Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112691 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Femmy Win Thussaadyah
"Perundungan siber termasuk kejadian traumatis yang masih banyak ditemukan saat ini. Dampak yang ditimbulkan cukup serius, seperti gangguan kesejahteraan mental dan kesehatan fisik. Pengungkapan merupakan salah satu metode penanganan yang bisa membantu korban perundungan siber pulih hingga mengalami posttraumatic growth. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran pengungkapan terhadap posttraumatic growth. Penelitian ini melibatkan 77 dewasa muda berusia 18 – 29 tahun yang pernah mengalami perundungan siber. Metode yang digunakan analisis regresi linear. Penelitian ini menemukan adanya peran pengungkapan terhadap posttraumatic growth (F(1,76) = 4,228, p<,05, R2 = 0,053).

Cyberbullying is one of the most common traumatic incidents to be found today. The impacts are quite serious, such as disruption to mental and physical health. Disclosure is a method of treatment that can help victims of cyberbullying recover until they experience posttraumatic growth. This study was conducted to examine the role of disclosure on posttraumatic growth. This research involved 77 young adults aged 18-29 who had experienced cyberbullying. The method used is linear regression analysis. This study found that disclosure had a role in posttraumatic growth (F(1.76) = 4.228, p<.05, R2 = 0.053)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Nursanti
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat respons saksi dalam perilaku cyberbullying. Dalam penelitian ini, terdapat dua studi korelasional yang dilakukan. Studi 1 berkaitan dengan respons saksi yang dilihat berdasarkan faktor individu dan melalui pendekatan Theory of Planned Behavior TPB . Penelitian ini dilakukan dengan responden sejumlah 117 mahasiswa dari beberapa universitas yang terdapat di Jabodetabek. Sementara itu, SEM PLS digunakan untuk menganalisis prediksi keseluruhan model TPB mengenai respons saksi di dalam cyberbullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku dapat memprediksi intensi. Di antara ketiga variabel tersebut, sikap adalah variabel paling dominan yang memengaruhi respons saksi. Selanjutnya, ditemukan bahwa faktor kondisi ragam relasi saksi memiliki peranan dalam hubungan antara intensi dan respons saksi terhadap cyberbullying. Pada studi ke-2, peneliti memasukkan ragam relasi sebagai moderator antara sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku. Pada studi 2 tersebut, ditemukan bahwa dari keempat kondisi ragam relasi saksi dengan pelaku dan korban, kondisi relasi saksi tidak mengenal pelaku dan korban adalah kondisi yang paling memengaruhi hubungan antara sikap dengan intensi. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengurangi dan menghentikan perilaku cyberbullying, perlu dilakukan penguatan diri personal melalui sikap setiap individu. Penguatan diri personal tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran diri mengenai bahaya cyberbullying. Untuk melaksanakan hal tersebut, diperlukan peran dan dukungan dari orang-orang di lingkungan sekitar individu; seperti kepedulian menciptakan susana sehat. Perilaku saling menghargai dan menghormati dalam berinteraksi di dunia maya menjadi cerminan tingginya norma subjektif. Di samping itu, persepsi kendali perilaku dapat ditumbuhkan dengan cara meningkatkan kemampuan asertif, empati, kepedulian sosial, dan membangun relasi yang baik terhadap sesama.

This study examines the response of bystander in cyberbullying. There are two correlational studies conducted. Study 1 relates to bystanders 39; s response viewed by individual factors and through the Theory of Planned Behavior TPB approach. This research was conducted with respondents of 117 students from several universities located in Jabodetabek. Meanwhile, SEM PLS was used to analyze the overall prediction of the TPB model of bystander response in cyberbullying. The results show that attitudes, subjective norms, and perceived behavioural control can predict the intention. Among the three variables, attitudes are the most dominant variables that influence the response of bystander. Furthermore, it was found that the variation factor of the bystander relation relationship had a role in the relationship between the intention and the bystander response to cyberbullying. In the second study, the researcher included the variety of bystander relationships as moderators between attitudes, subjective norms, and perceived of behavioural control. In the second study, it was found that from the four conditions of the various relations of a bystander with the perpetrators and victims, the condition of the bystander relation did not recognise the perpetrator and the victim was the condition that most affected the relationship between attitude and intention. The implications of the study are to reduce and to stop cyberbullying behaviour; it is necessary to strengthen the personal self through the attitude. Growing self-awareness can do personal self-reinforcement about the dangers of cyberbullying. Furthermore, the role and support of people in the individual 39;s surroundings are required; such as caring to create a good internet sharing. The behaviour of mutual respect and respect in interacting in the virtual world becomes a reflection of the high subjective norm. Also, perceived of behavioural control can be grown by increasing assertiveness, empathy, social awareness, and building good relationships with others."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2462
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiyah
"Pada tahun 2017 sebanyak 69% anak muda diketahui pernah melakukan cyberbullying (Ditch The Label, 2017). Perilaku ini tidak hanya terjadi pada remaja tetapi juga dewasa. Penelitian menemukan bahwa cyberbullying memiliki hubungan dengan kepribadian Dark Triad (Goodboy, & Martin, 2015; Kircaburun, Demetrovics & Tosuntaş 2018) dan harga diri (Pyżalski, 2012). Kepribadian Dark Triad terdiri dari 3 sifat yaitu Psikopati, Machiavellianisme, dan Narsisisme. Pada penelitian ini kepribadian Dark Triad diukur pada tingkat subkilinis. Semakin tinggi kepribadian Dark Triad seseorang maka semakin tinggi kecenderungan melakukan cyberbullying. Pada kepribadian Dark Triad individu memiliki harga diri yang tinggi. Sementara, harga diri yang tinggi akan berkorelasi dengan perilaku cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran harga diri sebagai mediator dalam hubungan antara kepribadian Dark Triad dan kecenderungan cyberbullying pada usia dewasa awal. Partisipan penelitian terdiri dari 292 partisipan dengan rentang usia 20-35 tahun. Hasil analisis mediasi dengan menggunakan PROCESS menemukan bahwa harga diri memediasi secara signifikan terhadap hubungan antara sifat Psikopati dan Narsisisme dan cyberbullying.

In 2017 a survey found that 69% of young people did cyberbullying (Ditch The Label, 2017). Cyberbullying does not only occur in adolescents but also adults. Previous research found that cyberbullying had a relationship with Dark Triad personality (Goodboy, & Martin, 2015; Kircaburun, Demetrovics & Tosuntaş 2018) and self-esteem (Pyżalski, 2012). The Dark Triad personality consists of 3 characteristics, namely Psychopathy, Machiavellianism, and Narcissism. In this study Dark Triad personality measured in subclincial population. People who have higher Dark Triad personality will have higher tendency to cyberbullying. Individuals in Dark Triad personality have high self-esteem. High self-esteem correlates with cyberbullying. This study aims to see the role of self-esteem as a mediator in the relationship between Dark Triad personality and cyberbullying in early adulthood. The study participants consisted of 292 participants with an age range of 20-35 years. Researcher used Cyberbullying Scale, Rosenberg Self-Esteem Scale and Short Dark Triad Scale for measurement tools. The results of mediation analysis using PROCESS found that self-esteem mediated significantly in relationship between Psychopathic and Narcissistic traits with cyberbullying."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Fajriati
"Perkembangan penggunaan internet di Indonesia terus berkembang pesat membawa berbagai dampak bagi kehidupan remaja, baik dampak positif maupun dampak negatif seperti perundungan di dunia maya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dari kejadian perundungan maya dan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang terjadi pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan mengambil sampel 296 siswa SMA Negeri 7 Kota Cirebon. Hasilnya 42% responden pernah mengalami kejadian perundungan maya, baik sebagai pengamat, korban, maupun sebagai pelaku dengan 58% responden pernah menjadi pengamat (bystander) dalam kejadian perundungan maya, 31% responden pernah menjadi korban perundungan maya, dan 7% responden lainnya pernah menjadi pelaku kejadian perundungan maya. Selain itu, hasil pengukuran depresi, kecemasan, dan stres didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang normal. Namun, terdapat pula responden berada pada tingkat depresi sangat parah sebanyak 5 orang (1,7%), tingkat kecemasan sangat parah sebanyak 23 orang (7,8%), dan tingkat stres sangat parah sebanyak 4 orang (1,3%). Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk melihat hubungan antara kejadian perundungan maya dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres dan juga dilakukan dalam populasi yang lebih besar.

The development of internet use in Indonesia continues to grow rapidly, bringing various impacts on the lives of adolescents, both positive and negative impacts such as bullying in cyberspace. This study aims to see an overview of the incidence of cyberbullying and the levels of depression, anxiety, and stress that occur in adolescents. This study used a cross-sectional research design by taking a sample of 296 students of SMA Negeri 7 Cirebon. The result is that 42% of respondents have experienced cyberbullying, both as bystander, victims, and as cyber bullies with 58% of respondents having been bystanders in cyberbullying, 31% of respondents have been victims of cyberbullying, and 7% of other respondents have been cyber bullies. In addition, the results of measuring depression, anxiety, and stress showed that most respondents had normal levels of depression, anxiety, and stress. However, there were also 5 respondents (1.7%) with very severe depression, 23 (7.8%) very severe anxiety levels, and 4 (1.3%) very severe stress levels. For the next study, it is recommended to look at the relationship between the incidence of cyberbullying and levels of depression, anxiety, and stress as well as in larger populations"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Shelley Tju
"Pandemi Covid-19 dapat menyebabkan trauma pada masyarakat yang terdampak, baik akibat dari karantina, masalah finansial, kematian massal, ketakutan akan menularkan kepada orang lain, hingga terpapar virus Covid-19 itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat trauma dan posttraumatic growth yang signifikan di antara masyarakat dewasa muda yang memiliki jumlah stresor terkait pandemi Covid-19 yang berbeda. Partisipan dalam penelitian ini adalah 138 individu dewasa muda dengan rentang umur 20–40 tahun (M = 24.47, SD = 4.52). Trauma diukur dengan alat ukur Impact of Event Scale Revised (IES-R) dan posttraumatic growth diukur dengan alat ukur Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). Hasil pengujian one-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat trauma yang signifikan (F(3, 134) = 3.028, p = 0.032) dan tidak terdapat perbedaan tingkat posttraumatic growth (F(3,134) = 1.256, p = 0.292) antar partisipan dengan jumlah stresor terkait pandemi Covid-19 yang berbeda.

The Covid-19 pandemic can cause trauma to the people who are affected, be it because of the quarantine, financial problems, mass death, the fear of transmitting the virus to others, up to close encounter with the Covid-19 virus itself. This study aimed to see if there is any significant difference in the level of trauma and posttraumatic growth among young adults who had different amounts of Covid-19 related stressors. The participants in this study are 138 young adults aged 20–40 years old (M = 24.47, SD = 4.52). Trauma was measured with Impact of Event Scale Revised (IES-R) and posttraumatic growth was measured with Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). One-way ANOVA analysis revealed that there is a significant difference in the level of trauma (F(3, 134) = 3.028, p = 0.032) and there is no significant difference in the level of posttraumatic growth (F(3,134) = 1.256, p = 0.292) between participants with different amounts of Covid-19 pandemic related stressors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahastari Nataliza
"Peristiwa ditinggalkan oleh orang yang dicintai terkategori ke dalam pengalaman traumatis karena peristiwa tersebut terjadi tanpa kesanggupan seseorang untuk mengendalikan yang diikuti dengan perasaan tak berdaya. Individu berusia dewasa muda yang mengalami kematian salah satu orangtuanya menjadi partisipan dalam penelitian ini; dimana berbagai tugas perkembangan dalam masa ini harus dijalankan agar tercapainya kemantapan dalam fase kehidupan dewasa berikutnya. Terapi Posttraumatic Growth Path (PTGP) dipilih menjadi salah satu metode intervensi untuk membantu individu mencapai pertumbuhan pasca trauma dengan pemaknaan yang lebih positif. Terapi dilakukan secara individual yang terdiri dari 4 sesi (deal, feel, heal, dan seal) dan berlangsung selama 5 minggu. Desain penelitian adalah pretest posttest dengan pemilihan partisipan menggunakan metode purposive sampling. Partisipan adalah tiga individu dewasa muda (19-25 tahun) yang mengalami kematian salah satu orangtuanya dan mengeluhkan beberapa simtom gangguan stres pasca trauma serta kesulitannya untuk mengatasi perasaan berdukanya. Untuk mengukur efektivitas terapi, partisipan diwawancarai dan mengisi kuesioner Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). Setelah intervensi dilakukan, ketiga partisipan menunjukkan adanya penurunan simtom pada stres pasca trauma yang dirasakan dan kesiapan untuk melangkah maju melanjutkan kehidupannya. Hasil ini menunjukkan bahwa PTGP dapat membantu meningkatkan pertumbuhan pasca trauma dan mengurangi simtom-simtom psikologis yang dialami individu. Penelitian selanjutnya dapat difokuskan untuk menyediakan intervensi psikologis pada individu yang mengalami kematian anggota keluarga lainnya atau pasangan hidup pada masa perkembangan lainnya.

The event of death of the loved one is categorized as a traumatic event because the person who experienced does not have the control to prevent followed by a feeling of helplessness. Young adults who experienced grieving caused by the death one of the parents participated in this study. The developmental task during young adults has to be on its course for them to be able to establish firmly in the next adult developmental phase. The Posttraumatic Growth Path (PTGP) model therapy was chosen to be one of the intervention methods to help those individual to experienced posttraumatic growth and to have better and positive understanding of the event. This therapy was conducted individually which consist of four session (deal, feel, heal and seal) in five weeks. This study design is pre test post test with purposive sampling method in selecting the participants. The participants are three young adults who experienced the death one of the parents and reported symptoms of posttraumatic stress and also difficulties in overcoming the grieving reactions. To determine the effectivity of the therapy, participants was interviewed and filling in the questionnaire Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). After the intervention, all of the three participants reported reduction of the symptoms; more adaptive to the changes occurred after the death, and readiness to step forward to continue living. This result shows that Posttraumatic Growth Path (PTGP) was proved to be able to enhance posttraumatic growth. Future research must focus on the intervention to individual who experienced the death of other family member or spousal death in other developmental period."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T40851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Putri Hapshari
"Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kedekatan dengan alam dan kecerdasan emosional saling berhubungan dengan kebahagiaan. Hanya saja, belum ada penelitian lanjutan yang meneliti tentang bagaimana sesungguhnya hubungan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan bertujuan untuk melihat peran kecerdasan emosional sebagai variabel moderator dalam hubungan antara kedekatan dengan alam dan kebahagiaan hidup. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain korelasional yang melibatkan 228 responden dewasa muda. Hasil yang di dapat menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dapat memoderatori hubungan antara kedekatan dengan alam dan kebahagiaan hidup pada dewasa muda. Secara spesifik penelitian ini membuktikan bahwa individu dengan tingkat kedekatan alam yang tinggi akan memiliki kebahagiaan hidup yang tinggi pula jika memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Previous research has shown that nature relatedness and emotional intelligence are both related with happiness. However, there has been no further research that examines how the relationship really is. Therefore, this study was conducted with the aim of looking at the role of emotional intelligence as a moderating variable in the relationship between nature relatedness and happiness. This research is a correlational research design involving 228 young adult respondents. The results shows that emotional intelligence can moderate the relationship between nature relatedness and happiness in young adults. Specifically this research proves that a person with a high level of natural relatedness will have a high happiness in life if they have a high level of emotional intelligence."
Depok: Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaya Sholiha
"Secara psikologis, gagal ginjal kronis dapat memunculkan beberapa gejala negatif, seperti stres pascatrauma, perasaan tidak berdaya, dan depresi. Dampak psikologis yang bersifat negatif tersebut, relatif dihayati lebih berat oleh penderita yang berjenis kelamin laki dan berusia dewasa muda karena mereka secara sosial dipandang sebagai sosok yang lebih aktif, dan sedang memusatkan perhatiannya pada pencapaian berbagai ambisi hidup. Selain memperoleh dampak negatif dari penyakitnya, penderita gagal ginjal kronis juga merasakan dampak yang positif, berupa posttraumatic growth (PTG). PTG merupakan pertumbuhan atau perubahan diri positif yang muncul setelah individu mengalami persitiwa traumatis. Salah satu bentuk intervensi yang dapat meningkatkan PTG individu adalah Model Posttraumatic Growth Path (PTGP). Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Model PTGP dalam meningkatkan PTG pada laki-laki usia dewasa muda yang mengalami gagal ginjal kronis dan menjalani pengobatan hemodialisis. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-post design dan melibatkan 3 orang partisipan laki-laki berusia dewasa muda. Intervensi model PGTP dilakukan sebanyak 4 sesi. Dua dari tiga partisipan mengalami peningkatan PTG setelah mengikuti intervensi, yang ditandai dengan meningkatnya skor dimensi-dimensi PTG pada PTGI. Teknik yang dianggap banyak membantu partisipan adalah relaksasi, metafora pohon, hero archetype, analogi boks, dan penentuan PTG channeling serta tindakan spesifik yang bisa dilakukan.

Psychologically, chronic kidney failure can cause negative symptoms, such us posttraumatic stress, helpless, and depression. Young adult men perceive these psychologically effects harder than women and other cohorts because they feel they are perceived as more active figure and striving they ambitions. Instead of the negative effects, they experience the positive, called posttraumatic growth (PTG). PTG is self positive change after the person experience a traumatic event. Such intervention to enhance PTG is Model Posttraumatic Growth Path (PTGP). The aim of this study is to examine effectiveness of intervention with Model PTGP to enhance PTG in young adult men who suffer chronic kidney disease and have haemodialysis. The one group pre-post design applied in study with 3 participants during 4 session intervention. At the end of intervention, 2 of 3 participants have enhanced PTG indicated by the improvement of PTGI score. The techniques used in this intervention are relaxation technique, tree metaphor, hero archetype, box analogy, and PTG channeling.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisa Amira Imani
"Beberapa upaya sudah dilakukan untuk memperlambat penularan COVID-19, dan menetap di rumah sudah terbukti merupakan salah satu tindakan pencegahan yang efektif. Akan tetapi masih banyak masyarakat Indonesia terutama dewasa muda yang tidak melakukan perilaku tersebut. Penelitian ini menggunakan theory of reasoned action untuk melihat bagaimana peran sikap dan norma subjektif terhadap intensi menetap di rumah selama pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional pada mahasiswa dan karyawan berusia 18-25 tahun (M = 21,3, SD = 1,65) yang sedang melakukan pembelajaran jarak jauh atau work from home (N = 308). Mayoritas partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 53,2%. Penelitian ini memilih populasi dewasa muda karena memiliki kepatuhan akan tindakan preventif yang paling rendah dibandingkan kelompok usia lain (Jørgensen & Petersen, 2020). Hasil analisis multiple regression menemukan bahwa sikap (β = 0,49, p < 0,01) dan norma subjektif (β = 0,22, p < 0,01) berkorelasi secara positif dengan intensi menetap di rumah. Edukasi mengenai pentingnya menetap di rumah tidak hanya penting dilakukan kepada dewasa muda saja, tetapi juga kepada tokoh agama, orang tua, serta tokoh berpengaruh lainnya.

Several attempts have been made to slow the transmission of COVID-19, and staying at home has proven to be an effective preventive measure. However, there are still many Indonesian people especially young adults who do not practice this behavior. This study uses the theory of reasoned action to see how the role of attitude and subjective norm on the intention to stay at home during the COVID-19 pandemic. This study is a correlational study on students and employees aged 18-25 years (M = 21,3, SD = 1,65) who are doing distance learning or work from home (N = 308). The majority of participants in this study were women (53,2%). This study selected a population of young adults because they have the lowest obedience to preventive measures compared to other age groups (Jørgensen & Petersen, 2020). The results of multiple regression analysis found that attitude (β = 0,49, p < 0,01) and subjective norms (β = 0,22, p < 0,01) were positively correlated with the intention to stay at home. Education about the importance of staying at home is not only important for young adults, but also for religious leaders, parents, and other influential figures."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ershanny Aulia Rachmawati
"Penelitian ini didasari oleh pentingnya menabung bagi karyawan dewasa muda. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh literasi keuangan dan parental socialization secara bersamaan terhadap intensi menabung. Pengukuran literasi keuangan menggunakan Tes Pengetahuan Keuangan (Sjabadhyni et al., 2016), pengukuran variabel parental socialization menggunakan alat ukur Parental Socialization (Otto, 2009), dan pengukuran intensi menabung dikembangkan dari Ladhari dan Michaud (2015). Responden sebanyak 434 karyawan dewasa muda secara accidental.
Pengolahan statistik menunjukkan pengaruh signifikan dari literasi keuangan dan parental socialization terhadap intensi menabung secara bersamaan dengan (F=5.644, p <.01). Diharapkan karyawan dewasa muda menyadari pentingnya memiliki pengetahuan tentang isu-isu keuangan, agar mereka lebih terdorong mengelola keuangannya dengan baik. Selain itu, orang tua perlu melakukan sosialisasi keuangan kepada anak sejak dini.

This research was based on the importance of saving for young adult employees. This research has objectives to observe the influence of both financial literacy and parental socialization to saving intention. Financial literacy measurement was using an instrument of Financial Knowledge Test (TPK) developed by Sjabadhyni et al. (2016), for the measurement of parental socialization was using Parental Socialization measurement tool from Otto (2009), and then measurement of the intention of saving was using an instrument developed by Ladhari and Michaud (2015.) Respondents are consisted of 434 young adult employees with the accidental type.
Processing statistics shows there is significant influence from financial literacy and parental socialization on saving intention (F=5.644, p<.01). Hopefully employees could enhance their knowledge regarding to financial issues, subsequently they can manage their finance well. Furthermore, parents need to give children financial socialization since early stage.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>