclusion: Ondansetron 8 mg with the use of a tourniquet has the same effectiveness with Lidocaine 40 mg with the use of a tourniquet to prevent pain on injection propofol
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai perbandingan
pemakaian infiltrasi antara lidokain 1% dengan campuran
lidokain 1% dan klonidin untuk mencegah nyeri pasca apendektomi
di instalasi bedah gawat darurat dan instalasi bedah
elektif Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusurao Jakarta.
Penderita yang diteliti berjumlah 40 orang yang dibagi
menjadi 2 kelompok, masing-masing terdiri dari 20 orang.
Kelompok A : mendapatkan infiltrasi 5 cc lidokain 1% (100 mg)
disekeliling luka insisi apendektomi yang panj ang insisi
antara 5 6 cm. Kelompok B : mendapatkan infiltrasi campuran
5 cc lidokain 1% dan klonidin 1 cc ( 150 ugr ) di sekeliling
luka apendektomi yang panjang insisi antara 5 6 cm.
Penelitian dilakukan secara acak tersamar, dan penilaian
statistik mempergunakan uji student t test dan chi square
P< 0,05 adalah perbedaan bermakna secara statistik. Penelit
ian bertujuan untuk membandingkan infiltrasi lidokain 1%
dengan campuran lidokain 1% dan klonidin, menilai keefektifan
klonidin dalam hal memperpanjang efek analgesia lidokain dan.
pengaruh campuran ini terhadap sistem kard iovaskular dan
respirasi.
Hasil penelitian menunjukkan kelompok yang mendapat
campuran lidokain 1% dan klonidin dapat memperpanj ang efek
analgesia lidokain 1% minimal sampai 8 jam, sedangkan kelompok
lidokain 1% efek analgesianya hanya 4 jam.
Efek campuran lidokain 1% dan klonidin terhadap kardiovaskular
dan respirasi minimal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T58798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Hadinata
"Latar Belakang. Propofol merupakan salah satu jenis obat induksi intravena yang paling sering digunakan dalam pembiusan umum tetapi propofol dapat menimbulkan rasa nyeri pada lokasi injeksi dengan angka kejadian hingga 88%. Penggunaan campuran lidokain dalam propofol dapat mengurangi nyeri tersebut, akan tetapi nyeri masih dapat terjadi, sementara penggunaan premdikasi lidokain perlakuan torniket jarang digunakan karena prosedur yang lebih lama dan tidak semudah campuran lidokain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan premedikasi lidokain perlakuan torniket selama 1 menit dan campuran lidokain untuk mengurangi derajat nyeri pada saat induksi anestesi menggunakan propofol.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar tunggal, bersifat eksperimental. Pasien dengan kriteria klinis ASA I-II sejumlah 50 orang dilakukan randomisasi sederhana menjadi 2 kelompok perlakuan dan mendapatkan perlakuan premedikasi lidokain 40 mg iv dengan perlakuan torniket selama 1 menit, diikuti injeksi propofol dan derajad nyeri dinilai berdasarkan verbal rating score. Kelompok lainnya dilakukan pemberian campuran lidokain 40 mg iv dalam propofol dan dilakukan injeksi campuran tersebut serta dilakukan penilaian Verbal Rating Score.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan pemberian lidokain perlakuan torniket dapat menurunkan derajad nyeri yang lebih baik (96% tidak nyeri, 4% nyeri ringan)) dibandingkan kelompok campuran lidokain dalam propofol (40% tidak nyeri, 44% nyeri ringan, 16% nyeri sedang) dengan nilai p = 0.000 (p bermakna < 0.05) pada uji statistik menggunakan mann whitney.
Kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa premedikasi lidokain perlakuan torniket bermakna secara klinis dan statistik dalam menurunkan derajat nyeri propofol dibandingkan pemberian campuran lidokain dalam propofol.

Background. Propofol is one of the intravenous anesthesia drugs mostly used in general anesthesia but It might cause pain during injection with the incidence until 88%. The technique using premixed lidocaine with propofol is commonly used to reduce the pain, but incidence of pain during the injection still can happen, while the use of lidocaine premedication with torniquet is not common due to complicated and longer time to perform the procedure. The aim of the study is to compare the premedication using torniquet for 1 minute and premixed lidocaine with the degree of pain during anesthesia injection with propofol.
Methods. This research is a single blind experimental study. Total of 50 Patient with ASA I-II were divided into two groups using simple randomized method and received 40 mg of iv lidocaine and torniquet performed for 1 minute, followed with propofol injection and pain evaluation using verbal rating score. The other group were given lidocaine 40 mg mixed with propofol and followed with injection of the mixing and evaluated for Verbal Rating Score.
Result. The result of this study described that premedication of lidocaine using torniquet can decrease degree of pain better than premixed lidocaine and propofol (no pain 96%, mild pain 4% versus no pain 40%, mild pain 44%, moderate pain 16%) with p value of 0.000 (significant p < 0.05) using mann whitney statistic test.
Conclusion. Conclusion of this research is that premedication of lidocaine using torniquet is clinically and statistically significant in reducing degree of propofol pain injection compare with premixed lidocaine in propofol.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Hayati Heryundari
"Tujuan : dilakukan penelitian untuk membandingkan keefektifan morfin 0,05 mg intratekal plus ketorolak 30 mg intramuskular dengan morfin 0,1 mg intratekal untuk mencegah nyeri pasca bedah sesar dengan analgesia spinal bupivakain 0,5% 12,5 mg.
Disain : uji klinis acak tersamar ganda.
Metode : 96 pasien yang menjalani bedah sesar dibagi 2 kelompok. Kelompok A sebanyak 48 orang mendapat 0,05 mg morfin pada suntikan bupivakain 0,5% 12,5 mg intratekal plus ketorolak 30 mg intramuskular dan kelompok B sebanyak 48 orang mendapat 0,1 mg morfin pada suntikan bupivakain 0,5% 12,5 mg plus NaCi 0,9% 1 cc intramuscular. Selanjutnya dilakukan pemantauan nyeri menggunakan VAS, tekanan darah, frekuensi nadi, nafas dan efek samping pada jam ke 2, 4, 6, 8, 16 dan 24 pasca operasi.
Hasil : kelompok A mempunyai efek analgesia yang setara dengan kelompok pada pemantauan jam ke 2 hingga ke 24 dan pa 0,05_ Efek samping pruritus, mual muntah kelompok A 14,6%, 2,1%, 2,1% sedangkan kelompok B 43,0%, 10,4%, 4,2%.
Kesimpulan : morfin intratekal 0,05 mg plus ketorolak 30 mg intramuskular menghasilkan analgesia yang tidak berbeda bermakna dengan morfin 0,1 mg dan menurunnya efek samping pruritus, mual dan muntah pasca bedah sesar.

Objective : this study was conducted to compare the effectiveness of 0,05 mg intrathecal morphine plus 30 mg intramuscular ketorolac with 0,1 mg intrathecal morphine for postoperative pain control after cesarean delivery under spinal analgesia with 12,5 mg of 0,5 % plain bupivacaine.
Design : double blind, randomized clinical study
Methods : 96 patients who underwent cesarean delivery, were divided into 2 groups. Group A : 48 patients got 0,05 mg intrathecal morphine at injection of 12,5 mg bupivacaine 0,5 % combined with 30 mg intramuscular ketorolac. Group B : 48 patients got 0,1 mg intrathecal morphine at injection of 12,5 mg bupivacaine 0,5 % plus NaCl 0,9 % intramuscular. All patients were observed and evaluated for the first 24 hours : the effectiveness of analgesia using VAS, BP, HR and RR.
Result : group A have the same effectiveness of post operative pain control with group B during the observations. A significanty greater incidence of pruritus was observed in the group B receiving 0,1 mg of intrathecal morphine. Although no significant difference among groups was observed regarding the incidence of vomiting, there was a trend toward less vomiting with the use of smaller doses of morphine.
Conclusion : a multimodal approach to pain control with the use of a combination drug ( 0,05 intrathecal morphine and 30 mg im ketorolac) have same quality of analgesia that provided with 0,1 mg intrathecal morphine but the incidence of side effects trend to decrease."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58437
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nopian Hidayat
"Latar Belakang. Propofol merupakan obat anestesi intravena yang paling sering digunakan dalam pembiusan umum tetapi propofol dapat menimbulkan rasa nyeri pada lokasi injeksi dengan angka kejadian 28-90%. Pemberian lidokain sebelumnya paling sering digunakan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan propofol, akan tetapi tingkat kegagalannya 13-32. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pemberian pre-emptive ketamin 0,1 mg/kg dan lidokain 1 mg/kg untuk mengurangi derajat nyeri pada saat induksi anestesi menggunakan propofol.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar ganda, bersifat eksperimental. Pasien dengan kriteria klinis ASA I-II sejumlah 50 orang yang akan menjalani operasi elektif dengan pembiusan umum, dilakukan randomisasi sederhana menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I (lidokain 1 mg/kg) dan kelompok II (ketamin 0,1 mg/kg) yang diberikan 1 menit sebelum induksi propofol. Derajat nyeri dinilai berdasarkan Verbal Rating Scale (VRS).
Hasil. Penelitian menunjukkan pemberian pre-emptive ketamin dapat menurunkan derajat nyeri yang lebih baik (84% tidak nyeri, 16% nyeri ringan) dibandingkan kelompok pre-emptive lidokain (56% tidak nyeri, 28% nyeri ringan, 12% nyeri sedang dan 4% nyeri berat) dengan nilai p = 0.021 (p bermakna < 0.05) pada uji statistik menggunakan Mann Whitney.
Kesimpulan. Pemberian pre-emptive ketamin 0.1 mg/kg BB intravena lebih baik dibandingkan dengan pemberian pre-emptive lidokain 1 mg/kg BB untuk mengurangi derajat nyeri akibat penyuntikan propofol intravena.

Background. Propofol is a popular IV anesthetic induction drug that causes pain when given IV. The incidence of which is between 28-90%. Lidocaine pre-treatment has been commonly proposed to decrease propofol induced pain, but its failure rate is between 13-32%. The purpose of this study was to compare a pre-emptive ketamine 0,1 mg/kg and pre-emptive lidocaine 1 mg/kg to minimize the injection pain of propofol during anesthesia induction.
Methods. A comparative, randomized, double blind study of 50 patients (ASA I-II) scheduled surgery under general anesthesia were randomly allocated into two groups. Group I received lidocaine 1 mg/kg and group II received ketamine 0,1 mg/kg one minute before the anesthesia induction with propofol IV. Each patient’s pain score were evaluated by using Verbal Rating Scale (VRS)
Result. The result of this study described that pre-emptive ketamine had significantly lower incidence of pain and lower pain score (84% no pain, 16% mild pain) compared with pre-emptive lidocaine (56% no pain, 28% mild pain, 12% moderate pain and 4% severe pain) with p value = 0.021 (significant p < 0.05) using Mann Whitney statistic test.
Conclusion. Pre-emptive ketamine 0,1 mg/kg significantly in reducing degree of propofol pain injection compare with pre-emptive lidocaine 1 mg/kg IV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ramzi
"Tujuan Mengetahui efektifitas krim EMLA dalam mengurangi kekerapan dan derajat nyeri saat dilakukan pungsi epidural.
Metode Up Klinik Acak Ganda Penelitian dilakukan di Insta1asi Bedah Pusat RSCM pada bulan Februari sampai dengan Maret 2006 dengan jumlah sampel 64 pasien dewasa yang menjalani operasi berencana dan anestesia epidural Pasien dibagi secara acak ke dalam 2 kelompok 32 pasien mendapatkan 2 5 gram krim EMLA dioleskan pada daerah L45 90 menit sebelum dilakukan pungsi epidural dan 32 pasien lainnya mendapatkan 20 mg Lidokain infiltrast 2 menit sebelum pungsi epidural Dilakukan pencatatan nilai Visual Analogue Scale dan derajat nyeri secara obyektifsaatjarum epidural mencapai kedalaman 0 5 1 cm dan permukaan kulit dan pada saat engaged Analisa statistik untuk melihat perbedaan kekerapan antara kedua perlakuan menggunakan up Chi Square sedangkan untuk membandingkan derajat nyeri kedua perlakuan menggunakan up Kolmogorov Smirnov.
Hasil Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara kedua kelompok perlakuan dalam hal kekerapan dan derajat nyeri yang dihasilkan saat pungsi epidural.

Objective To observe the effectiveness of EMLA cream in reducing the frequency and degree of pain in epidural puncture
Methods Non blinded randomized clinical trial The study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital Central Surgery Room from February until March 2006 to 64 adult patients who went to elective surgery and were planned to be under epidural anesthesia Patients were divided randomly into two groups The EMLA group was consist of thirty two patients rubbed with 25 gram EMLA cream on their L45 area ninety minutes before the epidural puncture began The other thirty two patients was infiltrated with 20 mg Lidocaine two minutes before the epidural puncture. When the epidural needle-puncture reached the depth 0f05 1 cm from the skin surface and when engaged Visual Analogue Scale and degree ofpazn was recorded objectively Chi Square method was performed to identify the frequency difference between the two groups While at the same time Kolmogorov-Smirnov method was also performed to identify the degree of pain difference between the two groups.
Conclusion There were no significant statistical differences between the two groups in a matter offrequency and degree ofpazn in epidural puncture"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eriza Tjahjono
"Propofol merupakan agen anestesi intravena yang paling banyak digunakan karena menghasilkan anestesi yang baik dengan masa pulih singkat. Namun sering disertai nyeri saat injeksi sampai dengan 70-90% pasien. Di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, nyeri sering diatasi dengan pencampuran lidokain tetapi angka kegagalannya masih mencapai 32%. Sedangkan ondansetron (diberikan sebagai anti muntah) terbukti mengurangi nyeri akibat injeksi propofol sehingga dipilih untuk diujikan pada penelitian ini karena tidak menambah biaya tetapi hanya merubah waktu pemberian.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan nyeri premedikasi ondansetron dengan pencampuran lidokain saat induksi anestesi menggunakan propofol di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Pasien ASA I dan II sejumlah 50 orang yang menjalani operasi elektif dengan pembiusan umum menggunakan Propofol di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Sampel dirandomisasi sederhana menjadi dua kelompok perlakuan yaitu kelompok Lidokain (lidokain 40 mg dicampurkan dalam 100 mg Propofol yang kemudian disuntikkan intra vena) dan kelompok Ondansetron (injeksi ondansetron 4 mg intra vena 1 menit sebelum propofol). Derajad nyeri kemudian dinilai berdasarkan Observer Pain Scale (OPS) oleh peneliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ondansentron (68% pasien tidak nyeri, 20% nyeri ringan, 8% nyeri sedang, dan 4% nyeri berat) mengurangi nyeri yang sebanding dengan pencampuran lidokain (72% pasien tidak nyeri, 20% nyeri ringan, dan 8% nyeri sedang) dengan nilai p = 0,700 (p bermakna < 0,05) pada uji Mann Whitney. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa premedikasi ondansetron mengurangi nyeri yang sebanding dengan pencampuran lidokain saat induksi anestesi menggunakan propofol di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.

Propofol is the most popular intravenous anesthetic agent used. Propofol is a good anesthetic agent with short recovery time but often accompanied with pain in 70-90% patient. Lidocaine mixture is often used in Saiful Anwar Hospital Malang to relief pain but still with 32% failure. While ondansetron (antivomiting agent) proven to reduce pain caused by propofol injection, therefore chosen to be used because it will not increase medical cost by only changing time of injection.
Purpose of this research is to compare pain score between ondansentron premedication with lidocaine mixture during anesthesia induction with propofol in Saiful Anwar Hospital Malang. All 50 patients diagnosed with ASA I and II undergo elective surgery in Sentral Operating Theater Saiful Anwar General Hospital with general anesthesia using Propofol is our sample. All sample undergo simple randomization into two groups. First is Lidocaine Group (Lidocaine 40 mg mixed in 100 mg Propofol and injected intravenously). Second is Ondansetron Group (Ondansetron 4 mg injected intravenously 1 minute before propofol). Pain score is evaluated with Observer Pain Scale (OPS) by the researcher.
Our result shows that ondansentron (68% patient has no pain, 20% mild pain, 8% moderate pain, and 4% severe pain) reduce pain similar with lidocaine mixture (72% patient has no pain, 20% mild pain, and 8% moderate pain) with p value = 0,700 (p significant < 0,05) with Mann Whitney test. Conclusion of this research is that ondansetron premedication reduce pain similar with lidocaine mixture during anesthesia induction using propofol in Saiful Anwar Hospital Malang.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Sinardja
"BAB I PENDAHULUAN
Kemajuan dalam bidang anestesiologi antara lain berupa penemuan obat anestetika baru. Hal ini menyebabkan penatalaksanaan anestesia pada bedah mata menjadi lebih baik. Peningkatan tekanan intraokular (TIO) yang hebat dan berbahaya selama pemberian anestesia dapat dicegah. Peningkatan TIO merupakan masalah penting yang hendaknya diperhatikan pada bedah mata intraokular.
Sebelum abad ke XX bedah mata intraokular Umumnya dilakukan dengan analgesia lokal, karena pada waktu itu pemberian anestesia sering menimbulkan penyulit seperti batuk, tahan nafas dan muntah yang menyebabkan kenaikan TIO. Namun menurut penelitian yang dilakukan kemudian telah terbukti, bahwa penyulit yang terjadi lebih banyak dijumpai pada pemberian analgesia lokal daripada pemberian anestesia umum. 1,2,3,4,5,c5
Pada bedah mata intraokular insisi dilakukan melalui kamar depan, yaitu ditempat cairan bola mata mengalir keluar. Bila pada saat itu terjadi peninggian TIO, maka isi bola mata seperti iris, lensa mata dan korpus vitreum akan mengalir keluar, hal ini dapat menyebabkan kebutaan. Sebaliknya bila penurunan TIO terlalu rendah, maka pembedahan akan terganggu. Penurunan TIO yang mendadak dapat menyebabkan dinding bola mata menciut, sehinggga pembuluh darah tertarik dan menyebabkan perdarahan intraokular. 1,2,3,4,5,6
Thaib dan kawan-kawan ( 1978 ) dalam penelitiannya terhadap 412 kasus bedah mata telah membuktikan, bahwa penyulit prolaps iris akibat kenaikan TIO lebih banyak dijumpai pada analgesia lokal dibandingakan dengan anestesia N20 - halotan dengan ventilasi spontan . 3.A,7,8,2
Peninggian TIO pada pemberian anestesia umum dapat terjadi pada saat induksi, intubasi dan pemulihan anestesia.
Pengaruh induksi dan intubasi terhadap TIO merupakan kesatuan pengaruh premedikasi, obat induksi dan pelumpuh otot serta jenis 7,2,10 ventilasi yang digunakan.
Thaib dan kawan-kawan ( 1987 ) telah membuktikan teknik anestesia N20 - halotan dengan menggunakan obat pelumpuh otot vekuronium ternyata dapat menurunkan TIO lebih besar dibandingkan dengan menggunakan anestesia N20 - halotan - pankuronium.9
Mirakhur dan kawan-kawan (1988) telah membandingkan perubahan T1O pada waktu induksi dengan propofol dan tiopental pada 40 kasus bedah mata berencana. Ternyata didapatkan penurunan TIO sebesar 53 % pada induksi propofol dan 40 % pada induksi tiopental, penurunan ini cukup bermakna baik pada induksi tiopental maupun propofol.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan perubahan TIO pada induksi dan intubasi dengan tiopental dan propofol yang dikombinasikan dengan vekuronium.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T 6728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>