Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167968 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kusbiantono
"Risiko investasi saham terdiri dari risiko sistematis (risiko pasar) dan risiko tidak sistematis (risiko perusahaan). Penjumlahan kedua risiko tersebut adalah risiko total yang merupakan variabilitas return dari suatu saham. Risiko sistematis merupakan bagian dari risiko total yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Sedangkan risiko tidak sistematis adalah bagian dari risiko total yang dapat diperkecil atau dihilangkan dengan diversifikasi.
Didalam model pasar (market model), beta digunakan sebagai pengukur risiko sistematis dan varian kesalahan residual sebagai pengukur risiko tidak sistematis. Salah satu asumsi model ini adalah bahwa beta dan varian kesalahan residual masing-masing merupakan variabel acak, karenanya secara teoritis kedua variabel tersebut tidak berkorelasi. Dan ini berimplikasi bahwa dalam pembentukan portofolio, besar kecilnya nilai beta saham pembentuk portofolio tidak mempengaruhi tingkat diversifikasi portofolio.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara risiko sitematis dan risiko tidak sitematis, baik pada saham individual maupun portofolio saham, serta pengaruhnya terhadap diversifikasi saham di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini dilakukan dengan periode pengamatan 1994-1996, dimana pada periode tersebut terdapat dua kondisi pasar yaitu bearish dan bullish. Dari bulan Januari 1994 sampai dengan Mei 1995 dianggap sebagai bear market (IHSG cenderung bergerak turun, yaitu dari 589,646 pada tanggal 3 Januari 1994 menjadi 415,322 pada tanggal 1 Mei 1995), sedangkan dari Juni 1995 sampai dengan Desember 1996 dianggap sebagai bull market (IHSG cenderung bergerak naik, yaitu dari 485,781 pada tanggal I juni 1995 menjadi 637,432 pada tanggal 27 Desember 1996).
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 99 perusahaan yang ditetapkan dengan teknik purposive sampling. Perusahaan yang terpilih sebagai sampel penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode penelitian dan sahamnya termasuk dalam kriteria sebagai saham yang aktif. Perhitungan korelasi antara risiko sistematis dan risiko tidak sistematis dilakukan dengan metoda Pearson Product Moment dan Spearman Rank Correlation.
Dan hasil penelitian terlihat bahwa terdapat korelasi negatip antara risiko sistematis dan risiko tidak sistematis pada saham individual, sedangkan pada portofolio saham terdapat korelasi positip antara risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Portofolio saham yang dibentuk dari saham-saham dengan nilai beta rendah mempunyai risiko tidak sistematis lebih kecil bila dibandingkan dengan risiko tidak sistematis portofolio saham yang dibentuk dari saham-saham dengan nilai beta tinggi. Ukuran portofolio saham mempengaruhi tingkat diversifikasi portofolio saham yang bersangkutan. Semakin besar jumlah saham didalam suatu portofolio, semakin baik tingkat diversifikasi portofolio tersebut yang ditunjukkan oleh semakin besarnya prosentase penurunan risiko tidak sistematis dibandingkan dengan rata-rata risiko tidak sistematis saham individual penyusun portofolio. Untuk mencapai tingkat diversifikasi yang sama, portofolio saham yang dibentuk dari saham¬saham dengan beta tinggi memerlukan jumlah saham yang lebih banyak dibandingkan dengan portofolio saham yang dibentuk dari saham-saham dengan beta rendah."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T18851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handi Wirjono
"Tesis ini berisi analisis fenomena ekonomi terhadap bursa saham. Tolok ukur analisis yang digunakan adalah indikator-indikator ekonomi dan nilai transaksi saham di Bursa Efek Jakarta. Periode analisis data bulanan dan triwulanan mulai 1 Januari 1995 hingga 31 Maret 2001. Dalam kurun waktu tersebut menunjukkan fenomena ekonomi yang bervariasi. Penelitian ini paling tidak melengkapi beberapa penelitian sebelumnya dengan topik serupa namun dengan metode analisis yang berbeda. Pertarna dengan stepwise analysis, kemudian uji multikolinieritas , dan analisis regresi.
Hasil analisis data triwulanan tidak dapat disimpulkan oleh karena lemahnya signifikansi. Begitupun hasil analisis data bulanan tidak dapat menyatakan pengaruh tingkat inflasi maupun pertumbuhan jumlah uang beredar terhadap nilai transaksi saham. Yang dapat dinyatakan hanya pengaruh suku bunga deposito dan nilai tukar. Pengaruh suku bunga relatif besar dan bersifat negatii sedangkan pengaruh nilai tukar relatif tidak berarti dan bersifat positip. Perbedaan dengan hipotesis awal dapat diindikasikan secara irnplisit bahwa fluktuasi nilai tukar bersifat temporer sedangkan ekspektasi investor bersifat jangka panjang. Namun bagaimana pun juga temuan penelitian ini menarik untuk ditindaklanjuti pada penelitian berikutnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Angeline
"Sebelum melakukan investasi di bursa saham, individu atau organisasi harus memastikan bahwa saham yang dipilih akan mendatangkan return positif di waktu yang akan datang dengan tingkat risiko tertentu. Dalam mempertimbangkan saham yang dipilih, investor perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat yang mempengaruhi return saham tersebut Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah likuiditas saham, tingkat leverage dan risiko sistematik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah likuiditas saham dan risiko sistematik memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham serta untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara tingkat leverage dengan return saham. Industri consumer goods dipilih sebagai obyek penelitian karena saat ini industri consumer goods merupakan salah satu sektor yang masuk kategori berisiko paling kecil karena perusahaan - perusahaan sektor tersebut memiliki kinerja yang cukup bagus.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil seluruh populasi pada perusahaan consumer goods yang listing di Bursa Efek Jakarta Metade regresi akan digunakan untuk mengetahui hubungan antara dependen variabel return saham dengan independen variabel likuiditas saham yang diukur dengan menggunakan bid ask spread , leverage (debt to equity ratio) dan risiko sistematik. Regresi menggunakan cross-section dengan menggunakan program SPSS pada level of significance 5% (a = 0,05). Setelah model diperoleh, maka model ini harus diuji dengan apakah sudah memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) atau belum.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisa regresi ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif serta pengaruh yang signifikan antara likuiditas saham, tingkat leverage (debt to equity ratio) dan risiko sistematik dengan return saham secara parsial. Sedangkan secara bersama-sa-na likuiditas saham, tingkat leverage dan risiko sistematik mempunyai pengaruh terhadap return saham.
Investor yang akan melakukan investasi pada saham di industri consumer goods, hendaknya mempertimbangkan secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalarn pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya, yaitu berapa tingkat pengembalian yang diharapkannya, berapa besar risiko yang hams ditanggungnya dan berapa ke-liquid-an investasi tersebut.
Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara likuiditas saham, tingkat leverage dan risiko sistematik dengan return saham, namun pada penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan sampel dari industri yang berbeda. Variabel yang diteliti juga perlu diperluas seperti iikuiditas saham yang bukan hanya dapat diukur dari bid-ask spread melainkan juga dari volume perdagangan saham atau komisi penjualan.

Before doing investment in stock exchange, an individual or organization must ensure that the stock will give positive return with the certain risk On considering what stock will be choose, investor must know any factors will affect that return. Hat the stock chosen will be the one that can give positive return in the future. Some of the factors are stock liquidity, leverage and systematic risk The aim of this research is to find out whether stock liquidity and systematic risk have positive correlations on the stock return and to know whether leverage has influence to the stock return. Consumer goods industry is chosen for this research object as this industry is one of the business sectors attracting which have low risk because the company in that sector have good performance.
This research has been done by taking sampling on consumer goods companies listed in Jakarta Stock Exchange. Regression method will be used to know the relationship between dependent variable stock return with the independent variable stock liquidity which measured by bid ask spread, leverage (debt to equity ratio) and systematic risk Regression analysis using cross-section with SPSS on level of significance 5% (a = 0,05). After regression model completed that must be tested whether that model has come up into BLUE criterion (Best Linear Unbiased Estimator) or not.
The result of this research using regression analysis indicates that there are positive correlations and significant influences between stock liquidity, leverage (debt to equity ratio) and systematic risk on the stock return partially. In other hand, stock liquidity, leverage and systematic risk have significant influences on the stock return simultaneously.
Investor who will doing investment in stock on consumer goods sector, must consider about some important things in making investment decision, some of that are how much expected return and risk that he want also how liquid that investment.
Although this research showing significant influences between stock liquidity, leverage and systematic risk in accordance with the stock price, but in next research, it's better to use sample from another industry. Beside that, it should utilizing different variables factors like another method to measure liquidity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Rintakawati
"Penelitian ini menguji faktor risiko dan return yang mempengaruhi arus modal asing ke pasar Surat Berharga Negara dengan menggunakan data pasar keuangan yang dikategorikan sebagai "push factor" yaitu yield UST Notes tenor 10 tahun dan CBOE Volatility Index (VIX) serta "pull factor" yaitu yield SUN 10 tahun dan Credit Default Swap Indonesia (CDS). Vector Error Correction Model dengan analisis impuls respon dan varian dekomposisi menyelidiki efek dinamis jangka pendek dari shock /pada faktor risiko dan return terhadap aliran dana asing di pasar SBN.
Estimasi model dengan data harian untuk periode 2005-2012 mendukung hipotesis bahwa guncangan yang terjadi pada yield obligasi pemerintah dan CDS adalah kekuatan yang paling penting dalam menjelaskan variasi dalam aliran dana asing di paar SBN.
Temuan lain yang menarik adalah peran yield UST Notes tenor 10 tahun dan index VIX sangat mempengaruhi perilaku investor asing di pasar SBN. Dari hasil penelitian diharapkan pengambil kebijakan dapat mendesain kebijakan yang dapat menjamin stabilitas dan ketahanan pasar keuangan terhadap gejolak pasar global.

This study examines the determinants of capital flows into Indonesia Government Bond Market from the market driven "push-pull" factors approach which reflect the global and country risk and return. An empirically tractable Vector Error Correction Model of the determinants of capital flows is developed, and variance decomposition and impulse response analyses are used to investigate the temporal dynamic effects of shocks to push and pull factors on debt portfolio flows.
Estimation of the model using daily data for the period 2005-2012 provides evidence supporting the hypothesis that shocks to yield government bond that represent domestic expected return and CDS that represent domestic risk are the most important forces explaining the variations in debt portfolio flows to Indonesia. Another interesting finding is the role of risk and return factors from global market as denoted by index VIX and US Treasury Bills in affecting the debt portfolio flows.
These findings highlight the concomitant need for policy makers in Indonesia to design domestic policy in a broad and comprehensive policy mix, consist of more prudence in maintaining macroeconomic stability and robust financial system to absorb both external and internal shocks to real variables of economic activity
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T39179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Alit Nugroho
"Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur pengaruh cuaca terhadap return portofolio saham yang diduga dipengaruhi oleh mood investor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan regresi linier antara return portofolio saham (variabel terikat) dengan return IHSG (kontrol) dan faktor cuaca (variabel bebas) yang tersaji dalam bentuk dummy variabel. Berdasarkan pengujian tersebut dihasilkan bahwa kondisi suhu ekstrem di Jakarta mempengaruhi return portofolio saham. Hal tersebut diduga berpengaruh pada mood investor dalam pengambilan keputusan.

The aim of this study was to measure the influence of the weather to stock return portfolio which is thought to be influenced by the mood of investors. The methods used in this research is with the linear regression between the stock return portfolio (dependent variable) with JKSE Index (control) and weather factors (independent variables) that are present in the form of dummy variables. Based on the condition that generated the test temperature extreme in Jakarta affecting stock return portfolio. It is thought to affect the mood of investors in decision-making."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T39203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Equivalent Armando
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi manajemen laba melalui akrual dan aktivitas riil di sekitar penawaran saham tambahan serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan. Manajemen laba akrual diproksikan dengan akrual diskresioner sedangkan aktivitas riil diproksikan dengan aktivitas pengelolaan penjualan, peningkatan produksi, dan pengurangan biaya diskresioner. Hasil uji beda menunjukkan perusahaan melakukan peningkatan level produksi sebelum penawaran saham tambahan dan cenderung melakukan manajemen laba akrual di sekitar penawaran saham tambahan. Akan tetapi, hasil regresi menunjukkan aktivitas peningkatan produksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan satu tahun pasca penawaran saham tambahan sedangkan manajemen laba akrual tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini mengindikasikan aktivitas peningkatan level produksi yang dilakukan perusahaan cenderung tidak oportunis karena meningkatkan kinerja perusahaan di masa depan.

Abstract
The purpose of this study is to detect earnings management through accruals and real activities around seasoned equity offering and its effect on firm's financial performance. Accrual earning management is proxied by discretionary accrual while real activities are proxied by sales management activities, increased production, and reduction of discretionary expenses. Paired samples test shows the company increased its level production prior to seasoned equity offering and tend to conduct accrual earning management around seasoned equity offering. However, the regression results indicate the increasing level of production has positive effect on firms' financial performance one year after the seasoned equity offering whereas accrual earning management has no effect on company performance. This indicates the increasing level of production tends not opportunistic, but consistent with company's goal that allow better future performance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
S395
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Mutiara
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai strategi "decile" portofolio yang terdiri dari saham-saham mispriced untuk meneliti pengaruhnya terhadap return saham. Tingkat stock mispricing diukur menggunakan variance ratio model, dan return menggunakan return minggu pertama dan minggu kedua setelah periode mispricing. Regresi dilakukan menggunakan panel data dan per portofolio, dan hasil regresi keseluruhan portofolio mengindikasikan tingkat stock mispricing memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return, sedangkan regresi untuk masing-masing portofolio menunjukkan hanya portofolio 1 sampai 3 yang berpengaruh positif signifikan, portofolio lainnya menunjukkan tidak ada pengaruh, bahkan portofolio 10 menunjukkan hasil negatif signifikan.

Abstract
This study discusses the strategy of "decile" portfolio of mispriced stocks to examine its effect on stock returns. Stock mispricing levels were measured using the variance ratio model, and return using the return the first week and second week after a period of mispricing. Regression was performed using a panel data and a portfolio, and the overall regression results indicate the level of stock mispricing portfolios have significant positive influence on return, while the regression for each portfolio indicates the portfolio is only 3th to 5th portfolio have a significant positive effect, other portfolio showed no effect, even a 10th portfolio showed a significant negative effect."
2012
T32174
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harjum Muharam
"Perkembangan Pasar Modal Indonesia juga tidak lepas dari pengamatan para ahli walaupun secara kuantitas dan kualitas masih belum memadai, hal ini wajar mengingat Pasar Modal Indonesia baru berkembang pada era delapan puluhan ketika pemerintah Indonesia mengeluarkan paraturan baru tentang pasar modal.
Penelitian tentang integrasi pasar modal di Indonesia masih sangat terbatas apalagi yang melakukan penelitian secara mendalam tentang Pasar Modal Indonesia. Pudjiastuti dan Husnan (1991) melakukan penelitian pada Pasar Modal Asia Pasifik dan menemukan ada empat pasar modal yang telah terintegrasi dengan Pasar Modal Dunia, yaitu Pasar Modal Jepang, Pasar Modal Hong Kong, Pasar Modal Singapura dan Pasar Modal Malaysia, sedangkan untuk Pasar Modal Indonesia mereka tidak menemukan bukti yang signifikan yang menunjukkan bahwa Pasar Modal Indonesia telah terintegrasi dengan Pasar Modal Dunia.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah memberikan dampak yang sangat besar bagi pasar modal Indonesia.
Harga saham merosot tajam, bahkan ada harga saham yang jauh Iebih murah dibandingkan harga pisang goreng, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta jatuh pada titik terendah dalam sejarah perkembangannya.
Berlanjutnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, maka pada bulan September 1997 pemerintah melepas batas kepemilikan asing di Bursa Efek Jakarta, hal itu berarti para investor asing bisa memiliki 100% saham perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta dan di lain pihak investor Indonesia juga bebas melakukan investasi di luar negeri. Secara teoritis kebijakan ini menjadikan Bursa Efek Jakarta terintegrasi dengan pasar modal dunia. Diterapkannya sistem devisa bebas dan sistem nilai tukar mata uang mengambang ikut mendorong terintegrasinya Bursa Efek Jakarta dengan Pasar Modal Dunia, karena para investor bebas memasukkan dan menarik modalnya dari Indonesia.
Jika hipotesis terintegrasinya Bursa Efek Jakarta dengan pasar modal dunia terbukti, maka secara otomatis pergerakan Indek Harga Saham Gabungan akan mempunyai korelasi yang signifikan terhadap pergerakan indeks-indeks
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T20416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi makro terhadap return saham khususnya pada industri otomotif dan komponennya di Bursa Efek Jakarta. Penelitian terdahulu atas pengaruh kondisi makro terhadap return saham telah banyak dilakukan pada sektor industri yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang dilakukan Manurung dan Saragih (2004) tentang pengaruh makro terhadap return saham farmasi. Penelitian ini menghasilkan bahwa variabel makro tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham farmasi, tetapi variabel market return berpengaruh signifikan terhadap return. Ati (2004), melakukan penelitian tentang pengaruh market return, Inflasi, SBI, Kurs, Harga emas dan jumlah uang beredar (M2) terhadap return saham industri barang konsumsi. Hasilnya menerangkan bahwa variabel yang paling berpengaruh pada induslri ini adalah variabel market return, sedangkan variabel SBI tidak berpengaruh terhadap mayoritas return saham sektor industri konsumsi.
Peneliti mengambil sampel 12 saham yang tergolong dalam industri otomotif dan komponennya dalam rentang periode tahun 2000-2003. Variabel makro yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG, SBI, Inflasi, Kurs dan Uang beredar. Variabel ini adalah variabel makro yang sering digunakan peneliti untuk mengetahui pengaruh variabel terhadap return saham.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel makro berpengaruh signifikan terhadap return saham otomotif dan komponennya, tetapi secara individu atau uji t diketahui variabel SBI dan Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham otomotif dan kornponennya. Sedangkan variabel IHSG, Kurs dan uang beredar berpengaruh signifikan terhadap return saham. Variabel IHSG merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap return saham. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Manurung dan Saragih (2004).
Pengaruh variabel makro pada industri ini sangat kecil sekitar 5.46%, artinya seluruh variabel independen hanya mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen-nya sebesar 5.46%, sedangkan 94.54% dijelaskan oleh variabel lain. Pengaruh lain diduga dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para investor, calon investor, mahasiswa dan peneliti yang ingin melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang berguna bagi semua pihak.

The goal of this research is to find out about the influences of macro conditions to stock return, especially for listed companies in automotive industry. Previous researches have been done for many kinds of industries. Manurung and Ferdinand (2004), learnt about the influence of macro condition to stock return in Pharmachy industries. The outcome shows that variable macro does not influence the stock return significantly, but market return variable has the strongest influence to stock return. Ati (2004), did the same research about market return, Inflation, SBI, exchange rate, Price of Gold and Money supply to the stock return for consumption industries. The result again shows that market return has the strongest influence to stock return.
Researcher takes 12 companies in automotive industry as sample and the time frame is between 2000-2003. Macro variables used in this research are IHSG, SBI, Inflation rate, exchange rate and money supply. These are the common variables used by many past researchers.
The final result of this research shows that all variables have small influence to the stock return. IHSG, especially has the strongest influence among all. But t-test shows that SBI and inflation rate do not influence stock return significantly. Exchange rate and money supply have small significant influence. IHSG as a market retum is the strongest factor to influences stock return. This result supports the previous research by Manurung and Saragih (2004).
The influence of macro variables in this industry is very small It is about 5.46% and it means that all independent variables only explain the variation of the dependent variable for 5.46%. Meanwhile 94.54% are explained by another variable and It is not explained in this research.
The researcher expects this research to give a big contribution for everyone especially the investor, potential investor, colleges and the fellow researchers who Want to continue the research in other industries."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T16977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Ariyati Dewi
"Metodologi Event Study diterapkan pada penelitian ini untuk menyelidiki pengaruh pengumuman pembentukan Indeks FTSE/ASEAN pada hari Rabu, 21 September 2005 terhadap return dan volume transaksi saham. Negara-negara ASEAN5 (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura) bekerjasama dengan grup FTSE meluncurkan dua indeks yang baru terbentuk ; Indeks FTSE/ASEAN (AWASEAN) yang terdiri dari 180 perusahaan yang akan menjadi benchmark bagi kelima bursa dan Indeks FTSE/ASEAN 40 (ASEAN40) yang terdiri dari 40 perusahaan berkapitalisasi terbesar dari indeks tersebut. Diharapkan event ini akan membawa pengaruh yang positif karena akan mempermudah investor asing untuk melihat saham yang bagus di lima bursa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham-saham Indonesia yang masuk ke dalam kedua indeks. Untuk menyelidiki pengaruh dari pengumuman tersebut, penulis menggunakan tiga model untuk mendapatkan abnormal return : Mean-adjusted, Market-adjusted dan Market model bagi setiap indeks.
Hasil menunjukkan bahwa untuk kedua indeks, model mean-adjusted pada umumnya menghasilkan nilai AAR yang negatif, sementara pada model market-adjusted untuk indeks AWASEAN tidak terdapat satupun nilai AAR yang signifikan sepanjang periode penelitian, tetapi untuk indeks ASEAN40 model ini menghasilkan dua AAR yang signifikan, bemilai positif dan negative. Hasil dari market model adalah sama untuk kedua indeks, tidak ditemukan adanya AAR yang signifikan. Untuk keseluruhan indeks dan model menunjukkan basil yang sama, bahwa rerata AAR sebelum event tidak lebih kecil dibandingkan sesudah event. Sedangkan baik untuk kelompok AWASEAN dan ASEAN40, rerata Trading Volume Activity sebelum event tidak lebih kecil dibandingkan sesudah event."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>