Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66421 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Riza Pahlevi
"Tujuan penulisan karya akhir ini adalah untuk menentukan nilai intrinsik (intrinsic value) saham PT. Indosat Tbk yang merupakan perusahaan terbuka yang sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan Bursa Efek New York. PT. Indosat Tbk sendiri merupakan perusahaan jasa telekomunikasi yang telah cukup lama berkiprah di Indonesia dan memiliki pangsa pasar kedua terbesar setelah PT. Telkom Tbk. Penentuan nilai intrinsik ini digunakan sebagai dasar untuk membandingkan nilai intrinsik perusahaan dengan harga sahamnya di pasar. Dalam pasar yang tidak sempurna, perbe!aan nilai intrinsik dengan harga pasar sahamnya dimungkinkan terjadi. Sebelum sampai pada nilai saham, beberapa analisis hams dilalui untuk mengetahui kondisi bisnis perusahaan. Analisis demikian disebut analisis fundamental. Analisis fundamental adalah proses penentuan nilai pasar wajar (fair market- value) atau nilai intrinsik suatu saham. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (cumin' market value) untuk menentukan tindakan yang akan diambil: beli, jual, atau tahan. Hasil analisis fundamental yang dilakukan terhadap PT. Indosat Tbk menunjukkan bahwa fundamental perusahaan cukup kuat karena berada pada industri yang profitable dan high growth yaitu industri telekomunikasi dengan kontributor utama adalah telepon seluler. Telepon seluler diyakini masih akan tumbuh pesat mengingat tingkat penetrasi di negara Indonesia yang masih rendah sehingga masih banyak peluang untuk berkembang. Dari hasil perhitungan, nilai intrinsik per lembar saham PT Indosat Tbk adalah sebesar Rp. 4.107, sedangkan harga pasar pada penutupan tanggal 24 Maret 2006 adalah Rp, 4.950 per lembar saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harga pasar saham PT Indosat Tbk diperdagangkan overti'ahred terhadap nilai intrinsiknya. Dengan posisi harga pasar yang overvalued terhadap nilai intrinsiknya sedangkan PT Indosat Tbk merupakan salah satu perusahaan terbesar pada industri telekomuniasi yang sedang mengalami pertumbuhan yang pesat_ maka disarankan bagi para investor yang telah memiliki saham perusahaan untuk mengambil posisi hold (tahan) untuk mengantisipasi potensi keuntungan yang masih terbuka. Investor yang belum memiliki saham perusahaan dapat mengambiI posisi short sell namun harus selalu siap melakukan cut-loss untuk menghindari gagal serah. Guna menjaga dan meningkatkan nilai perusahaan di masa depan, PT, Indosat Tbk diharapkan tetap konsisten dalam program pengelolaan biaya operasional agar pertumbuhan laba operasi bisa dipertahankan lebih tinggi dari pertumbuhan total revenue.

The purpose of this thesis is to determine the intrinsic value of PT. Indosat Stock, which is a publicly traded company listed in Jakarta Stock Exchange, Surabaya Stock Exchange, and New York Stock Exchange. PT. Indosat is a telecommunication service company in Indonesia and has the second biggest market share after PT. Telkom. The intrinsic value can be use as a base to compare it with the stock price in the market. In an inefficient market, difference between intrinsic value and market value is a common. Before getting to the stock price, a couple of analysis must be performed to understand company's business condition. Such analysis is called fundamental analysis. Fundamental analysis is a process to determine the fair market value or intrinsic value of a stock. This value can be compared with the current market value to find out which action should be taken: buy, sell, or hold. The result of fundamental analysis on PT Indosat shows that company's fundamental is fairly strong because of its profitable and high growth telecommunication industry. Revenues from cellular is assured to be the fastest growth since its low penetration in Indonesia so there are plenty of opportunities to grow. From calculation result, the intrinsic value of PT Indosat is Rp. 4.107 for each share, while the market closing price at March 24, 2006 was Rp. 4.950 for each share. So the market price of PT Indosat was overvalued to its intrinsic value. Eventhough it's traded overvalued, PT Indosat is known as one of the biggest company in fast growing telecommunication industry, hence the investors who already have the stock should take hold position to anticipate potential gain. For those who haven't have the stock should take short sell position but they must ready to cut-it-loss to provide the stock. To increase the company value in the future, PT. Indosat should continue its active cost management program with consistency in order to maintain its operating income growth higher than its total revenue growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Ansari
"Industri farmasi merupakan industri yang berbasis riset dimana inovasi produk dan kegiatan pemasaran yang efektif merupakan keunggulan kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan farmasi agar sukses di pasar. Dibukanya pasar AFTA dan harmonisasi perdagangan ASEAN pada tahun 2008, membuat peta persaingan industri farmasi yang smakin luas dan ketat. Pemsahaan farmasi nasional harus mampu bersaing dengan perusahaan farmasi asing yang lebih besar dan memiliki pasar yang luas.
Era persaingan bebas dan adanya kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk industri farmasi menuntut perusahaan farmasi nasional untuk rneningkatlcan keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing di pasar global. Upaya untuk menciptakan keunggulan melatarbelakangi penggabungan yang dilakukan oleh tiga perusahaan di industri farmasi yailu, PT Kalbe Farma Tbk., PT Dankos Laboratories Tbk. dan PT Enseval. Penggabungan ketiga entitas ini membentuk satu entitas dengan nama PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe). Tujuan utama yang ingin diraih dari merger ini adalah mencapai sinergi. Di antara potensi sinergi itu adalah pemakaian sumber daya bersama, pengurangan duplikasi aktivitas pemasaran dan rantai pasok (supply chain), posisi tawar yang kuat dengan pihak ketiga dan proses usaha yang terpadu. Selain itu penggabungan usaha ini akan memperbesar kapitalisasi pasar Kalbe di bursa, hal ini berpotensi untuk menarik minat para investor untuk membeli saham Kalbe.
Sinergi yang diperoleh dari kegiatan merger dan akusisi akan meningkatkan nilai perusahaan da.n rnemberikan dampak positif kepada peningkatan ksejahteraan stakeholders secara keseluruhan. Beberapa literatur di bidang keuangan meneliti mengenai return yang diperoleh dari kegiatan merger dan akuisisi dengan menggunakan metode event study. Sebagian besar penelitian yang dilakukan dengan metode ini rnemberikan hasil bahwa merger dan akuisisi memberikan kombinasi return yang positif bagi perusahaan target dan perusahaan pengakuisisi.
Teori merger berdasarkan sinergi dan efisiensi memprediksikan bahwa merger dan akuisisi menghasilkan return yang positif. Penelilian ini ingin menganalisis, apakah peristiwa merger (penggabungan usaha) yang dilalcukan oleh Kalbe memberikan pengaruh pada nilai perusahaan yang dicerminkan dari kinerja harga saham perusahaan di bursa. Pengaruh dari peristiwa merger dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap terciptanya abnormal return dan pola pergerakan cumulative abnormal return pada periode di sekitar pengumuman merger (event window). Selain itu untuk mengetahui apakah saham Kalbe setelah merger merupakan investasi yang menarik dan memberikan potensi return bagi investor, maka perlu dilakukan valuasi terhadap nilai Perusahaan untuk memperoleh nilai intrinsik saham Kalbe.
Berdasarkan analisis event study, pada hari ke +2 tercipta abnormal return yang signifikan. Ketiga metode yang digunakan memberikan kesimpulan yang sama. Metode Mean Adjusted Return menghasilkan abnonnal return sebesar 9,76%, sedangkan dengan metode Market Model sebesar 8,38% dan metode Market Acyusted Return sebesar 8,83 % Secara rata-rata pada hari ke +2 dihasilkan abnormal return sebesar 8,99%. Pada hari ke +3 sampai +10 secara umum terjadi abnormal return yang negatif tetapi berdasarkan hasil uji-t, abnormal return yang dihasilkan tidak signifikan. Secara keseluruhan pada event window (-10,+10) diperoleh rata-rata abnormal return sebesar 0,46% dengan metode Mean Adjusted Return, sedangkan dengan metode Market Model dan Market Adjusted Return masing-rnasing sebesar 0,34% dan 0,51%. Secara rata-rata dan ketiga metode menghasilkan abnormal return sebesar 0,43%.
Pola CAR memperlihalkan pergcrakan harga saham Kalbe yang Stabil sejak hari -8 dan yang dilanjutkan dengan lonjakan yang tajam pada had ke +2 sebagai reaksi dari pengumuman merger yang dilakukan Perusahaan. Setelah hari ke +2 nilai CAR mengalami penurunan secara perlahahan-lahan. Penunman pola CAR kemungkinan terjadi karena aksi profif taking atau adanya koreksi harga yang disebabkan oleh lonjakan yang tinggi pada hari +2. Pada hari ke +10 diperoleh nilai CAR secara rata-rata sebesar 9.11%. Hasil yang diperoleh dari analisis abnormal retum dan pergerakan pola CAR di sekitar pengumuman merger Perusahaan dengan metode event study sesuai dengan teori merger berdasarkan sinergi, bahwa tindakan merger yang dilakukan oleh perusahaan memberikan return yang positif bagi pemegang saham (shareholders) sebagai cerminan dari potensi sinergi yang akan diperoleh dari merger.
Valuasi saham dilakukan dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow dan menggunakan pendekatan Free Cash Flow to the Firm (FCFF) untuk memproyeksikan arus kas perusahaan dimasa datang. Berdasarkan hasil valuasi, diperoleh nilai intrinsik saham Kalbe sebesar Rp 1.460,- per saham. Jika dibandingkan dengan harga saham Kalbe pada tanggal 29 Desember 2006 sebesar Rp 1.190,- per saham, maka harga saham Kalbe diperdagangkan discount 18,5% dari nilai intrinsiknya, atau dengan kata lain saham Kalbe undervalued. Apabila diasumsikan bahwa fair value tidak mengalami perubahan maka harga saham Kalbe Parma pada tanggal 1 Mei 2007 (Rp 1.260,-) diperdagangkan discount 13,7% dari nilai intrinsiknya atau undervalued. Saham Kalbe setelah sekitar 1,5 tahun merger merupakan investasi yang memberikan potensi return yang menarik Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa datang melalui potensi sinergi sebagai dampak dari merger yang dilakukan perusahaan dan strategi bersaing perusahaan untuk menghadapi pasar global. Dari hasil valuasi ini, penulis merekomendasikan beli (buy) untuk saham Kalbe.

Pharmaceutical industry is a research-based industry, where product innovation and effective marketing program are the crucial source of competitive advantage for every pharmaceutical company to able to succeed. The opening of AFTA market and ASEAN trade harmonization program in 2008, lead to a broader and intense competitive market. In connection to this, national pharmaceutical companies are going to face a tough competition from global pharmaceutical companies which already has their own worldwide market.
The era of free-trade market and new regulations on pharmaceutical industry forced national pharmaceutical companies to create their competitive advantage to able to survive in the global competition. The merger between PT Kalbe Farma Tbk, PT Dankos Laboratories Tblc. and PT Enseval to become one entity named PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) was done as part of the company long term strategy to create competitive advantage in the international market. The main objective of the merger is to create synergy. The potential source of synergy would come from: elimination of resource duplication, elimination of duplication in marketing activities and supply chain, strong bargaining power with third party and streamlining all of the companys business activities. Furthermore, the merger will increase, significantly, the company 's market capitalization which would attract investors to buy the company's stocks.
The synergy created by merger and acquisition will improve the value of the company and also the wealth of stakeholders as a whole. Event study was the common method in financial literature used to analyze the return or wealth created by the merger and acquisition activities. Most of the research concluded that merger and acquisition gave positive combined returns for targets and bidders.
Merger theory based on synergy and efficiency predict that return in a merger and acquisition is positive. This research tries to analyze the eject of merger into the company 's value which was rejlected by the conrpanyiv stock price performance in the stock market. The study of the effect of merger would be done by analyzing the creation of abnormal return and the pattern of the cumulative abnormal return around the announcement day (event window). Furthermore, to know whether the company's stock is still an interesting investment and would give potential return to investors we are going to do stock valuation. Fundamental analvsis was done to calculate the intrinsic value of Kalbe 's stock.
Anabtsis based on event study methodology resulted in a significant abnormal return at day +2. We are using three methods to predict expected return and all of the three methods gave the same conclusion. The Mean Athusted Return method arrived at estimated abnormal return of 9. 76%, meanwhile the Market Model arrived at 8.38% abnormal return and Market Athusted Return model at 8.99% abnonnal return. On day +3 until +10, generally, resulted in an insignificant negative abnormal return based on t-test. On average, in the (-10, +10) event window, we arrived at estimated abnormal return of 0.46% for Mean Achusted Return, 0.34% abnormal return Market Model and 0.35 % for Market Adjusted Return. The three methods resulted in an average of 0.34% abnormal return.
The pattern of CAR shows stable movement from day -8 and followed by sharp increase on day +2 after the merger announcement day. After day +2, CAR pattem show steady decline. The downturn pattern of CAR was probably due to profit taking or price correction because ofthe jump in price in day +2. On day +10, on average, CAR was recorded at 9.11 %. The result from the abnormal return and CAR pattern analysis aligned with the merger theory based on synergy that merger create positive return to the shareholders as a reflection of potential synergy ofthe company.
Valuation process was done by using Discounted Cash Flow (DCF) method with Free Cash Flow to the Firm approach to predict the company 's cash flow in the future. The valuation arrived at intrinsic value of Rp 1,460,- per share for Kalbe's stocks. Compared to the actual price at 29 December 2006 at the level of Rp 1.190,- per share, then the price of the company 's stock was traded at 18.5% discount, in other words the company 's stock was undervalued. Assuming that fair value did not change then at I May 2007 (actual price Rp 1.260,- per share) was also traded discount by 13.7% from its intrinsic value or undervalued Kalbe 's stock after 1.5 years of merger was still an interesting investment with attractive potential retum. This result reflects the company 's potential growth prospect as a result of synergy from merger and the company's strategy facing global market. Based on DCF valuation, we recommended buy for Kalbe 's stacks."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pabunag, Maria Theresia Romeo
"Dana merupakan hal yang utama dalam rangka melaksanakan kegiatan investasi. Dana dapat berasal dari modal sendiri atau dari pinjaman. Namun dengan tersedianya dana tidak otomatis investasi dapat langsung dilakukan, karena sering ditemukan fakta bahwa investor mengalami kesulitan dalam menggunakan dana investasi yang dimilikinya atau diperolehnya dan salah satunya adalah mengenai pendistribusian dana investasi. Untuk masalah ini investor sering menghadapi dilema antara dua pilihan strategi, yaitu: Apakah pendistribusian dana tersebut lebih baik dilakukan sekaligus atau secara bertahap?
Di dalam dunia investasi, dikenal 2 strategi untuk pendistribusian dana investasi, yaitu strategi pendistribusian dana secara sekaligus yang disebut lump-sum (LS) dan strategi distribusi dana secara bertahap yang disebut dollar-cost averaging (DCA). Penerapan kedua strategi ini akan memberi dampak signifikan atas return yang akan diperoleh dan risk yang harus dihadapi. Dari kedua strategi ini sering dipertanyakan: Strategi manakah yang dapat memberikan return yang paling maksimal?
Untuk menjawab pertanyaan ini telah muncul berbagai studi dan penelitian yang membedah dan menyajikan perbandingan keunggulan dari penerapan kedua strategi ini. Banyak jumal ilmiah diterbitkan untuk melakukan pembuktian keunggulan salah satu dari kedua strategi ini. Beberapa karya akhir yang ditulis oleh mahasiswa MMUI sebelumnya juga telah menganisis keunggulan strategi LS dan DCA atas investasi dalam reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap di Indonesia.
Dalam karya akhir ini penulis mencoba melakukan perbandingan antara strategi LS dan DCA untuk investasi dalam saham di Indonesia. Fokus penelitian dalam karya akhir ini adalah untuk:
1. Mengetahui strategi distribusi dana inveslasi mana yang lebih unggul jika diaplikasikan dalam melakukan pembelian saham.
2. Mengetahui strategi distribusi dana investasi mana yang sesuai untuk sasaran investasi saham yang dipilih.
3. Mengetahui strategi distribusi dana investasi mana yang sesuai dengan sasaran investasi yang memiliki kinerja portofolio terbaik.
4. Menguji rumus dari Michael S. Rozeff tentang perbandingan keunggulan antara 2 strategi distribusi (LS dan DCA) dan mengetahui apakah rumus tersebut dapat diaplikasikan untuk menghasilkan return/wealth investasi yang maksimal.
Adapun manfaat dari penulisan karya akhir adalah untuk memberikan gambaran kepada para investor mengenai penerapan strategi LS dan DCA untuk investasi dalam saham di Indonesia.
Saham yang merijadi sasaran penelitian adalah saham PT. Indosat Tbk. (ISAT) dan saham PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode tahun 2001-2005. Adapun data yang digunakan adalah harga penutupan harian saham dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari BEJ dan suku bunga Surat Berharga Indonesia (SBI).
Penelitian ini menggunakan berbagai tools, meliputi antara lain tools untuk pengukuran kinerja portofolio investasi (Sharpe Ratio, Treynor's Measure, Jensen's Alpha, dan Information Ratio) dan rumus penghitungan terminal wealth, variance of terminal wealth, comparison of terminal wealth and variance of terminal wealth, dan equalization of return yang diajukan oleh Michael Rozeff dalam salah satu jumal ilmiahnya yang membahas tentang keunggulan salah satu strategi distribusi investasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi LS dan DCA 4 bulan unggul dalam memberikan return yang maksimal (27.85% dan 20.29% untuk saham ISAT, 73.92% dan 24.46% untuk saham TLKM, 64.45% dan 47.02% untuk portofolio 2 saham). Hal ini juga secara tidak langsung menyatakan bahwa semakin lama rentang waktu penanaman dana investasi maka imbal hasil yang diperoleh akan lebih baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rumus-rumus yang diajukan oleh Michael Rozeff ternyata tidak dapat digunakan untuk mencapai return yang maksimal antara kedua strategi, khususnya dalam penerapannya untuk investasi saham di Indonesia.
Berdasarkan analisis tersebut maka disarankan bahwa untuk melakukan distribusi sebaiknya menggunakan strategi LS atau DCA dengan rentang waktu investasi yang panjang, dengan didasarkan pada pertimbangan bahwa waktu yang panjang diyakini cukup untuk mengumpulkan return selama pasar melakukan penyesuaian kondisi setelah melalui beberapa gejolak.
Penerapan salah satu strategi tetap dibutuhkan kedisiplinan tinggi. Jika telah memilih satu strategi maka harus tetap digunakan selama satu investment horizon yang telah ditetapkan, misalnya 1 tahun. Juga disarankan untuk menerapkan strategi LS dan DCA 4 bulan atas saham atau portofolio saham berkinerja tinggi.
Selain itu dalam melakukan penerapan salah satu strategi tidak diperlukan melakukan penyetaraan dana investasi yang telah ditetapkan, karena basil yang kelak diperoleh tidak akan maksimal.

Fund is an important element to execute investment activities. Source of fund can be self-funded or from loan-financing. However, well-prepared fund does not automatically smoothing the investment activities. Investors often face dilemma to decide how to distribute the fund: Should it better to invest the fund all at once or gradually?
Investment fund distribution can be executed in 2 strategies, that are Lump-sum (LS) and Dollar-cost averaging (DCA). In LS investment fund is distributed all at once, while in DCA the fund is distributed gradually in fixed amount and fixed time intervals within one investment horizon. Applying one of the strategies will give significant impact in investment return, which gives the reason why they are often be the subject in lots of studies to find out which one is more superior.
This thesis tries to find out which strategy is more superior, if applied in stock equities investment in Jakarta Stock Exchange (JSX) during year 2001-2005. This thesis also wants to give another perspective in the benefit of applying investment fund distribution strategy in stock equity investment, especially in Jakarta Stock Exchange. Besides using usual tools such as risk & return portfolio analysis and investment portfolio performance analysis, a set of investment performance tools specifically generated by Michael S. Rozeff to compare superiority between both strategies is also used.
Equity stocks within the period of year 2001-2005 of PT. Indosat Tbk. (ISAT) and PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) become the subject of examination and analysis. Data used as raw material for calculation is the historical monthly closing price. Another data sources are the monthly closing price of JSX price index and Bank Indonesia monthly interest rate. All data are inputted into the calculation tools, and then results are being analyzed.
Tests and analysis results show that LS and DCA 4 months are superior in giving maximum returns (27.85% and 20.29% on ISAT, 73.92% and 24.46% on TLKM, 64.45% and 47.02% on portfolio combination of both stocks). Results also give evident proof that long time intervals within one investment horizon in investing fund will give higher return. The portfolio performance test and analysis also shows that TLKM gives the highest performance. Results also shows that the performance tool set from Rozeff cannot be applied for fund distribution strategy for equity stock in Indonesia.
Based on the conclusion, this thesis then recommends that long time intervals within one investment horizon in applying fund investment distribution strategy is suggested to achieve high return. LS and DCA 4 month strategies are recommended for equity stock that has high performance. Applying the fund investment distribution strategy needs military discipline to achieve desired return, and once a strategy is applied investor cannot move to another strategy in the middle of the investment horizon. Another recommendation is that to achieve maximum return, investment performance tools from Rozeff is not needed.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Melanty Veronica
"ABSTRAK
Krisis yang sedang dialami perbankan Indonesia saat ini pada dasarnya disebabkan oleh lemahnya permodalan yang dimiliki. Hal ini menjadi ancaman serius terutama dalam menghadapi era pasar bebas dunia yang sudah semakin dekat. Mengantisipasi masalah ini, pemerintah Indonesia menghendaki agar perbankan nasional memperkuat permodalannya sendiri dengan salah satu jalan melakukan penawaran saham ke pasar modal. Pasar modal yang berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendapatkan sumber dana yang besar: Di samping itu pasar modal juga dapat menjadi alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan dananya karena dapat memberikan keuntungan.
Semakin besar keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor, semakin tinggi pula resiko yang harus dihadapinya. Untuk itu diperlukan analisis yang matang sebelum investor mengambil keputusan membeli, menahan atau menjual suatu saham. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukannya adalah analisis fundamental.
Analisis fundamental dengan metode top down approach dimulai dengan analisis perekonomian makro, analisis industri dimana perusahaan berada, dan analisis perusahaan. Termasuk ke dalam analisis ekonomi makro adalah analisis terhadap variabel-variabel perekonomian makro, seperti kebijakan moneter dan fiskal dari pemerintah, pertumbuhan ekonomi, inflasi tingkat suku bunga dan lain-lain. Sedangkan analisis industri dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis five forces (Porter, 1980), yaitu melihat kekuatankekuatan yang akan mengancam profitabilitas perusahaan. Sementara itu analisis perusahaan adalah melihat kondisi dan kinerja perusahaan di masa lalu dan sekarang untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Yang dilakukan dalam analisis perusahaan antara lain adalah analisis terhadap strategi perusahaan, laporan keuangan, dan penghitungan nilai intrinsik saham perusahaan dengan menggunakan model penilaianfree cash flow to equity.
Penulisan Karya Akhir ini menerapkan analisis fundamental pada sebuah perusahaan BUMN yang mepunyai rencana untuk melakukan go public di masa yang akan datang. Diharapkan dengan analisis ini dapat diketahui perkiraan nilai wajar sahamnya pada saat IPO dilaksanakan. Perusahaan yang dipilih adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau lebih dikenal dengan BRI yang berada di dalam sektor perbankan dan kepemilikannya masih 100% dimiliki pemerintah. Dalam program restrukturisasi perbankan yang sedang dilakukan pemerintah dengan bantuan IMF saat ini, BRI ditetapkan untuk berdiri sendiri tanpa diikutsertakan dalam proses merger bank-bank pemerintah lain, serta kegiatan bisnis BRI difokuskan kepada usaha kecil dan menengah.
Berdasarkan analisis fundamental yang dilakukan dengan pendekatan FCFE model, diperoleh nilai intrinsik saham sebesar Rp.3.808,49 per saham yang dapat dijadikan patokan bagi investor apakah nantinya harga yang terjadi di pasar adalah harga yang undervalued atau overvalued. Sehingga dengan diketahuinya nilai wajar dari saham ini investor dapat memutuskan untuk membeli atau tidak membeli saham tersebut. Tetapi dengan berjalannya waktu yang selalu diikuti dengan adanya ketidakpastian, kesimpulan tersebut dapat berubah. Karena apabila terjadi perubahan kondisi yang tidak sesuai dengan proyeksi yang telah dibuat maka kesimpulan akhir yang diperolehpun dapat berubah."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fadlila
"ABSTRAK
Berlakunya UU No. 36 tahun 1999 merubah paradigma penyelenggaraan jasa telekomunikasi di Indonesia dari monopoli menjadi kompetisi, baik untuk badan penyelenggara maupun jenis jasa yang akan dilayani oleh para operator. Salah satu langkah awal penerapan UU di atas adalah menyelesaikan kepemilikan bersama antara dua perusahaan pemegang hak monopoli jasa telekomunikasi yaitu PT Telkom, Tbk sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi domestik dan PT Indosat, Tbk sebagai penyelenggara jasa sambungan langsung intemasional. Penyelesaian kepemilikan bersama ini diharapkan dapat meningkatkan kinetja keduanya, sehingga secara fundamental sahamnya makin menarik.
Pembicaraan mengenai nilai sebuah saham juga menyangkut perkiraan prestasi perusahaan di masa depan. Prestasi perusahaan dapat dinilai dari kinerja keuangan selama periode tertentu, yang dapat diamati dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Kinetja keuangan yang lebih fundamental dalam menjelaskan kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan adalah rasio keuangan. Untuk itu dalam penulisan karya akhir ini, saya akan mencoba menganalis kinerja keuangan dan menilai harga saham PT Telkom, Tbk. Analisa laporan keuangan dilakukan selama periode tahun 1998 - 2002, yang me1iputi analisa likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan solvabilitas. Sedangkan dalam penilaian harga saham dilakukan analisa fundamental sebelum membuat asumsi-asumsi untuk peramalan earning perusahaan masa depan. Analisa industri telekomunikasi dan PT Telkom, Tbk, pada dasamya, ditujukan untuk mengidentifikasi keadaan ekonomi makro Indonesia, kondisi industri telekomunikasi Indonesia, analisa siklus industri, analisa siklus bisnis, strategi bersaing perusahaan dan pertumbuban pasar.
Secara umum, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian fair value dari suatu saham (valuation). Yang pertama adalah discounted cash flow valuation, yang menghubungkan nilai suatu asset dengan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut. Yang kedua adalah relative valuation, yang mengestimasi nilai asset dengan melihat pada penentuan harga pada asset-asset yang sebanding secara relative terhadap variabel-variabel yang umum seperti earnings, cash flow, book value atau sales. Yang ketiga adalah contingent claim valuation, yang menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai suatu asset yang memiliki karakteristik option.
Terlepas dari model mana yang akan digunakan, asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan analisalah yang sebenarnya lebih penting dalam meramalkan earning yang dapat dihasilkan perusahaan di masa depan. Karena prospek perusahaan terkait dengan faktor-faktor ekstemal di luar perusahaan itu sendiri, maka dalam membuat analisa fundamental ini, harus mempertimbangkan lingkungan di mana perusahaan melakukan usahanya.
Karena itu, sangat beralasan jika dilakukan top-down analysis sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan masa datang. Pertama dilakukan analisa mengenai keadaan makro dari negara di mana perusahaan melakukan usahanya dan dilanjutkan dengan analisa industri dimana perusahaan beroperasi serta melihat posisi perusahaan relatif terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Baru setelah itu, dilakukan peramalan earning perusahaan masa depan dan melakukan penilaian dengan metode yang ada.
Dengan metode analisa di atas, terlihat jelas bahwa basil dari valuation ini akan didasari pada asumsi-asumsi yang didapat dari analisa fundamental yang dibuat pada awal proses tersebut. Karena itu analisa fundamental dapat dikatakan sebagai kunci dari proses penilaian fair value dari saham ini. Analisa fundamental yang baik akan membuat proses valuation ini memberikan hasil yang maksimal sehingga tentunya dapat digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi.
Dari hasil analisa kineija keuangan PT Telkom, Tbk, secara umum baik rasio likuiditas, profitabiltas dan solvabilitas menunjukkan bahwa kinerja manajemen Telkom dari tahun 1998-2002 menunjukkan peningkatan yang membaik. Dan peningkatan signifikan terjadi setelah adanya penyelesaian kepemilikan bersama antara PT Telkom, Tbk dan PT Indosat, Tbk.
Sedangkan basil perhitungan valuasi terhadap saham PT Telkom, Tbk diperoleh value of equity perusahaan sebesar Rp 65.027.878.394.000. Setelah membagi nilai tersebut dengan jumlah saham perusahaan yang beredar (10.079.999.640 lembar saham) maka diperoleh intrinsic equity per share sebesar Rp 6.451. Dengan membandingkan intrinsic equity per share perusahaan dengan current market price /share (tanggal 27 Des 2002) sebesar Rp 3.850, maka dapat dikatakan bahwa saham PT Telkom, Tbk berada pada posisi undervalued sebesar Rp.2.601 per lembar sahamnya.
Kasus ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik bagi manajemen perusahaan, investor dan pemerintah. Bagi perusahaan, pemilihan strategi yang tepat yang didasarkan pada prediksi ke depan sebelum melakukan strategi tersebut, akan mengurangi resiko ketidakpastian dalam pelaksanaannya. Bagi pemerintah, restrukturisasi di industry telekomunikasi memberikan masukan yang berharga untuk kebijakan-kebijakan yang lainnya agar dampak dari restrukturisasi suatu sektor dapat dikaji terlebih dahulu secara mendalam agar tidak terjadi kebijakan sesaat dan tumpang tindih di masa yang akan datang. Bagi investor, mengingat bisnis telekomunikasi memiliki potensi yang cerah di masa depan, dan berdasarkan perhitungan nilai intrinsik saham ini berada pada posisi undervalued, maka PT Telkom, Tbk merupakan altrnatif yang baik untuk investasi dan disarankan untuk mengambil posisi buy.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agul Bayumashudi
"Kondisi perekonomian yang mulai membaik menghasilkan keuntungan yang berarti bagi sebagian orang. Mereka dapat menginvestasikan kelebihan uang mereka dalam berbagai bentuk investasi. Perkembangan bursa efek di Indonesia juga semakin baik ditandai dengan meningkatnya index pasar modal. Saham dapat dijadikan salah satu bentuk investasi yang, jika dikelola dengan baik, akan memberikan keuntungan bagi investor.
Tujuan investor dalam melakukan investasi di pasar keuangan, khususnya saham, adalah selain deviden juga return dari capital gain. Capital gain merupakan keuntungan selisih harga jual dan harga beli saham. Bagi investor yang mengharapkan return dari capital gain perlu cermat dalarn memilih saham yang akan dibeli. Keputusan pemilihan saham yang tepat akan memberikan return sesuai harapan. Sebaliknya, kesalahan dalarn pernilihan saham yang dibeli akan memberikan kerugian yang tidak diharapkan.
Dalam memutuskan membeli suatu saham, kita tidak dapat mengabaikan faktor-faktor yang mungkin dapat memperngaruhi harga saham tersebut di masa datang. Baik yang terkait dengan kondisi perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut maupun faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham seperti faktor ekonomi secara umum.
Selain itu, dalam melakukan investasi, perlu dipahami prinsip yang telah dikenal luas di kalangan investor yaitu "jangan menaruh telur dalam satu keranjang". Dengan kata lain, dalam melakukan investasi, kita jangan menempatkan uang yang akan kita investasikan ke dalam satu aset investasi saja tapi Iebih dari satu. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko. Istilah untuk melakukan investasi pada banyak aset adalah diversifikasi. Dalam melakukan diversifikasi, kita memerlukan panduan yang baik bagaimana memilih aset-aset investasi yang akan kita miliki sehingga memperoleh trade-off antara risiko dan return yang paling baik.
Karya Akhir ini akan mengimplementasikan dan menganalisis salah satu metode diversifikasi yang dikenalkan oleh Harry M. Markowitz, pada tahun 1952. Metode ini membantu investor dalam memilih aset investasi dan menghitung porsi masing-masing aset tersebut secara ilmiah untuk membentuk suatu portofolio yang paling optimum.
Hasil pengolahan data yang dilakukan dalam Karya Akhir ini telah menghasilkan portofolio optimal dengan expected return per bulan sebesar 3,99% dan standar deviasi sebesar 11,36%. Hasil pengukuran kinerja portofolio menunjukkan bahwa portofolio tersebut memperoleh nilai kinerja yang baik. Ukuran kinerja portofolio Treynor memberikan nilai 2,09; Sharpe sebesar 0,26; Jensen alpha sebesar 1,57 dan Information Ratio sebesar 0,83. Kinerja portofolio dalam investasi virtual selama tiga bulan pertama 2006 menunjukan kinerja yang sangat baik dengan menghasilkan return sebesar 20,95% dibandingkan dengan pasar sebesar 12,85%.
Karya Akhir ini diharapkan dapat membantu para investor dalam mengambil keputusan investasi pada aset yang akan dibeli, dalam hal ini adalah saham, terutama dalam proses pembentukan portofolio investasi.
Karya Akhir ini menggunakan sampel data bulanan saham LQ-45 dalam periode 2001 s.d. 2005 (60 bulan). Saham LQ-45 tersebut diseleksi lagi sehingga terpilih lima belas saham yang dipakai dalam peneiitian ini.

The better economic condition in Indonesia recently has resulted excess incomes for some people. They can invest their excess of money or their idle money in many investment forms. Capital market has growth high recently indicated by the highest market indices since it established. Stock market could be selected as an investment form that would give profit for the investor while managed properly.
Investment objectives in financial market, especially in stocks are dividends and return from capital gain. Capital gain is return from difference between selling and buying of stocks. If investor willing to have returns from the capital gain he has to choose the company listed stocks in order to purchase selectively. The right decision in selecting the stock will result a good return as expected. Otherwise, it could result unexpected loss.
In selecting stock, we cannot ignore the other factors that will effect to the stock price in the future. It came either from corporate conditions or from economic factors.
In investing, we should understand the principle of investing: "don't put the eggs in one b askel". In o ther w ords, w hen we invest, invest t hem in many investment forms. The purpose is to reduce investment risk by diversification. Indeed, we need some guidance to diversify our investment forms in order to have the best trade-off between risk and return.
This Final Assignment will implement and analyze one of diversification methods introduced by Harry M. Markowitz in 1952. This method will help investors to select the investment assets and the nght proportion of the assets in the portfolio scientifically that expected to have an optimum portfolio.
This Final Assignment has made an optimal portfolio with expected return of 3.99% and standard deviation of 11.36%_ The portfolio performance measurements resulted good performance rating for this portfolio. Treynor's portfolio measure gave score of 2.49, Shame's measure of 0.26, Jensen alpha of 1.57, and Information Ratio of 0.83. The portfolio performance in virtual investing for first three months of 2006 shows that the portfolio has result better return of 20.95% compared to capital market return of 12.85%.
This Final Assignment could help investors to make their investment decisions in order to select the investment assets for their portfolio especially in stocks.
This Final Assignment use monthly data of LQ-45 stocks prices in period of 2001 to 2005. Those LQ-45 stocks were selected for sample and only fifteen stocks selected as sample.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Lontung
"Risiko adalah salah satu unsur penting dalam berinvestasi pada dunia usaha di era modern ini. Ungkapan "No pain, no gain" dalam dunia investasi merupakan aksioma-kebenaran yang tidak perlu dibuktikan. Setiap investor selalu berusaha untuk meminimumkan risiko bahkan selalu mencoba untuk menghindarinya.
Dalam berinvestasi di pasar modal, salah satu cara untuk meminimumkan risiko adalah dengan melakukan kombinasi atas aset-aset investasi-portofolio. Fokus meminimumkan risiko dilakukan dengan cara seleksi sekuritas dan pengalokasian dana investasi sehingga menghasilkan komposisi tiap-tiap asset yang menghasilkan risiko paling kecil.
Karya akhir ini bertujuan untuk meneliti komposisi pembentuk portofolio optimal dari 20 (duapuluh) saharn yang selalu turut serta-bertahan-dalam membentuk indeks LQ45, periode 1 Januari 2001 - 31 Desember 2005, dengan menggunakan model opthnasi Markowitz dengan pendekatan Single Index Model dari William Sharpe. Model Markowitz-dibantu dengan program optimasi Solver, akan dipergunakan sebagai tool dalam menentukan komposisi optimal dari saham-saham dalam portofolio sedangkan Sharpe's Measure akan menyeleksi ekuitas saham yang layak dijadikan sebagai pembentuk portofolio optimal.
Dari 20 (duapuluh) ekuitas saham bertahan dalam indeks LQ45, dengan seleksi dengan Sharpe's Measure, hanya 8 (delapan) yang memenuhi kriteria dan diikutseitakan dalam optimasi portofolio, yaitu: saham TLKM, TKIM, TINS, UNTR, GJTL, GGRM, PNBN, dan saham INTP. Dalam penelitian iebih lanjut, komposisi saham INTP adalah 0% dalam portofolio optimal.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh 8 (delapan) saham yang membentuk portofolio optimal. Dengan asumsi bahwa semua dana yang tersedia akan diinvestasikan semuanya dalam portofolio ekuitas saham maka berikut persentase dana yang hat-us dialokasikan untuk membeli masing-masing saham, yaitu:
Kode Nama Emiten Persentase
TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 42.9225%
TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kiinia Tbk 14.5728%
TINS Timah Tbk 14.1161%
UNTR United Tractor Tbk 12.4491%
GJTL Gajah Tunggal Tbk 11.2972%
GGRM Gudang Garam Tbk 2.7328%
PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 1.9097%
Jumlah 100.0000%
Portofolio optimum yang terbentuk mampu menghasilkan expected return mingguan sebesar 0.3147% dengan risiko sebesar 3.5412%.

Risk is one of the most important element on investment in modern business activities. When investing, "No pain, no gain" is an axiom-no need to prove the truth. An investor is always trying to minimize the risk even trying to avoid it.
Investing in capital market, an investor could combine the assets in minimizing the risk---portfolio. Securities selection and allocation of investing fund are intended to minimize the risk therefore resulting minimum risk by assets composition.
This thesis will research the composition of element of optimal portfolio from 20 (twenty) stocks which are always existing in LQ45 index, for period 1 January 2001-31 December 2005, by using Markowitz optimizing model with Sharpe's Single Index Model approaches. Markowitz model-combined with solver optimizing program, will be used as tool to determine optimal composition of the stocks in the portfolio while Sharpe's Measure will select the feasible stocks equity become optimal portfolio builder.
From 20 (twenty) stocks existing in LQ45 index, Sharpe's Measure select only 8 (eight) stocks which are feasible and meet the criteria and selected become portfolio builder, i.e: stock of TLKM, TKIM, TINS, UNTR, GJTL, GGRM, PNBN, and INTP. Furthermore, INTP stock composition in optimal portfolio is 0%.
Research resulting 8 (eight) stocks formed optimum portfolio. Assume that an investor would spend the whole of the fund into stock equity portfolio, allocation into each stock equity are as follows:
Code Emitten Percentage
TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 42.9225%
TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 14.5728%
TINS Timah Tbk 14.1161%
UNTR United Tractor Tbk 12.4491%
GJTL Gaj ah Tunggal Tbk 11.2972%
GGRM Gudang Garam Tbk 2.7328%
PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 1.9097%
Total 100.0000%
Optimum portfolio configured resulting weekly expected return 0.3147% while the risk is 3.5412% per week."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gayed, Michael
New York: New York Institute of Finance , 1990
332.6 GAY i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Avianto
"Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang mengalami perkembangan sangat pesat dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2004 ditandai dengan tumbuhnya Nilai Aktiva bersih atau NAB reksa dana dari Rp. 2.8 triliun pada tahun 1996 menjadi Rp. 104 triliun pada akhir tahun 2004. Tahun 2005 dapat dikatakan sebagai masa crash industri reksa dana di Indonesia dimana NAB yang dikelola merosot menjadi hanya Rp. 29.4 triliun pada akhir tahun 2005. Sebagai salah satu alternatif investasi yang ada, kestabilan pasar reksa dana akan membuat industri semakin kondusif, sehingga manajer investasi pun dapat memaksimalkan dana yang dikelolanya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja dari reksa dana pendapalan tetap - yang merupakan jenis reksa dana yang paling diminati oleh investor - dan reksa dana saham untuk di bandingkan dengan return dan kincrja dari instrumen investasi behas risiko (SBI) dan pembanding yaitu indeks harga saham gabungan dan indeks obligasi.
Periode penelitian dibagi menjadi 3 sub periode yaitu periode I tahun 2004 sebagai periode homing, periode 2 tahun 2005 sebagai periode crash dan periode 3 tahun 2005 sebagai periode recovery serta pcriode keseluruhan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Metode pengukuran kinerja yang digunakan adalah inetode Sharpe, Treynor dan Jensen. Reksa dana yang diamati terdiri dari 8 reksa dana pendapatan tetap dan 8 reksa dana saham. Data yang digunakan adalah posisi NAB mingguan. Untuk data NAB, sumber data diperoleh dari www.bapepam.go.id, sementara untuk data indeks harga saham diperoleh dari www.jsx.co.id dan untuk indeks obligasi diperoleh dari Bursa Efek Surabaya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulya Samudra
"PT X merencanakan untuk melakukan investasi pada tambang batubara yang berlokasi di Batulicin Kalimantan Selatan. Investasi pada bidang pertambangan merupakan investasi yang padat modal yang tentunya memerlukan tingkat kehati-hatian yang tinggi. Untuk itu diperlukan suatu analisis mengenai barang modal yang diperlukan, tingkat pengembalian, jumlah produksi minimum per tahun dan harga jual batubara yang berlaku. Produksi batubara umumnya dilakukan berdasarkan besarnya permintaan dari pembeli yg telah melakukan kontrak dengan perusahaan.
Pertama kali diperoleh informasi mengenai besarnya cadangan batubara yang layak untuk ditambang pada lokasi PT X, kualitas batubara, volume lapisan tanah penutup kemudian informasi tentang peralatan antara lain tentang kapasitas alat dan kebutuhan masing-masing alat. Setelah itu dilakukan perhitungan jumlah investasi yang diperlukan untuk pengadaan peralatan tersebut serta biaya operasional masing-masing alat pada berbagai tingkat produksi batubara per tahun.
Berdasarkan penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa jumlah produksi minimum yang ekonomis sebesar 150.000 ton per tahun, biaya investasi seluruhnya sebesar USD 3.956.034 dengan tingkat pengembalian 59,24%. Untuk produksi 175.000 ton per tahun biaya investasi seluruhnya sebesar USD 4.473.205 dengan tingkat pengembalian 69.58%, sedangkan untuk produksi 200.000 ton per tahun investasi seluruhnya sebesar USD 4.659.619 dengan tingkat pengembalian 98,30%. Berdasarkan analisa kepekaan investasi ini masih menguntungkan pada peningkatan biaya investasi sampai dengan 60% dan peningkatan biaya produksi sampai dengan 127,30% serta penurunan harga jual sampai dengan 18,10%.

PT X plan to do conduct investment at coal-mine which is location in Batulicin South Kalimantan. The Investment at mining area represent solid investment of capital which it is of course needs high carefulness level. For that matter it is need an analysis of capital goods which need for this operation, rate of return amount of minimum production per year and coal price going into effect. Coal production is in general done as according to level of request of coal by the buyer according to the contact with company.
At first, obtained some information regarding the level of competent coal reserves to be mined at company's mining concession, the quality of its coal, overburden volume and then we need some information of equipment for example appliance capacities and requirement of each appliance. Afterwards, calculate the amount of investment which is need for the equipment, operating cost of each appliance at various annual coal production levels.
Pursuant to research, obtained the conclusion that the economical minimum production equal to 150.000 ton per year the entirely investment equal to USD 3.956.034 with rate of return 59,24%. To produce 175.000 ton per year the entirely investment equal to USD 4.473.205 with rate of return 69.58%, while to produce 2U0.000 ton per year investment entirely equal to USD 4.659.619 with rate of return 98,30%. Pursuant to analysis sensitivity of this investment still profit at make-up of the expense of investment up to 30% and make-up of production cost up to 127,30% and also degradation of selling price up to 18,10%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T7358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>