Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160624 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ekky Millening Tyas
"Diperkirakan 45 juta prosedur operasi dibutuhkan setiap tahunnya di seluruh dunia, namun kurang dari 25% pasien kanker memiliki akses operasi yang aman, terjangkau, dan tepat waktu. Lambatnya penanganan akan menurunkan kualitas hidup dan ketahanan hidup pasien kanker. Penelitian ini mengidentifikasi faktor faktor yang memengaruhi waktu tunggu di berbagai negara menggunakan metode scoping review pada empat online database yaitu Semantic Scholar, PubMed, Science Direct, dan Google Scholar dengan hasil studi terinklusi adalah 12 studi. Studi terinklusi berasal dari Negara Indonesia, Kolumbia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman, Swedia, dan Italia dengan metode penelitian kuantitatif atau mix-methods (kuantitatif dan kualitatif) yang terpublikasi di tahun 2019 sampai tahun 2022. Secara keseluruhan, waktu tunggu rata- rata pelayanan operasi pada pasien kanker di beberapa negara adalah sekitar 25 hari sampai 70 hari, dan pada kondisi khusus seperti pandemi COVID-19 waktu tunggu cenderung mengalami kenaikan sampai dengan sembilan bulan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi waktu tunggu dan dipetakan dalam 6 kategori, yaitu sosiodemografi, kondisi pasien, riwayat pengobatan, sumberdaya dan fasilitas pelayanan kesehatan, periode pelayanan, dan jenis jaminan kesehatan. Sebagian besar studi menunjukkan waktu tunggu yang lebih lama, sehingga dibutuhkan peran serta pemerintah, fasilitas pelayanan kesehatan, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pelayanan kanker dengan memerhatikan waktu waktu tunggu pelayanan operasi bagi pasien kanker

An estimated 45 million surgical procedures are needed annually worldwide, yet less than 25% of cancer patients have access to safe, affordable and timely surgeries. Slow treatment will reduce the quality of life and survival of cancer patients. This study identified factors that affect waiting times in various countries using the scoping review method on four online databases, namely Semantic Scholar, PubMed, Science Direct, and Google Scholar with the results of the study included 12 studies. The most inclusive studies came from Indonesia, Colombia, Canada, the United States, Germany, Sweden, and Italy with quantitative research methods (quantitative and qualitative) published from 2019 to 2022. Overall, the average waiting time for surgical services for cancer patients in some countries is around 25 days to 70 days, and in special conditions such as the COVID-19 pandemic, waiting times tend to increase by up to nine months. There are several factors that affect waiting time and are mapped into 6 categories, namely sociodemography, patient condition, medical history, health service resources and facilities, service period, and type of health insurance. Most of the studies show longer wait times, so it takes the participation of the government, health care facilities, and the public to improve the quality of cancer services by paying attention to the appropriate surgical waiting time for cancer patients."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Zahra
"Waktu tunggu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa lama watu tunggu pasien di berbagai negara dan faktor apa saja yang berhubungan dengan lamanya waktu tunggu pasien rawat jalan di rumah sakit. Penelitian ini merupakan literature review. Hasil penelitian mendapatkan rentang waktu tunggu pasien rawat jalan berkisar dari 3 menit sampai dengan 284 menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pasien rawat jalan di rumah sakit terutama keterlambatan dokter, lalu jenis pembayaran, jenis poliklinik, jumlah antrean, penyediaan berkas rekam medis, kedatangan pasien sebelum jam praktik, ketersediaan sarana prasarana, lama pemeriksaan, sistem perjanjian pertemuan, lama waktu menunggu di bagian pendaftaran, keterampilan SDM, alur proses pelayanan, dan kurangnya SDM.

Waiting time is one of the factors that can affect patient satisfaction. This study was conducted to identify the length of waiting time for patients in various countries and what factors are related to the length of time waiting for outpatients in the hospital. This research is a literature review. The results of the study showed that the waiting time range for outpatients ranged from 3 minutes to 284 minutes. Factors that affect the waiting time for outpatients at the hospital, especially late doctors, then the type of payment, the type of polyclinic, the number of queues, the provision of medical record files, the arrival of patients before practice hours, the availability of infrastructure, the length of the examination, the meeting appointment system, the length of time waiting time at registration, human resource skills, service process flow, and lack of human resources."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Islamiati
"Salah satu jenis pelayanan di rumah sakit yang paling banyak dikunjungi dan membutuhkan waktu untuk mengantre adalah pelayanan farmasi. Hingga saat ini waktu tunggu pelayanan resep obat yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, yaitu ≤ 30 menit untuk obat non racikan dan ≤ 60 menit untuk obat racikan masih sering ditemukan dalam penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain literature review yang dilakukan dengan menganalisis hasil studi yang telah tersedia sebelumnya. Dari hasil pencarian yang dilakukan melalui database PubMed, Proquest, Google Scholar, Universitas Indonesia Library dan FKM UI Library, ditemukan sebanyak 18 artikel mengenai faktor-faktor penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan pada status pasien dan jenis resep obat yang dilayani. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit di Indonesia sangat bervariasi dan saling berkaitan satu sama lain, diantaranya adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kebijakan dan standar operasional prosedur, persediaan obat-obatan, serta status pasien.

One of the most visited type of hospital services that requires time to queue is pharmacy service. Until now the waiting time for prescription drug services that are not in accordance with the standards set by the Government through Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, which is ≤ 30 minutes for non-concoction drugs and ≤ 60 minutes for concoction drugs are still frequently found in pharmacy service arrangements in hospitals. This research aims to determine the causal factors of the length of waiting time for outpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations in Indonesia. This research applied literature review designs that were conducted by analyzing the previous studies results. From the search result that was done through PubMed, Proquest, Google Scholar, Universitas Indonesia Library, and FKM UI Library databases, 18 articles about the causal factors of the length of waiting time for outpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations in Indonesia were found. The result of the study showed that the waiting time for outpatient prescription drug services at the pharmacy installation from one hospital to another hospital was differ, it was due to differences in patient status and types of prescription drugs served. The factors that cause the length of waiting time for outpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations in Indonesia very varied and relate to each other, such as human resources, facilities and infrastructure, policies, standard operating procedure, availability of medicine, and patients status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Suryawati
"Waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan merupakan salah satu indikator pelayanan mutu di instalasi farmasi yang seringkali tidak terpenuhi waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan. Berdasarkan SPM yang tercantum dalam Kepmenkes RI Nomor :129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Waktu tunggu obat jadi (non racikan) adalah ≤30 menit. Sedangkan waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah ≤60 menit. Penelitian ini dilakukan untuk melihat penyebab dan lama waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit. Jenis penelitian ini adalah literature review yang dilakukan pada kepustakaan jurnal dan penelitian asli dengan rentang waktu studi adalah 10 tahun, dipublikasikan pada tahun 2011 hingga 2020. Metode pencarian data menggunakan data online dengan database yang digunakan adalah PubMed, Scopus, Science Direct, Garuda, Google Scholar, dan Lib FKM UI, serta Lib UI. Setelah menggunakan strategi pencarian, didapatkan sebanyak 14 literature, dan dari hasil penelitian didapatkan rentang rata – rata waktu tunggu pelayanan resep pasien BPJS/JKN, Askes dan pasien tanpa penggolongan kategori penjamin. Penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi antara lain SDM (kurangnya kompetensi, kuantitas dan kecepatan, serta beban kerja SDM) tidak ada dan tidak berlakunya SOP, sarana dan prasarana yang kurang, komponen delay, produktifitas kerja, dan jam praktik dokter di poli. Usulan untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian di fasilitas kesehatan rumah sakit di daerah lain sehingga dapat dilihat dan diidentifikasi hasil lama waktu tunggu di instalasi farmasi rumah sakit beserta faktor – faktor penyebabnya, selain itu juga dapat membandingkan sistem pelayanan farmasi di berbagai rumah sakit.

The waiting time for outpatient prescription services is one of the indicators of quality service in pharmaceutical installations which often does not meet the waiting time for outpatient prescription services. Based on the SPM listed in the Republic of Indonesia Decree Number: 129 / Menkes / SK / II / 2008 concerning Hospital Minimum Service Standards The waiting time for finished drugs (non-concoction) is ≤30 minutes. While the waiting time for concoction drug services is ≤60 minutes. This research was conducted to see the causes and the length of time waiting for prescription services in hospital outpatient pharmaceutical installations. This type of research is a literature review conducted on the journal literature and original research with a study span of 10 years, published in 2011 to 2020. The method of searching data using online data with the database used is PubMed, Scopus, Science Direct, Garuda, Google Scholar, and Lib FKM UI, and Lib UI. After using the search strategy, as many as 14 literatures were obtained, and from the results of the study obtained an average range of waiting times for prescription services for BPJS / JKN patients, Askes and patients without the guarantor category. The causes of the length of time waiting for prescription services in pharmaceutical installations include HR (lack of competence, quantity and speed, as well as HR workload) and non-existent SOP, lack of facilities and infrastructure, components of delay, work productivity, and doctor's practice hours in policlinic . The proposal for further research is expected to carry out research in hospital health facilities in other areas so that it can be seen and identified the results of the long waiting time at the hospital pharmacy installation along with its causal factors, while also being able to compare pharmaceutical service systems in various hospitals."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindi Fantika
"ABSTRAK
Kapesitabin adalah salah satu obat kemoterapi oral yang banyak digunakan dan dilaporkan memiliki efektivitas yang sama dengan kemoterapi intravena 5 fluorourasil. Akan tetapi, kapesitabin yang berkaitan dengan banyak efek samping dan memiliki jadwal siklus penggunaan yang kompleks berpotensi meningkatkan ketidakpatuhan terhadap minum obat. Tujuan article review ini adalah menelusuri faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan pasien kanker terhadap terapi kapesitabin. Pencarian literatur dilakukan pada pangkalan data seperti PubMed, Sage, Sciencedirect, dan Springer dengan berpedoman pada Preferred Reporting Items for Systematic reviews and Meta Analysis. Berdasarkan hasil penelusuran literatur didapatkan tujuh artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil review menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pasien kanker yang mendapat kapesitabin bervariasi antara 76,7% sampai ≤105%. Sedangkan faktor faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan berhubungan dengan efek samping, lupa minum obat, perkembangan toksisitas, penurunan kualitas hidup, hambatan bahasa dalam berkomunikasi, situasi sosial, keyakinan pasien pada terapi kapesitabin, dan kepuasan terhadap petugas medis.

ABSTRACT
Capecitabine is one of the most widely used oral chemotherapy drugs and is reported have the same effectiveness as 5 fluorouracil intravenous chemotherapy. However, capecitabine, which is associated with many side effects, and has complicated dosage regiment cycle, have the potential to increase non-adherence medication. This review article aimed to explore the factors that influence the level of adherence among cancer patients using capecitabine as chemotherapy. Electronic searches were performed on databases including PubMed, Sage, Sciencedirect, and Springer based on Preferred Reporting Items for Systematic reviews and Meta Analysis. Seven articles that fit the inclusion criteria were obtained. The results of the review showed that the level of adherence of cancer patients who received capecitabine varied between 76.7% to ≤105%. While the factors that influence the level of adherence were related to side effects, forgetting to take medication, the development of toxicity, decreased quality of life, language barrier, social situations, medication belief, and satisfaction with healthcare providers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azkia Rahmah
"Pendahuluan: Pasien gawat darurat dengan kategori triase kuning (urgent) harus mendapatkan terapi dalam 30 menit. Waktu sejak kedatangan pasien hingga mendapatkan terapi disebut sebagai waktu tanggap pelayanan dokter. Pencapaian waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 menit untuk pasien dengan kategori triase kuning di IGD-RSCM belum mencapai 100%.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tercapainya waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 menit pada pasien non-trauma bertriase kuning di IGD-RSCM; pola kedatangan, kondisi kepadatan IGD, tercukupinya jumlah kebutuhan staf, ketepatan triase, waktu ketersediaan terapi dan adanya rujukan yang terkonfirmasi (SPGDT).
Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong-lintang, menggunakan data retrospektif, dan melibatkan 105 subyek dengan triase tepat (kuning-kuning) dan 3 subyek dengan triase tidak tepat (hijau-kuning). Analisis bivariat antara hubungan ketepatan triase dengan waktu tanggap pelayanan dokter menggunaka seluruh subyek (108 subyek), sedangkan analisis bivariat lainnya menggunakan hanya subyek dengan triase tepat (105 subyek).
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kedatangan pasien di sore hari (p=0,032, PR=2,514; 95% CI: 1,128-5,603), tercukupinya jumlah kebutuhan EMO (p=0,021; PR=2,489; 95% CI: 1,230-5,035), dan waktu ketersediaan terapi (p<0,001) terhadap waktu tanggap pelayanan dokter. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kedatangan pasien di pagi dan malam hari (p=0,165, PR=0,459, 95% CI: 0,170-1,244 dan p=0,391, PR=0,566, 95% CI: 0,185-1,732, secara berurutan), kondisi kepadatan IGD (p=0,852; PR=1,172; 95% CI: 0,567-2,424), jumlah perawat (p=0,274; PR=0,480; 95% CI: 0,155-1,482), tercukupinya jumlah kebutuhan pemandu (p=0,094; PR=0,499; 95% CI: 0,244-1,018), ketepatan triase (p=0,484), dan adanya rujukan yang terkonfirmasi (SPGDT (p=0,524; PR=1,561; 95% CI: 0,302-8,067) terhadap waktu tanggap pelayanan dokter.
Kesimpulan: Kedatangan pasien di sore hari, tercukupinya jumlah EMO, dan waktu ketersediaan terapi berhubungan dengan tercapainya waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 menit. Hasil penelitian dan model yang disarankan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh IGD-RSCM untuk mengembangkan pendekatan untuk perbaikan pencapaian waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 detik.

Introduction: Emergency departments (EDs) are facing challenges in providing high quality and timely patient care, so is Cipto Mangunkusumo Hospital ED.1 Every urgent patient coming to ED has to be assessed and treated within thirty minutes.2,3 Cipto Mangunkusumo Hospital ED has not optimally reached the standard time to initial treatment for its urgent patients.
Study objective: This study evaluates whether various factors are associated with time to initial treatment.
Method: This study uses retrospective cross-sectional study design, and includes 108 subjects.
Results: This study uses bivariate analyses and shows that there are associations between patients arrivals in the evening shift p=0,032, PR=2,514), adequacy of the number of physicians needed (p=0,021; PR=2,489), and medication turnaround time (p=0,021; PR=2,489) to the achievement of thirty-minute time to initial treatment. This study also shows that there are no associations between patients arrivals in the morning and night shifts, ED overcrowding conditions, number of nurses, adequacy of the number of porters needed, accuracy of triage, and presence of pre-hospital calls to the achievement of thirty-minute time to initial treatment.
Conclusion: Patients arrivals in the evening shift, adequacy of the number of physicians needed, and medication turnaround.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Evi Melina
"Semakin berharganya waktu bagi masyarakat modern yang mobilitasnya semakin meningkat, menyebabkan waktu tunggu menjadi pertimbangan penting sebelum seseorang memutuskan memilih rumah sakit yang akan dikunjungi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu pasien poliklinik rawat jalan di RSUD Pasar Rebo tahun 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang dengan sampel 199 pasien. Pasien yang terbanyak adalah pasien yang menunggu ≥ 60 menit (75,9 %). Faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu adalah keterlambatan dokter (88,5 %), jenis pembayaran pelayanan terutama pada pasien askes (98,1 %), jenis poliklinik jantung (100 %), jumlah pasien ≥ 64 pasien sebesar (99 %), dan penyelenggaraan BRM (77,8%).

The increase of time value for the high mobility society has caused waiting time as an important factor and being considered by someone who will visit the hospital. The purpose of this study was to determine factors associated with patient waiting time at outpatient clinics in Pasar Rebo Hospital in 2011. It is quantitative study with a cross sectional design and 199 respondents. Most patients are waiting for ≥ 60 minutes (75,9%). Factors associated with waiting time in outpatient clinics are physician tardiness (88.5%), payment method especially on Askes? patients (98.1%), cardiology clinic (100%), quantity of patient ≥ 64 patients (99%), and the implementation of medical record (77,8%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Hannibal
"Salah satu aspek mutu di rumah sakit yang sering mendatangkan keluhan pasien adalah waktu tunggu. UGD ( Unit Gawat Darurat ) RS Bhakti Yudha yang mempunyai peranan penting bagi rumah sakit tersebut, dikeluhkan mempunyai waktu tunggu yang lama. Ada 6,1 % pasien yang pulang karena merasa terlalu lama menunggu.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran waktu tunggu pasien UGD, serta faktor - faktor apa yang ada hubungannya dengan lama waktu tunggu di UGD tersebut. Penelitian ini merupakan survei dengan desain cross sectional, bersifat deskriptif analitik, dimana melalui studi ini didapatkan gambaran hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Penelitian dilakukan selama seminggu dengan jumlah pasien sebanyak 339 orang, dimana ada 7 pasien ( 2,1 % ) yang pulang sebelum ditangani.
Dari hasilnya diketahui bahwa rata-rata waktu tunggu di UGD adalah 12,23 menit, waktu terpendek 4 menit, terpanjang 131 menit Ada 22 % pasien yang mempunyai waktu tunggu lebih dari 15 menit. Rata-rata waktu tunggu pasien gawat darurat 5,23 menit, yang bukan gawat darurat 18,27 menit, Rata-rata waktu tunggu pasien yang langsung masuk ke UGD ( tidak melalui loket pendaftaran ) 4,97 menit, yang melalui loket 18,27 menit.
Dari 9 variabel yang ditetiti ada 4 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan waktu tunggu yaitu cara masuk pasien, waktu kedatangan pasien, jenis kunjungan (lama/barunya pasien), status kegawatan pasien. Yang tidak bermakna adalah keterlambatan dokter, status kepegawaian dokter, pola penugasan dokter, keterampilan dokter serta jumlah pasien.
Kesimpulan, pasien yang pulang lebih kecil dari yang diperkirakan, waktu tunggu UGD relatif pendek, karakteristik dokter tidak berperan dalam waktu tunggu, karakteristik pasien berperan dalam waktu tunggu, waktu tunggu yang pendek saja tidak cukup untuk memuaskan pasien. Saran yang diberikan adalah, menambah loket pendaftaran pada pagi hari, mengoptimalkan waktu pencarian status lama, dan bila mungkin perlu membuat ruang tunggu UGD yang lebih memadai.

Study of Factors that is Related to the Emergency Unit Waiting Time at Bhakti Yudha Hospital, in Year 2000One aspect of the quality of service for a hospital and often makes the patients to complain is about the waiting time case. The services in the Emergency Unit of Bhakti Yudha Hospital have been regarded as the most important part in the Hospital itself, but, however its long waiting time has also been complained by the patients. There are 6,1 % of patients left the hospital without getting the treatment because they cannot stand to wait in the line too long.
The goal of this study is to get a picture regarding the matter that previously described and to also find out factors that is related to delay of services at waiting room in emergency ward. This study is a survey with cross sectional, characterized by analytical description, where the study can be use to derive the relationship between dependent variables and independent variables.
The study carried out for a week with 339 numbers of patients, whereas 7 patients ( 2,1 % ) went home without being taken care of. The result of this study showed that the average waiting time at the emergency roam is 12, 23 minutes, with shortest time is 0 minutes and the longest time 131 minutes. About 22 % of patients spent more than 15 minutes before getting their turn. The average waiting time for emergency patients is 5, 23 minutes, while the average waiting time for non emergency patients is 18, 27 minutes. The average waiting time for patients that directly went straight to the ER unit without going through the admission counter is 4,7 minutes, while those who went through the admission counter is 18, 27 minutes.
From 9 variables that is examined in this study, there are 4 variables have significant relationship to patient's waiting time at the emergency ward such as, method of admittance, time of arrival during the day, type of patient and patient's condition. Variables that insignificant are, tardiness of doctors, type of employment of doctors , position of doctors in the managerial, level of proficiency of doctors and number of patients.
As a conclusion, the number of patient that went home is lower than what was originally predicted, waiting time at emergency ward is relatively short , the characteristic of doctors is irrelevant to the problem, the characteristic of patients is significant to the problem, and short waiting in itself is not enough to please the patient. The advice that is given to improve the service is to add more admission counters in the morning shift, to decrease the time needed on searching for patients' records and if possible to built better waiting room for the ER unit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganot Sumulyo
"Latar Belakang: Kanker ovarium merupakan salah satu keganasan dengan kematian tertinggi pada wanita di seluruh dunia. Seringkali pasien dating dengan stadium lanjut dan memerlukan penanganan segera. Akan tetapi, terdapat berbagai penyebab terjadinya pemanjangan waktu tunggu operasi. Hal ini mungkin dapat menyebabkan perburukan klinis saat dilakukan tindakan operatif pada pasien.
Tujuan: Menentukan hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan perburukan klinis pada pasien kanker ovarium stadium lanjut.
Metode: Penelitian kohort retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia pada Januari 2019 hingga Juni 2019. Pasien kanker ovarium stadium lanjut yang dilakukan tindakan operatif diikutsertakan pada penelitian. Pasien yang terbukti tidak memiliki kanker ovarium stadium lanjut pada pemeriksaan histopatologi atau memiliki penyakit komorbiditas berat lainnya dieksklusi dari penelitian. Karakteristik dasar, waktu tunggu, status performa berdasarkan ECOG score, kadar haemoglobin dan albumin dasar, status nyeri, dan indeks massa tubuh dikumpulkan dan dilakukan analisis secara statistik.
Hasil: Didapatkan 90 subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Didapatkan 25,6% subyek mengalami perburukan status performa, 11,1% mengalami perburukan haemoglobin, 61,1% mengalami perburukan albumin, 14,4% mengalami perburukan nyeri, 32,2% mengalami perburukan indeks massa tubuh, dan 77,8% mengalami perburukan klinis. Didapatkan nilai cutoff 73 hari untuk menentukan pemanjangan waktu tunggu operasi.
Kesimpulan Terdapat hubungan bermakna antara waktu tunggu terapi dengan perburukan klinis pasien kanker ovarium stadium lanjut.

Background: Ovarian cancer is one of the highest fatalities for cancer in women worldwide. Patients often come in an advanced stage and require immediate treatment. However, there are various causes for the extension of the waiting time for surgery. This might cause clinical deterioration during the operation.
Objective: To determine the relationship between the length of time waiting for surgery and clinical deterioration in patients with advanced ovarian cancer.
Methods: A retrospective cohort study conducted at the National Center General Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia from January 2019 to June 2019. Patients with advanced stages of ovarian cancer who performed operative measures were included in the study. Patients who were proven not having advanced ovarian cancer on histopathological examination or had other severe comorbidities were excluded from the study. Baseline characteristics, waiting time, performance status based on ECOG score, haemoglobin and albumin levels, pain status, and body mass index were collected and analyzed statistically.
Results: There were 90 study subjects who met the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria. A total of 25.6% of subjects experienced a worsening of performance status, 11.1% experienced worsening of hemoglobin, 61.1% experienced worsening of albumin, 14.4% experienced worsening pain, 32.2% experienced a worsening of body mass index, and 77.8% experiencing clinical deterioration. A cutoff value of 73 days is obtained in order to determine the lengthening of the operating waiting time.
Conclusion There is a significant relationship between the waiting time of therapy with clinical deterioration in patients with advanced ovarian cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasyim Auladi
"Kanker merupakan penyakit multidimensional tidak terbatas pada satu organ. Keluhan nyeri biasa ditemukan pada pasien kanker. Banyak pasien keluar masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri. Sampai saat ini belum ada cukup bukti pendokumentasian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri pada pasien kanker. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri kanker di rumah sakit dr Kariadi Semarang. Kriteria inklusi adalah pasien kanker usia lebih dari 18 tahun, pasien kanker dengan keluhan nyeri kriteria eksklusi pasien dengan kondisi penurunan kesadaran, pasien yang mengalami gangguan kognitif dan pasien yang tidak kooperatif.  Penelitian ini dilakukan secara acak menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 333 responden. Hasil uji spearmans rank menunjukkan faktor factor yang berhubungan dengan nyeri kanker antara lain, tingkat usia dengan p-value >0,05, jenis kelamin p >0,05, dukungan social p < 0,05, kecemasan dengan p-value < 0,05, depresi dengan p-value < 0,05, tingkat fungsional dengan p-value  < 0,05. Tingkat spiritual dengan p-value > 0,05. Tingkat stadium kanker dengan p-value > 0,05. jenis  pengobatan kanker dengan p-value < 0,05, jenis kanker dengan p-value > 0,05. Budaya dengan p-value > 0,05. Dan IMT dengan p-value > 0,05. Setelah dilakukan uji multivariat menggunakan uji t parsial diketahui bahwa tingkat kecemasan memiliki nilai signifikansi < 0,05 dan tingkat fungsional memiliki nilai signifikansi < 0,05. Hasil uji t parsial menunjukkan ada pengaruh kecemasan dan tingkat fungsional dengan nyeri pada pasien kanker. Factor factor permasalahan yang utama pada pasien nyeri kanker adalah kecemasan dan dukungan social, perlu dukungan psikologis kepada pasien kanker yang mengalami nyeri untuk menurunkan tingkat nyeri yang dialami oleh pasien kanker.

Cancer is a multidimensional disease not limited to one organ. Pain complaints are common in cancer patients. Many patients are in and out of hospital with complaints of pain. Until now there has been insufficient evidence documenting the factors associated with pain in cancer patients. This study aims to look at factors associated with cancer pain at Dr Kariadi Hospital, Semarang. Inclusion criteria are cancer patients aged more than 18 years, cancer patients with complaints of pain, exclusion criteria are patients with conditions of decreased consciousness, patients who experience cognitive impairment and uncooperative patients.  This study was conducted randomly using a cross sectional approach. This study took a sample of 333 respondents. The results of the Spearmans rank test showed that factors associated with cancer pain included age level with p-value> 0.05, gender p> 0.05, social support p < 0.05, anxiety with p-value < 0.05, depression with p-value < 0.05, functional level with p-value < 0.05. Spiritual level with p-value > 0.05. Cancer stage level with p-value > 0.05. type of cancer treatment with p-value < 0.05, type of cancer with p-value > 0.05. Culture with p-value > 0.05. And BMI with p-value > 0.05. After multivariate testing using partial t test, it is known that the level of anxiety has a significance value <0.05 and the functional level has a significance value <0.05. The results of the partial t test show that there is an influence of anxiety and functional level with pain in cancer patients. The main problem factors in cancer pain patients are anxiety and social support, need psychological support to cancer patients who experience pain to reduce the level of pain experienced by cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>