Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Syafi`
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan suatu permasalahan utama mengenai kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%. Karies gigi dapat terjadi disebabkan oleh bakteri patogen Streptococcus mutans yang menjadi faktor patogen utama terbentuknya karies gigi. Karies dapat terbentuk karena terdapat peran dari bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Maka saat ini diperlukan pengembangan dari agen antibakteri, salah satu nya terhadap bakteri penyebab karies gigi. Pengembangan agen antibakteri yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bahan alam sebagai agen antibakteri. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri adalah kulit semangka. Kulit semangka (Citrullus lanatus) memiliki banyak manfaat di bidang medis, salah satu nya sebagai agen antibakteri. Kulit semangka ternyata mengandung bahan fitokimia seperti: flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan alkanoid yang dapat berperan sebagai antibakteri. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis efektivitas ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) serta membandingkan efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (kontrol positif). Metode: Efektivitas ekstrak kulit semangka terdapat bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dilihat dari uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan konsentrasi ekstrak kulit semangka yang digunakan adalah 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan uji statistik One Way Anova. Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Melalui uji statistik One Way Anova didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (p ³ 0,05). Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan bakteri serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) sehingga dapat menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi.

Background: Dental caries is a major problem regarding dental and oral health in Indonesia. According to Riskesdas in 2018, caries prevalence in Indonesia reached 88.8%. Dental caries can be caused by the pathogenic bacteria Streptococcus mutans which is the main pathogenic factor for the formation of dental caries. Caries can be formed because of the role of the bacteria Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis. So now it is necessary to develop antibacterial agents, one of which is against bacteria that cause dental caries. The development of antibacterial agents can be done is to using natural ingredients as antibacterial agents. One of the natural ingredients that can be used as an antibacterial agent is watermelon peel. Watermelon peel (Citrullus lanatus) has many medical benefits, one of which is as an antibacterial agent. Watermetoln peel turns out to contain phytochemicals such as flavonoids, terpenoids, tannins, saponins, and alkaloids that can act as antibacterial. Objectives: To determine and determine the effectiveness of watermelon peel extract (Citrullus lanatus) in inhibiting the growth and killing bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) and to compare the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (positive control). Methods: The effectiveness of watermelon peel extract contained Streptococcus mutans(ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) seen from the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test and Minimum Killing Concentration (MBC) test with concentrations of watermelon peel extract used were 30%, 20%, and 10%. Furthermore, these results were analyzed by using One Way Anova statistical test. Results: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) could inhibit the growth and kill the bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) with a MIC value of 10% and MBC of 10%. Through the One Way Anova statistical test, the results showed that there was no significant difference in the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (p ³ 0.05). Conclusion: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) can inhibit bacterial growth and kill bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) so that it can be an antibacterial agent against dental caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Khumairotuz Zahra
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dengan prevalensi 88,8% dan masih menjadi masalah yang serius tidak hanya bagi perawatan kesehatan gigi, tetapi juga kesehatan secara umum. Karies gigi disebabkan oleh bakteri patogen utama dalam rongga mulut yaitu Streptococcus mutans yang memetabolisme karbohidrat menjadi asam. Selain itu, terdapat Streptococcus sanguinis yang tidak hanya merupakan bakteri komensal, tetapi juga bakteri perintis koloni yang turut berkontribusi dalam pembentukan biofilm sehingga memfasiltiasi perlekatan bakteri patogen ke permukaan gigi. Oleh karena itu, agen antibakteri terhadap karies gigi terus dikembangkan, termasuk tanaman obat. Sampai saat ini, 50% masyarakat Indonesia masih memanfaatkan tanaman obat dan 96% di antaranya merasakan manfaatnya. Salah satu tanaman obat yang terus diteliti khasiatnya adalah akar manis. Akar manis atau Glycyrrhiza glabra L. merupakan tanaman obat asli Indonesia yang dibudidayakan dalam skala besar dengan sistem budidaya yang telah dikenal oleh petani. Akar manis memiliki banyak manfaat di bidang medis, khususnya sebagai agen antibakteri. Akar manis mengandung senyawa kimia yaitu glycyrrhizin, flavonoid, tanin, saponin, dan glabridine yang diketahui memiliki efek antibakteri.
Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak etanol akar manis dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis, serta membandingkan efektivitas antibakterinya dengan kontrol positif (chlorhexidine).
Metode: Aktivitas antibakteri ekstrak etanol akar manis terhadap Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis dievaluasi dengan uji kadar hambat minimum (KHM) dan uji kadar bunuh minimum (KBM) dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v). Selanjutnya, uji statistik komparasi dengan One-way ANOVA dilakukan.
Hasil: Ekstrak etanol akar manis dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dengan nilai KHM dan KBM yaitu 6,25% dan 50%. Sementara itu, ekstrak juga dapat mengambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Streptococcus sanguinis dengan nilai KHM dan KBM yaitu 25% dan 50%. Hasil uji statistik One-way ANOVA tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna dalam kedua kelompok (p>0.05).
Kesimpulan: Ekstrak etanol akar manis mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis yang dapat berpotensi menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi. Selain itu, tidak terdapat perbedaan efektivitas antara ekstrak etanol akar manis dengan kontrol positif (chlorhexidine).

Background: Dental caries is a major problem of oral health in Indonesia faced by 88,8% Indonesian population which poses a serious problem for dental health care as well as general health. Streptococcus mutans is the major causative pathogen of dental caries which metabolize carbohydrates into acids. In the other hand, Streptococcus sanguinis which are not only commensal bacteria, but also early colonizers contribute to the formation of biofilms thereby facilitating the adhesion of pathogenic bacteria to the tooth surface. Therefore, antibacterial agents against dental caries continue to be developed, including medicinal plants. To date, 50% of Indonesian people have been used medicinal plants and 96% of them feel the benefits. One of the medicinal plants which efficacy continues to be studied is licorice. Licorice or Glycyrrhiza glabra L. is a native Indonesian medicinal plant that has been cultivated on a large scale with cultivation system which has been known by farmers. Licorice has many benefits in the medical field, especially as an antibacterial agent. Licorice contains various chemical compounds such as glycyrrhizin, flavonoids, tannins, saponins, glabridine which are known to perform antibacterial effects.
Objective: To analyze the effectiveness of ethanol extract of licorice in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis colonies and comparing the effectiveness of its antibacterial properties with the positive control (chlorhexidine).
Methods: The antibacterial activity of ethanol extract of licorice against Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis was evaluated by minimum inhibitory concentration (MIC) test and minimum bactericidal concentration (MBC) with the concentrations of 50%, 25%, 12.5%, 6, 25%, and 3.125% (v/v). Furthermore, One-way ANOVA comparative statistical test was performed.
Results: The ethanol extract of licorice inhibit growth and kill Streptococcus mutans colonies with MIC and MBC values of 6.25% and 50%, respectively. The extract can also inhibit growth and kill Streptococcus sanguinis with MIC and MBC values of 25% and 50%. The One-way ANOVA statistical test results did not show any significant difference within the two groups (p> 0.05).
Conclusions: The ethanol extract of licorice can inhibit growth and kill Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis colonies which may potentially be antibacterial agents against dental caries. In addition, there was no difference in effectiveness between ethanol extract of licorice root and positive control (chlorhexidine).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devasya Nathania Kamilla
"Latar Belakang : Karies merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia dan di Indonesia prevalensi karies mencapai 88,8%. Karies disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans, dalam rongga mulut bakteri Streptococcus mutans serotipe C mendominasi dengan jumlah 70-80%. Selain itu, Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri perintis koloni berkaitan erat dengan pembentukan biofilm. Menurut WHO, 80% populasi dunia masih bergantung pada obat berbahan dasar tanaman karena kurangnya biaya, lebih mudahnya akses dan efek samping. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai berbagai tanaman obat diperlukan. Salah satunya adalah Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng atau Daun Bangun-Bangun yang merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai fungsi antara lain antimikroba. Tanaman ini juga mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti Fenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, dll yang diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan : Mengetahui efektivitas ekstrak Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Metode : Dilakukan uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v) untuk mengetahui pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Hasil : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 3,125% dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 50% dapat membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% ekstrak dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 25% dapat membunuh bakteri Streptococcus sanguinis. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara setiap perlakuan (p<0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis

Background : Caries is a disease with the highest prevalence in the world and in Indonesia the prevalence of caries reaches 88.8%. Caries is caused by Streptococcus mutans, in the oral cavity of the bacteria Streptococcus mutant serotype C dominates with an amount of 70-80%. In addition, Streptococcus sanguinis which is a primary colonizer bacteria related to the formation of biofilms. 1According to WHO, 80% of the world's population still depends on plant-based medicines due to lack of costs, easier access and side effects. Therefore, further research on various medicinal plants is needed. One of them is Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng or Daun Bangun-Bangun which is a medicinal plant that has various functions, including antimicrobial. This plant also contains various bioactive compounds such as Phenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, etc. which are known to have antibacterial effects. Objective: To determine the effectiveness of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng extract in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Methods: The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimun Bactericidal Concentration (MBC) tests to determine the antibacterial properties of the ethanol extract of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng with a concentration of 50%, 25%, 12.5%, 6.25 %, and 3.125% (v/v) to determine the growth of Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Results: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract with a concentration of 3.125% inhibit the growth and at a concentration of 50% kill Streptococcus mutans serotype C. While at a concentration of 6.25% the extract inhibit the growth and at a concentration of 25% can kill Streptococcus sanguinis. The results of the One Way Anova statistical test showed a significant difference between each treatment (p <0.05). Conclusion: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract can inhibit growth and kill Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timothy Aholiab Dien
"Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut masih menjadi suatu permasalahan utama di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2018 sebanyak 57,6% orang Indonesia memiliki permasalahan gigi dan mulut.Dalam risetnya, Prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%. Faktor utama yang dapat menyebabkan permasalahan ini ialah bakteri patogen dalam rongga mulut, salah satunya yang paling patogenik ialah Streptococcus mutans. Karies terjadi ketika terjadi disbiosis dalam rongga mulut, yaitu ketika jumlah Streptococcus mutans berlebih sehingga menyebabkan kondisi asam pada rongga mulut. Tidak hanya menguntungkan bagi Streptococcus mutans, bakteri non-patogenik seperti Staphylococcus aureus akhirnya dapat memperburuk kondisi karies. Secara kimiawi, obat kumur Klorheksidin telah dimanfaatkan sebagai antibakteri yang secara akut dapat mengurangi jumlah bakteri rongga mulut. Tetapi dalam pemakaiannya ternyata klorheksidin menyebabkan efek samping jika dipakai untuk jangka panjang. Maka saat ini diperlukan pengembangan dari agen menggunakan herbal atau bahan alam. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri adalah Paku Acel. Kandungan yang terdapat daun paku acel yaitu terdapat flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan alkanoid yang dapat berperan sebagai antibakteri. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis efektivitas ekstrak daun paku acel (Nephrolepis cordifolia) dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus serta membandingkan efektivitas ekstrak daun paku acel dengan chlorhexidine (kontrol positif). Metode: Efektivitas ekstrak daun paku acel terdapat bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dilihat dari uji Kadar Hambat Minimum (KHM) mikrodilusi dengan ELISA Reader dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan konsentrasi ekstrak daun paku acel yang digunakan adalah 50%, 25%,12,5%, 6,25%, 3,25% Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan uji statistik One Way Anova. Hasil: Ekstrak daun paku acel (Neprolephis cordifolia) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dengan nilai KHM 12,5% dan 6,25% secara berurutan. Melalui uji statistik One Way Anova didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas ekstrak daun paku acel dengan chlorhexidine (p < 0,05). Kesimpulan: Ekstrak daun paku acel (Nephrolepis cordifolia) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus sehingga dapat menjadi agen antibakteri yang efektif terhadap karies gigi tetapi kemampuannya masih dibawah klorheksidin

Background: Dental and oral health is still a major problem in Indonesia. According to Riskesdas in 2018 as many as 57.6% of Indonesians had dental and mouth problems In his research, the prevalence of caries in Indonesia reached 88.8%. The main bacterial factors that can cause this problem are pathogens in the oral cavity, one of the most pathogenic is Streptococcus mutans. Caries occur when dysbiosis occurs in the oral cavity, namely when the amount of Streptococcus mutans is excessive, causing an acidic condition in the oral cavity. Not only beneficial for Streptococcus mutans, but non-pathogenic bacteria such as Staphylococcus aureus can also finally oppose caries conditions. Chemically, Clorhexidine mouthwash has been used as an antibacterial which can acutely reduce the number of bacteria in the oral cavity. But in its use it turns out that Clorhexidine causes side effects if used for the long term. So at this time it is necessary to develop agents using herbs or natural ingredients. One of the natural ingredients that can be used as an antibacterial agent is Erect Sword Fern. Erect Sword Fern or Nephrolepis cordifolia has many benefits in the medical field, one of which is as an antibacterial agent. Objectives: To determine and analyze the effectiveness of acel nail extract (Nephrolepis cordifolia) in inhibiting the growth and killing of Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria colonies and to compare the effectiveness of acel nail extract with chlorhexidine (positive control). Method: The effectiveness of acel fern leaf extract contained Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus as seen from the microdilution Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test with ELISA Reader and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test with the concentration of acel fern leaf extract used was 50%, 25%, 12.5%, 6 .25%, 3.25% Then the results were analyzed with the One Way Anova statistical test. Results: Leaf extract of Erect Sword Fern (Neprholepis cordifolia) only can inhibit growth Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria with MIC values ​​of 12,5% and 6,25%. Through the One Way Anova statistical test, it was found that there was a significant difference in the effectiveness of Erect Sword Fern leaf extract and Clorhexidine (p <0.05). Conclusion: Erect Swordfern leaf extract (Nephrolepis cordifolia) can inhibit bacterial growth Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria so that it can be an effective antibacterial agent against dental caries but its ability is still below Clorhexidine
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyan Adiputra Lukardi
"Berdasarkan laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2007, prevalensi karies gigi aktif di Indonesia mencapai angka 43,4 %. Propolis adalah bahan herbal yang telah terbukti memiliki efek antibakteri yang baik terhadap S.mutans dan S.sobrinus, bakteri yang erat kaitannya dengan terjadinya karies gigi. Namun belum diketahui efektifitas kandungan propolis dalam pasta gigi terhadap S.mutans dan S.sobrinus yang diisolasi dari saliva dan plak.
Penelitian ini menganalisis pengaruh pasta gigi dengan kandungan propolis 0,5% terhadap kedua bakteri tersebut dengan metode kuantifikasi real-time PCR. Sampel plak dan saliva diambil dari 6 orang subjek pada saat sebelum, sesaat setelah, 3 jam setelah, dan 9 jam setelah pengunaan pasta gigi propolis.
Hasil menunjukan penurunan jumlah rerata bakteri S.mutans dan S.sobrinus dari sebelum perlakuan ke sesaat setelah perlakuan pasta gigi propolis, kemudian jumlah bakteri meningkat pada pengambilan sampel 3 jam setelah perlakuan dan 9 jam setelah perlakuan baik pada sampel plak dan saliva.

Based on basic health national report in 2007, active tooth caries prevalence in Indonesia reached 43,4%. Propolis is a herbal substance which has been proved to have good antibacterial effect toward S.mutans and S.sobrinus, cariogenic bacteria. Nevertheless, propolis efficacy in toothpaste toward S.mutans and S.sobrinus, which are isolated from plaque and saliva, has not been well-studied.
This research analyzed efficacy of 0.5% propolis-containing toothpaste toward these two species of bacteria by using real-time PCR quantification method. Both saliva and plaque samples were taken from six subjects at a-while-before, a-while-after, 3-hours-after, and 9-hours-after toothbrushing using propolis toothpaste.
The result showed reduction in number of bacteria from before-treatment to a-while-after treatment, later on, the amount of bacteria increased gradually at 3-hour-after and 9-hour-after treatment. This happens to bacteria isolated from both saliva and plaque sample."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiya
"Latar Belakang: Karies merupakan penyakit kronis infeksius yang telah tersebar luas secara global. Streptococcus mutans dianggap sebagai patogen utama yang bertanggung jawab atas perkembangannya. Karena itu, bakteri Streptococcus mutans umumnya menjadi target utama dalam pencegahan karies. Reduksi jumlah S. mutans dengan berbagai tindakan pencegahan seperti kemoprofilaksis dapat menyebabkan penurunan signifikan dari terjadinya karies gigi. Obat kumur merupakan salah satu kemoprofilaksis dengan sarana penghantaran antibakteri yang aman dan efektif. Chlorhexidine telah terbukti menjadi agen kemoprofilaktik yang efektif terhadap S. mutans. Namun, chlorhexidine juga telah dilaporkan menunjukkan banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penggunaannya sehingga diperlukan antibakteri alternatif yang lebih aman dan efektif, salah satunya berupa obat kumur herbal. Penggunaan antibakteri berbahan alami mungkin juga dapat membantu mengontrol spesies yang resisten terhadap antibakteri sintetik. Tujuan: Systematic review ini bertujuan untuk mengevaluasi literatur ilmiah yang relevan untuk menganalisis perbandingan efek antibakteri obat kumur herbal dan chlorhexidine terhadap Streptococcus mutans. Metode: Penelusuran literatur dilakukan secara online hingga bulan Desember 2020 melalui tiga electronic database, yaitu PubMed, ScienceDirect, dan Scopus menggunakan pedoman PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) sebagai panduan penulisan. Hasil: Penelusuran literatur mengidentifikasi sebanyak tiga studi yang diterbitkan pada tahun 2013-2017. Dari ketiganya, dua studi menunjukkan obat kumur herbal memberikan efek antibakteri yang serupa dengan chlorhexidine, dan satu studi menunjukkan obat kumur herbal memberikan efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang lebih efektif daripada chlorhexidine. Kesimpulan: Obat kumur herbal dapat menunjukkan efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang serupa atau lebih unggul dibandingkan dengan chlorhexidine.

Background: Dental caries is a chronic infectious disease that still remains a major oral health problem worldwide. Streptococcus mutans is considered to be a major causative agent of dental caries. Thus, prevention of dental caries generally targets Streptococcus mutans. Reduction of Streptococcus mutans by various preventive measures such as chemoprophylaxis have shown a significant reduction in dental caries. Among the various antibacterial delivery systems, mouthwashes are one of the safest and effective vehicles. Chlorhexidine mouthwash has been shown to be an effective chemoprophylactic agent against Streptococcus mutans. However, it has also been reported to possess certain drawbacks and limitations in its use. This indicates a safer and more effective alternative antibacterial agent is needed, one of which is herbal mouthwash. The use of natural antibacterials may also help control species that are resistant to synthetic antibacterials. Objective: This systematic review mainly aimed to evaluate relevant scientific literature in the interest of analyzing the antibacterial effect of herbal mouthwash against Streptococcus mutans compared to chlorhexidine mouthwash. Methods: Online literature searching was carried out until December 2020 through three electronic databases, namely PubMed, ScienceDirect, and Scopus using the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyzes) guidelines as a guide. Results: Three eligible studies published in 2013-2017 were identified. Among the three studies, two showed that herbal mouthwash provides an antibacterial effect against Streptococcus mutans similar to chlorhexidine while the other one showed herbal mouthwash provides a more effective antibacterial effect against Streptococcus mutans in comparison to chlorhexidine. Conclusion: Herbal mouthwash may exhibit similar or superior antibacterial effects against Streptococcus mutans compared to chlorhexidine"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Syahrussiami Firdaus
"Latar belakang: Early Childhood Caries (ECC) terjadi apabila terdapat satu atau lebih gigi karies, gigi yang hilang akibat karies atau gigi yang telah ditambal pada anak usia dibawah 71 bulan. Salah satu faktor risiko dari ECC adalah mikroorganisme, yaitu Streptococcus mutans yang merupakan bakteri patogen utama dari karies. Salah satu tindakan pencegahan ECC yang efektif adalah menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride, namun penggunaan fluoride dengan dosis tinggi dapat menyebabkan fluorosis. Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan penelitian untuk menemukan pasta gigi berbahan natural. Telah terbukti bahwa Virgin Coconut Oil (VCO) adalah bahan natural yang memiliki efek antimikroba. Metode Penelitian: Penelitian ini menguji VCO pasta gigi 8% dan 80% terhadap viabilitas biofilm S. mutans dari pasien ECC. Nilai viabilitas biofilm didapatkan dengan melihat perbedaan nilai optical density (OD) biofilm S. mutans sebelum dan sesudah diberi bahan uji VCO pasta gigi. Hasil: Analisis data menggunakan uji independen t-Test menunjukkan nilai viabilitas biofilm S. mutans VCO pasta gigi 8% terhadap kontrol negatif berbeda tidak signifikan, namun VCO pasta gigi 80% terhadap kontrol negatif berbeda signifikan. Kesimpulan: Pada penelitian ini, terdapat kenaikan nilai OD biofilm S. mutans setelah pemberian VCO pasta gigi 8%. Sebaliknya, terdapat penurunan nilai OD biofilm S. mutans setelah pemberian VCO pasta gigi 80%. Berdsarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa VCO pasta gigi konsentrasi 80% memiliki efek antibakteri terhadap viabilitas biofilm S. mutans secara in vitro.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is defined as one or more decayed, missing (due to caries), or filled tooth surfaces in children aged 71 months or younger. Microorganism is one of ECCs risk factor with Streptococcus mutans being the main pathogen of caries. ECC can be prevented effectively using fluoridated toothpaste, but too much fluoride exposure can cause dental fluorosis in children. Studies had been done to create toothpaste with natural active ingredient. One of natural products that has been proven to have antimicrobial activity is Virgin Coconut Oil (VCO). Methods: In this study, VCO toothpaste 8 and 80% concentration was tested against S. mutans biofilm viability. Biofilm viability was measured using the difference between optical density (OD) score before and after VCO toothpastes exposure. Results: The data was analyzed using independent t-Test. S. mutans biofilm viability in VCO toothpaste 8% concentration unsignificantly different from negative control. Meanwhile, VCO toothpaste 80% concentration was significantly different from negative control. Conclusion: In this study, S. mutans biofilm that was exposed with VCO toothpaste 8% concentration showed an increase in the OD score. On the contrary, there was a decrease in the OD score of S. mutans biofilm after being exposed with VCO toothpaste 80% concentration. From the results above, it can be concluded that VCO toothpaste 80% concentration exhibits antibacterial effect against S. mutans biofilm viability in vitro"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila
"Hubungan sinergistik antara bakteri etiologi karies Streptococcus mutans dan jamur patogen Candida albicans merupakan salah satu faktor yang berperan dalam memperparah penyakit karies. Ekstrak propolis memiliki kandungan fenolat dan flavonoid yang tinggi dan menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih kuat. Telah diobservasi bahwa propolis mampu menginhibisi pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans Tujuan: Menganalisis dan mengetahui pengaruh pemberian obat kumur propolis 5% terhadap pertumbuhan biofilm dan interaksi bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans. Metode: Dilakukan uji pembentukan biofilm dual species Streptococcus mutans ATCC 25175 dan Candida albicans ATCC 10231. Kemudian biofilm diinkubasi dengan durasi 24 jam. Uji massa biofilm dilakukan dengan menggunakan crystal violet assay. Pengamatan inverted mikroskop setelah inkubasi 0 jam, 3 jam, dan 24 jam untuk melihat kepadatan biofilm. Hasil: Jumlah massa biofilm dual spesies Streptococcus mutans dan Candida albicans yang diukur menggunakan crystal violet pada kelompok kontrol aquades menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan propolis. Hal ini juga didukung oleh pengamatan melalui inverted microscope yang menunjukan pembentukan biofilm yang lebih padat pada kelompok kontrol aquades dibandingkan kelompok perlakuan propolis. Kesimpulan: Terdapat indikasi jika pemberian obat kumur propolis menghambat pertumbuhan biofilm Streptococcus mutans dan Candida albicans tetapi obat kumur propolis tidak mempengaruhi interaksi sinergis antara bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans.

The synergistic relationship between the caries etiology bacteria Streptococcus mutans and the pathogenic fungus Candida albicans is one of the factors that play a role in exacerbating caries disease. Propolis extract has a high content of phenolics and flavonoids and shows stronger antibacterial activity. It has been observed that propolis is able to inhibit the growth of Streptococcus mutans and Candida albicans fungi. Objective: Analyze and determine the effect of 5% propolis mouthwash on biofilm growth and the interaction of Streptococcus mutans and Candida albicans fungi. Methods: Biofilm formation test of dual species Streptococcus mutans ATCC 25175 and Candida albicans ATCC 10231 was performed. Then the biofilm was incubated for 24 hours. Biofilm mass test was carried out using crystal violet assay. Inverted microscopy observations after 0 hours, 3 hours, and 24 hours of incubation to see the density of the biofilm. Results: The total mass of biofilms of dual species Streptococcus mutans and Candida albicans as measured using crystal violet in the distilled water control group showed higher results compared to the propolis treated group. This was also supported by observations through an inverted microscope which showed a denser biofilm formation in the aquades control group than the propolis treatment group. Conclusion: There are indications that propolis mouthwash inhibits Streptococcus mutans and Candida albicans biofilm growth but propolis mouthwash does not affect the synergistic interaction between Streptococcus mutans bacteria and Candida albicans fungi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Abygail Jasmine
"Latar Belakang: Karies merupakan kondisi yang terjadi akibat plak pada permukaan
gigi yang menetap dan menumpuk dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu bakteri
early colonizers biofilm yang berperan besar dalam karies adalah Streptococcus mutans.
Bakteri ini telah lama dianggap sebagai agen penting dalam perkembangan karies. Selain
bakteri, organisme lain seperti fungi Candida albicans juga dapat membentuk biofilm
multi-/lintas-spesies pada permukaan gigi. C. albicans dan S. mutans diketahui dapat
berinteraksi secara sinergis dalam proses terjadinya karies. Saat ini, golden standard obat
kumur untuk mencegah dan mengangani karies adalah Chlorhexidine gluconate, namun
penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping lokal dan iritasi mukosa.
Propolis merupakan salah satu bahan alami yang dapat menjadi alternatif untuk
digunakan dalam produk perawatan mulut karena memiliki sifat antikaries dan antiplak.
Tujuan: Menganalisis dampak pemberian obat kumur propolis 5% terhadap kuantitas S.
mutans dan C. albicans pada biofilm dual-spesies, in vitro. Metode: Dilakukan uji
pembentukan biofilm dual species S. mutans (ATCC 25175) dan C. albicans (ATCC
10231) yang dipaparkan obat kumur propolis 5% kemudian diinkubasi selama 24 jam.
Uji q-PCR dilakukan untuk melihat jumlah S. mutans dan C. albicans pada biofilm dualspesies.
Hasil: Jumlah C. albicans dan S. mutans pada biofilm-dual spesies yang
diberikan perlakuan propolis lebih banyak dibandingkan pada kelompok kontrol yang
diberikan perlakuan aquades. Kesimpulan: Obat kumur propolis 5% tidak memiliki efek
positif yang cukup dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dan S. mutans pada
biofilm dual-spesies.

Background: Caries is a condition that occurs due to plaque on the tooth surface that
persists and accumulates over a long time. One of the biofilms early colonizers bacteria
that play a major role in caries is Streptococcus mutans. This bacterium has long been
considered an important agent in the development of caries. Apart from bacteria, other
organisms such as Candida albicans can also form multi-/cross-species biofilms. C.
albicans and S. mutans are known to have synergistic interactions in the process of caries
formation. Currently, the golden standard mouthwash for preventing and treating caries
is Chlorhexidine gluconate, but long-term use can cause local side effects and mucosal
irritation. Propolis is one of the natural ingredients that can be an alternative for use in
oral care products because it has anti-caries and anti-plaque properties. Aim: To analyze
the effect of 5% propolis mouthwash on the quantity of S. mutans and C. albicans in dualspecies
biofilms. Methods: Biofilm formation test of dual-species S. mutans (ATCC
25175) and C. albicans (ATCC 10231) was performed which were exposed to 5%
propolis mouthwash and then incubated for 24 hours. RT-PCR test was performed to
analyze the number of S. mutans and C. albicans in dual-species biofilms. Results: The
number of C. albicans and S. mutans in biofilm-dual species treated with propolis was
higher than in the control group treated with distilled water. Conclusion: 5% Propolis
mouthwash did not have enough positive effects on inhibiting the growth of C. albicans
and S. mutans in dual-species biofilms.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelcy Theresia Gotama
"Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut utama di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 74,1% pada tahun 2018. Salah satu penyebab utama dari periodontitis merupakan akumulasi biofilm yang mengalami pematangan menjadi plak di daerah permukaan gigi, khususnya subgingiva yang kaya akan bakteri anaerobik seperti Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola. Maka dari itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hingga saat ini, agen antiplak gold standard di bidang kedokteran gigi ialah Chlorhexidine 0,2%. Namun, penggunaan Chlorhexidine dalam jangka panjang dapat menyebabkan beberapa efek samping. Oleh karena itu, dicarilah alternatif dari Chlorhexidine sebagai agen antibakteri—salah satunya yaitu kulit semangka. Kulit semangka merupakan bagian buah semangka yang tinggi akan zat fitokimia yang memiliki kemampuan antibakteri, seperti saponin, tanin, alkanoid, flavonoid, dan terpenoid, namun khasiatnya belum banyak diteliti di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui dan menganalisa aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola, dan membandingkannya dengan kemampuan antibakteri gold standard anti-plaque agent yaitu Chlorhexidine 0,2%.
Metode: aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) dan Treponema denticola (ATCC 35405) diamati melalui uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan mengukur Optical Density dari sampel menggunakan microplate reader dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan mengukur secara visual koloni bakteri yang terbentuk setelah dipaparkan ekstrak dengan konsentrasi 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil dioleh secara statistik.
Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Uji komparatif secara statistik dengan uji One-Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dengan Chlorhexidine 0,2%.
Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola sehingga dapat dipertimbangkan sebagai alternatif agen antibakteri untuk mencegah penyakit periodontal.

Background: Periodontal disease is one of the main oral and dental health diseases in Indonesia, with a prevalence of 74,1% in 2018. The etiology of periodontal disease is multifactorial. One of the main causes is the accumulation of dental biofilm which matures, forming plaque on tooth surfaces, particularly the subgingival area that has an abundance of anaerobic bacteria such as Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola. Hence, preventive measures has to be implemented in order to preserve oral and dental health. One way to do so is by regular usage of oral rinses. Chlorhexidine 0,2% is considered to be the gold-standard antiplaque agent in today’s dental field. However, long-term use of Chlorhexidine may lead to several side effects. As a result, researchers have begun looking for alternatives to Chlorhexidine as an antibacterial and antiplaque agent—one of which is watermelon peel. Watermelon peel is rich in phytochemicals which possess antibacterial properties, such as saponin, tannin, alkanoid, flavonoid, and terpenoid; however, its benefits have not been studied much in Indonesia.
Goal: To analyze the antibacterial activity of watermelon (Citrullus lanatus) peel extract in preventing the growth and eliminating bacteria colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola as well as comparing them to the antibacterial activity of Chlorhexidine 0,2% as gold standard.
Method: the antibacterial activity of watermelon peel extract against the bacteria Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) and Treponema denticola (ATCC 35405) is observed through the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test by measuring the Optical Density (OD) of the studied samples through a microplate reader, as well as the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test by visually counting the number of colonies formed after being exposed to the extracts at 30%, 20%, and 10% concentration. Afterwards, the data collected is statistically.
Results: Watermelon peel extract is capable of inhibiting as well as eliminating bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola with MIC score of 10% and MBC score of 10%. Statistical comparative test reveals that there’s no significant difference between the antibacterial activity of all sample groups of watermelon peel extract and Chlorhexidine 0,2%.
Conclusion: Watermelon peel extract can inhibit the growth as well as eliminate bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola, which makes it a considerable alternative as antibacterial agent in order to prevent periodontal diseases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>