Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220708 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rustam
"Penyakit malaria menyerang semua orang dan menimbulkan kerugian dibidang sosial ekonomi, sampai saat ini merupakan masalah kesehatan dan salah satu dari sepuluh besar penyakit penyebab kematian di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria pada puskesmas di kabupaten Sarolangun. Penelitian ini merupakan studi observational dengan rancangan kasus kontrol. Sebagai kasus adalah klien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala malaria klinis dan hasil sediaan darah malaria positif sedangkan kontrol klien tanpa gejala malaria klinis, dan hasil sediaan darah negatif.
Variabel lingkungan dan perilaku yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria yaitu tempat perindukan nyamuk, pendidikan, pemelihaiaan ternak, pemakaian kelambu dan pembersihan lingkungan. Sedangkan status ekonomi, pekerjaan, penggunaan obat anti nyamuk dan pemasangan kawat kasa nyamuk tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria. Hasil analisis multivariate dari fit-model diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah variabel pendidikan dan pembersihan lingkungan, memiliki kecanderungan 5,85 kali berisiko malaria pada responden yang berpendidikan rendah dan tidak membersihkan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan, kiranya pemerintah daerah kabupaten Sarolangun khususnya Dinas Kesehatan dapat merancang program dan kebijakan terhadap pemberantasan penyakit malaria secara lintas program dan lintas sektoral, dan meningkatkan kegiatan survei malaria yang efektif dan efisien secara berkesinambungan melalui puskesrnas meningkatkan program penyuiuhan kepada masyarakat tentang penyakit malaria dan upaya pencegahan, dengan pemakaian kelambu dan pembersihan lingkungan secara teratur.

Malaria attacks every body and inflicts social and economical losses. As a health problem, it is among the big ten diseases causing death in Indonesia.
The objective of this study was to obtain infomiation regard ing factors related to malaria incidence in community health centers (Puskesmas), regency of (kabupaten) Sarolangun. This observational study was designed in case control manner. A Case was defined as a patient visiting Puskesmas with clinical mataria symptoms and positive parasite blood examination, while a control was a patient without symptom and had a negative parasite blood.
Environmental and behavioral variables significantly associated with malaria incidence were breeding places, education, cattle grazing, use of mosquito net, and environmental cleaning. Economic status, occupation, use of anti mosquito chemicals and wire netting were not associated with malaria incidence. The tittest model resulted from multivariate analysis showed that interaction variable of education-environmental cleaning was the most dominant factor. The risk to suffer from malaria was increasing 5.9 times among low educated subjects avoid cleaning their environment.
Based on the study findings, it is recommended that the local government in Kabupaten Sarolangun, especially the District Health Oflice, should be able to develop policies to conuol malaria with inter-sector and across program approaches and to improve that effectiveness and efficiency of continuous malaria surveys.It is also suggested that Puskesmas should enhance community education programs concerning malaria and relevant preventive actions, such as using mosquito net and cleaning the enviromnent."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T6408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subakir
"Keberhasilan kegiatan kesehatan lingkungan ditentukan oleh banyak faktor, baik dari pemerintah, lembaga non pemerintah, maupun masyarakat itu sendiri. Sanitarian Puskesmas sebagai pelaksana terdepan dari kegiatan kesehatan lingkungan, kinerjanya tentu mempunyai peran yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan kegiatan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja sanitarian, tingkat kinerja sanitarian, hasil kegiatan kesehatan lingkungan, dan hubungan kinerja sanitarian dengan hasil kegiatan kesehatan lingkungan.
Penelitian dilaksanakan dengan metode survei dan responden adalah sanitarian penanggung jawab kegiatan kesehatan lingkungan di Puskesmas, yang telah bertugas di Puskesmas tempat tugasnya sekarang minimal 2 tahun, seluruhnya berjumlah 86 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data dilakukan dengan analisa univariat, analisa bivariat dengan uji chi square, dan analisa multivariat dengan uji regresi logistik model prediksi.
Hasil penelitian diperoleh : tingkat pendidikan responden sebagian besar (74,4%) adalah SPPH, 57% responden belum banyak mengikuti pelatihan, 51,2% Puskesmas kurang tersedia peralatan kesehatan lingkungan, 72,1% responden kurang mendapat perhatian dari atasannya, 80,2% responden menerima insentif, 75,6% responden kurang mendapat bimbingan teknis, 50% Puskesmas tersedia pedoman/juklak kesehatan lingkungan, dan 88,4% responden mempunyai tugas rangkap. Kinerja sanitarian Puskesmas 68,6% termasuk kategori rendah dan hasil kegiatan kesehatan lingkungan 55,8% termasuk kategori rendah. Terdapat hubungan yang bermakna antara kinerja sanitarian Puskesmas dengan hasil kegiatan kesehatan lingkungan. Variabel yang ada hubungan bermakna dengan kinerja sanitarian Puskesmas, yaitu : peralatan, perhatian, bimbingan teknis, dan pedoman/ petunjuk pelaksanaan. Variabel yang paling dominan berhubungan adalah pedoman/ petunjuk pelaksanaan.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil kegiatan kesehatan lingkungan ada hubungannya dengan rendahnya kinerja sanitarian, dan rendahnya kinerja sanitarian ada hubungannya dengan ketersediaan pedoman, ketersedian peralatan, bimbingan teknis dan perhatian dari atasan. Disarankan kepada pimpinan instansi kesehatan di semua jenjang, untuk mengambil langkah-langkah dalam upaya memperbaiki/meningkatkan kinerja sanitarian Puskesmas, yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan hasil kegiatan kesehatan lingkungan.

The success of the environmental health activities are determined by several factors, either by the government, non-governmental institution, or the people themselves. The sanitarians of public health centers as the front implementer of the environmental health, the quality of their work should have a great role in determining the success of those activities.
This research aims to find out factors which deal with the job quality of sanitarians, level of the job quality of sanitarians, result of environmental health activities, and the relationship between the job quality of sanitarians and the result of environmental health activities.
The research is held with survey and respondent methods by sanitarians who are responsible to the environmental health activities in the public health centre, who have worked in the public health center where they are working now minimum 2 years, all of them are 86 people. The collection of the data using questionnaire and data analysis are done by univariat analysis, bivariat analysis with chi square test and multivariate analysis with logistic regression of predictive model test.
From the result of the research is required: the level of almost respondents' education (74.4%) are SPPH, 57% of respondents have not followed the training yet, 51.2% of the public health centers are available fewer equipment of environmental health, 72.1% of respondents got less attention from their leaders, 80.2% of respondents earned incentive, 75.6% of respondents got less technical guidance, 50% of public health centers are available guidelines of environmental health, and 88.4% of respondents had double duties. The job quality of the public health centers sanitarians 68.6% included to the low category and the result of the environmental health activities 55.8% included to the low category. There is a significant relationship between the job quality of public health centers sanitarians and the result of the environmental health activities_ Variables which has a significant relationship between the job qualities of public health centers sanitarians, are: equipment, attention, technical guidance, and guidelines. The most dominant correlative variable is the guidelines.
From the result of the environmental activities have a connection between the low of the job quality of sanitarians, and guidelines availability, equipment availability, technical guidance and the attention from the leader. In accordance with the result of this research, it is suggested to the leaders of the health institute for the whole levels, to take steps in improving the job quality of public health centers sanitarians which are desired to be able to improve the result of the environmental health activities in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sardiyono
"Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang berdampak buruk terhadap produktivitas kerja dan status kesehatan masyarakat. Ui Kabupaten Bangka penyakit malaria masih cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pencegahan penyakit malaria yaitu melalui pengobatan yang tepat. Praktek petugas kesehatan di puskesmas dalam melakukan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat merupakan komponen penting dalam mendukung terciptanya penatalaksanaan penderita malaria yang sesuai standar.
Evaluasi program malaria pada tahun 2004, memperlihatkan bahwa 30 % petugas puskesmas di Kabupaten Bangka patuh terhadap SOP layanan malaria. Angka ini jauh lebih rendah dari pada angka yang diharapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka yaitu 80 %.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP Layanan Penderita Malaria serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP Layanan Malaria. Variabel yang diteliti adalah variabel individu, organisasi dan variabel psikologis yang diduga berhubungan dengan kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP Layanan Malaria.
Desain peneiitian adalah potong lintang data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariate. Rata-rata skor kepatuhan petugas adlah 51,23 dengan median 45,83, skor minimal 33,3 dan maksimal 91,7.Hasil ini memperlihatkan bahwa kepatuhan petugas puskesmas terhadap pelaksaan SOP layanan malaria ternyata masih rendah. Umur, pengetahuan, persepsi dan pendidikan secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP layanan malaria di puskesmas di Kabupaten Bangka. Petugas yang mempunyai usia tua lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesar 1,165 kali dibandingkan dengan petugas yang mempunyai usia muda. Petugas yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang program malaria lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesar 1,618 kale dibandingkan dengan petugas yang mempunyai pengetahuan yang kurang. Begitu juga dengan petugas yang mempunyai persepsi yang baik tentang program malaria lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesarl,536 kali dibandingkan dengan petugas yang mempunyai persepsi kurang. Selanjutnya berdasarkan basil analisa variabel yang paling berhubungan terhadap kepatuhan petugas adalah variabel pendidikan dengan nilai OR sebesar 10,129 yang herarti petugas yang mempunyai pendidikan tinggi lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesar 10,]29 kali dibandingkan dengan petugas yang mempunyai pendidikan rendah.
Dengan basil penelitian ini diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka disarankan agar melakukan bimbingan tehnis atau supervise khususnya pada petugas yang berusia muda lebih ditingkatkan. Untuk menambah pengetahuan perlu dilakukan pendidikan berkelanjutan dan pelatihan bagi petugas, serta memberikan sosialisai program malaria keseluruh petugas puskesmas."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suwadera
"Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kesakitan, kematian serta menurunkan produktivitas kerja. Angka kesakitan malaria di Indonesia masih cukup tinggi terutama di daerah luar Jawa Bali. Annual malaria incidence (AMI) di Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2001 sebesar 342.496 dan AMI untuk Puskesmas Kambaniru pada tahun 2001 sebesar 421.5%o. Balita merupakan kelompok yang rentan terserang penyakit malaria.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor risiko lingkungan rumah tangga yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kuantitatif observasional dengan desain kasus kontrol. Populasi adalah seluruh balita yang tinggal di wilayah Puskesmas Kambanira. Sampel adalah balita yang datang ke puskesmas dan balita disekitar kasus. Sampel seluruhnya sebanyak 372 orang (186 kasus dan 186 kontrol). Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dan observasi. Selanjutnya hasil yang diperoleh dianalisis dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria pada derajat kepercayaan 95% analisis statistik meliputi: status gizi (p = 0.013), ternak besar (p = 0.037), konstruksi dinding/lantai rumah (p = 0.000), ventilasi rumah (p = 0.025), dan kebiasaan menggunakan kelambu (p = 0.000). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian malaria adalah umur (p = 0.256), pembagian ruang tidur (p=0.798) dan kebersihan rumah (p = 0.093). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita adalah status gizi, ternak besar, konstruksi dinding/lantai rumah dan kebiasaan menggunakan kelambu. Analisis dampak potensial (fraksi etiologi) menunjukkan bahwa menggunakan kelambu secara teratur akan memberikan dampak penurunan kejadian malaria sebesar 67.1%, membuat dinding/lantai tertutup rapat sebesar 48.4%, status gizi yang baik sebesar 43.95% dan memelihara ternak di sekitar rumah sebesar 39.1%.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa balita di Puskesmas Kambaniru dengan status gizi kurang, tidak ada ternak besar, kontruksi dinding/lantai berlubang dan tidak biasa menggunakan kelambu akan berisiko lebih besar menderita malaria daripada kondisi yang sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada: 1) Puskesmas Kambaniru agar melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit malaria dan upaya penanggulangannya seperti pemakaian kelambu, konstruksi rumah anti nyamuk, peningkatan status gizi serta pemeliharaan ternak besar. 2) Dinas kesehatan kabupaten agar menfokuskan penanggulangan penyakit malaria, sesuai dengan analisis dampak potensial serta melakukan survei entomologi. 3) Lintas sektor agar berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.

Several Risky Factors of Indoor Environment Associated with Malaria Incidence to Under-Five Years Children (Case Control Study in Kambaniru Public Health Center in East Sumba District 2002)Malaria incidence is one of public health problems influencing morbidity, mortality and reducing working productivity. This incidence is relatively high particularly in areas out side Jawa-Bali islands. Annual malaria incidence in East Sumba in 2001 is 342.496 and AMI for Kambaniru Public Health Center (PHC) in 2001 is 421.5%o. Under-five years children are easily infected to this illness.
The research purpose is to find several risky factors of indoor environment associated with malaria incidence to under-five year?s children. This is quantitative observational research through case control design. The population is all under-five years children in Kambaniru PHC areas. The sample is under-five year?s children checking their health to PHC and under-five year?s children surrounding it. All samples are 372 children (186 cases and 186 control). Data are collected with structured interview and observation. Then, the results are analyzed with chi-square and logistic regression.
Bivariate analysis shows that the variables associated with malaria incidence in 95% confidence coefficient of statistical analysis are nutrition status (p = 0.1013), big cattle (p = 0.037), home wall/floor construction (p = 0.000), indoor ventilation (p = 0.035), and bed net using habit (p = 0.000). On the other hand, the unrelated variables are age (p = 0.256), bedroom separation (p = 0.798) and indoor sanitation (p = 0.093). Multivariate analysis results show that the dominant variables associated with malaria incidence to under-five years children are nutrition status, big cattle, home wall/floor construction and bed net using custom. Potential effect analysis shows that bed net using custom reduce malaria incidence as much as 67.1%. Covered floor/wall as much as 48.4%, nutrition status as much as 43.95%, raising big cattle as much as 39.1%.
The research concludes that under-five years children with poor nutrition status_ big cattle absence, holed home wall/floor construction and bed net unusing custom are riskier to the malaria infection than those in the contrary condition. Based on the research results, there are several suggestions. First. Kambaniru PHC informs the society the malaria illness and its prevention, such as bed net usage, proof mosquito house construction, nutrition status improvement and big cattle rising. Second, district health office should focus on malaria prevention based on potential impact analysis and conduct entomology survey. Third, inter sectoral offices should be involved actively in malaria prevention and eradication."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Fauzia
"Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas merupakan salah satu profil puskesmas yang berisi informasi tentang keadaan umum dan gambaran upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan puskesmas. Informasi ini sangat besar perannya sebagai dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di tingkat puskesmas maupun di tingkat kota/kabupaten. Salah satu komponen input yang sangat vital dalam sistem pencatatan adalah petugas. Dari hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa kinerja petugas pengelola LBI puskesmas di Kota Jambi masih rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kinerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas pengelola LBI puskesmas di Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah petugas pengelola LBI semua puskesmas yang ada di Kota Jambi. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan kuesioner. Cheklist digunakan untuk mendata kinerja petugas.
Penelitian ini memperlihatkan hubungan yang bermakna antara variabel kepemimpinan dengan kinerja petugas pengelola LBI, sedangkan variabel independen lainnya tidak bermakna.
Penelitian ini merekomendasikan agar kompetensi kepemimpinan kepala puskesmas selalu ditingkatkan. Berbagai cara dapat dilakukan untuk itu, termasuk memperbaiki sistem reward & punishment yang berkaitan dengan kepemimpinan mereka, mengembangkan sistem umpan balik kepemimpinan baik dari atas maupun bawahan mereka. Dinas Kesehatan Kota diharapkan membuat rencana pelatihan periodik bekerja sama dengan Bapelkes. Petugas pengelola LBI diharapkan bekerja dengan cara kerja tim. Pendekatan kerja tim ini selanjutnya perlahan-lahan menjadi budaya kerja yang kokoh yang menuju kepemimpinan bersama untuk setiap kegiatan di puskesmas.
Terhadap penelitian selanjutnya, direkomendasikan bahwa validitas dan reliabilitas instrumen pengetahuan, motivasi dan yang lainnya harus lebih tajam.
Daftar bacaan : 54 ( 1955 - 2001 ).

Related Factors to the Achievement of the Community Heath Center's Employees in the City of Jambi, year 2002.Health Center Integrated Reporting & Recording System (SP2TP) is one important source for profile, which describe health programs and activities have been done. This information are use in decision making and policy formation at health center's it self and district as well. One crucial input factor in the reporting system is human resource. The reporting staff performances on LBI reported before were still below expectation.
This study had objectives to described the LBI performance and factors related to it, at all puskesmas of the City of Jambi. The study used quantitative approach using crossectional design. The sample are all LBI staff of puskesmas at the City of Jambi. Data were collected using interview method guided by sructured questionnaire. To check list was used to record staff performance.
This study shows that leadership variable is significantly related to staff Performance, while other variables show non significant relationship.
This study reccommends that leadership competency of the puskesmas head should always be improved. Many approaches can be done, including improving reward & punishment system in relation to leadership, feed-back mechanism of their leadership from their supervisor as well as from subordinates. The District of Health Office should plan continuous training on leadership in collaboration with local Bapelkes institution. For the LBI staff, they should always maintain team work approaches in reporting-recording the LBI. This team work approach in the LBI reporting system can then be expanded on to other health center activities, as time will show, a collective leadership develops into a strong culture within puskesmas.
Regarded to continuing study for researchers, it is recommended that validity & reliability of insruments of knowledge, motivation and others should be focused.
Literature: 54 (1965 - 2001).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meirince
"Objektif: Pelaksanaan program pemberantasan penyakit TBC, prioritas utama ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan dengan mempertahankan kualitas pelaksanaan program, untuk itu perlu diketahui kinerja pengelola program TBC Puskesmas di Propinsi Riau dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tersebut.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain "Cross Sectional" , untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pengelola program TBC Puskesmas di Propinsi Riau Tahun 2002. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner, dan untuk pengukuran kinerja digunakan pengukuran dirt sendiri (selfassesmeni) yang dikontrol dengan penilaian atasan dan rekan sekerja dengan menggunakan check list. Analisis bivariat dilakukan dengan uji statistik "Chi square" dan analisis akhir menggunakan analisis multivariat.
Hasil: Kajian data menunjukan bahwa kinerja pengelola program TBC puskesmas masih kurang baik, dengan kinerja buruk yaitu 54,8 %. Ada hubungan yang bermakna antara kinerja dengan variabel umur (p=0,014), masa kerja (p= 0,040) ,pelatihan (p=-0,034), pengetahuan (p = 0,010) dan supervisi.
Dari hasil analisis multivariat ada tiga variabel yang masuk menjadi model yaitu umur, motivasi, dan pengetahuan. Dengan menggunakan persamaan regresi logistik dan nilai eksponensial (B) atau Odds Ratio dapat dilihat bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel umur sebesar 4,528 (95 % Cl : 1,808 - 11,339) artinya bahwa kinerja pengelola program TBC yang berumur tua (≥36 tahun) berpeluang berkinerja baik 4,528 kali di bandingkan dengan pengelola program TBC yang berumur muda (< 36 tahun) setelah dikontrol variabel motivasi, dan pengetahuan.
Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan kinerja pegelola program TBC Puskesmas (faktor individu) yaitu umur, masa kerja, pelatihan dan pengetahuan, sedangkan (faktor organisasi) yaitu supervisi. Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kinerja adalah variabel umur setelah dikontrol motivasi, dan pengetahuan.
Saran: Untuk meningkatkan kinerja pengelola program TBC Puskesmas di Propinsi Riau, perlu dilakukan pembinaan secara berkesinambungan, peningkatan pengetahuan, supervisi yang baik, dan mutu pelatihan perlu ditingkatkan dalam rangka penunjang pelaksanaan program pemberantasan tuberkulosis.

Objective: Quality of services is one of the important issue of the National TB Control Program workers were occupying an important contribution to increase it quality. Therefore, it is necessary to know the determinant factors of the performance of TB worker in Health Centers in the Province of Riau.
Design: This study used primary data arrayed in take a look at the determinant of TB worker in Health Center in the Province of Riau, year 2002. Self-assessment which was controlled by the superiors' and colleagues' assessment were developed, using the questionnaire for collecting primary data. Chi square statistical examination was apply to bivariate analysis and after wards, the equation of logistic regression for multivariate analysis.
Result: Data analysis showed that the performance of TB worker in Health Center is not good enough, which bad performance take 54.9%. The result of analysis showed that the significant determinant factors related to the performance were age (p=1.014), working period (p-0.040), training (p=0.034), knowledge (p=0,010) and supervision (p=0.024). The multivariate analysis, show that were three variables becoming models as, age, motivation, and knowledge. The equation of logistic regression and exponential value (B) or Odds Ratio, showing that the most dominant variable was age, 4.528 (95%CI:1.808 -11.339), which meant that the performance of TB worker in.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurasni
"Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang endemis tinggi di Provinsi Lampung. Puskesmas Hanura merupakan wilayah dengan endemisitas yang tinggi dimana API 43,9?. Tujuan penelitian Mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Lempasing puskesmas Hanura. Desain penelitian cross sectional dengan data primer, jumlah sampel 211, dilakukan uji chi-square. Data tentang sosio-demografi, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lingkungan dikumpulkan dengan wawancara dan observasi melalui pengisian kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah pendidikan (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), dan penggunaan kelambu (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria.

Malaria one of communicable disease still remains public health problem in Indonesia even in the world. Pesawaran District is one high malaria endemic district in Lampung Province. Hanura Health Centre is a high malaria endemic area which its API 43,9?. This study aims to analyze Factors associated with the occurence of malaria in Hanura Health Centre. The design study is cross sectional study, using primary data, the overall samples are 211, chi-square test was done. Data of Socio-demografy, knowledge, attitude, and behavior collected through interview and observation using questionaires. The results showed that two were three variables significantly associated with malaria incidence; education (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), and using of bednets (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Concluded that significantly assosiated between education and using bednets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandi Subki
"Malaria merupakan salah satu masalah paling serius yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Diperkirakan 1,2 milyar masyarakat Asia Tenggara bermukim di "Area Malaria". Pada tahun 1995, kasus malaria di wilayah tersebut diperkirakan 21,9 juta kasus dan harnpir 32.000 kasus kematian. Di Indonesia 70 juta (35 %) penduduk tinggal di daerah malaria (desa), setiap tahun 3,5 juta penderita, 200.000 SD Positif dan 108 jiwa kematian (0,05 %). Di Sumatera Selatan Parasite Rate (PR) tahun 1998/1999 antara 0,97 % - 3,53 %, Slide Positive Rate pada tahun 1995 menjadi 43,43 %. Angka Annual Malaria Insidence (AMI) di Kabupaten Belitung pada tahun 1998 menjadi 89 %o. Pada tahun 1998 AMI di Puskesmas Membalong 246,7 %o, di Puskesmas Gantung 128,9 %o dan di Puskesmas Manggar 125,09 %o dengan SPR (Slide Possitive Rate) 4 %.
Tingginya angka kesakitan malaria di ketiga wilayah kerja puskesmas tersebut bisa menghambat kegiatan pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Keberhasilan penanggulangan malaria tidak hanya tergantung pada parasit, vektor dan lingkungan tetapi juga tergantung pada faktor manusianya terutama perilaku pencegahan. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengaruh faktor perilaku dan pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian malaria.
Jenis Penelitian adalah studi observasional dengan disain kasus kontrol dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku seperti : pemakaian kelambu, cara berpakaian keluar rumah malam hari, pemasangan kawat kasa nyamuk, memakai obat anti nyamuk/repellant dan pembersihan sarang nyamuk sedangkan faktor lingkungan adalah tempat perindukan nyamuk , ternak besar, lama bermukim, perubahan Iingkungan, pekerjaan, pendidikan dan status sosial ekonomi yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmasn Membalong, Puskesmas Gantung dan Puskesmas Manggar Kabupaten Belitung Provinsi Sumatera Selatan.
Ada pengaruh pemakaian kawat kasa terhadap kejadian malaria (p = 0,002). Ada pengaruh pemakaian obat anti nyamuk terhadap kejadian malaria (p = 0,001). Ada pengaruh memelihara ternak besar terhadap kejadian malaria (p = 0,0363). Ada pengaruh pembukaan lahan baru terhadap kejadian malaria (p = 0,0000). Ada pengaruh pekerjaan terhadap kejadian malaria (p = 0,007). Ada pengaruh pemakaian kelambu terhadap kejadian malaria (p = 0,0103).
Analisa statistik dampak potensial digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh (kontribusi) masing-masing variabel dalam kaitannya dengan menurunkan kejadian malaria apabila dilakukan intervensi. Dengan mengetahui kontribusi masingmasing faktor maka dapat ditentukan skala prioritas dalam upaya pemberantasan malaria. Dari perhitungan dampak potensial maka faktor yang paling berpengaruh berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah pemakaian kelambu (90 %), pemakaian kawat kasa (63 %), pembukaan lahan baru (37 %), ternak besar (36 %), pekerjaan (33 %) dan obat anti nyamuk (21 %).
Dari hasil penelitian ini disarankan 1) Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit malaria sehingga masyarakat dapat berperilaku ideal berkaitan dengan pencegahan malaria (ideal behaviour). Seperti memakai kelambu kalau tidur terutama malam hart, memasang kawat kasa di rumah , memakai ()bat anti nyamuk dan seterusnya. 2) Meningkatkan kegiatan Gebrak Malaria Kabupaten Belitung. 3) Melaksanakan penelitian (Operasional Research) untuk mendapatkan model pemberantasan penyakit malaria yang cocok dengan situasi dan kondisi masyarakat di Kabupaten Belitung Provinsi Sumatera Selatan

Malaria is one of the most serious problems encountered by the developing countries. It is estimated that 1.2 billions of people in the South East Asia reside at the "Malaria Areas". In 1995, malaria cases in the areas is estimated to be 21.9 million cases and almost 32,000 cases ended up with death. In Indonesia, 70 millions of people (35%) live in the malaria vulnerable areas (villages) and there is 3.5 millions of people suffer from malaria annually and 200,000 positive SD and 108 people loss their lives caused by this disease (0.05%). In South Sumatra, Parasite Rate (PR) in the year of 1998/1999 ranges from 0.97% to 3.53 %, Slide Positive Rate in 1995 reached 43.43%. The Annual Malaria Incidence (AMI) in Belitung Regency in 1998 becomes 89 In 1998, AMI at the Membalong Public Health Center reached 246.7 °I°°, Gantung 128 °I°07 Manggar 125,09 with SPR (Slide Positive Rate) of 4%.
High Malaria Incidence at said three areas can hinder the social and economic development of the community. The success of the overcoming of the malaria problem does not only depend on the parasite, vector and environment, but also on the human factor, especially the preventive behaviors.
This research is observational in nature applying the case control design with the objective to identify the effect of the behavior factors such as the use of mosquito net, dressing manner during the night, mosquito wire net, mosquito repellants and mosquito hide clearance. While the environmental factors include mosquito production location, cattle, length of living, environmental changes, education and socio-economic status which relate to the malaria incidence at the working area of Membalong, Gantung and Manggar Public Health Centers in the Belitung Regency, South Sumatra Province.
It is identified that there is an effect of using the mosquito wire net to the malaria incidence (p = 0,0002). There is an effect of using the mosquito coil/mosquito repellents to the malaria incidence (p = 0,001). There is an effect of raising big cattle to the malaria incidence (p = 0,0363). There is an effect of opening new land to the malaria incidence (p = 0,0000). There is an effect of occupation to the malaria incidence (p = 0,007). There is an effect of using the mosquito net to the malaria incidence (p = 0,0103).
It is used the statistical analysis on the potential impacts to identify how much the effect (contribution) of each variable in relation to the decreased malaria incidence in case of any intervention. By identifying the contribution of each factor, it can be determined the priority scale in the efforts to prevent malaria incidence. On the basis of the calculation on the potential impact, the most significant factors based on its contribution are consecutively the use of the mosquito net (90%), the use of the mosquito wire net (63%), new land opening (37%), big cattle (36%), occupation (33%) and mosquito repellent (21%).
On the basis of the result of the research, it is recommended to (1) provide a health consultation regarding the malaria so that the public community are able to have the ideal behavior in relation to the malaria prevention such as using the mosquito net when sleeping at night, installing the mosquito wire net, using the mosquito repellent and so forth; (2) improve the Anti-Malaria Movement Activity at Belitung Regency; (3) carry out a research (operational research) to get a appropriate model of the malaria prevention activities in accordance to the situation and the condition of the community at Belitung Regency, South Sumatra Province."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Markani
"Penyakit malaria merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik pada ibu hamil, bayi, balita, dan orang dewasa maupun tua. Penyakit ini apabila dilakukan penanganan secara serius dan komprehensip berbasis masyarakat sesuai dengan faktor spesifik daerah maka angka kesakitan dan kematian bisa ditekan serendah mungkin, jika tidak maka sebaliknya dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria. Kecamatan Dusun Hilir salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Barito Selatan, merupakan daerah endemis malaria. Pekerja yang menginap di hutan karena pekerjaannya dan lingkungan masyarakat berisiko untuk terkena malaria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian malaria, hubungan faktor lingkungan rumah, upaya pencegahan, karakteristik individu dan pekerja yang menginap di hutan karena pekerjaannya dengan kejadian malaria, serta faktor dominan, di Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan. Rancangan penelitian adalah studi potong lintang (cross sectional). Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2004. Unit analisis yaitu individu yang berumur 19 - 55 tahun yang berada di Kecamatan Dusun Hilir. Jumlah sampel sebanyak 300 dan pengolahan data dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian didapatkan yaitu: variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Dusun Hilir adalah: Lingkungan rumah; hutan/rawa (nilai p = 0,000, OR = 5,2), upaya pencegahan; penggunaan kawat nyamuk (nilai p = 0,005, OR = 0,4), penggunaan obat penolak nyamuk/repellent (nilai p = 0,009, OR= 2,3), Kelambu (nilai p = 0,016, OR = 1,9), pekerja yang menginap di hutan/pedagang menggelar dagangan di malam hari (nilai p = 0,000, OR = 3,1). Faktor yang dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah: hutan/rawa pekerja menginap di hutan atau pedagang yang menggelar dagangan malam hari, penggunaan repellent dan penggunaan kelambu.
Kesimpulan penelitian bahwa pekerja yang menginap di hutan atau pedagang yang menggelar dagangan malam hari, dengan lingkungan rumah di sekitar hutan/rawa, dan tidak menggunakan repellent/kelambu berpeluang lebih besar untuk terkena malaria. Disarankan bahwa kepada mereka yang berisiko untuk terkena malaria (penebang rotan, penebang kayu, penyadap karet, bertani dan berkebun yang pernah menginap di hutan dan pedagang yang menggelar-dagangan malam hari) agar menggunakan baju lengan panjang, celana panjang, sepatu, dan penutup kepala, dan jika bermalam di hutan agar menggunakan kelambu/obat penolak nyamuk. Rumah yang berada di lingkungan berisiko (hutan/rawa) gunakanlah kelambu waktu tidur malam hari/penggunaan kawat nyamuk/obat penolak nyamuk(repellent).

Dynamics of Infection and Factors Concern with Occurrences of Malaria in Sub District Dusun Hilir Regency of South Barito Year 2004Malaria disease can attack pregnant women, babies, children, adults and also old ages. This disease if handled seriously and comprehensive base on society according to specific area factor will reduce morbidity and mortality number as low as possible, if not, it can generate Extraordinary Occurrence (KLB) of Malaria. Sub district Dusun Hilir, one of sub district in Regency of South Barito, represents an endemic area of malaria. Labors stayed in forest, because of their work and society environment have a risk of being infected by malaria.
This research's aim is to have a description about malaria occurrences, the connection of house environmental factor, prevention effort, individual characteristic and labors stayed in forest with malaria occurrences, and also its dominant factor, in Sub district Dusun Hilir Regency of South Barito. The research uses a (cross sectional) method and it is conducted in May - June 2004. Analyzing unit is an individual between 19 - 55 years stayed in Sub district Dusun Hilir. The amount of sample is 300 and processed with kai square test and double logistic regression.
The research shows that the variables relate to occurrence of malaria in Subdistrict Dusun Hilir is: House environment; forest/swamp (p value = 0,000, OR value = 5,2), prevention effort; the use of Klement for mosquito (p value = 0,005, OR value = 0,4), the use of repellent (p value = 0,009, OR value = 2,3), kelambu (p value = 0,016, OR value = 1,9), labors stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise (p value = 0,000, OR value = 3,1). Dominant factors relate to malaria occurence is: Forest/swamp, labors stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise, the use of repellent and net for mosquitoes.
The research concludes that labor stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise, who stays in swampy area and do not use repellent/net have higher risk of being incurred by malaria. It s better for those who have high risk to be incurred malaria (cane hewer, woodcutter, farmer and gardener stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise) to use long arm clothes, long pants, shoe, and helmet. If they should spend the night in forest, it is recommend that they would use kelambu or mosquitoes' repellent. House in swampy environment should use kelambu or filement for mosquito or mosquito?s' repellent during night sleep.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suroso
"Pestisida adalah suatu senyawa kimia yang merupakan bahan beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan bijaksana dan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkunganya. Program pengamanan penggunaan pestisida pada tingkat petani kurang memadai, dampak negatifnya dapat berupa keracunan akut atau pun akibat keracunan jangka panjang juga tidak dapat terhindar. Ini terbukti masih tingginya angka keracunan pada petani di Kota Jambi pada tahun 2001.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kondisi keracunan pungguna pestisida pada petani sayur di Kota Jambi. Propinsi Jambi dan fakfor-fakfor apa yang berhubungan dengan keracunan tersebut. Faktor-faktor yang diduga adalah umur, jenis kelamin, lama pendidikan, status pekerjaan petani, pengetahuan, perilaku, penggunaan APD, leas lahan, lama penyemprotan perhari, frekuensi penyemprotan per minggu, lama penanganan, teknik penyemprotan dan jenis/goloragan pestisida yang digunakan.
Penelitian bersifat deskriptif analitik menggunakan metode Observasional dengan desain penelitian kasus kontrol dengan jumlah responden sebanyak 134 petani untuk kasus dan 134 petani untuk kontrol. Hasil uji bivariate dengan menggunakan uji statistik chi-square menunjukan beberapa variabel yang berhubungan signifikan/bermakna adalah variabel umur (p-value = 0,009), perilaku petani (p-value = 0,001), penggunaan APD (p-value = 0,000), lama penyemprotan perjam perhari (p-value = 0,006), dan lama penanganan (p-value = 0,037) dengan kejadian keracunan sebagai variabel dependen, sedangkan untuk hubungan yang tidak signifikan/bermakna adalah variabel jenis kelamin/sex, lama pendidikan responden, pengetahuan, luas lahan, frekuensi menyemprot hari per minggu, teknik penyemprotan, dan jenis/golongan pestisida dengan kejadian keracunan pestisida sebagai variabel dependen.
Dari hasil uji multivariate Regresi Logistik Ganda Prediksi, maka model akhir di dapat adalah variabel umur (p-value = 0,015), perilaku (p-value = 0,000), dan penggunaan alat pelindung diri (p-value = 0,000). Dari ketiga variabel tersebut maka variabel independen yang paling berhubungan adalah perilaku (dilihat dari angka Odds Ratio serbesar yaitu 3,121).
Hasil uji interaksi memberikan petunjuk bahwa hubungan penggunaan APD dengan kejadian keracunan memberikan efek yang berbeda untuk mereka yang berumur muda dan tua, begitu juga sebaliknya hubungan umur dengan kejadian keracunan memberikan efek yang berbeda untuk mereka yang menggunakan APD yang lengkap dan tidak lengkap.
Agar para petani dapat terhindar dan keterpaparan pestisida pada waktu melaksanakan kegiatannya perlu dilakukan intervensi dalam hal penyuluhan, bimbingan dan pembinaan tentang cara-cara penanganan pestisida yang lebih baik dan bijaksana secara lintas sektoral, dan pemantauan oleh instansi yang; berkompeten secara berkesinambungan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
Daftar bacaan : 44 ( 1976 - 2001 ).

Factors Related to the Pesticide Poisoning on Vegetable Farmer in Jambi City in The Year of 2001Pesticide is the poisoned and dangerous chemical agent which mismanagement will result negative impact for environment and human health. In adequate utilization and safety program on fanner has negative impact as acute poisoning or Elm effect of long term can not avoided as well. This is proved by the high level poisoning on the farmer in Jambi in the year of 2002.
The research's objective is to find out the poisoning condition description of pesticide user on vegetable fanner in Jambi, Jambi Province and related factor to the poisoning incident. Sex, Educational, Status of Farmer Job, Knowledge, habitual, occupational application, daily and weekly time of spraying, spraying technique, and pesticide variety, are the suspicious factors of poisoning.
This is an analytic descriptive study, using observational method by case control research design with 134 fanner as case and 134 farmers as control. Bivariate test result using chi-square test show that several significant variable are age (p-value = 0,0009), farmer habit (p-value = 0,0001) APD apply (p-value 0,0000), daily spraying (p-value = 0,0006) and time of handling (p-value = 0,037) with poisoning incident as dependent variable, while insignificant relationship is sex variable, educational background, knowledge, vast of field, weekly frequency of spraying, spraying technique, pesticide variety with poisoning incident as the dependent variable.
From multivariate test, Double prediction of logistic regression, then last model found is age variable (p-value = 0,015), habitual (p-value = 0,0000) and APD application (p-value = 0,0000). The most related variable is habitual (Derived from highest odds ratio of 3,121).
Interaction test show the direction that the relationship of APD application with poisoning incident give different effect for those with old and young of age. Poisoning give the different effect for those who applying completeness and incompleteness of APD.
In order to avoid pesticide exposure in the farmer activity, intervention need to be given in the matter of counseling, guiding how to pesticide handling correctly, and also monitoring by competent authority continuously according to each occupational field.
References: 44 ( 1976 -- 2001 )
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>