Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133673 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuniarti Nur Hanifah
"Cerpen "Sagra" karya Oka Rusmini dan cerpen "Mereka Bilang, Saya Monyet!" karya Djenar Maesa Ayu, keduanya mengangkat perjuangan perempuan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam masyarakat. Penelitian terhadap "bahasa" penulis perempuan dalam kedua cerpen tersebut menunjukkan bahwa menurut perspektif Helene Cixous kedua cerpen itu memakai "bahasa" penulis perempuan. Meskipun demikian, kedua cerpen tersebut menunjukkan bahwa tidak semua gagasan Cixous mengenai feminine writing (penulisan feminin) dapat dijumpai dalam kedua karya itu. Oleh karena itu, kedua karya itu jugs tidak merepresentasikan semua konsep penulisan yang disarankan oleh Cixous. "Bahasa" yang dipakai oleh kedua penulis perempuan itu tampak berbeda. Dalam cerpen "Sagra", tokoh perempuannya digambarkan lebih memilih Cara-cara komprorni untuk mengatasi aturan simbolis yang membatasi kebebasan perempuan karena sistem yang ada sangat kuat membatasi kebebasan perempuan dalam segala aspek kehidupannya. Sementara itu, dalam cerpen "Mereka Bilang, Saya Monyet!", tokoh perempuannya cenderung memilih Cara-cara yang radikal dalam mengatasi aturan simbolis yang membelenggunya karena sistem yang ada reiatif lebih `Ionggar' dalam membatasi kebebasan perempuan. Adanya perbedaan tersebut menunjukkan bahwa latar belakang sosiokultural Oka yang hidup dalam masyarakat yang memegang teguh norma agama dan budaya Hindu Bali dan Djenar yang hidup dalam masyarakat yang menganut nilai-nilai modern sangat berpengaruh pada pandangan dan upaya keduanya dalam merepresentasikan perjuangan perempuan untuk melepaskan diri dari dominasi patriarki. Penelitian ini memberi perspektif baru bagi kajian talcs sastra dalam kesusastraan Indonesia. Di samping itu, penelitian ini membuka peluang untuk penelitian lain terhadap karya lain berdasarkan perspektif Cixous.

Short stories titled "Sagra" by Oka Rusmini and "Mereka Bilang, Saya Monyet!" by Djenar Maesa Ayu, both of these short stories represented the woman struggle to cope their problems in their communities. The research of woman writing's in those works, according to Helene Cixous's perspective, showed that they represented the concept of feminine writing, even though they did not represent all of Cixous's concepts of feminine writing. The research results showed the different "language" between those works, such as, "Sagra" represented women characters who suited and made a compromise ways with the symbolic order, which restricted woman in all her aspects of live very tightly, to cope their social problems. Meanwhile, "Mereka Bilang, Saya Monyet! represented women characters who took radically ways to cope their social problems caused by symbolic order which restricted woman because its system restricted relatively `loosely' to woman rights. The difference between those works showed that the authors's socio-cultural background (Oka lived in the community which held the Hindu Bali's religious norms and tradition and Djenar lived in the community which held modern values) affected to their views and their ways to represent the woman's struggle within patriarchy's domination. This research gives new perspective to analyze the literary texts in Indonesian literature. Besides, it brings the possibility to other research of other works based on Cixous perspective."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djenar Maesa Ayu
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
899.221 3 Ayu m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djenar Maesa Ayu
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004
I 899.232 A 521 m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia Brilianti
"Penelitian terhadap cerpen karya Djenar adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan seksualitas perempuan dalam cerpen. Penelitian ini juga menguraikan alasan dan tujuan dari seksualitas perempuan yang tercermin melalui perilaku tokoh perempuan. Kemudian hal tersebut akan dikaitkan dengan kriteria mencapai kesetaraan gender. Berdasarkan penelitian terhadap seksualitas perempuan dalam cerpen karya Djenar, didapat gambaran bahwa perilaku seksual perempuan adalah bebas..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Riyadi
"Perilaku-perilaku tak wajar seorang tokoh tertentu di dalam sebuah karya sastra atau film terkadang menimbulkan pertanyaan apakah perilaku-perilaku tersebut dapat dipercaya atau tidak. Terkadang memang tidak mudah untuk memahami alasan yang membuat tokoh tersebut berperilaku sebagaimana digambarkan dalam cerita di karya sastra atau film tersebut. Di sinilah pendekatan psikoanalisis bisa menjadi alat yang sesuai untuk memahami hal tersebut.
Kajian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip psikoanalisis dapat digunakan untuk lebih memahami sebuah film yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet!, terutama tokoh utamanya, yaitu Adjeng. Secara lebih spesifik, tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk menemukan bagaimana (1) unsur-unsur naratif dan sinematografis film ini mencerminkan prinsip-prinsip psikoanalisis Freud, dan (2) bagaimana gejala-gejalan neurosis tokoh utama di dalam film ini ditunjukkan di dalam film, dan bagaimana gejala-gejala tersebut terkait dengan masa lalunya.
Dari hasil analisis unsur-unsur naratif film (tema, alur, penokohan, simbol, metafor, ironi, dan alegori) ditemukan bahwa semua unsur naratif tersebut sangat terkait dengan prinsip-prinsip psikoanalisis Freud. Keterkaitan yang sama juga ditemukan pada unsur-unsur sinematografisnya (gambar, gerakan, dan suara). Keterkaitan unsurunsur sinematografis ini mungkin tidak sejelas keterkaitan dengan unsur-unsur naratif. Meski begitu, unsur-unsur sinematografis tetap mempertegas keterkaitan antara struktur film ini dengan prinsip-prinsip psikoanalisis.
Sementara itu, analisis gejala-gejala neurosis pada tokoh utama film ini, Adjeng, menemukan adanya dua macam gejala neurosis yang diderita Adjeng, yaitu ketakutan akan keintiman dan ketakutan akan ditinggalkan (ditelantarkan). Gejala-gejala tersebut ditunjukkan oleh sekuen-sekuen yang menunjukkan hubungannya dengan orang-orang terdekatnya, seperti ibunya, kekasih-kekasihnya, dan teman-teman dekatnya. Gejala-gejala neurosis tersebut terkait erat dengan kejadian-kejadian traumatis yang dialami Adjeng ketika masih kecil dulu, khususnya saat ia mengalami kompleks Oedipus.

Uncommon behaviors of a certain character in a literary work or movie sometimes raise a question if such behaviors are really believable or not. In fact, it is sometimes difficult to understand why such character does the things s/he does in the story told by the literary work or movie. In this case, a psychoanalysis approach can be a very effective tool to understand such thing.
This study aims at showing how psychoanalysis principles can be used to get a better understanding of a movie entitled Mereka Bilang, Saya Monyet! (They Say, I am a Monkey!), in general, and its character(s), in particular. To be more specific, the objective of this qualitative research is to find out (1) how the narrative and cinematographic elements of this movie reflect Freud's Psychoanalysis principles and (2) how the neurosis symptoms of the main character in this movie, Adjeng, which are related to her childhood memories, are shown in the movie.
The analysis of its narrative elements (theme, plot, characterization, symbolism, metaphor, irony, and allegory) shows that all the elements are closely related to Freud's Psychoanalysis principles. The same finding also goes to the analysis of its cinematographic elements (picture, motion, dan sounds). Such relation might not be as vivid as the one found in its narrative elements, but cinematographic elements certainly give strong emphasis on such principles.
As for the neurotic symptoms of the main character, Adjeng, it is found that there are basically 2 kinds of neurotic symptoms that she suffers from; fear of intimacy and fear of abandonment. Such symptoms are shown by the sequences that show her relationship with the people she is close to, including her mother, her lovers, and her close friends. These neurotic symptoms are deeply rooted to her traumatic experiences in her childhood when Oedipus Complex took place.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Adji
"Karya sastra sebagai hasil refleksi manusia dapat menjadi media yang strategis untuk dijadikan alat pendobrak atau petanggeng sistem patriarki. Hal ini diyakini oteh pemikiran feminisme yang tidak pernah lepas dari satu persoatan utama, yaitu adanya kesadaran bersama bahwa terjadi ketidakadilan yang dialami oleh perempuan dalam hubungannya dengan taki-Laki. Akar permasatahannya adalah pada sistem patriarki yang beroperasi dengan berbagai media, terutama melalui pemikiran filsafat Barat.
Berangkat dari hat itu, penelitian ini berusaha mengkaji karya sastra Djenar Maesa Ayu dalam kajian filsafat dengan menggunakan epistemologi feminis. Pertanyaan-pertanyaan yang memandu penelitian ini adalah (1) apa dan bagaimana Djenar Maesa Ayu menulis dalam subjektivitasnya sebagai perempuan (2) sejauh mana tulisan Djenar dapat dimasukkan ke dalam kerangka pemikiran feminisme (3) apakah tulisan Djenar masuk dalam feminine writing atau masculine writing dilihat dari kerangka pemikiran Helene Cixous dan (4) apakah tulisan Djenar mengandung subjektivitas perempuan dalam kacamata filsafat.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa tulisan Djenar memuat tema-tema yang berhubungan dengan pengalaman konkret perempuan dalam kaitannya sebagai the other, yaitu melalui tema-tema seksualitas, kekerasan seksual, merjinalisasi, dan moralitas. Hasil penetitian memperlihatkan bahwa tulisan Djenar memperlihatkan perlawanan terhadap sistem patriarki yang dalam berbagai cara dan media selalu mengobjektivikasi atau mendudukkan perempuan dalam posisinya sebagai the other. Selanjutnya, tulisan Djenar dapat dilihat juga sebagai bentuk tulisan perempuan (feminine writing) dalam kerangka pemikiran Helene Cixous, terutama lewat keberaniannya menyuarakan pengalaman perempuan dan upayanya untuk keluar dari masculine writing. Tulisan Djenar pada tataran yang tebih jauh tagi dapat dilihat sebagai tulisan yang mengandung nilai-nilai subjektivitas perempuan. Subjektivitas manusia yang diusung oleh filsafat Hegel menekankan pada "Diri" yang terpusat dan kehendak atas yang lain sehingga hubungan yang terbentuk adalah hubungan melalui dominasi dan negasi. Bentuk hubungan seperti inilah yang diyakini sebagai cikal bakal dari imperialisme, eksploitasi alam, dan penyeragaman terhadap perbedaan. Sementara itu, subjektivitas perempuan lebih menekankan keberadaan dirinya dalam hubungannya dengan yang lain sehingga hubungan yang terbentuk adalah hubungan yang saling mengafirmasi.

Literature works, as the product of human reflection, may be strategic media employed to either demolish or sustain a patriarchic system. This is a conviction of feminism thoughts that is inevitably related to one main problem, that is, the existence of common awareness that women have been suffering inequality in their relation to men. The root problem is that patriarchic system that operates in various media, particularly through Western philosophic thoughts.
Against the background above, this research tried to investigate Djenar Maesa Ayu's literature work in a philosophic study by using feminism epistemology. The questions that guided this research were (1) what and how Djenar Maesa Ayu wroute in her subjectivity as a woman; (2) to what extent Djenar's writing could be included into a feminism frame of thoughts; (3) does Djenar's writing falls into feminine writing or masculine writing as seen from Helene Cixous's frame of thoughts; and (4) does Djenar's writing contains woman's subjectivity by philosophic terms.
This research revealed that Djenar's writing contains women's concrete experiences-related contents in its connection as the other, that is, sexuality, sexual violation, marginalizing, and morality themes. The results of this research that Djenar's writing shows a revolt against patriarchic system that in various ways and by various media always objectifies or positions women as the other. Furthermore, Djenar's writing could also be seen as a form of feminine writing in a Helene Cixous's frame of thoughts, particularly by her courage to tell women's experience and her efforts to be out of masculine writing. Djenar's writing could, at a higher level, be seen as a writing that contains feminine subjectivity. Human subjectivity the Hegelian philosophy put an emphasis on "Self" that is centered and intention over the other so that the establisher relation is a relation by domination and negation. Such relationship is believed as the origin of imperialism, natural exploitation, and convergence of differences. Meanwhile, feminine subjectivity put more emphasis on the existence of self in relation to the other so the establisher relationship is a mutually affirmative relationship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Hendra Mustaqim
"ABSTRACT
The main objective of this research is mapping and exploring how the oppression and resistance of the main character (Kekayi) in Oka Rusminis short story Pohon Api are manifested through the strategic use of her own intellectuality, not only her beauty, her focus on future visions, and her attempt to garner support from the higher authority to win the competition. This research applied the qualitative approach with content analysis method. This research reveals that Kekayi, the main character in Oka Rusminis short story Pohon Api, is an individual who is at an intersection. She faces a series of oppression, discrimination, harassment, and unpleasant events which comes from all directions of the intersection. Then, when a bad treatment is given, it will form a particular pattern that becomes habitual and eventually becomes an ideology. Furthermore, Kekayi possesses the capital to become a strong woman. That power is something given by the Almighty. However, she is also a female learner who always wants to be equal with men."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
907 UI-PJKB 8:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kardinah Tunggadewi
"Terinspirasi dengan kemunculan Djenar Maesa Ayu sebagai salah satu penulispenulis perempuan, yang karyanya yang dijuluki sebagai 'sastra wangi', membuat peneliti ingin mengkaji secara akademis dari sudut pandang ilmu komunikasi. Lingkup penelitian ini kemudian dibuat menjadi lebih spesifik, yaitu dengan melihat bagaimana representasi perempuan pada kumpulan cerpen Djenar Maesa Ayu "Jangan Mainmain!" (dengan kelaminmu). Paradigma penelitian yang digunakan disini adalah paradigma kritis yang tidak hanya digunakan untuk melihat bagaimana representasi yang ditampilkan melainkan juga untuk melihat ideologi apa yang melatarbelakangi pembentukan representasi tersebut dan juga mengkajinya dari sudut pandang gender. Critical Discourse Analysis (CDA) menurut Norman Fairclough adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini dan berkonsentrasi untuk menganalisis pada satu cerpen yaitu Menyusu Ayah. Dimana metode ini tidak hanya menganalisis teks, tapi juga menganalisis praktik wacana dan praktik sosiokultural. Pada dimensi teks, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode framing model Gamson dan Modigliani, sedangkan untuk meneliti dimensi praktik wacana dan sosiokultural, dilakukan wawancara mendalam dan studi pustaka. Hasil temuan pada dimensi teks dengan menggunakan metode framing, ditemukan bingkai (frame) utama yaitu perempuan dalam kehidupan seks, dengan mendapatkan dua bingkai turunan, yaitu perempuan sebagai subjek seks dan perempuan sebagai objek seks. Pada dimensi praktik wacana ditemukan bahwa bentukan representasi perempuan yang dihasilkan dalam teks cerpen tersebut dipengaruhi pula oleh sisi penulis teks (Djenar Maesa Ayu) dari sisi produksi teks. Yang terkait di dalamnya latar belakang penulis, proses penulisan dan isi tulisan itu sendiri. Isi kumpulan cerpen yang sebagian besar berkisar masalah seks, gender dan perempuan yang dikemas dalam tampilan dengan petunjuk "untuk pembaca dewasa" merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Sedangkan pada dimensi praktik sosiokultural, yang membahas dari tiga segi (situasional, institusional dan sosial) ketiga aspek tersebut turut mempengaruhi bentukan representasi yang berusaha ditampilkan. Pada faktor situasional, situasi dengan banyaknya kekerasan yang menimpa kaum perempuan turut mempengaruhi bentukan representasi perempuan dalam cerpen yang direpresentasikan sebagai objek seks. Sedangkan dari segi institusi (media massa) yang menerbitkan melihat bahwa keberadaan perempuan dan tulisan yang berkaitan dengan perempuan merupakan komoditas yang dapat mendatangkan keuntungan bagi media tersebut. Pada aspek sosial, representasi yang berusaha ditampilkan adalah hasil dari konstruksi realitas sosial yang dituangkan dalam bentuk fiksi (cerpen) dengan dipengaruhi oleh ideologi patriarki."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Karina Rosliana
"Fokus penelitian kualitatif berperspektif feminis ini adalah menjelaskan dekonstruksi tubuh dan seksualitas perempuan yang hidup dalam masyarakat patriarkat dan berkasta di Bali yang dilakukan Oka Rusmini. Penelitian ini menggunakan pendekatan praktik penulisan feminin Cixous juga teori seks dan kekuasaan milik Foucault. Terdapat tiga temuan, yaitu pertama, perempuan Bali yang hidup dalam sistem patriarkat dan kasta diposisikan sebagai warga kelas dua. Lebih jauh lagi, perempuan Sudra mengalami diskriminasi ganda karena posisinya berada paling rendah dalam tatanan kasta Bali. Kedua, adat budaya Bali yang patriarkat mengkonstruksi tubuh dan seksualitas perempuan sebagai objek dari hasrat laki-laki. Hasrat perempuan dikonstruksi sebagai liyan dari hasrat laki-laki. Oka merekonstruksi nilai tersebut dengan menampilkan tokoh perempuan yang berani untuk mengekspresikan hasrat seksual sekaligus menikmati eksplorasi tubuh dan seksualitas mereka. Ketiga, munculnya dekonstruksi tubuh dan seksualitas dalam kelima prosa Oka Rusmini menunjukkan konsistensi Oka dalam mengkritisi dan mendobrak konstruksi nilai dan seksualitas perempuan Bali yang selama ini dikungkung dalam mitos dan tabu seksual oleh penulisan maskulin. Dalam prosa-prosanya, Oka menggambarkan perempuan Bali sebagai perempuan yang memiliki otonomi atas tubuh dan seksualitas sendiri

The focus of this qualitative feminist study is to explicate Oka Rusmini’s deconstruction of women’s body and sexuality in the caste system in Balinese society as written in her five prose works. Using Cixous’ feminine writing approach as well as Foucault’s sex and power theory as the framework to analyze her works, I came with three findings. Firstly, Balinese women who live in patriarchal and caste society are considered assecond class citizens. In addition to that, Sudra’s women in particular are going through multiple discriminations due to their gender and low rank in the caste system in Bali. Secondly, the patriarchal society constructed women’s body and sexuality as the object of desire of men. Women’s desire was constructed as ‘the Other’ of men’s desire. Through her works, Oka reconstructed these values by creating women characters who dare to express their sexual desire and enjoy the exploration of their body and sexuality. Thirdly, the emergence of the deconstructed women’s body and sexuality in all of her works show her consistency in criticizing and breaking the values of women’s body and sexuality that have always been restricted by myth and sexual taboo in masculine writing. In her works, Balinese women were reconstructed as women who have autonomy for their own body and sexuality."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Windiyarti
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan mengungkapkan perubahan kepribadian tokoh Nayla dalam novel Nayla. Sumber data penelitian ini adalah novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama tahun 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori psikoanalisis Karen Horney. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan psikoanalisis. Pembahasan ini menghasilkan hal-hal berikut. Pertama, hubungan orang tua-anak yang buruk menciptakan berbagai peristiwa yang mendorong munculnya konflik batin tokoh Nayla. Kedua, konflik batin yang berupa kecemasan-kecemasan memicu timbulnya tingkah laku neoritis berupa tindakan-tindakan menyimpang tokoh Nayla untuk meraih kebermaknaan hidup.
Kata kunci."
Jayapura: Kibas Cenderawasih, 2018
400 JIKK 15:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>