Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116983 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ani Khoirunnisa
"Terjadinya perubahan besar dalam struktur keamanan dunia dalam era pasca Perang Dingin, menjadikan situasi keamanan Asia Pasifik dilanda ketidakpastian, Sedikitnya terdapat dua alasan yang menyebabkan situasi keamanan tersebut, yaitu pertama terjadinya pengurangan kehadiran kekuatan militer Amerika Serikat di kawasan tersebut yang menimbulkan kekhawatiran diantara di kawasan. Kekhawatiran tersebut mengakibatkan munculnya peningkatan pembangunan militer dan dilema keamanan. Alasan kedua adalah negara-negara Asia Pasifik pasca Perang Dingin tidak memiliki persepsi yang sama mengenai ancaman terhadap keamanan di kawasan.
Tesis ini membahas faktor-faktor penghambat dan pendukung bagi terbentuknya kerja sama keamanan di kawasan Asia Pasifik. Penulis membagi faktor-faktor tersebut ke dalam dua bagian, yaitu faktor-faktor penghambat terbentuknya kerja sama keamanan di kawasan Asia Pasifik antara lain seperti persepsi dan sikap negara-negara besar di kawasan, timbulnya dilema keamanan akibat peningkatan kemampuan militer dan perkembangan sistem internasional pasca Perang Dingin. Sedangkan pada bagian kedua membahas mengenai faktor-faktor pendukung kerja sama keamanan di kawasan Asia Pasifik seperti adanya interdependensi, peran konstruktif ASEAN dalam menangani masalah keamanan regional. Namun untuk membatasi meluasnya ruang lingkup penelitian, perrmbahasan dibatasi seputar wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara.
Dalam hal ini penulis mencoba membahasnya dengan menggunakan pendekatan rezim internasional dan dilema keamanan yang dikemukakan oleh Oran Young, Robert O. Keohane, Bilveer Singh dan DR. Amien Rais. Adapun dalam menganalisanya, penulis melakukan studi kepustakaan yang didasarkan pada buku-buku dan referensi lainnya sebagai sumber data yang ada kaitannya dengan pokok masalah penelitian. Pembahasan yang didukung dengan data yang ada mendukung hipotesa yang diambil oleh penulis bahwa situasi keamanan di kawasan Asia Pasifik pasca Perang Dingin masih tergantung pada interaksi antar negara-negara besar dengan negara-negara lainnya di kawasan, dan semakin tingginya faktor-faktor penghambat yang ada maka semakin rendah kemungkinan atau semakin tinggi kesulitan pembentukan kerja sama keamanan di Asia Pasifik pasca Perang Dingin serta peran konstruktif ASEAN dalam merealisasikan pembentukan forum dialog multilateral di kawasan Asia Pasifik, namun untuk membatasi jangkauan pembahasan dalam masalah tersebut tidak dibahas masalah ARF dan prospeknya secara detail.
"
2000
T3606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manus, M.P.B.
"ABSTRAK
Benua Eropa merupakan benua kedua terkecil dalam jajaran benua yang ada dipermukaan planet Bumi. Benua ini membentang di semenanjung Eurasia bagian Barat, memiliki luas hampir 10.600.000 kilometer persegi atau seluas seperlima belas dari luas daratan di Bumi. benua ini dibatasi Lautan Arktik di utara, laut Tengah, laut Hitam, dan pegunungan Kaukasus di selatan mengarah ke timur, pegunungan Ural dan laut Kaspia di timur dan lautan Atlantik di Barat.
Sekalipun kecil tak ada satu benua pun yang besar pengaruhnya terhadap dunia daripada Eropa. Terkonsentrasinya penemuan penting dan budaya manusia, di bagian bumi ini, menyebabkan Eropa menjadi semacam 'kekayaan yang tiada habisnya dalam sebuah ruang kecil'. semenjak jaman Yunani Kuno, paham-paham politik, penemuan ilmiah, kesenian, filsafat, serta kepercayaan relijius menyebar dari Eropa ke seluruh bagian dunia lain.
Statistik tahun 1988 menunjukkan dua perlima belas penduduk dunia atau 696.360.000 dari 5,026 milyar penduduk dunia berdiam di benua tersebut. Tingkat kepadatannya 65 jiwa per kilometer persegi.
Dalam sejarahnya terjadi peristiwa-peristiwa besar yang mewarnai jalannya kehidupan bangsa-bangsa di Eropa. Munculnya renaissance, aufklarung dan revolusi industri telah merubah wajah Eropa dari jaman kegelapan abad pertengahan menjadi ajang konflik di antara raja-raja ? "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tety Mudrika Hayati
"ABSTRAK
Kajian ini berusaha mengemukakan kebijakan yang dilakukan ASEAN dan kepentingan negara-negara besar di bawah Asia Pasifik dalam upaya membangun masalah-masalah keamanan di kawasan tersebut.
Kajian ini untuk menjelaskan bagaimana ARF pada saat ini sebagai realisasi yang paling dekat dalam konsep keamanan kooperatif. Dengan menjelaskan konsep itu sendiri dan usulan Australia tentang keamanan kooperatif dengan menjelaskan bagaimana ARF dibangun berdasarkan pengalaman ASEAN sebagaimana ASEAN mengadopsi usulan Australia tentang keamanan kooperatif begitu juga upaya-upaya yang telah di lakukan ARF.
Kajian ini melihat bahwa situasi keamanan pasca perang dingin di negara-negara besar, yang menimbulkan ketakutan dan ketidakpastian dan hal ini membuktikan bahwa kawasan Asia Pasifik masih kurang mempunyai kerangka multilateral, adanya perlombaan senjata serta isu-isu teritorial dan kedaulatan.
ASEAN menyadari perlu mempraktekkan sejumlah elemen dari keamanan kooperatif dalam hubungan antar negara. Australia dengan didukung oleh negara-negara besar telah sepakat untuk menjadikan PMC dalam mempromosikan usulan-usulan mereka. Oleh karena itu ARF memberikan bobot politis untuk merealisasikan pemikiran keamanan kooperatif.
Kajian ini menyimpulkan bahwa ARF merupakan realisasi dari konsep keamanan kooperatif. Keamanan kooperatif menjadi konsep yang paling baik bagi isu-isu keamanan di kawasan Asia Pasifik dan ARF sebagai wahana terbaik untuk membahas isu-isu tersebut.
Kajian ini juga merekomendasikan bahwa ARF harus mengembangkan peranannya melalui dialog-dialog yang tidak resmi serta pertukaran informasi untuk mencapai ketahanan dan keamanan di kawasan. Hal yang terpenting adalah apabila ARF mampu mencapai hasil yang nyata."
2002
T2467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Maulana Wicaksono
"ABSTRAK
Berakhirnya Perang Dingin dan Disintegrasi Uni Soviet menyebabkan
terjadinya perubahan mendasar di bidang politik dan ekonomi Rusia. Perubahan-perubahan yang ada ternyata membawa dampak terhadap masalah keamanan nasional Rusia, sebab bagaimanapun masalah kelanjutan Rusia sebagai bekas negara adidaya tidak semata masalah reformasi ekonomi dan demokrasi, tetapi jauh Iebih penting adalah bagaimana mengembalikan status Rusia sediakala seperti Uni Soviet, dengan kapabilitas kekuatan militer dan nuklirnya.
Untuk itu, Rusia merasa perlu dan segera merumuskan atau memperkirakan apa dan bagaimana menghadapai dan mengantisipasi berbagai bentuk ancaman keamanan nasionalnya. Untuk mengimplementasikan kebijakan keamanan tersebut dengan sendirinya, strategi keamanan dan militernya juga harus dikaitan
atau disesuaikan dengan perkembangan realitas yang dihadapi oleh Rusia saat ini dan masa depan.
Kepentingan keamanan Rusia tidak lain adalah masalah konflik-konflik
regional antara negara-negara bekas Uni Soviet dan masalah ancaman perluasan NATO ke Eropa Timur dan Tengah atau negara-negara bekas anggota Pakta Warsawa. Kedua ancaman tersebut sebenarnya saling mempengaruhi, instabilitas dalam negeri dan regional akan mempengaruhi kredibilitas Rusia sebagai pewaris kekuasaan Uni Soviet di internasional.
Ketidakberdayaan Rusia dalam mencegah NATO tersebut menunjukkan
bahwa Rusia tidak memiliki kekuatan tawar menawar (bargaining power) yang kuat terhadap Amerika Serikat. Pada gilirannya Rusia mengalami dilema, di satu sisi tidak ingin AS bertindak sebagai hegemoni tunggal. Di sisi lain, Rusia masih
membutuhkan bantuan dan dukungan ekonomi dari AS dan negara-negara maju
lainnya (G-7).
Dari pandangan strategi tradisionil, Rusia secara historis memiliki
penyebaran pengaruh (sphere of infiuence) di seluruh wilayah bekas Uni Soviet. Dengan kata Iain secara geopolitik, Rusia masih merasa perlu menyatukan bekas negara-negara Uni Soviet dan Pakta Warsawa bahkan RRC untuk menggalang kerjasama kemanan dan militer regional. Di samping itu, sebagai upaya pencarian keseimbangan kekuatan (balance of power) terhadap NATO.
Konsekuensi logis dari ancaman tersebut adalah Rusia tetap
mengandalkan kekuatan nuklirnya secara terbatas (finite nuclear deterrence) untuk menghadapi perang-perang lokaI. Dalam hal ini, diarahkan kepada kekuatan NATO yang mencoba mengancam kedaulatan Rusia."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Berlyana
"Kehadiran CSCAP dan ARF telah menjadi titik awal munculnya berbagai inisiatif kerja sama keamanan multilateral di Asia-Pasifik pasca Perang Dingin. Pada tataran empiris, kehadiran inisiatif ini turut diikuti dengan perkembangan pembahasannya dalam literatur. Oleh karenanya, tulisan ini bertujuan untuk meninjau perkembangan literatur mengenai inisiatif kerja sama keamanan multilateral di Asia-Pasifik pasca Perang Dingin dengan menganalisis 47 literatur terakreditasi internasional yang membahas topik ini. Berdasarkan pada metode taksonomi, literatur tersebut dibagi ke dalam enam kategori, yaitu: (1) inisiatif dan karakteristik kerja sama keamanan multilateral di Asia-Pasifik pasca Perang Dingin, (2) motif kehadiran aktor non-Asia Tenggara dalam inisiatif (3) persepsi aktor non-Asia Tenggara terhadap kepemimpinan ASEAN dalam mayoritas inisiatif keamanan di AsiaPasifik, (4) motif keterlibatan negara-negara Asia Tenggara dalam inisiatif, (5) persepsi negara-negara Asia Tenggara terhadap inisiatif, dan (6) pandangan akademisi terhadap inisiatif tersebut. Tinjauan pustaka ini berupaya untuk menyingkap konsensus, perdebatan, kesenjangan literatur, dan menunjukkan sejumlah tren, seperti persebaran tema, persebaran asal penulis, serta persebaran perspektif atas topik ini. Tinjauan pustaka ini mengidentifikasi bahwa inisiatif dan karakteristik kerja sama keamanan multilateral di Asia-Pasifik pasca Perang Dingin merupakan tema paling dominan dalam pengkajian topik ini, sementara Realisme merupakan perspektif yang paling dominan digunakan dalam literatur. Tinjauan pustaka ini turut merekomendasikan sejumlah agenda untuk penulisan lanjutan.

The presence of CSCAP and ARF has become the starting point for the formation of postCold War multilateral security cooperation initiatives in Asia-Pacific. At the empirical level, the presence of the initiatives were followed by its development in literatures. Therefore, this paper aims to review this topic by analyzing 47 internationally accredited literatures. Based on taxonomy method, the literatures will be divided into six theme-based categories which consist of: (1) initiatives and characteristics of security cooperation in Asia-Pacific, (2) motives behind the presence of non-Southeast Asian actors, (3) perceptions of non-Southeast Asian actors towards ASEAN leadership in the majority of initiatives, (4) motives behind the involvement of Southeast Asian countries, and (5) their perceptions towards the initiatives, (6) academic views on the initiatives. This literature review seeks to unveil the consensus, debates, and gaps of this topic. Besides, it also seeks to show some trends in the writing of this topic such as the distribution of its themes, authors' origin, and the paradigmatic trend. This literature review identifies that initiatives and characteristics of Post-Cold War Multilateral Security Cooperation in Asia-Pacific is the most dominant theme in the literatures, while Realism is the most dominant perspective used by the literatures. It then recommends some proposed further researches

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Garlan Archista Duarsa
"Penelitian ini ingin membahas perkembangan teori Democratic Peace pasca Perang Dingin. Periode tersebut dipilih karena terjadi peningkatan jumlah negara demokrasi yang signifikan, dan runtuhnya Uni Soviet yang merupakan musuh bersama negara-negara demokrasi. Penelitian ini akan menggunakan metode kajian pustaka. Hasil penelitian menunjukkan pendapat para akademisi yang beragam mengenai teori Democratic Peace pasca Perang Dingin. Para akademisi yang mendukung penerapan teori Democratic Peace pasca Perang Dingin memiliki dua argumen utama, yaitu landasan normatif dan struktural demokrasi. Sementara para akademisi yang mengkritik teori tersebut mempunyai tiga sanggahan utama: (1) operasionalisasi konsep yang bermasalah, (2) landasan normatif dan struktural yang bermasalah, dan (3) relasi demokrasi dan perdamaian yang bermasalah.

This research will analyze the development of Democratic Peace Theory post Cold War. That period has been chosen because it witnessed an increasing spike of new democracies, and the fall of Soviet Union, which were the common enemy for the democracies. This research will use literature review methods. The result of the research shows the variety of arguments presented. Those who support the notion of Democratic Peace post Cold War have two main arguments, the normative and structural foundation in democracies. While those who criticize the idea of Democratic Peace have three main rebuttals: (1) issues in concept operations, (2) issues in the normative and structural foundations, and (3) issues in the relations between democracy and peace.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ossi Ferli
"Tesis ini menganalisa mengenai korelasi dinamis pada data harga saham harian pasar ekuitas tiga belas negara Asia Pasifik dan lima negara Amerika Latin selama periode 2003 sampai 2012. Kami mengidentifikasi dua periode krisis selama periode penelitian. Yang pertama adalah krisis keuangan global dengan Amerika Serikat sebagai sumber krisis dan kedua krisis eropa dengan Eropa sebagai sumber krisis. Penelitian empiris dengan menggunakan Dynamic Conditional Correlation sebagai metode multivariate GARCH menunjukkan adanya rata-rata korelasi dinamis yang tinggi terutama pada internal regional Asia Pasifik dan Amerika Latin serta adanya efek interdependence dan contagion pada beberapa negara objek penelitian. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya efek pembauran antara kedua periode krisis tersebut.

This thesis analyzed dynamic correlation in daily equity price data on thirteen Asia Pacific countries and five Latin America countries for period of 2003 to 2012. We identified two crisis period in our research period. The first is global financial crisis with United States as the source of crisis and the second is europe crisis with Europe as the source of crisis. Empirical research using Dynamic Conditional Correlation as a multivariate GARCH method find there is a high average correlation dynamic especially in internal region of Asia Pacific and Latin America also there are interdependence and contagion effect in several research object countries. Result of our research also find there are comfounding effect between the two crisis period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arif Fadhillah
"Penelitian ini mengkaji kelayakan pemanfaatan energi dingin LNG pada terminal penerima dan regasifikasi LNG di Pulau Bangka yang dapat dimanfaatkan untuk sektor perikanan sebagai cold storage. Energi dingin dengan suhu sekitar -161˚C (-260˚F) yang terkandung dalam LNG tersebut sebelum digasifikasikan ke unit vaporizer terlebih terlebih dahulu diintegrasikan kepada unit heat exchanger yang dilakukan untuk memanfaatkan energi dingin LNG untuk mencairkan karbon dioksida yang menjadi refrigerant pada sistem pendingin ikan tersebut.
Untuk mengetahui kelayakan proyek ini, dilakukan kajian tekno-ekonomi proyek dengan jangka waktu operasi selama 20 tahun yang meliputi kajian desain peralatan fasilitas regasifikasi untuk mensupport kebutuhan pembangkit listrik 100 MW load follower dan juga fasilitas cold storage, kajian biaya Capex dan Opex, kajian keekonomian, kajian sensitivitas dengan menggunakan software crystal ball serta kajian penghematan yang diperoleh dengan pemanfaatan gas hasil regasifikasi LNG ini dengan perbandingan terhadap jenis bahan bakar lain yakni HSD.
Hasil kajian keekonomian mennjukkan bahwa proyek ini layak untuk dijalankan dengan kapasitas regasifikasi LNG sebesar 11.07 MMSCFD, diperlukan biaya investasi sebesar USD 48 Juta dengan biaya operasi dan pemeliharaaan tahunan sebesar USD 9.1 Juta. Parameter yang menunjukkan kelayakan proyek ini adalah IRR sebesar 14%, NPV sebesar USD 79 Juta dan Payback Period selama 7.7 tahun.

This study examines the feasibility of LNG cold energy utilization at the receiving terminal and regasification of LNG in Bangka Island which can be utilized for the fisheries sector as a cold storage. Cold energy with temperatures around -161˚C (- 260˚F) contained in the LNG before to be gasified to vaporizer unit, firstly LNG can utilized to the heat exchanger to utilize LNG cold energy to liquefy the carbon dioxide that can used as a refrigerant in the cooling system the cold storage system.
To determine the feasibility of this project, carried out the study of techno-economic of the project with the duration of the operation for 20 years which includes the study design equipment regasification facility to support the needs of the power plant of 100 MW load follower and cold storage facilities, study costs Capex and Opex, the study of economics, sensitivity studies using software crystal ball and assessments savings gained with the use of gas LNG regasification results with comparisons against other fuel types like High Speed Diesel (HSD).
The results of the economic study shows that the project is feasible to run with LNG regasification capacity of 11:07 MMSCFD, required an investment cost of USD 48 million with an annual operating cost and maintainability of USD 9.1 million. Parameters that indicate the feasibility of this project is an IRR of 14%, NPV of USD 79 Million and Payback Period for 7.7 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasthika Raras Pratita Sriyadi
"Bank Umum pada dasarnya mengandalkan pendapatan dari interest income, sehingga pada saat terjadi krisis ekonomi, seperti pandemik, bank menjadi riskan terkenda dampak kredit macet atau non performing loan (NPL). Hal tersebut rupanya tidak terjadi di Indonesia saja, namun di negara-negara lain, banyak perbankan merasakan perubahan ekonomi yang berujung pada kenaikan NPL. Pada saat krisis ekonomi semakin terasa bahkan beberapa perbankan juga menyarankan untuk mengurangi penyaluran kredit, terutama untuk industri di sektor-sekotr yang terkenda dampak pandemik terbesar. Oleh karena itu diversifikasi pendapatan perlu dilakukan oleh perbankan untuk melihat alternatif pendapatan lain diuar pendapatan kredit. Penelitian ini akan melihat profit dan risiko yang ditimbulkan dari aktivitas diversifikasi pendapatan melalui pendapatan non bunga pada perbankan. Data penelitian didapatkan dari Thomson reuters dan didapatkan 205 bank yang dijadikan sampel, variable dependen pada penelitian ini adalah net non interest income, sedangkan variable control adalah ukuran, ekuitas, hutang, pertumbuhan asset, dan ekuitas, untuk menganalisa profit menggunakan variable ROAA dan ROAE untuk menganalisa profit dan SD ROA serta SD ROE untuk menganalisa risiko. Variabel kemudian dilakukan regresi menggunakan regresi data panel dengan sebelumnya dilakukan Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji Lagrange Multiplier untuk mendapatkan metode regresi yang terbaik. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas diversifkasi pendapatan memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap risiko dan tidak memberikan pengaruh yang signfikan terhadap profit baik pada saat pandemik maupun di luar pandemik, sehingga aktivitas diversifikasi income dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko yang mungkin terjadi akibat terlalu bergantung terhadap pendapatan bunga.

Commercial banks basically rely on interest income, so that when an economic crisis occurs, such as a pandemic, banks are at risk of being affected by bad loans or non-performing loans (NPL). This apparently did not happen in Indonesia alone, but in other countries, many banks felt economic changes that led to an increase in NPLs. At a time when the economic crisis was getting worse, some banks even suggested reducing lending, especially to industries in sectors that were most affected by the pandemic. Therefore, it is necessary for banks to diversify income to look for alternative income other than credit income. This study will look at the profits and risks arising from income diversification activities through non-interest income in banking. Research data obtained from Thomson Reuters and obtained 205 banks as samples, the dependent variable in this study is net non-interest income, while the control variables are size, equity, debt, asset growth, and equity, to analyze profit using ROAA and ROAE variables for analyze profit and SD ROA and SD ROE to analyze risk. The variables were then regressed using panel data regression with previously performed Chow test, Hausman test, and Lagrange Multiplier test to get the best regression method. The results show that income diversification activities have a significant negative effect on risk and do not have a significant effect on profits both during the pandemic and outside the pandemic, so income diversification activities can be carried out to minimize risks that may occur due to being too dependent on interest income."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosy Handayani
"Masalah kebangkitan kembali militerisme Jepang telah menjadi topik pembicaraan hangat sejak akhir 1970-an. Pembicaraan ini makin menarik mengingat Jepang adalah satu-satunya negara yang mencantumkan klausal anti-militer dalam konstitusinya, serta merupakan negara berkekuatan ekonomi besar yang merasa masih perlu berlindung pada Amerika Serikat sebagai bentuk interdependensi Jepang. Padahal, Jepang merupakan sebuah kekuatan dunia. Tindakannya tidak hanya mempengaruhi negara-negara tetangga, tetapi juga seluruh dunia. Sering dikatakan bahwa Jepang tidak pernah menyatakan secara jelas pemikirannya atau tujuan-tujuan strategis diplomasinya, sehingga tampak "tak berwajah" dan "buram". Termasuk dalam hal strategi pengembangan pertahanan dan keamanannya. Kontak antara rakyat dari berbagai bangsa merupakan hal biasa di dunia dewasa ini, dan media dunia menyiarkan perkembangan dinamika internasional secara serempak. Tuntutan eksternal dan internal merupakan faktor yang mempengaruhi negara untuk menentukan politik adaptasi yang diterapkannya dalam hal kebijakan luar negerinya, termasuk bidang pertahanan. Penelitian ini membahas tentang factor-faktor transformasi di Jepang sengai bentuk politik adaptasi Jepang terhadap perubahan keamanan internasional dan juga respon negara-negara Asia Tenggara terhadap perubahan-perubahan kebijakan Jepang di bidang pertahanan.

The arising of Japan"s military has become a main topic since the end of 1970. The topic becomes more interesting since Japan is the only country that put anti-military article in its constitution and a strong country in economy but still under protection of US in its security affairs that shows its interdependency. In fact, Japan is a world power. Its behaviors do not only influence neighboring countries, but also the world. Often says that Japan never declares explicitly the thoughts or the aim of its strategic diplomacy, so Japan looks "has no face" and "not clear". The strategy of defense and security development is included in it. Contact between people around the world is common nowadays, and media of the world give report about international dynamic development suddenly. External and internal demands are the factors that influence the country to determine the politic of adaptation implied in their foreign policy, including defense sector. This research discusses about the factors of transformation in Japan as its political adaptation towards international security changes and also the response of Southeast Asia countries towards Japan"s policy changes in defense affairs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T25098
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>