Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herwanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peranan lingkungan pendidikan terhadap motif berprestasi dan keyakinan spiritual pada siswa yang berbakat memimpin dari SMU Unggulan-Non unggulan.
Penelitian dilaksanakan di enam SMU (tiga SMU Unggulan, tiga SMU Nonunggulan) di DKI Jakarta, dengan sampel para siswa kelas dua dan tiga (IPA dan IPS) Cawu I tahun ajaran 2001/2002 untuk mengidentifikasi siswa berbakat memimpin, menggunakan dua tahap : (1) tahap penjaringan melalui pelabelan, nominasi oleh guru; (2) tahap penyaringan menggunakan nilai prestasi belajar, skor IQ dan nominasi diri sendiri. Sampel terpilih sebanyak 72 orang siswa. Cara pengambilan sample untuk penentuan kota dan lokasi sekolah menggunakan teknik Total Sampling (sampel populasi).
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner berbentuk Skala Model Likert, yang terdiri dari : 1) Skala Berbakat Memimpin (SBM), salah satu alat untuk mengidentifikasi siswa berbakat Memimpin; 2) Skala Motif Berprestasi (SMB); 3) Skala Keyakinan Spiritual (SKS); dengan lima pilihan (option). Sebelum digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dicarikan validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji coba dengan teknik item total correlation menunjukkan korelasi yang balk antara item yang satu dengan item yang lain, maupun dengan keseluruhan dimensi. Demikian pula reliabilitas tes dengan rumus Alpha Cronbach menunjukkan basil yang signifikan. Reliabilitas instrumen masing - masing variabel yaitu : Berbakat Memimpin = 0,94;
Motif Berprestasi = 0,81; dan Keyakinan Spiritual = 0,91. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan SPSS Versi 10.01 dan Mathcad Professional 2001. Untuk Pembuktian hipotesis digunakan Analisis Statistik Multivariat dengan uji F.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa : Ada perbedaan yang bermakna peranan lingkungan pendidikan terhadap motif berprestasi dan keyakinan spiritual pada siswa yang berbakat Memimpin dari SMU Unggulan - Nonunggulan, dengan F hitting = 970,436 lebih besar dari F tabel = 3,13 pada taraf signifikansi 0,05 dan F tabel = 4,92 untuk taraf signifikansi 0,01. Deegan demikian hipotesis penelitian diterima.
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa ada perbedaan yang bermakna peranan lingkungan pendidikan terhadap motif berprestasi dan keyakinan spiritual pada siswa yang berbakat Memimpin dari SMU Unggulan - Nonunggulan. Untuk itu, hash penelitian ini menjadi informasi ilmiah bagi penentu kebijakan khususnya yang bertanggung jawab terhadap pembinaan siswa berbakat memimpin dengan memperhatikari motif berprestasi dan keyakinan spiritualnya di SMU Unggulan - Nonunggulan DKI Jakarta.

This research is intended to find out the difference in the role of educational environment to need for achievement and spiritual belief on student having leadership gifted of superior - nonsuperior SMU. Research was conducted in six SMU (three superior and three non-superior SMU) in Special Capital District of Jakarta, by sampling of students grade Il and III (IPA and IPS) quarterly I study year 2001/2002 to identify leadership gifted student, using two stages: (1) netting stage through labeling, nomination by teacher; (2) netting state using study achievement value, IQ score and self-nomination. Total selected samples were 72 students. Sampling method to decide the city and location of school using total sampling (population sample).
Data collection was made by using questionnaire take of the form of Likert Model Scale, consist of : (1) Leadership gifted scale (SBM) one of means to identify leadership gifted student; (2) Scale Need for achievement (SMB); (3) Spiritual belief Scale (SKS); with five options.. Before using it in this research we must first looking for it validity and reliability. The result that a good correlation between one item to the other, as well as to the whole dimensions. So are the test-reliability using Alpha-Cronbach formula indicated a significant result. The reliability of responsive variable indicated : leadership-gifted = 0,94; achievement motive (need for achievement) = 0,81; and spiritual belief = 0,91. the data of research result was processed using SPSS version 10.10 and Mathcad Professional 2001. to prove the hypothesis we used multivariate statistic analysis F test.
The result hypothesis-test indicate that : There are a significant differences in the role of educational environment to need for achievement and spiritual belief on student with leadership-gifted of superior SMU and those of non-superior SMU, with F-Count = 970,470,436 larger than F-Table = 3,13 at significant level of 0,05 and F-Table = 4,92 for significant level of 0,01. By so doing the research hypothesis was accepted.
This result may clarify that there are a significant differences in the role of educational environment to need for achievement and spiritual belief on student having leadership gifted of superior SMU and those of non-superior SMU.
The resent of this research because scientific information for decisive policy especially those responsible for the building of gifted student by taking of need for achievement and spiritual belief in superior SMU-Nonsuperior SMU, Special Capital District of Jakarta.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T18519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniva Az Zahra
"Prestasi akademik sebagai salah satu prediktor kesuksesan siswa di sekolah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Konstruk yang menjelaskan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi prestasi akademik ini adalah school well being, dikembangkan oleh Konu & Rimpelä (2002). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara school well-being dengan prestasi akademik bagi siswa berbakat akademik. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI SMA program akselerasi di Jakarta. Sebanyak 52 siswa menjadi sampel penelitian ini. Penelitian dilakukan menggunakan kuisioner untuk mengukur school well-being siswa dan tes prestasi akademik yang menggunakan soal Ujian Akhir Nasional pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.
Hasil analisis menunjukkan bahwa school well-being memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prestasi akademik pada siswa berbakat akademik. Hasil analisis tambahan, menunjukkan bahwa dimensi having memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prestasi akademik pada siswa berbakat akademik. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan perbedaan yang signifikan pada prestasi akademik siswa berdasarkan latar belakang pendidikan ibu. Ditemukan pula perbedaan yang tidak signifikan antara school well-being dengan jenis kelamin, school well-being dengan latar belakang pendidikan orang tua, prestasi akademik berdasarkan jenis kelamin, dan prestasi akademik berdasarkan latar belakang pendidikan ayah.

Academic achievement is predictor of student success in school, affected by internal and external factor. One construct that describes internal and external factor that affects academic achievement is a school well being by Konu & Rimpelä (2002). This research was conducted to examine the relationship between school well-being of academic achievement for students with academic gifted. The research was conducted on the students of class XI Acceleration Program in high school. Total sample comprised 52 students.
Result indicated that school well-being has a significant positive correlation with academic achievement in academic gifted students. In comparison, it was found thas just only having dimension of school well-being that has a significant positive correlation with academic achievement in academic gifted students. In addition, there was a significant difference in the academic achievement of students based on maternal education. Moreover, there are no significant differences between the school wellbeing by gender, school well-being based on parental education, academic achievement by gender, and academic achievement based on father's education.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Wicaksono
"Dalam pembukaan UUD 1945 secara tegas telah dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. Dimana pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara, yang sangat penting bagi keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan suatu bangsa. Penjabaran lebih lanjut tentang pendidikan tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah telah meningkatkan rata-rata lama sekolah di Indonesia tetapi meskipun demikian, jumlahnya masih relatif rendah. Selain itu, disparitas dan persebaran jumlah sekolah yang tidak merata di berbagai kabupaten dan provinsi cukup buruk sehingga mengakibatkan tidak meratanya kesempatan anak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Studi ini akan mencoba menemukan aspek sekolah mana yang paling penting untuk meningkatkan angka partisipasi murni (APM) di Indonesia untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Panel dan metode regresinya adalah regresi fixed effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan sekolah lebih signifikan mempengaruhi angka partisipasi murni (APM) dibandingkan dengan kualitas sekolah di tingkat kabupaten. Selain itu, sosial ekonomi juga tidak berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi murni (APM) di tingkat kabupaten. Selain itu, tingkat partisipasi di daerah perkotaan lebih tinggi meskipun jumlah sekolah rata-rata lebih sedikit dibandingkan dengan daerah perdesaan.

In the opening statement of the 1945 Constitution, it has been explicitly stated that one of the goals of the Republic of Indonesia is to educate the nation’s life. One way to achieve this goal is through education. Where education is a human right of every citizen, which is very important for the success and sustainability of the development of a nation. The further elaboration of education is stated in the 1945 Constitution article 31, paragraph 1 which reads “Every citizen has the right to education”.The effort done by the government have improved mean years of schooling in Indonesia but despite this, the number is still relatively low. Furthermore, the disparity and unequal spread of number of schools in different districts and province is quite bad resulting unequal opportunity for children to achieve proper education. This study will try to find which aspect of school is the most important to increase net enrollment ratio (NER) in Indonesia in order to increase the mean years of schooling. The type of data that is used in this study is Panel and the regression method will be Fixed effect regression. The result shows that school availability is more significant in affecting net enrollment ratio (NER) compared to school quality at district level. Moreover, socioeconomic also do not have significant impact toward net enrollment ratio (NER) at district level.  Furthermore, the participation rate in urban areas is higher despite having less mean number of schools compared to rural areas.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Fazri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pengaruh self-regulated learning siswa atlet terhadap performa non akademik di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan DKI Jakarta. Partisipan penelitian ini adalah siswa atlet yang bersekolah di SKO Ragunan DKI Jakarta yang berjumlah 43 siswa. Penelitian ini menggunakan alat ukur The Self- Regulated Learning yang disusun oleh Toering dkk. (2011) untuk mengukur selfregulated learning yang terdiri dari 6 dimensi, planning, self-monitoring, effort, selfefficay, evaluation, dan reflection. Selain itu, penelitian ini menggunakan Sport Success Scale (SSS) untuk mengukur performa non akademik olahraga pada siswa atlet yang disusun oleh Mousavi dan VaezMousavi (2015). Hasil utama dari analisis regresi linear dalam penelitian ini (F = 51.75, p < 0,05) dengan R² = 0,558 yang berarti terdapat pengaruh self-regulated learning terhadap performa non akademik sebesar 55,8%. Berdasarkan hasil analisis tersebut bahwa terdapat pengaruh self-regulated learning yang signifikan terhadap performa non akademik, sehingga hipotesis alternatif dalam penelitian ini diterima.

This study aims to examine the effect of student athlete self-regulated learning on nonacademic performance at the Ragunan Special School for Athletes, DKI Jakarta. The participants of this study were student athletes who attended SKO Ragunan DKI Jakarta, totaling 43 students. This study uses a measuring instrument The Self-Regulated Learning compiled by Toering et al (2011) to measure self-regulated learning which consists of 6 dimensions, planning, self-monitoring, effort, self-efficacy, evaluation, and reflection. In addition, this study uses the Sport Success Scale (SSS) to measure non-academic sports performance in student athletes compiled by Mousavi and VaezMousavi (2015). The main result of linear regression analysis in this study (F = 51.75, p <0.05) with R² = 0,558 which means that there is an effect of self-regulated learning on non-academic performance of 55.8%. Based on the results of the analysis that there is a significant effect of self-regulated learning on non-academic performance, so the alternative hypothesis in this study is accepted."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosi Nurira Adriyanto
"Salah satu penyebab kurangnya kesadaran lingkungan adalah ketidakpedulian manusia bahwa pembangunan yang terjadi sekarang berkelanjutan atau tidak. Untuk mencegah berkurangnya fungsi alam, manusia harus mempunyai kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Upaya mendukung keberlanjutan lingkungan hidup melalui pendidikan dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB). Model PPB atau ESD belum banyak dikembangkan untuk mendukung keberlanjutan.
Tujuan riset ini adalah memberikan analisis kesadaran lingkungan ditinjau dari lingkungan belajar dalam upaya mewujudkan pembangunan untuk keberlanjutan di Indonesia dengan evaluasi potensi sekolah di Sekolah Menengah Atas penerima Adiwiyata. Wawancara dilakukan kepada 12 guru termasuk pimpinan sekolah, serta dilakukan kuesioner kepada 417 siswa dari dua SMA penerima Adiwiyata di Jakarta.
Hasil wawancara menunjukan bahwa sekolah penerima Adiwiyata mempunyai potensi untuk melaksanakan ESD,  namun kesadaran lingkungan di sekolah tersebut belum menunjukkan hasil yang terbaik. Model ESD yang dikembangkan diharapkan mampu mendukung program ESD untuk kehidupan yang keberlanjutan.

One of the causes of the lack of environmental awareness is human ignorance that the current development is sustainable or not. To prevent the loss of natural functions, humans must have awareness and concern for the environment. Efforts to support environmental sustainability through education are carried out by the United Nations (UN) with the concept of Education for Sustainable Development (PPB). The PPB or ESD model has not developed enough to support sustainability.
The purpose of this research is to provide an environmental awareness analysis in terms of the learning environment to realize development for sustainability in Indonesia by evaluating the potential of schools in Adiwiyata recipient high schools. Interviews were conducted with 12 teachers, including school leaders, and conducted questionnaires with 417 students from two Adiwiyata recipient high schools in Jakarta.
The interview results show that Adiwiyata recipient schools have the potential to implement ESD, but environmental awareness in these schools has not shown the best results. The ESD model developed is expected to be able to support the ESD program for sustainable living. 
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T54730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Rahmawati
"ABSTRAK

Bullying adalah jenis kekerasan yang sering terjadi di lingkungan sekolah yang dapat mengakibatkan siswa-siswi mengalami masalah dalam prestasi akademis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bullying dengan prestasi akademis siswa di SMA X di Jakarta. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian ini berjumlah 140 siswa-siswi kelas X dan XI dengan menggunakan stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian dan jenis bullying dengan prestasi akademis siswa. Namun, ada hubungan antara frekuensi bullying dengan prestasi akademis siswa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak sekolah dan bidang ilmu keperawatan.


ABSTRACT

Bullying is a kind of violence that often occur in school environment which result in student having problem with academic achievement. This study aimed to measure the relationship of bullying and academic achievement at senior high school X in Jakarta. Design of this study is descriptive corellative with cross sectional approach. Respondents in this study are 140 students in grade 10 and 11 with stratified random sampling. The results of this study show that there are not relationship between prevalence and type of bullying with student?s academic achievement. But, there are relationship between frequent of bullying with student?s academic achievement. Hope this study can be useful for the school and for the field of nursing science.

"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarumaha, Rahmat Satria Valentino
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-regulated learning terhadap student engagement pada siswa atlet di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan DKI Jakarta. Partisipan penelitian ini adalah 96 siswa atlet di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan DKI Jakarta yang berada pada jenjang pendidikan SMA dengan rentang usia 15 sampai 18 tahun. Data yang diperoleh diolah menggunakan metode kuantitatif, variabel self-regulated learning diukur dengan Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S) dan variabel student engagement diukur menggunakan Student Engagement Scale (SES). Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa self-regulated learning (F = 65.417, p < .05) dapat memprediksi student engagement dengan R² = .404 artinya 40% varians skor student engagement dapat dijelaskan oleh self-regulated learning. Hasil penelitian ini memperjelas arah hubungan peran self-regulated learning terhadap student engagement adalah positif. Semakin tinggi skor self-regulated learning yang diperoleh partisipan maka semakin tinggi juga skor student engagement partisipan.

This study aims to examine the role of self-regulated learning on student engagement in student athletes at the Ragunan Special School for Athletes, Jakarta, Indonesia. The participants of this study were 96 high school level student athletes at the Special School for Athletes in Ragunan, Jakarta, Indonesia with an age range of 15 to 18 years. The data obtained were processed using quantitative methods, self-regulated learning variables were measured using the Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S) and student engagement variables were measured using the Student Engagement Scale (SES). The results from the linear regression analysis showed that self-regulated learning (F = 65,417, p < .05) could predict student engagement with R² = .404, meaning that 40% of the variance in student engagement scores could be explained by self-regulated learning. The results of this study clarify that the relationship between the role of self-regulated learning and student engagement is positive. The higher the self-regulated learning score obtained by the participants, the higher the participant's student engagement score."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amia Luthfia R. Koestoer
"Internet telah menjadi bagian integral bagi kehidupan manusia di era digital saat ini. Remaja Indonesia cukup banyak menggunakan Internet, terutama remaja di kota seperti DKI Jakarta. Dari berbagai studi tentang penggunaan Internet pada remaja, menunjukkan hasil bahwa Internet bagai pedang bermata dua, di satu sisi bermanfaat tapi di sisi lain mengandung berbagai risiko. Manfaat dan risiko online sulit untuk dipisahkan dengan tegas karena keduanya saling berkaitan dan terjalin sangat halus. Online risk risiko online dapat berdampak merusak remaja, apalagi usia remaja selain masih rentan akan pengaruh negatif, juga jiwa eksplorasi dan dorongan melakukan tindakan berisiko juga tinggi. Sedangkan online opportunity manfaat online memberikan banyak kesempatan untuk remaja berkreasi dan berelasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat dan risiko online yang dialami remaja Indonesia ketika mereka menggunakan Internet dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya manfaat dan risiko online untuk menghasilkan model teoritik baru. Penelitian ini menggunakan metode survei multistage random sampling dengan responden sebanyak 756 siswa SMP dan SMA di DKI Jakarta. Teknik analisis data menggunakan analisis Struktural Equation Model SEM . Online opportunity yang diperoleh remaja melalui Internet yaitu manfaat belajar, manfaat untuk berpartisipasi kreatif, manfaat berpartisipasi sosial, berelasi sosial, manfaat hiburan, memperoleh manfaat komersial dan manfaat personal. Online risk yang dialami remaja yaitu risiko konten ndash; remaja sebagai penerima konten buruk; risiko kontak ndash; remaja sebagai partisipan; risiko tindakan ndash; remaja sebagai pelaku tindakan berisiko di Internet. Online opportunity dan online risk terbukti dipengaruhi oleh lingkungan sosial remaja orangtua, teman sebaya dan sekolah , status sosial demografi remaja, motif berinternet dan aktivitas pengguna. Kedekatan remaja dengan lingkungan sosialnya orangtua, teman sebaya dan perhatian sekolah ternyata dapat mengurangi terjadinya online risk. Kedekatan orangtua dan teman sebaya berpengaruh pada motif berinternet dan aktivitas pengguna. Intended consequences konsekuensi yang diharapkan dan unintended consequences konsekuensi yang tidak diharapkan menjadi satu kesatuan karena online opportunity ternyata mempengaruhi terjadinya online risk. Remaja pada dasarnya akan memperoleh manfaat-- intended consequences -- dari Internet terlebih dahulu, baru mereka bisa mengalami online risk -- unintended consequences. Penggunaan Internet tidak serta merta akan menghasilkan online risk tapi berpengaruh secara tidak langsung melalui online opportunity.

The Internet has become an integral part of human life in today 39;s digital age. Many Indonesian adolescents use the Internet, especially those who are living in big cities. From myriad studies on Internet usage in adolescents, showing the result that the Internet is a double-edged sword, on the one hand is useful but on the other hand holds various risks. Online opportunities and risks are difficult to separate as they are intertwined very subtly.Online risk can harm adolescents, as they are highly exploratory on the new things hence could be vulnerable to negative influences as well as risky behavior. On the other side, the online opportunity provides many benefits indeveloping creativity and building relationships. Therefore, this study aims to identify the online opportunities and risks experienced by Indonesian adolescents and analyze the factors that influence online opportunities and risks to generate a new theoretical model. This research uses multistage random sampling survey method with 756 students of junior and senior high school in Jakarta while Structural Equation Model SEM is used for data analysis. The benefits for adolescents from online opportunities are learning benefits, creative participation, social participation, social relationships, entertainment, commercial benefits, and personal benefits. On the other side, the online risks for adolescents are content risk adolescents as recipients of bad content ; contact risk adolescents as participants and conduct risk adolescents as risky actors on the Internet .Online opportunity and online risk are proven to be influenced by the adolescents rsquo; social environment such as parents, peers, and school; adolescents rsquo; social demographic status; Internet motives; and user activities. The proximity of adolescents to their social environment parents rsquo; attachment, peers rsquo; attachment, and school attention can reduce online risk. The attachment of parents and peers affects the Internet motives and user activity.Intended consequences and unintended consequences become a solid intertwined entity as online opportunity affects to online risk. Adolescents will obtain online opportunity first, then they potentially experience online risk. Internet usage does not directly affect online risk but indirectly influences through online opportunity."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sorayya
"Ada beberapa peran yang terdapat dalam perilaku bullying, yaitu sebagai pelaku, korban dan saksi. Salah satu peran yang memiliki pengaruh untuk menghentikan terjadinya bullying adalah sebagai saksi yang biasanya disebut dengan bystander. Penelitian ini ingin melihat pengaruh dari self-esteem seseorang terhadap respon sebagai bystander yang ditunjukkan. Respon yang ingin dilihat terdiri dari tiga kategori yaitu defender, follower, dan outsider.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 200 orang siswa tingkat Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Depok. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSE) untuk mengukur self-esteem dan alat ukur modifikasi dari Gini, Pozolli, Borghi, dan Franzoni (2008) untuk mengukur respon sebagai bystander.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari self-esteem terhadap respon bystander baik sebagai defender, follower, maupun outsider. Penelitian berikutnya disarankan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh dan terkait baik dengan self-esteem maupun respon bystander.

There are several roles in bullying behavior, as bullies, victims and bystander. One of the roles that have influence to stop bullying is usually called as a bystander. This study wanted to see the effect of a person's self-esteem as a bystander response indicated. Who want to see the response consists of three categories: defender, follower, and outsider.
Participants in this study were 200 high school-level students and vocational school in Depok. Measuring instruments used for data collection is the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSE) to measure self-esteem and measuring instrument modification of the Gini, Pozolli, Borghi, and Franzoni (2008) to measure the response as a bystander.
The results obtained indicate that there is no significant influence of the self-esteem of the bystander response either as a defender, follower, or outsider. Subsequent research suggested to consider other factors that may influence and related well with selfesteem or bystander response.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marti Rahayu Diah Kusumawati
"Konsumsi buah dan sayur pada siswa masih belum memenuhi rekomendasi yang dianjurkan. Kurangnya konsumsi buah dan sayur mengakibatkan peningkatan risiko penyakit tidak menular dan menyebabkan kematian. Kelompok usia sekolah menengah atas merupakan kelompok usia remaja yang berada dalam masa yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangannya dalam menanamkan kebiasaaan makan yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan konsumsi buah dan sayur pada siswa SMA Negeri di Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Sebanyak 326 siswa dari 4 SMA Negeri berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, preferensi, dan ketersediaan buah dan sayur di rumah merupakan determinan dari konsumsi buah dan sayur dengan faktor dominan yang ditemukan adalah preferensi (OR=7,87; CI=1,8-34,1). Peningkatan pemahaman akan manfaat dan pentingnya kecukupan konsumsi buah dan sayur bagi kesehatan serta upaya pemberdayaan masyarakat sekolah dapat membentuk persepsi yang baik bahwa buah dan sayur adalah makanan sehat dengan rasa yang enak dan dapat dikonsumsi dalam berbagai jenis pengolahan yang menarik.

Consumption of fruits and vegetables in students still not meet the recommended recommendations. Lack of fruit and vegetable consumption leads to an increased risk of non-communicable diseases and causing death. The high school age group is a group of teenagers who are in the right age for their growth and development in instilling healthy eating habits. This study aims to determine the determinants of fruit and vegetable consumption in high school students in East Jakarta Jatinegara Subdistrict. This research is a quantitative research with cross-sectional study design. A total of 326 students from 4 public senior high school participated in this study. The results showed that the attitudes, preferences, and availability of fruits and vegetables at home were the determinants of fruit and vegetable consumption with the dominant factor found in preference (OR = 7,87, CI = 1,8-34,1). Increased understanding of the benefits and importance of the adequacy of fruit and vegetable consumption for health and efforts to empower the school community can form a good perception that fruits and vegetables are healthy foods with good taste and can be consumed in various types of attractive processing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>