Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86223 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anak Agung Ngurah Agung Suryadipta Wardhana
"Penelitian ini berusaha melihat konstruksi makna demokratisasi industri seni digital melalui praktik seni NFT (Non-Fungible Token) oleh para anggota Komunitas NFT Indonesia. Teknologi blockchain secara umum mengusung konsep desentral yang berupaya untuk mendisrupsi berbagai industri termasuk seni digital. Dalam konsepsi Trevor J. Pinch dan Wiebe E. Bijker, pengembangan teknologi merupakan hasil konstruksi sosial dari proses interpretasi fleksibel oleh kelompok sosial relevan. Kemudian aktivitas dalam Komunitas NFT Indonesia terkait praktik seni NFT melalui konsepsi Henry Jenkins dilihat sebagai budaya partisipatori yang turut membentuk konstruksi sosial teknologi blockchain sebagai demokratisasi industri seni digital. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dan metode netnografi dengan melibatkan lima narasumber anggota Komunitas NFT Indonesia. Makna blockchain sebagai demokratisasi industri seni digital terlihat pada penafsiran narasumber terhadap praktik seni NFT seperti kendali kuat seniman atas penandaan keaslian, pengembangan loyalitas penggemar, penentuan harga awal dan kontinuitas finansial dari royalti. Anggota komunitas daring tersebut mengonstruksi makna blockchain sebagai demokratisasi industri seni digital melalui aktivitas komunikasi yang terjadi dalam praktik seni NFT.

This research attempts to look at the construction of the meaning of democratization of the digital art industry through NFT (Non-Fungible Token) art practices by members of the Indonesian NFT Community. Blockchain technology in general carries a decentralized concept that seeks to disrupt various industries including digital arts. In the conception of Trevor J. Pinch and Wiebe E. Bijker, technological development is the result of social construction from a process of flexible interpretation by relevant social groups. Hence the activities within the Indonesian NFT Community related to the practice of NFT art through the conception of Henry Jenkins are seen as a participatory culture that also shaped the social construction of blockchain technology as a democratization of the digital art industry. This study uses the constructivism paradigm and the netnographic method involving five informants from the Indonesian NFT Community. The meaning of blockchain as a democratization of the digital art industry is seen in the interviewees’ interpretation of NFT art practices such as artist’s strong control over marking of authenticity, developing fan loyalty, initial pricing and financial continuity of royalties. Members of the online community construct the meaning of blockchain as a democratization of the digital art industry through communication activities that occur in NFT art practices."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Rizkiayu Safira
"Penelitian ini bertujuan menggali interaksi antar entitas di dalam ekosistem komersialisasi NFT art dan konstruksi nilai simbolis dalam NFT art. Studi-studi sebelumnya yang berfokus pada komersialisasi di dalam pasar blockchain melihat bagaimana peran sistem blockchain dan tokenisasi NFT memengaruhi proses komersialisasi. Namun demikian, kedua kelompok studi tersebut belum menjelaskan ikatan antar entitas di dalam maupun di luar sistem blockchain yang dapat mempengaruhi ekosistem komersialisasi NFT art dan menjelaskan konstruksi nilai simbolis NFT art. Peneliti berargumen bahwa interaksi antar entitas dalam proses komersialisasi NFT art lebih daripada interaksi antar aktor di dalam pasar NFT dan sistem blockchain. Studi ini menggunakan Actor Network Theory (ANT) melalui tahapan Translasi untuk mengidentifikasi terbentuknya jaringan. Studi ini juga menggunakan tipologi nilai simbolis untuk melihat konstruksi nilai simbolis yang terbentuk dalam pasar NFT terhadap NFT art. Studi kualitatif ini menggunakan metode Social Network Analysis (SNA) dengan teknik pengumpulan data in-depth interview dan observasi digital sebagai triangulasi metode terhadap informan yaitu NFT artist. Studi ini menemukan bahwa interaksi di dalam ekosistem ini mencakup aktor manusia dan non-manusia yang bergerak ke arah tujuan yang sama baik di dalam maupun luar jaringan blockchain. Nilai simbolis NFT art ditentukan oleh interaksi antara artist, collector, media sosial, dan pasar, dengan fokus pada kelangkaan, eksklusivitas, dan prestise sosial. Dalam studi ini, komunitas menjadi aktor yang berperan sebagai representasi jaringan komersialisasi NFT art.

This study aims to explore the interactions among entities within the commercialization ecosystem of NFT art and the construction of symbolic value in NFT art. Previous studies focusing on commercialization in the blockchain market have examined how the blockchain system and NFT tokenization influence commercialization processes. However, these studies have not addressed the connections between entities both within and outside the blockchain system that can impact the commercialization ecosystem of NFT art and explain the construction of its symbolic value. This study argues that interactions among entities in the commercialization process of NFT art extend beyond interactions among actors within the NFT market and blockchain system. The study using Actor-Network Theory (ANT) through the stages of Translation to identify the formation of networks. Additionally, it is also using a typology of symbolic value to examine the construction of symbolic value within the NFT market for NFT art. This qualitative study using Social Network Analysis (SNA) methodology with data collection techniques including in-depth interviews and digital observation as a triangulation involving NFT artists as informants. The study finds that interactions within this ecosystem involve both human and non-human actors moving towards common goals both within and outside the blockchain network. The symbolic value of NFT art is determined by interactions among artists, collectors, social media, and the market, with a focus on scarcity, exclusivity, and social prestige. In this study, the community emerges as an actor representing the commercialization network of NFT art."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Ikhsan
"Pembangkit listrik virtual merupakan pengembangan sistem transaksi energi listrik secara terdesentralisasi. Penelitian ini membahas perancangan dan implementasi sistem transaksi energi listrik dengan pemodelan konsep pembangkit listrik virtual yang diterapkan menggunakan smart contract berbasis blockchain Ethereum. Sistem transaksi energi terdiri dari smart contract, decentralized application berbasis website dan kWh meter. Hasil penelitian didapatkan bahwa sistem transaksi berhasil berjalan dengan skenario produksi memenuhi konsumsi, produksi tidak memenuhi konsumsi tetapi sistem tidak presisi dengan skenario produksi melebihi konsumsi. Nilai posisi transaksi dipengaruhi harga Gas dan data transaksi. Besar biaya Ether untuk transaksi dipengaruhi harga Gas dan data transaksi. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemanggilan data blockchain dipengaruhi jumlah data pada tipe data integer dan string.

Virtual power plant is a decentralized development of electrical energy transaction systems. This study discusses the design and implementation of electrical energy transaction systems by modeling the concept of virtual power plants that are implemented using Ethereum blockchain-based smart contracts. The energy transaction system consists of a smart contract, decentralized application websitebased and kWh meter. The results showed that the transaction system was successful with the production scenario meeting consumption, production did not meet consumption, but the system was not precise with the production scenario exceeding consumption. Transaction position value is influenced by Gas price and transaction data. The Ether fee for the transaction is influenced by Gas prices and transaction data. The time needed to call blockchain data is influenced by the amount of data in the integer and string data types."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Taruna Atmaja
"Seringnya terjadi keterlambatan ataupun gagalnya pengguna jasa dalam melakukan pembayaran memberikan efek yang besar kepada penyedia jasa. Tidak jarang pula dampak dari kejadian ini membuat banyak badan usaha jasa konstruksi mengalami kebangkrutan akibat terganggunya finansial pada badan usaha tersebut. Sistem pembayaran antara pengguna jasa ke penyedia jasa sudah diatur dalam perjanjian kontrak antara kedua belah pihak. Tetapi kontrak tersebut dirasa tidak membuat risiko keterlambatan atau kegagalan pembayaran ini berkurang. Permasalahan sering terjadi akibat masih kurangnya kompetensi sumber daya manusia yang berada pada level manajemen. Pihak manajemen yang seharusnya memegang peranan penting dalam mengatur jalannya proyek seringkali gagal dalam menjalankan tugasnya. Permasalahan berikutnya muncul pada di pihak pengguna jasa yang memang tidak ada keinginan untuk membayar penyedia jasa setelah pekerjaannya selesai. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mencari solusi dengan memperbaiki sistem pembayaran dengan prosedural yang terotomatisasi dan transparan sehingga semua pihak bisa memantau proses tersebut. Sistem ini akan dibangun dengan menggunakan smart contract yang dibangun di atas platform blockchain (Etherium) dan terintegrasi dengan data model BIM (Building Information Modeling). Dengan adanya sistem otomatisasi ini maka waktu pembayaran akan bisa dipercepat sehingga bisa menjaga kemampuan finansial semua stakeholder.

Often there are delays or failures from service users in making payments will have a great effect on service providers. Frequently the impact of this incident caused many construction service business entities to go bankrupt due to financial disruption to the business entity. The payment system between service users to service providers is regulated in a contractual agreement between the two parties. But the contract does not reduce the risk of delay or failure of payment. Problems often occur due to the lack of competence in human resources at the management level. Management who should play an important role in managing the project often fails to carry out their duties. The next problem arises on the part of service users who do not want to pay service providers after the work is completed. Therefore, this research tries to find a solution by improving the payment system with an automated and transparent procedural so that all parties can monitor the process. This system will be built using a smart contract built on the blockchain’s (Etherium) platform and integrated with BIM (Building Information Modeling) data models. With this automation system, the duration of payment can be accelerated so that it can maintain the financial capabilities of all stakeholders."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Yossi Priyambodo
"Proyek EPC (Engineering, Procurement and Construction) merupakan jenis
proyek konstruksi yang kompleks dan memiliki perbedaan karakter dengan proyek
konstruksi biasa, sehingga keterlambatan proyek merupakan fenomena yang kerap
terjadi pada proyek EPC. Proyek EPC cenderung padat karya dan padat
pengetahuan. Input dan output dalam manajemen proyek EPC melibatkan berbagai
pengetahuan dan aktivitas kreatif intelektual. Dengan demikian, proses manajemen
proyek EPC adalah proses knowledge management. Knowledge Management
System (KMS) bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dalam suatu organisasi
dengan memperbaiki komunikasi antara seluruh bagian organisasi dan
meningkatkan penguasaan pengetahuan dengan melakukan transfer pengetahuan.
Penerapan Knowledge Management System berbasis blockchain diharapkan dapat
menjadi solusi dari kebutuhan transfer knowledge dengan terdistribusi, akses cepat
ke pengetahuan dan keamanan informasi yang tinggi. Penelitian ini menggunakan
kerangka kerja model Tiwana, dan untuk pemetaan knowledge organisasi
menggunakan siklus KM model Zack, sedangkan untuk pembentukan knowledge
menggunakan model SECI. Framework Knowledge Management System berbasis
blockchain yang dihasilkan dilakukan validasi pakar untuk proses pengujian yang
kemudian dilakukan analisa kualitatif menggunakan software Nvivo. Hasil dari
penelitian ini adalah 44,19% moderately positive dan 55,81% very positive
menyatakan framework Knowledge Management System berbasis blockchain dapat
diterapkan pada proyek EPC dan dapat meningkatkan kinerja waktu pada proyek
EPC-X sebesar 36 hari atau memiliki optimasi 15% dari durasi proyek secara
keseluruhan.

An EPC project (Engineering, Procurement, and Construction) is a
complex type of construction project, having differing characteristics from ordinary
construction projects, in which project delay phenomenons often occur. EPC
projects tend to be labor intensive and knowledge intensive. Inputs and outputs in
EPC project management involve a wide range of knowledge and intellectual
creative activities. Thus, the EPC project management process is a knowledge
management process. Knowledge Management System (KMS) aims to improve the
quality of human resources in an organization by improving communication
between all parts of the organization and increasing mastery of knowledge by
transferring knowledge. The implementation of a blockchain-based Knowledge
Management System is expected to be a solution to the need for distributed
knowledge transfer, fast access to knowledge and high information security. To
develop the knowledge management system, The Tiwana Model Framework is
employed in this study. Whereas Zack KM model is used for mapping
organizational knowledge. In addition, SECI model is used for knowledge
information. The resulting blockchain-based Knowledge Management System
framework is validated by experts for the testing process. As a follow up process,
Qualitative analysis is performed to the validated framework using Nvivo software.
The results of this study are 44.19% moderately positive and 55.81% very positive
stating that the blockchain-based Knowledge Management System framework can
be applied to EPC projects and can improve time performance on EPC-X projects
by 36 days or has an optimization of 15% of the duration. the project as a whole.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Nita Suliyanti
"Practical Byzantine Fault Tolerance (PBFT) adalah algoritma konsensus yang digunakan dalam consortium blockchain. Jenis blockchain ini menyediakan platform yang menghubungkan sekelompok peserta yang saling terkait ini. Hal ini sesuai  untuk implementasi pertukaran informasi Building Information Modeling (BIM) yang merupakan representasi digital dari karakteristik fisik dan fungsional dari suatu bangunan. Pertukaran informasi ini melibatkan banyak pihak seperti pemilik bangunan, kontraktor, sarjana konstruksi, sarjana listrik, manager lokasi dan banyak dokumen BIM. Pihak-pihak ini dapat mempunyai konflik satu sama lain dan dapat menyebabkan bahaya, untuk itu lebih baik menggunakan algoritma PBFT. Algoritma ini dapat memberikan toleransi sampai dengan 1/3 node yang berbahaya/rusak. Namun, algoritma ini mempunyai karakteristik yaitu membutuhkan komunikasi intensif antar node, yang membatasi skalabilitas dan kinerjanya.
Solusi yang diusulkan untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan algoritma konsensus baru Byzantine Fault Tolerance dengan struktur hirarki network double-layer (Double-layer Byzantine Fault Tolerance). Stuktur hirarki network dapat mengurangi penggunaan bandwidth dan tekanan komunikasi antar peer. Pada struktur ini terdapat dua lapisan node. Node di lapisan pertama mengirimkan pesan pada beberapa node di lapisan kedua. Setiap node pada lapisan pertama terhubung dan membentuk kelompok dengan beberapa node pada lapisan kedua dan saling berkomunikasi. Setiap kelompok ini menjalankan algoritma Byzantine Fault Tolerance untuk mencapai subkonsensus. Konsensus akhir didapatkan dengan menggabungkan subkonsensus pada lapisan pertama dan semua subkonsensus di tiap kelompok. Hasil penelitian menunjukkan algoritma ini dapat meningkatkan skalabilitas dengan mengurangi jumlah pertukaran pesan antar node sebesar 84% dan waktu untuk mencapai konsensus sebesar 70% dibanding dengan struktur network peer-to-peer.

Practical Byzantine Fault Tolerance (PBFT) is a consensus algorithm used in a consortium blockchain. This type of blockchain provides a platform that connects a group of interrelated participants. This is suitable for the implementation of Building Information Modeling (BIM) information exchange, which is a digital representation of the physical and functional characteristics of a building. The information exchange involves many parties such as building owners, contractors, construction engineers, electrical engineers and site managers and BIM-related documents. These parties may have conflicts with each other and can cause harm. Thus, it would be better to use the PBFT algorithm. This algorithm tolerates up to 1/3 malicious/faulty nodes. However, this algorithm has inherent characteristic that it requires intensive communication between nodes, which limits its scalability and performance.
The proposed solution is to use a new consensus algorithm Byzantine Fault Tolerance with a double-layer network hierarchy structure called Double-Layer Byzantine Fault Tolerance (DLBFT). The hierarchical structure of the network can reduce bandwidth usage and peer communication stress. This structure consists of two layers of nodes. Nodes in the first layer send messages to several nodes in the second layer. Each node in the first layer is connected and forms a group with several nodes in the second layer and communicates with each other. Each group runs the Byzantine Fault Tolerance algorithm to reach a subconsensus. The final consensus is obtained by combining the subconsensus in the first layer and all subconsensus in each group. The results show that this algorithm can improve scalability by reducing the number of messages exchanged between nodes by 84% and the time to reach consensus by 70% compared to peer-to-peer network.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Khaerun Zuhry Radjilun
"Kebutuhan akan rumah merupakan kebutuhan primer yaitu kebutuhan utama setelah kebutuhan sandang dan pangan atau biasa disebut dengan trilogi sandang- pangan-papan. Meskipun menjadi kebutuhan primer manusia, banyak dari manusia tidak menyadari bahwa pentingnya mempunyai rumah. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menunda melakukan pembelian rumah dengan alasan yang beragam; mulai dari tidak sadarnya urgensi akan rumah, harga yang mahal, hingga proses administrasi pembelian yang sangat merepotkan, terutama jika membeli dengan menggunakan cicilan. Kebijakan-kebijakan pemerintah masih tidak terlalu signifikan membantu meningkatkan penjualan properti, sehingga kini semakin banyak model pembiayaan baru yang berbasis crowdfunding bermunculan untuk membantu masyarakat Indonesia mendapatkan rumah. Walaupun crowdfunding adalah suatu platform baru yang membawa perubahan baru dalam teknologi, platform ini mempunyai tiga kelemahan yaitu akuntabilitas, transparansi dan sentralisasi. Oleh karena itu pada penelitian ini teknologi blockchain akan diimplementasikan untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dari platform crowdfunding bisnis properti hunian. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur & benchmarking, survei kuesioner, dan validasi pakar untuk meraih tujuan penelitian yaitu mengindentifikasi fitur-fitur akuntabilitas dan transparansi pada platform crowdfunding dan diagram alir bekerja aplikasi aplikasi crowdfunding bisnis properti hunian berbasis teknologi blockchain. Fitur akuntabilitas yang akan dipakai pada aplikasi ini yaitu Dana Proteksi, Mentoring dan Monitoring peminjam, dan Pengembalian Modal dan fitur transparansinya adalah Informasi Peminjam, Detail Laporan Peminjam, Credit Scoring. Setelah itu Teknologi blockchain yang akan diimplementasikan untuk penelitian ini yaitu platform blockchain Ethereum melalui layanan yang berdasarkan smart contract yaitu Decentralized Autonomous Organization (DAO), Decentralized File Storage (DFS), dan Token System ERC-20.

Home needs are primary needs, namely the main needs for clothing and food needs or commonly referred to as the food-board-clothing trilogy. Despite being a major human need, many people do not realize the importance of owning a home. Most Indonesians still buy houses for various reasons; Starting from the unconscious urgency of the house, the price is expensive, the complicated purchase process, especially if buying using installments. Government policies are still not very effective in increasing property sales, thus new crowdfunding-based financing models is increasing to help people to afford a house. Although crowdfunding is a new platform that brings new changes in technology, this platform has three weaknesses namely accountability, transparency and centralization. Therefore in this research the blockchain system exists to increase accountability and transparency of the residential property crowdfunding business platform. The research method of this research is uses literature study & benchmarking methods, questionnaire surveys, and expert validation to achieve the research goal of identifying accountability and transparency features in crowdfunding platforms and flowcharts of application crowdfunding applications of residential property businesses based on blockchain technology. Accountability features that will be used in this application are the Dana Proteksi Insurance, Mentoring and Monitoring, and Capital Returns and transparent features are Borrower Information, Borrower Report Details, Credit Scoring. The blockchain technology that will be implemented for this research is the Ethereum blockchain platform through smart contract-based services, namely the Decentralized Autonomous Organization (DAO), Decentralized File Storage (DFS), and the ERC-20 Token System.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Malik Ardiansyah
"

Saat ini, listrik merupakan sumber daya yang sangat penting untuk semua orang dalam menunjang aktivitas sehari-hari yang mereka lakukan. Masyarakat dimudahkan dengan banyaknya metode pembayaran tagihan listrik yang bisa mereka pilih. Pada skripsi ini dilakukan penggunaan teknologi Blockchain dalam sistem pembayaran tagihan listrik. Teknologi Blockchain adalah teknologi yang memungkinkan transaksi dilakukan secara terdesentralisasi, transparan, dan aman. Dalam skripsi ini dijelaskan secara sederhana tentang teknologi Blockchain serta bagaimana teknologi ini dapat diterapkan dalam sistem pembayaran tagihan listrik di indonesia dengan membuat sebuah situs web yang dapat digunakan oleh pengguna untuk melakukan pembayaran tagihan listrik elektronik berbasis Blockchain dengan Ethereum sebagai jaringan blockchain yang digunakan. Dari 3 pilihan gas fee yang diujikan sebanyak 10x percobaan, pilihan “aggressive” adalah pilihan yang tepat apabila pengguna ingin proses transaksi yang cepat (4.5s), pilihan “market” cocok untuk pengguna yang baru pertama kali mencoba dan ingin mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh metamask (9.4s). Pilihan “low” adalah pilihan yang paling nyaman para pengguna yang mengutamakan fungsi dan tidak mementingkan kecepatan transaksi (18.8s).


Nowadays, electricity is a very important resource for everyone to support their daily activities. People are facilitated by the various methods to pay electricity bills that are available for them. In this research, Blockchain technology is used in the electricity bill payment system. Blockchain technology is a technology that allows transactions to be carried out in a decentralized, transparent, and secure manner. This research explained about Blockchain technology and how this technology can be applied in the electricity bill payment system in Indonesia by creating a website that can be used by users to pay their electricity bills with Ethereum as the blockchain network. Of the three gas fee options tested, “aggressive” option is the right choice if users want a fast transaction process (4.5s), “market” option is suitable for first-time users and wants to follow the standards set by metamask (9.4s). The “low” option is the most comfortable choice for users who prioritize function and are less concerned with transaction speed (18.8s)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audry Maulana
"Skripsi ini mengidentifikasi peranan-peranan yang telah dilakukan oleh AKP sebagai sebuah partai pemerintah dalam upaya demokratisasi di Turki sejak tahun 2002-2011. Upaya demokratisasi yang dimaksud berfokus kepada 4 hal, yakni amandemen konstitusi, reposisi hubungan sipil dan militer, peningkatan jaminan atas kebebasan sipil, serta penjaminan negara terhadap hak asasi manusia. Selain itu, skripsi ini berargumen bahwasanya upaya demokratisasi yang telah dilakukan oleh pemerintahan AKP didorong oleh adanya dua faktor.
Faktor internal dari demokratisasi adalah adanya agenda masuknya Turki ke dalam Uni Eropa. Sedangkan secara eksternal, demokratisasi dilakukan sebagai upaya pemenuhan persyaratan politik Uni Eropa. Pada akhirnya, dengan adanya upaya demokratisasi yang dilakukan oleh AKP, Turki mengalami peningkatan hubungan baik dengan Uni Eropa sebagai sebuah institusi, maupun dengan negara-negara anggotanya.

This thesis identifies the roles that have been done by the AKP as a government party in democratization efforts in Turkey since 2002-2011. This efforts is focused on four things, namely amending the constitution, repositioning of civil and military relations, increaing the guarantees of civil liberties, as well as state guaranteeing of human rights. It argues that democratization efforts that have been made by the AKP government are driven by two factors.
Internal factors of democratization is the agenda of Turkey's entry into the European Union. While externally, democratization done as efforts to comply with the EU‟s political conditionality. In the end, with the democratization efforts undertaken by the AKP, Turkey has increased good relationship with the EU as an institution, as well as with its members.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Awal
"Tesis ini menganalisis politik luar negeri AS terhadap proses demokratisasi serta perjuangan kelompok FSA (Free Syirian Army) dan SNC (Syirian National Council) dalam upaya menjatuhkan kediktatoran rezim Bashar Al-assad yang telah berkuasa selama 16 tahun di Suriah. Paradoksnya adalah bahwa selama terjadinya konflik antara kelompok oposisi dan rezim Assad yang didukung oleh kekuatan militer Rusia, Amerika Serikat sebagai pendukung demokrasi di dunia tidak memberikan suatu reaksi yang tegas terhadap tindakan rezim Suriah. Tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kerangka teori pilihan rasional, rasional aktor model dan kepentingan nasional. Penelitian ini menemukan bahwa Politik luar negeri Amerika Serikat di bawah pemerintahan Barack Obama dalam memperjuangkan demokrasi di Suriah cenderung beralih ke politik minimalis dari politik maksimalis. Tesis ini menyimpulkan bahwa, Peralihan paradigma politik tersebut disebabkan Suriah tidak mempunyai arti strategis bagi kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat di Timur-Tengah.

This tesis analyzes US foreign policy towards the democratization process and the FSA (Free Syirian Army) and SNC (Syirian National Council) effort to topple the Bashar Al-Assad dictatorship regime that has ruled for 16 years in Syria. The paradox is that during the conflict between the opposition and Assad's regime that has been supported by the military power of Russia, US support of democracy in the world does not give an explicit reaction against the actions of the Syrian regime. Using qualitative approach and the theorotical framework of rational choice, rational actor models and national interest. This study finds that under Barack Obama‟s presidency in the fight for democracy in Syria US foreign policy is likely to turn from political maximalist to political minimalist. The study concludes that, this political paradigm shift happens because Syria does not have a strategic significance for US national security interests in the Middle East.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>