Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosmalena
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Vitamin C merupakan antioksidan yang banyak terdapat dalam sayuran dan buah-buahan. Jus dari buah mengkudu dilaporkan dapat memberikan perlindungan terhadap hati tikes yang diberi CCL, sifat hepatoprotektif ini diduga karena mengkudu banyak mengandung berbagai antioksidan dengan kandungan vitamin C yang tertinggi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek perlindungan vitamin C terhadap kerusakan jaringan hati akibat stress oksidatif yang ditimbulkan oleh induksi CCl4. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih galur Wistar jantan dengan berat sekitar 200 gram per ekor. Tikus dibagi secara random menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Kelompok I (KK) adalah kelompok kontrol yang mendapat makan dan minuet ad libitum. Kelompok II (KP1) adalah kelompok yang diracuni dengan 0,55 mgCCl4/g berat badan diberikan per oral sebagai dosis tunggal pada hari ke 11. Kelompok III (KP2), IV (KP3), dan IV (KP4), adalah kelompok yang diberi vitamin C dosis rendah (0,03 mg/g berat badan ), dosis sedang (0,06 mg/g berat badan), dan dosis tinggi (0,2 mg/berat badan) yang diberikan per oral selama 11 hari. Pada hari kesebelas 2 jam setelah pemberian vitamin C tikus kelompok III, IV dan V diinduksi CCl4 0,55 mg/g berat badan per oral. Pada hari keduabelas tikus dikorbankan, kemudian dibedah diambil darah dan hatinya untuk pemeriksaan glutation eritrosit dan glutation jaringan hati Berta pemeriksaan histopatologik jaringan hati. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA searah.
Hasil dan Kesimpulan: Kadar glutation eritrosit kelompok I (2,389 ± 0,716mg/g Hb); kelompok H (1,832 ± 0,320 mg/g Hb); kelompok III (3,131 ± 0,682 mg/g Hb); kelompok IV (2,425 ± 0,488mg/g.Hb); dan kelompok V (3,497 ± 0,488 mg/g Hb). Kadar glutation eritrosit pada kelompok III, IV dan V yaitu kelompok yang dilindungi vitamin C sebelum diinduksi CCLI lebih tinggi dibanding dengan kelompok I maupun H dan secara statistik berbeda bermakna (p0.05). Hasil pemeriksaan jaringan hati secara histopatologik didapatkan derajat kerusakan jaringan hati pada kelompok I (1,000 ± 0,000); kelompok II (3,000 ± 0,632); kelompok III (2,833 ± 0,408); kelompok IV (3,167 ± 0,408); dan kelompok V (2,833 ± 0,408). Meskipun derajat kerusakan jaringan hati pada kelompok III dan V lebih rendah dibanding dengan kelompok II, yaitu kelompok yang diberi vitamin C sebelum induksi CCI4, namun perbedaan ini tidak berbeda bermakna secara statistik (p>0.01)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Khifzhon Azwar
"ABSTRAK
Latar belakang: Penelitian-penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa
Syzygium aromaticum (cengkih) dapat berfungsi sebagai antioksidan dan
prooksidan. Untuk mendapatkan data dan mengetahui efek cengkih terhadap
konsentrasi malondialdehida (MDA) dikarenakan stres oksidatif yang diinduksi
karbon tetraklorida (CCl4) pada hati dan plasma darah tikus dan apakah plasma
darah dapat mewakili kerusakan pada hati.
Metode: 10 jenis perlakuan dibandingkan yaitu 5 perlakuan pada hati dan 5 pada
plasma darah. Setiap jaringan diberi perlakuan yakni (1) CCl4 positif dan cengkih positif setelah 3 hari, (2) setelah 1 hari perlakuan, (3) alfa-tokoferol, (4) CCl4, dan"
"(5) kontrol normal. Metode Wills digunakan untuk mengukur kadar MDA."
Hasil: Kadar MDA hati ±SD adalah 0,0262 ±0,0010 pada kelompok hari ketiga,
0,0214 ±0,0047 pada kelompok hari pertama, 0 pada kelompok alfa-tokoferol,
0,0077 ±0,0094 pada kelompok CCl4, dan 0,0039 ±0,0009 pada kontrol normal
dalam nmol/mg protein (p=0,000), sedangkan di plasma darah hasilnya 29,6032
±6,8021 pada kelompok hari ketiga, 26,1103 ±3,6920 pada kelompok hari
pertama, 1,1612 ±0,3555 pada kelompok alfa-tokoferol, 1,4585 ±1,4747 pada
kelompok CCl4, and 2,4217 ±1,2382 pada kontrol normal diukur dalam nmol/mL
(p=0,000).
"
"
"Kesimpulan: Penggunaan ekstrak cengkih dengan dosis 200 mg/kg berat badan"
"tikus meningkatkan kadar MDA dan kerusakan yang diinduksi oleh CCl4 tergantung pada lama perlakuan. Efek antioksidan tidak didapatkan dalam penelitian ini. Dengan adanya korelasi yang kuat antara kadar MDA di hati dan plasma darah (R=0,97; p=0,003), dapat disimpulkan penggunaan plasma darah dalam pengukuran kadar MDA dapat mewakili perubahan kadar di hati yang"
"diakibatkan oleh kerusakan."

ABSTRACT
Background: Previous studies showed that Syzygium aromaticum (clove) could
be antioxidant or prooxidant. It is important to obtain better understanding about
the effect of clove on malondialdehyde (MDA) concentration due to carbon
tetrachloride (CCl4)-induced oxidative stress in rat liver and blood plasma in Day
1 and Day 3; and whether blood plasma MDA level might represent liver damage.
"
"
Methods: 10 kinds of treatment consist of 5 kinds for liver and 5 for plasma.
Each rat group underwent several treatments, namely (1) CCl4- and clove-positive
treatment after 3 days of clove treatment, (2) one day after, (3) alpha-tocopherol,
(4) CCl4, and (5) normal control. Wills method was used for MDA concentration
measurement.
Results: : Liver MDA concentration was 0.0262 ± 0.0010 for day 3 group, 0.0214
±0.0047 for day 1 group, 0 for alpha-tocopherol group, 0.0077 ±0.0094 for CCl4
group, and 0.0039 ±0.0009 for the normal control group in nmol/mg protein
(p=0.000). Whereas in blood plasma it was 29.6032 ± 6.8021 for day 3 group,
26.1103 ±3.6920 for day 1 group, 1.1612 ±0.3555 for alpha-tocopherol group,
1.4585 ±1.4747 for CCl4 group, and 2.4217 ±1.2382 for normal control group in
nmol/mL (p=0.000).
"
"
Conclusion: 200 mg clove administration /kg body weight of rat increased MDA
concentration and enhanced CCl4-induced damage in a time-dependent fashion.
No antioxidant properties were observed. Strong correlation between MDA
concentration in the liver and blood plasma (R=0.97; p=0.003) approved blood
plasma utilization to represent hepatic MDA concentration or damage"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Amaris
"Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman obat
tradisional yang banyak digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit. Penelitian
terdahulu melaporkan bahwa G. mangostana mempunyai aktivitas antioksidan yang
poten yang berperan melindungi sel dari stres oksidatif. Tujuan penelitian adalah
menguji efek hepatoprotektif dari ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM) pada
tikus yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4). Tikus jantan galur Sprague-
Dawley dengan berat 150-200 g, 11-12 minggu, dibagi menjadi 5 kelompok secara
acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok I: kontrol. Kelompok II:
diberikan CCl4. Kelompok perlakuan III, IV, V diberikan EEKBM dengan dosis 900,
1080 dan 1296 mg/kgBB/hari secara oral selama 8 hari. Aktivitas alanin
aminotransferase (ALT), malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH) diukur pada
plasma dan jaringan hati tikus. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas ALT plasma
dan kadar MDA hati kelompok EEKBM (900, 1080 dan 1296 mg/kg BB) lebih
rendah dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kadar MDA plasma
tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol, tetapi lebih tinggi dibanding
kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kadar GSH hati dan plasma dari
kelompok EEKBM (900 dan 1080 mg/kg BB) lebih tinggi dibanding kelompok CCl4
secara bermakna (p<0,05). Pada kelompok EEKBM (1296 mg/kg BB) kadar GSH
plasma lebih tinggi dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05).
Kesimpulannya, EEKBM mempunyai kemampuan untuk melindungi hati dari
kerusakan oksidatif akibat CCl4, kemampuan ini diduga berhubungan dengan
aktivitas antioksidan dari kandungan senyawa Garcinia mangostana L.

Mangosteen fruit (Garcinia mangostana L.) is traditionally used as medicinal plant.
Previous studies mentioned that G. mangostana has a potent antioxidant activity to
protect the cells from oxidative stress. This study aimed to investigate the
hepatoprotective effect of the ethanol extract of mangosteen pericarp (EEMP) in rats
induced by carbon tetrachloride (CCl4). Male Sprague-Dawley rats weighing 150-200
g, 11-12 weeks were randomly devided into 5 groups of 5 animals each. Group I:
controls. Group II: treatment CCl4, and 3 treatment Groups (III, IV, V). Group III:
EEMP 900 mg/kgBW, Group IV: EEMP 1080 mg/kgBW and Group V: EEMP 1296
mg/kgBW. All treatment with plant extracts administered orally, once per day for 8
days. The activity of alanine aminotransferase (ALT), malondialdehyde (MDA) and
glutathione (GSH) was measured in rats plasma and liver tissue. Results showed that
the plasma ALT activity and liver MDA levels of EEMP groups (900, 1080 and 1296
mg/kgBW) were significantly lower compared to CCl4 group (p<0,05), while the
plasma MDA levels were not significantly different compare to control group
(p<0,05) but higher compared to CCl4 groups (p<0,05). GSH levels of liver and
plasma of treatment groups (900 and 1080 mg/kgBW) were significantly higher
compared to CCl4 group (p<0,05), while at treatment group of 1296 mg/kgBW, only
the GSH levels of plasma were significantly higher compared to CCl4 group
(p<0,05). Hence, in conclusion ethanol extract of mangosteen pericarp (EEMP)
demonstrated the ability to protect the liver from oxidative damage caused by CCl4,
which was assumed due to the antioxidant activity of the active compound of
Garcinia mangostana L.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marhaen Hardjo
"Ruang lingkup dan cara penelitian:
Telah dilakukan studi in vivo pengaruh pemberian tomat (Solarium iycopersicum Mill.) pada tikus yang diracuni dengan karbon tetraklorida (CCI4) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek perlindungan tomat, yang banyak mengandung likopen, terhadap kerusakan hati akibat pembentukan radikal bebas pada pemberian karbon tetrakiorida (CCI4), Penelitian ini menggunakan 28 ekor tikus jantan, strain Sprague Cawley (Rattus norvegicus), berumur kurang lebih 3 bulan dengan berat badan 180-200 gram, yang dibagi secara acak dalam 4 kelompok yang masing-masing terdiri dari 7 ekor. Kelompok I, mendapat diet standar dan bahan pengemulsi (pelvis Gummi arabici ,minyak kelapa, dan akuades), berlaku sebagai kelompok kontrol normal. Kelompok II, mendapat diet standar, dan diberikan emulsi tomat dengan dosis 35,19 mg/kg berat badan selama 8 hari berturut-turut. Kelompok III, mendapat diet standar, bahan pengemulsi, dan pada hari kedelapan diberikan dosis tunggal CCI4 sebesar 0,55 mglg berat badan. Kelompok IV, mendapat diet standar dan emulsi tomat dengan dosis 35,19 mg/kg berat badan dan pada hari kedelapan 2 jam setelah pemberian tomat diberikan dosis tunggal CCI4 sebesar 0,55 mg/g berat badan. Pemberian bahan pengemulsi, emulsi tomat dan CCI4 dilakukan melalui sonde lambung. Dua hari setelah itu tikus dimatikan, dilakukan pembedahan untuk mengambil hati dan darah. Kemudian dilakukan pemeriksaan senyawa dikarbonil, malondialdehid (MDA), dalam hati dan plasma, serta penilaian kerusakan histologis hati. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for Window 11.0.
Hasil dan kesimpulan:
Ditemukan peningkatan yang bermakna kandungan MDA hati, senyawa dikarbonil hati, dan derajat kerusakan hati pada kelompok III dibandingkan dengan kelompok kontrol normal. Terjadi penurunan yang bermakna kadar MDA plasma dan senyawa dikarbonil plasma pada kelompok III dibandingkan dengan kelompok kontrol normal. Dan pada kelompok IV, baik kandungan MDA hati, senyawa dikarbonil hati dan derajat kerusakan hati, maupun kadar MDA plasma dan senyawa dikarbonil plasma, dapat dipertahankan mendekati nilai normal. Disimpulkan bahwa tomat yang mengandung banyak likopen dapat melindungi hati dari kerusakan akibat serangan radikal bebas pada keracunan CCI4.

An experimental study, in vivo, was investigated in rats. This study was conducted to investigate the ability of tomato to prevent liver cells damage by free radicals formed in CCI4 intoxication. Twenty eight male rats, strain Sprague Dawley, approximately three month old, weight 180-200 g, were divided randomly in four groups. The first group, served as a normal control group, received no treatment. The second group received tomato emulsion in a dose equivalent to 35,19 mg/kg body weight for 8 days. The third group was intoxicated with a single dose 0,55 mg CCl41g body weight. The rats of the fourth group, received tomato emulsion in a dose equivalent to 35,19 mg/kg body weight for 8 days consecutively, and after two hours they are intoxicated with a single dose 0,55 mg CC141g body weight. Forty eight hours after the administration of CCI4, the rats were sacrificed. Malondialdehyde (MDA) and dicarbonyls compounds, formed in the presence of free radicals in CCI4 intoxication, were determined in liver homogenates and plasma serum. Further more, the livers were taken for histological examination.
This study showed that CCI4 intoxication significantly increased the MDA and dicarbonyls level in the liver. In contrast, those level significantly decreased in the plasma. Further, CCI4 intoxication caused significantly increased liver cells damage. Administration of tomato emulsion significantly decreased the MDA and dicarbonyls level in the liver and prevent significantly increased level of liver cells damage, however, the MDA and dicarbonyls level significantly increased in the plasma
This study suggested that tomato contain high lycopene (80-90% from carotenoids in tomato fruit) could reduce free radicals formation caused by CC14 intoxication and prevent occurrence of liver cells damage."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 12472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Widhani
"Latar Belakang: Pada ODHA didapatkan peningkatan inflamasi dan stres oksidatif. Puasa Ramadan dapat memperbaiki inflamasi dan stres oksidatif, namun penelitian pada ODHA yang mendapat antiretroviral belum pernah dilakukan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadan terhadap high sensitivity Creactive protein (hs-CRP) dan status antioksidan total (SAT) pada ODHA yang mengonsumsi antiretroviral.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian prospektif pada 29 orang ODHA dengan ARV yang berpuasa dan 29 yang tidak berpuasa. Kriteria inklusi yaitu pria, 20-40 tahun, mendapat ARV lini 1 minimal 6 bulan, serta tidak dalam fase inisiasi pengobatan untuk infeksi oportunistik. Pasien yang mendapat steroid atau imunosupresan lain atau pasien dengan adherens minum ARV kurang dari 95% dieksklusi. Pemeriksaan kadar hs-CRP dan SAT dilakukan sebelum dan saat puasa Ramadan (setelah 14 hari puasa).
Hasil: Karakteristik baseline usia, hitung CD4, HIV-RNA, kombinasi ARV, status hepatitis B dan C, serta kadar hs-CRP tidak berbeda antara kelompok berpuasa dengan kontrol. Setelah dua minggu, terdapat penurunan signifikan hs-CRP pada kelompok yang berpuasa dibandingkan kontrol (p=0,004). Median perubahan hs-CRP pada kelompok puasa adalah -0,41 (IQR -1; 0,1) mg/L, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,2 (IQR -0,3; 1,5) mg/L. Konsumsi polyunsaturated fatty acid, berat badan, jumlah rokok, dan jumlah jam tidur per hari menurun selama puasa Ramadan (berturut-turut p=0,029; p<0,001; p<0,001; dan p<0,001). Tidak ditemukan perbedaan bermakna perubahan SAT antara kelompok yang berpuasa dengan kontrol (p=0,405). Median perubahan SAT pada kelompok puasa adalah 0,05 (IQR -0,03; 0,12) mmol/L, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,04 (IQR -0,13; 0,36) mmol/L.
Simpulan: Puasa Ramadan menurunkan kadar hs-CRP pada ODHA yang mengosumsi antiretroviral. Puasa Ramadan belum meningkatkan kadar SAT pada ODHA yang mengonsumsi antiretroviral.

Background: Inflamation and oxidative stress were increased among HIV patients. Studies had showed Ramadan fasting could improve inflammation and oxidative stress, but not one of them had been conducted in HIV patients receiving antiretroviral therapy.
Aim: to know the effect of Ramadan fasting on hs-CRP level and total antioxidant status among HIV patients on highly active antiretroviral therapy.
Methods: A prospective cohort study comparing 29 HIV-infected patients on stable ART doing Ramadan fasting versus 29 non-fasting patients. Inclusion criteria were male, 20-40 years old, receiving first line ART for at least six months, and not on initial phase of opportunistic infection?s treatment. Patients who consumed steroid or other immunosuppressant or patients with poor ART adherence were excluded. Level of hs-CRP was obtained before and during Ramadan after at least 14 days fasting.
Results: Baseline age, CD4 cell count, HIV-RNA, ART combination, hepatitis B and hepatitis C status, and hs-CRP level were similar for both fasting and control groups. After 2 weeks, a significant hs-CRP decrease was found in fasting group compared to non-fasting one (p=0.004). Median difference of hs-CRP in fasting group was -0.41 (IQR -1 and 0.1) mg/L, while in control group the median difference was 0.2 (IQR -0.3 and 1.5) mg/L. Polyunsaturated fatty acid consumption, body weight, amount of cigarette smoking, and total sleep hours per day were decreased significantly during Ramadan fasting (p=0.029; p<0.001, p<0.001, p<0.001 respectively). There was no statistically significant changes in total antioxidant status between the two groups (p=0.405). Median total antioxidant status changes in fasting group was 0.05 (IQR -0.03;0.12) mmol/L. Median total antioxidant status changes in control group was 0.04 (IQR -0.13; 0.36) mmol/L.
Conclusion: Ramadan fasting decreased hs-CRP level among HIV patients on antiretroviral therapy. Ramadan fasting had not increased total antioxidant status among HIV patients on antiretroviral therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abi Aufar Hawali
"ABSTRAK
Latar Belakang: Cengkeh dikenal sebagai bumbu antioksidan yang digunakan dalam rokok, rempah-rempah untuk makanan / sup, dan obat tradisional. Diyakini bahwa cengkeh dapat melindungi perokok dari radikal bebas rokok. Kalau tidak, penelitian tentang cengkeh sebagai antioksidan masih membingungkan.
Tujuan: Mengungkap bahwa cengkeh dapat mengatasi karbon tetra klorida (CCl4) dan radikal bebasnya
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, menggunakan 20 tikus Wistar yang dibagi menjadi 4 kelompok, Kelompok 1 (CCl4 + cengkeh 3), kelompok 2 (CCl4 + cengkeh 1), kelompok 3 (kontrol normal, tanpa ditawari pengobatan), kelompok 4 (kontrol positif, diinduksi oleh CCl4 dan diikuti oleh 100 mg alfa-tokoferol), dan kelompok 5 (kontrol negatif, hanya diinduksi oleh CCl4). Hati tikus dihomogenisasi dan diikuti dengan pengukuran aktivitas CAT menggunakan metode spektrofotometri pasangan.
Hasil: Ada perbedaan yang signifikan dalam rata-rata antara kelompok (p = 0,001). Uji lebih lanjut, Post Hoc menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan 4 (p = 0,008), 1 dan 5 (p = 0,001), 2 dan 5 (p = 0,001), 3 dan 5 (p = 0,001) , dan 4 dan 5 (p = 0,007).
Kelompok 1 (CCl4 + Clove3) memiliki aktivitas katalase tertinggi.
Kesimpulan: Pemberian oral syzygium aromaticum (cengkeh) dengan dosis 200 mg / kg berat badan tikus terhadap 0,55 mg / kgBB CCl4 menunjukkan peningkatan aktivitas katalase tetapi tidak mengatasi stres oksidatif.

ABSTRACT
Background: Clove is known as antioxidant spice that used in cigarettes, spice for food/soup, and traditional medicine. It is believed that clove could protect smokers from cigarette-free radicals. Otherwise, study on clove as an antioxidant was still confused.
Objective: To reveal that clove can overcome carbon tetra chloride (CCl4) and its free radical derives
Method: This study was an experimental research, using 20 Wistar rats that were divided into 4 groups, Group 1 (CCl4 + cloves 3), group 2 (CCl4 + cloves 1), group 3 (normal control, without being offered treatment), group 4 (positive control, induced by CCl4 and followed by 100 mg alpha-tocopherol), and group 5 (negative control, only induced by CCl4). Rat livers were homogenized and followed with CAT activity measurement using spectrophotometry method of Mates.
Results: There was a significant difference in mean between the groups (p= 0,001). Further test, the Post Hoc showed that there is a significance different between group 1 and 4 (p=0.008), 1 and 5 (p=0.001), 2 and 5 (p=0.001), 3 and 5 (p=0.001), and 4 and 5 (p=0.007).Group 1 (CCl4+Clove3) has the highest catalase activity.
Conclusion: Syzygium aromaticum (clove) oral administration with the dose of 200 mg/kg rat body weight against 0.55 mg/kgBW CCl4 show increased of catalase activity but did not overcome the oxidative stress."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Subiakto
"Dengan Vitamin E 200 mg Terhadap Penurunan Stres Oksidatif Dan Peningkatan Antioksidan Pada Teknisi Awaak Pesawat Terbang Militer. Stres oksidatif merupakan kondisi patologis tubuh yang disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan antara oksidan dengan antioksidan tubuh, yang menghasilkan radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan sel secara dini. Radikal bebas akan berikatan bahan penyusun sel meliputi lemak, protein dan DNA akibatnya sel mengalami kerusakan, sehingga sel tidak dapat beregenerasi yang berdampak timbulnya penyakit degeneratif. Teknisi awak pesawat terbang militer sebagai personel khusus dalam melakukan pekerjaan bersinggungan langsung dengan bahan-bahan oksidan, sehingga berisiko tinggi mengalami stres oksidatif. Vitamin C dan vitamin E merupakan antioksidan non enzim dari luar luar tubuh yang memiliki peran menghambat stres oksidatif, sehingga stres oksidatif tidak terjadi. Desain penelitian studi eksperimental dengan intervensi (intervention study) dengan randomized double blind controled trial. Besar sampel 206 orang terbagi dua kelompok yaitu kelompok intervensi besar sampel 103 orang diberikan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dan kelompok kontrol besar sampel 103 orang diberikan placebo selama 40 hari tanpa putus. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, pola dan jumlah konsumsi vitamin C, vitamin E dan nutrien makanan, yang diperoleh dari food frequecy questionnaire (FFQ) dan 24 jam recall, pemeriksaan stres oksidatif berdasarkan pemeriksaan kadar malondialdehyde (MDA) dan antioksidan berdasarkan pemeriksaan kadar glutathione (GSH) dalam serum darah pada pre dan post intervensi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan stres oksidatif pada kelompok yang mendapatkan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo, secara bermakna dengan p value 0,04 dengan besar efek - 0,089 nmol/mL, selang kepercayaan 95% (-0,17875 – 0,00095). Tidak terjadi peningkatan antioksidan pada kelompok yang mendapatkan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo, secara tidak bermakna dengan p value 0,81 dengan besar efek -0,019 ug/mL, selang kepercayaan 95% (-0,140 – 0,180). Kata kunci : Suplemen Kombinasi Vitamin C dan Vitamin E, Stres Oksidatif, Antioksidan, Teknisi Awak Pesawat Terbang Milite

500 mg with Vitamin E 200 mg to Decrease Oxidative Stress and Increase Antioxidant on Technician Crew Military Aircraft. Oxidative stress is pathological condition body that is caused by imbalance between oxidants with antioxidants body, which produces free radicals that can lead cell damage early. Free radical will bind building blocks cell covering of fat, protein and DNA will result damage cell, so cell can not regenerate that affect onset of degenerative diseases. Technicians crew military aircraft as specialized personnel with activity job direct contact with material oxidant, thus high risk of oxidative stress. Vitamin C and vitamin E are antioxidant enzyme exogen outside body which has role inhibiting oxidative stress, so oxidative stress does not occur. The design study experimental studies with intervention randomized double blind controled trial. Sample size 206 people divided into two groups are intervention group with sample size 103 people are given supplements combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg and control group with sample size 103 people are given placebo for 40 days without break. Data collected include are characteristics of respondent, pattern and amount of consumption of vitamin C, vitamin E and nutrient food, derived from food frequecy questionnaire (FFQ) and 24-hour recall, examination of oxidative stress by checking levels malondialdehyde (MDA) and examination of antioxidant by checking levels glutathione (GSH) in blood serum in pre and post intervention. The results showed decrease oxidative stress in group intervention who are received suplement combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg compared with control group who are received placebo, are significant with p value 0.04 with effects size -0.089 nmol/mL, confidence interval 95 % (-0.17875 - 0.00095). No increase antioxidants in group intervention who are received supplement combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg compared with control group who are received placebo, are not significant with p value 0.81 with effects size -0.019 ug/mL, 95% confidence interval ( -0.140 - 0.180)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Gayatri Dwipoerwantoro
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
D1745
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bantari Wisynu Kusuma Wardhani
"Latar Belakang: Studi pendahuluan ekstrak mahkota dewa menunjukkan aktivitas hepatoprotektif melalui jalur NFkB-TNF dan penurunan peroksidasi lipid. Jalur tersebut terlibat dalam patogenesis fibrosis hati yang hingga saat ini belum memiliki terapi standar. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifibrosis dan mekanisme kerja ekstrak tersebut pada model fibrosis in vivo yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4).
Metode: Tikus Sprague-Dawley diinduksi dengan CCl4 melalui injeksi intraperitoneal 2 mL/kgBB selama 2 minggu pertama dan dilanjutkan dengan dosis 1 mL/kgBB2 kali seminggu selama 6 minggu. Terapi silimarin 100 mg/kgBB/hari (Sil) dan ekstrak mahkota dewa pada dosis 75 mg/kgBB/hari (T75) dan 150 mg/kgBB/hari (T150) diberikan per oral mulai minggu ketiga. Hewan coba diterminasi setelah 8 minggu perlakuan untuk diambil darah dan organ hatinya. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan aktivitas enzim penanda fungsi hati (aktivitas ALT, AST dan ALP plasma), kerusakan sel dan fibrosis (histopatologi), penanda stres oksidatif (kadar MDA dan rasio GSH/GSSG), aktivitas antifibrogenik (TGF-1) dan fibrolisis (MMP-13).
Hasil: Silimarin dan ekstrak mahkota dewa dapat memperbaiki penanda kerusakan hati melalui penurunan aktivitas ALT, AST dan ALP yang signifikan. Hasil ini diikuti perbaikan parameter stres oksidatif melalui penurunan kadar MDA sekaligus peningkatan rasio GSH/GSSG. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa memiliki aktivitas antioksidan sehingga dapat mencegah kerusakan hepatosit akibat CCl4. Aktivitas tersebut akan menurunkan aktivasi HSC (hepatic stellate cells) sehingga sitokin profibrogenik (TGF-1) mengalami penurunan. Studi ini menunjukkan penurunan TGF-1yang signifikan juga terjadi pada semua kelompok terapi. Seiring dengan penurunan aktivasi HSC, penurunan persentase area positif MMP-13 pun terjadi pada semua kelompok terapi dibandingkan CCl4. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas fibrolisis ekstrak tersebut pada fibrosis hati. Perbaikan parameter biokimiawi tersebut didukung dengan tendensi penurunan persentase area fibrosis.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa dapat memperbaiki fibrosis hati yang disebabkan oleh CCl4 melalui jalur yang melibatkan TGF-1 dan MMP-13.

Background: Previous study of mahkota dewa extract showed its hepatoprotective activity through NFkB-TNF pathway dan decreased lipid peroxidation. This pathway played a major role in the pathogenesis of liver fibrosis. Up to date, there has no known standard therapy in liver fibrosis. This study was aimed to determine the antifibrotic activity and the mechanism of mahkota dewa extract in CCl4-(carbon tetrachloride) induced liver fibrosis in male rats.
Methode: Sprague-Dawley rats were injected intraperitoneally with 2 mL/kg CCl4 in olive oil (1:1) twice weekly for 2 weeks, followed by 1 mL/kgBB injection for 6 weeks. Treatments given starting 3 weeks of CCl4 induction were silymarin 100 mg/kgBB/day, mahkota dewa extract 75 mg/kgBB/day (T75) and 150 mg/kgBB/day (T150) orally. On the eighth week, rats were sacrificed. Blood and liver were for the analysis of liver function test (ALT, AST and ALP activity), hepatotoxicity and liver fibrosis marker (histopathology analysis), oxidative stress markers (MDA levels and GSH/GSSG ratio), pro fibrogenic cytokine (TGF-1)and fibrolysis marker (MMP-13).
Result: This study showed that silymarin and mahkota dewa extract decreased the activity of ALT, AST and ALP. This is followed by amelioration of stress oxidative by decreasing MDA levels and increasing GSH/GSSG. All parameters examined showed that mahkota dewa has antioxidant activity that decreased HSCs activation. This is in accordance to the reduction of TGF- levels in all treatment groups. In aggrement to those, decreased levels of MMP-13 were shown in all treatment groups compared to CCl4. There were tendencies of decreased fibrotic area that followed improvements of biochemical parameters.
Conclusion: Mahkota dewa extracts ameliorate CCl4-induced liver fibrosis through TGF- and MMP-13 pathways.
"
Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Yudhi Setyandarta
"Johar yang dikenal dengan nama botani Cassia siamea
Lamk., biasa digunakan sebagai tanaman perindang jalanan
dan sebagai obat tradisionil untuk beberapa penyakit
tertentu. Akan tetapi, inforinasi ilmiah mengenai efek
farmakologi johar masih sangat sedikit.
Pada penelitian mi, dilakukan pengujian efek hepatoprotektif
infus.daun Johar terhadap hewan percobaan. Tiga
puluh lima ekor tikus betina, strain Winstar, berumur ± 4
bulan, dan berat 130 - 160 gram, dibagi secara acak dalam
lima kelompok. Kelompok I adalah kelompok kontrol,
kelompok II adalah kelompok yang diberi infus daun Johar
20 % 1 ml /150 g BB selama delapan hari dan CC14 0,55 mg/g
BB. Kelompok III adalah kelompok yang diberi infus daun
Johar 40 % 1 ml/150 g BB selama delapan hari dan CC14 0,55
mg/g BB. Kelompok IV adalah kelompok yang diberi infus
daun Johar 80 % 1 ml/ 150 g BB selama delapan hari dan
CC14 0,55 mg/g BB. Kelompok V adalah kelom pok yang diberi
CC14 0,55 mg/g BB.
Efek hepatoprotektif daun Johar ditentukan melalui
perubahan aktivitas GPT-plasma dan pemeriksaan derajat
kerusakan jaringan hati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun Johar mempunyai
efek hepatoprotektjf, seperti terlihat pada kelompok II,
III dan IV yang menunjukkan perubahan berrnakna terhadap
kelompok V. Walaupun Efek hepatoprotektif tidak rneningkat
secara bermakna terhadap bertarnbahnya dosis yang
diberikan, seperti yang dapat dilihat pada kelompok II,
III dan IV nainun terlihat hubungan antara dosis dan efek.
Pada ketiga kelompok tersebut efek hepatoprotektif
terbesar terdapat pada kelompok IV. Maka dapat disimpulkan
bahwa daun Johar mengandung senyawa yang dapat menghambat
peningkatan aktivitas GPT-plasma dan kerusakan jaringan
hati akibat Cd4 dan terdapat hubungan antara dosis dan
efek."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>