Ditemukan 191324 dokumen yang sesuai dengan query
Kharisma Ahmad Abdillah Putra Carensa
"xLatar belakang: Kejadian leukemia akut sebagai kanker tersering pada anak terus meningkat setiap tahun menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi akibat penyakit. Umumnya, leukemia akut menyerang anak berusia <15 tahun dan remaja. Terapi definitif (kemoterapi) yang lama dan tidak menyenangkan berisiko dalam mengembangkan gangguan emosi dan perilaku pada anak. Di lain sisi, kehidupan pascapandemi juga turut meningkatkan penggunaan gawai pada kaum remaja yang turut berperan dalam terjadinya gangguan emosi dan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu hubungan antara screen-time dengan gangguan emosi dan perilaku pada remaja leukemia. Metode: Desain penelitian ini adalah potong lintang yang dilakukan di Poli Hematoonkologi Anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan November 2022. Penelitian ini menggunakan instrumen data screen-time dan kuesioner PSC-17. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan aplikasi SPSS versi 24. Hasil: Jumlah remaja leukemia di RSCM 23 orang, tersebar merata secara usia, didominasi anak laki-laki (13/23), jenis leukemia LLA (22/23), tingkat pendidikan anak SD (12/23), tingkat pendidikan ayah dan ibu menengah (11/23; 9/23), pendapatan keluarga < UMP DKI Jakarta (10/23), dan seluruhnya mendapat dukungan emosional keluarga. Nilai median usia dan durasi sakit (bulan) adalah 12,94 (10,05-17,18) tahun dan 16 (0,83-96) bulan. Tingkat screen-time sebagian besar >2 jam/hari (22/23) dengan penggunaan terlama >6 jam/hari (12/23) dan rerata 6.5 ± 3,25 jam/hari, serta digunakan untuk hiburan. Gangguan Emosi dan Perilaku terjadi pada 2/23 orang yaitu gangguan internalisasi (1) dan gangguan eksternalisasi (1). Hubungan antara screen-time dengan gangguan emosi dan perilaku tidak dapat disimpulkan. Kesimpulan: Tingkat screen-time yang tinggi pada remaja leukemia perlu diedukasi kepada orangtua dan remaja, serta 2 orang pasien dengan gangguan emosi dan perilaku perlu diperiksa lebih lanjut.
Background: The incidence of acute leukemia, the most common cancer in children, continues to increase yearly, becoming the highest cause of morbidity and mortality due to disease. Generally, acute leukemia attacks children aged <15 years and adolescents. Long and unpleasant definitive therapy (chemotherapy) is at risk of developing emotional and behavioral disorders in children. On the other hand, post-pandemic life has also increased the use of gadgets among adolescents, contributing to emotional and behavioral disorders. This study aims to determine the relationship between screen time and emotional and behavioural disorders in leukaemic adolescents. Methods: The design of this study was a cross-sectional study conducted at the Children's Hematooncology Polyclinic at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in November 2022. This study used screen-time data instruments and the PSC-17 questionnaire. The analysis was carried out univariate and bivariate using the SPSS version 24 application. Results: The number of leukemia adolescents in RSCM was 23 people, evenly distributed by age, dominated by boys (13/23), type of leukemia ALL (22/23), education level of children SD (12/23), middle education level of father and mother (11/23; 9/23), family income < UMP DKI Jakarta (10/23), and all of them received family emotional support. The median values for age and illness duration (months) were 12.94 (10.05-17.18) and 16 (0.83-96). The screen-time level is mostly >2 hours/day (22/23), with the most frequent use being >6 hours/day (12/23) and an average of 6.5 ± 3.25 hours/day, and it is used for entertainment. Emotional and behavioral disorders occur in 2/23 people, namely internalization disorders (1) and externalization disorders (1). The relationship between screen time and emotional and behavioral disorders is inconclusive. Conclusion: The high level of screen time in adolescents with leukemia needs to be educated to parents and adolescents, and two patients with emotional and behavioral disorders need to be examined further."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Annisa Apriliana
"Aktivitas screen time merupakan fenomena yang masih sering ditemukan pada anak usia sekolah saat ini. Akibatnya, anak terpapar layar melebihi durasi yang direkomendasikan, yang berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan durasi screen time dengan perilaku makan anak. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel terdiri dari 341 anak sekolah yang sesuai dengan kriteria inklusi dan dipilih menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen SCREENS-Q untuk mengukur screen time dan Child Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ) untuk mengukur perilaku makan. Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara durasi screen time dengan perilaku makan (p value< 0,05). Peneliti merekomendasikan adanya kerja sama antara pihak tenaga kesehatan dengan orang tua untuk melakukan sosialisasi mengenai penggunaan screen time yang sesuai dan perilaku makan yang baik untuk mengoptimalkan perkembangan anak usia sekolah.
Screen time activity is a phenomenon that is still often found in school-age children today. As a result, children are exposed to screens beyond the recommended duration, which hurts growth and development. This study aims to identify the relationship between screen time duration and children's eating behavior. This study used a cross-sectional design. The sample size consisted of 341 School-Aged Children who met the inclusion criteria through the cluster random sampling method. SCREENS-Q instrument to measure screen time and the Child Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) to measure eating behavior. The results of the study analyzed by the chi-square test showed a significant relationship between screen time duration and eating behavior (p-value< 0.05). Researchers recommend that there be cooperation between health workers and parents to socialize the use of appropriate screen time and good eating behavior to optimize the development of school-age children. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kyana Salapani Sangadi
"Durasi screen time tinggi merupakan salah satu faktor risiko munculnya masalah perilaku pada anak usia prasekolah. Aspek yang bisa menjadi faktor protektif terhadap dampak buruk dari media adalah parental mediation. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara screen time dan masalah perilaku pada anak usia prasekolah yang dimoderasi oleh parental mediation. Partisipan merupakan 663 orang tua anak usia prasekolah yang memenuhi kriteria. Hasil menunjukkan adanya efek positif dan signifikan antara screen time dan masalah perilaku (r = 0.128, p < 0.01). Efek negatif dan signifikan ditemukan antara parental mediation terhadap masalah perilaku (r = , p < 0.01). Dimensi dari parental mediation yaitu, supervision (r = -0.25, p <0.01), activerestrictive meditation (r = -0.18, p < 0.01), dan technical restriction (r = -0.18, p < 0.01) juga memiliki hubungan yang signifikan dengan masalah perilaku. Namun, dimensi couse tidak memiliki efek signifikan terhadap masalah perilaku ( r = - 0.02, p > 0.05). Selanjutnya, parental mediation secara keseluruhan dan dimensinya tidak memoderasi secara signifikan hubungan antara durasi screen time dan masalah perilaku (p > 0.05). Penemuan dari riset ini dapat digunakan sebagai pertimbangan pembuatan panduan durasi screen time dan pengembangan strategi untuk memitigasi efek negatif dari screen time.
High screen time duration can be considered as a risk factor for the emergence of problem behaviors in preschool-aged children. One aspect that may serve as a protective factor against the negative effects of scree time is parental mediation. The aim of this research is to examine the moderating effect of parental mediation on screen time and behavior problems will also be studied in this study. Based on the results of this study, it was found that there was a positive and significant effect between screen time and behavioral problems (r = 0.128, p < 0.01). Furthermore, a negative and significant effect was found between parental mediation and problem behavior (r = -0.18, p < 0.01). Different dimensions of parental mediaiton such as supervision (r = -0.25, p <0.01), active- restrictive meditation (r = -0.18, p < 0.01), technical restriction (r = -0.18, p < 0.01) was also found to correlate negatively with problem behavior. However, co-use did not have a significant effect on behavior problems (r = -0.18, p < 0.01). There was also no significant moderating effect of parental mediation and its dimensions on the relationship between screen time and behavior problems (p > 0.05). The findings of this research can considered for creating guidelines regarding screen time duration as well as developing strategies to mitigate the negative effects of screen time."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Wafi Nubli Izazi
"
ABSTRAKGangguan tidur yang kerap dialami oleh anak autis akan berdampak pada penyimpangan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gangguan tidur dan perilaku pada anak autis usia sekolah dan usia remaja. Penelitian ini menggunakan desain descriptif dengan pendekatan cross sectional. Responden sebanyak 41 anak autis di 7 sekolah formal maupun sekolah khusus autisme yang ada di Depok dipilih dengan teknik sampling snowball. Gangguan tidur diukur menggunakan Children?s Sleep Habits Questionnaire (CSHQ) dan perilaku menggunakan Child Behavior Checklist (CBCL) yang ditanyakan kepada orang tuanya. Hasil penelitian ini berdasarkan cut of point menunjukan bahwa 30 % anak autis mengalami gangguan tidur dan 10 % mengalami perilaku menyimpang. Perawat perlu memberi asuhan yang tepat terkait masalah tersebut.
ABSTRACTSleep disorders that are often experienced by children with autism will have an impact on deviant behavior. This research aimed to describe sleep disorders and behavioral disorders among school age children and adolescence suffering autism. This research was a quantitative research with descriptive cross sectional design. The data was collected from 41 children in School. The children?s sleep disorders and behavioral disorders were measured with Children?s Sleep Habits Questionnaire (CSHQ) and Child Behavior Checklist (CBCL) which was rated by their parents. This research was conducted at seven inclusive schools and special schools for autism children in Depok. The result based on cut of point showed that 30% autism children experience sleep disorders and 10 % of them experiencing behavioral disorders. It is recommended that nurses provide nursing care to overcome sleep disorders and behavioral disorders among autism children."
2015
S61160
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fathul Gani Santoso
"Latar belakang: Pandemi COVID-19 menyebabkan anak tetap tinggal di rumah untuk menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal ini dapat berdampak kepada peningkatan paparan screen time anak yang melebihi anjuran. Lebih lanjut hal ini dapat berpotensi terjadinya gangguan tidur. Pada anak dengan thalassemia, yang memiliki beberapa penyulit, dapat semakin meningkatkan risiko gangguan tidur tersebut sehingga akan berdampak terhadap tumbuh kembang anak. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan menggunakan instrumen Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) versi Bahasa Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling pada orang tua pasien thalassemia yang berada di Poli Hematologi dan Ruang Transfusi RSCM Kiara. Hasil: Dari 93 data yang diperoleh, sebanyak 85 data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang kemudian dianalisis. Subjek didominasi oleh kelompok usia sekolah dengan rentang usia 6-15 tahun (51,2%) dan berjenis kelamin laki-laki (57,6%). Sebanyak 57 dari 85 subjek memiliki tingkat screen time yang tinggi. Dengan menggunakan kuesioner SDSC didapatkan juga 50 dari 85 subjek mengalami gangguan tidur dengan hiperhidrosis saat tidur menjadi faktor gangguan tidur terbanyak (26%). Terdapat hubungan bermakna antara screen time dan gangguan tidur (p=0,01). Pasien anak thalassemia dengan screen time tinggi (lebih dari 120 menit) memiliki peluang untuk mengalami gangguan tidur 3,35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien thalassemia yang tidak memiliki screen time tinggi (OR = 3,35 dan CI 95% = 1,31-8,59). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara screen time dan gangguan tidur pada pasien thalassemia sehingga perlu dilakukan edukasi dan pembatasan screen time.
Introduction: The COVID-19 pandemic has caused children to stay at home and undergo distance learning. This situation can have an impact on increasing exposure to child screen time exceeding the recommendation. Furthermore, it can potentially lead to sleep disturbances. Especially for children with thalassemia, having complications, be able to increase the risk of these sleep disturbances that will increasingly impact the child's development. Method: This study used a cross-sectional design using instruments Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) Indonesian version. Subject selection is done by consecutive sampling in parents of thalassemia patients in the Hematology Poly and Transfusion Room of RSCM Kiara. Result: Of the 93 data obtained, 85 data met the inclusion and exclusion criteria which were then analyzed. Subjects were dominated by the school age group with an age range of 6-15 years (51.2%) and were male (57.6%). As many as 57 out of 85 subjects have level screen time tall one. Using the SDSC questionnaire, it was also found that 50 out of 85 subjects experienced sleep disturbances with hyperhidrosis during sleep being the most common sleep disturbance factor (26%). There was a significant relationship between screen time and sleep disturbance (p=0.01). Thalassemia pediatric patients with high screen time (more than 120 minutes) had a 3.35 times higher chance of experiencing sleep disturbances compared to thalassemia patients who did not have high screen time (OR = 3.35 and 95% CI = 1.31- 8,59). Conclusion: In conclusion, this study recommends education and screen time restriction be needed for children with thalassemia to reduce the chance of sleep disturbances."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"The paper about children and youth with behavioral disturbance is written and based on the concern of phenomenon that happens to children and youth. Violation against norms and criminal deeds that harm people are frequently done by children and youth with behavioral disturbance and deviation. many factors influence the deeds, both internal and external. Psychological condition, racism, discrimination, poverty, social isolation, community problem, cultural erosion, lack of education program based on culture, inadequate caring skill, lack of resources for community like recreational facility, and lack of positive figures, as causes of behavioral disturbances. There are several handling models that can be offered and implemented to children and youth with behavioral disturbances, through individual, family, and social depending on the problem they face. Early problem identification should be done so that intervention planning that will be made can be described "
MIPKS 36:4 (2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ershanda Nadhira Syifarini
"Perkembangan sosial emosional merupakan salah satu perkembangan yang terjadi pada anak usia pra sekolah yang dapat dipengaruhi oleh penggunaan media elektronik. Penggunaan media elektronik dalam jangka panjang dan tanpa pengawasan orang tua menyebabkan meningkatnya screen time pada anak dan dapat menyebabkan gangguan perilaku emosional. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan screen time dengan perkembangan sosial emosional anak usia pra sekolah di Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling melibatkan 216 responden (ibu) dari anak pra sekolah yang berasal dari 3 TK di Depok yang terpilih. Instrumen diukur dengan Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) dan kuesioner screen time. Hasil utama penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara screen time dengan perkembangan sosial emosional anak usia pra sekolah di Depok (p value = <0,001). Penelitian ini merekomendasikan pembatasan penggunaan screen time pada anak usia pra sekolah. Selain itu perlu adanya edukasi baik dari sekolah maupun mahasiswa keperawatan terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak, yaitu screen time.
Social emotional development is one of the developments that occur in pre-school children, which can be influenced by using electronic media. The use of electronic media in the long term and without parental supervision leads to increased screen time in children and can have an impact on their social emotional development such as emotional behavior disorders. Therefore, the purpose of this study is to identify the relationship between screen time and the social emotional development of pre-school children in Depok. This research used a cross-sectional design and cluster random sampling technique involving 216 respondents (mothers) of pre-school children from 3 selected kindergartens in Depok. Social emotional problems were measured with the Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) and screen time questionnaire. The main result showed an association between screen time and social emotional development of pre-school children in Depok (p value = <0.001). According to the results of this study, it is necessary to limit the use of screen time in pre-school children according to existing recommendations, in addition to the need for education both from schools and nursing students related to factors that can affect children's social emotional development, especially screen time."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dwi Ristiani Hariastuti
"Acute Lymphocytic Leukemia (ALL) masih menjadi penyebab utama kematian pada pasien kanker anak, dengan prognosis yang buruk. Pasien ALL yang didiagnosis pada masa bayi memiliki kelangsungan hidup terendah, sedangkan pasien yang didiagnosis antara usia 1 dan 9 tahun memiliki peluang bertahan hidup tertinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui probabilitas kesintasan secara keseluruhan maupun berdasarkan kelompok usia saat diagnosis serta hubungan antara usia saat diagnosis dengan kesintasan pasien ALL pada anak. Penelitian ini merupakan studi cohort retrospective dengan menggunakan data rekam medik pasien ALL anak di RS Fatmawati yang didiagnosis pada periode tanggal 1 Januari 2017-31 Desember 2022, kemudian dianalisa dengan menggunakan cox proportional hazard. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas kesintasan pasien ALL anak di RS Fatmawati secara keseluruhan sebesar 44,34%, probabilitas kesintasan anak yang saat diagnosis berusia 1-5 tahun lebih tinggi daripada pasien ALL anak yang saat diagnosis berusia > 5 tahun yaitu sebesar 49,87%. Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara usia saat diagnosis dengan kesintasan pasien ALL pada anak, dimana pasien ALL anak yang usia saat didiagnosisnya > 5 tahun dan yang mempunyai efek samping selama pengobatan memiliki risiko kematian 2,74 kali lebih besar (HR: 2,74; 95%CI: 1,104-6,808, pvalue: 0,03) dibandingkan dengan pasien ALL anak yang saat diagnosis berusia 1-5 tahun. Diharapkan dilakukan penerapan pola hidup sehat serta memberi edukasi tentang deteksi leukemia serta dilakukannya deteksi dini/skrining leukemia secara berjenjang untuk mengurangi risiko kematian pada pasien ALL anak.
Acute Lymphocytic Leukemia (ALL) remains the main cause of death in pediatric cancer patients, with a poor prognosis. ALL patients diagnosed in infancy had the lowest survival, followed by children diagnosed between the ages of 15 and 19 years. Meanwhile, patients diagnosed between the ages of 1 and 9 years have the highest chance of survival. This study aims to determine the overall probability of survival based on age group at diagnosis and the relationship between age at diagnosis and survival of ALL patients in children. This research is a retrospective cohort study using medical record data from pediatric ALL patients diagnosed in the period 1 January 2017-31 December 2022 at Fatmawati Hospital which was then analyzed using Cox Proportional Hazard. The results of the study showed that the overall probability of survival for pediatric ALL patients at Fatmawati Hospital was 44.34%, the probability of survival for children aged 1-5 years at diagnosis was higher than those > 5 years at diagnosis, namely 49.87%. Statistically there is a significant relationship between age at diagnosis and survival of childhood ALL patients, where pediatric ALL patients who were aged > 5 years at diagnosis and who had side effects during treatment had a 2.74 times greater risk of death (HR: 2.74; 95%CI: 1.104 – 6.808, pvalue=0,03) compared with pediatric ALL patients aged 1-5 years at diagnosis. It is hoped that healthy lifestyle will be implemented and education will be provided about leukemia detection as well as early detection/leukemia screening in stages to reduce the risk of death in pediatric ALL patients."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Hasna Khairunnisa
"Peningkatan atensi terhadap penggunaan Screen Time orang tua maupun anak sudah menjadi bagian integral dalam kehidupan. Sayangnya, anak usia sekolah saat ini lebih sering beraktivitas dengan hanya menatap layar selama waktu yang lama. Hal itu, membuat anak terpapar layar dengan durasi yang melebihi rekomendasi sehingga menimbulkan efek negatif terhadap tumbuh kembang anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran Screen Time dan mengidentifikasi hubungan lama Screen Time dengan perkembangan sosial. Penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional pada 285 responden orang tua yang sesuai dengan kriteria inklusi melalui metode stratified sampling. Instrumen SCREENS-Q untuk mengukur Screen Time dan Strength and difficulties Questionnaire (SDQ) mengukur perkembangan sosial. Hasil penelitian menunjukkan 74,4% anak mengalami Screen Time berlebihan dan terdapat hubungan antara lama Screen Time dengan setiap sub-skala perkembangan sosial (p value <0,05). Peneliti merekomendasikan adanya sosialisasi dan kerjasama pihak tenaga kesehatan dengan orang tua untuk mencari solusi bersama mengatasi permasalahan ini.
Increasing attention to the use of Screen Time for parents and children has become an integral part of life. Unfortunately, today's school-age children are more active by just staring at the screen for a long time. This causes children to be exposed to screens for a duration that exceeds the recommendations, which has a negative effect on children's development. This study aims to look at the description of Screen Time and identify the relationship between long Screen Time and social development. The study used a cross-sectional approach to 285 parents who fit the inclusion criteria through a stratified sampling method. The SCREENS-Q instrument to measure Screen Time and the Strength and Difficulty Questionnaire (SDQ) to measure social development. The results showed that 74.4% of children experienced excessive Screen Time and there was a relationship between the length of Screen Time and each social development sub-scale (p value <0.05). Researchers recommend socialization and collaboration between health workers and parents to find solutions together to overcome this problem."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rizki Dwi Darmayanti
"Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Nyeri dan kelelahan berhubungan dengan faktor-faktor kanker dan perawatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan hubungan antara kualitas nyeri dan kelelahan pada anak-anak dengan ALL 1-3 hari setelah kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan menggunakan teknik consequtive sampling. Total sampel adalah 44 anak-anak dengan ALL (7-18 tahun) di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Simple Pain Inventory (BPI) untuk mengukur kualitas nyeri dan Kelelahan Onkologi Anak-Allen (FOA-A) untuk mengukur kelelahan. Nilai rata-rata kualitas nyeri adalah 1,63932 dan nilai rata-rata kelelahan adalah 9,25.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas nyeri dan kelelahan (p = 0,006), status kambuh dan kelelahan (p = 0,058), dan antara seseorang yang menemani anak-anak dan kelelahan (p = 0,016). Hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya penilaian nyeri lebih lanjut dan pengobatan kombinasi antara farmakologi dan nyeri non-farmakologi setelah kemoterapi untuk mengurangi kelelahan pada anak-anak dengan kanker.
Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common type of cancer in children. Pain and fatigue are related to cancer factors and their treatments. The aim of this study was to find an association between pain quality and fatigue in children with ALL 1-3 days after chemotherapy. This research uses cross sectional design and uses consequtive sampling technique. The total sample was 44 children with ALL (7-18 years) in Jakarta. The measuring instrument used in this study was a Simple Pain Inventory (BPI) questionnaire to measure the quality of pain and Fatigue Oncology of Children-Allen (FOA-A) to measure fatigue. The average value of pain quality is 1.63932 and the average value of fatigue is 9.25. The results of this study indicate that there is a significant relationship between quality of pain and fatigue (p = 0.006), relapse and fatigue status (p = 0.058), and between someone who accompanies children and fatigue (p = 0.016). The results of this study recommend the importance of further pain assessment and combination treatment between pharmacology and non-pharmacological pain after chemotherapy to reduce fatigue in children with cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library