Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94086 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shofiyah Fawziyah
"Skripsi ini membahas mengenai penelusuran tentang bagaimana polaritas spasial sebagai dua kondisi yang bertolak belakang terjadi pada domestic threshold space. Ruang balkon, sebagai salah satu domestic threshold space, kembali menjadi perhatian atas kualitas ambigu dan in-between yang dimilikinya, yang menjadi solusi atas rasa terperangkap yang dirasakan masyarakat saat lockdown. Melalui studi literatur, ditemukan bahwa polaritas spasial seperti luar-dalam, public-private, dan juga buka-tutup selalu dibutuhkan dalam konteks domestik, terutama saat pandemi COVID-19. Sehingga, skripsi ini menggunakan balkon sebagai studi kasus untuk mengkaji polaritas spasial pada domestic threshold space sebagai sesuatu yang inhabitable serta mampu mempertemukan polaritas spasial tersebut. Tiga balkon domestik ditelusuri melalui kunjungan lapangan dan wawancara. Data yang dianalisis sesuai enam paramater analisis polaritas yang diajukan Boettger menunjukkan pengaturan pada balkon membuatnya mampu memberikan pengalaman transisional, ruang transaksi antara luar-dalam, serta menjembatani polaritas spasial pada konteks domestik sebagai domestic threshold space.

This study aims to explore how spatial polarities as pairs of opposites exist in domestic threshold space. Balconies as domestic threshold space have become noticed again for their ambiguity and in-betweenness as solution for the feelings of entrapment during lockdown. Studies on literature shows that spatial polarities such as inside-outside, public-private, and open-closed are required in domestic settings, especially during the COVID-19 pandemic. Hence, this study employs the balcony as a case study to investigate spatial polarities in domestic threshold space as something that is inhabitable and able to reconcile the polarities. Three domestical balconies are analysed by site visits and interviews. The data analysed by Boettger’s six parameters on polarities shows that arrangements and regulations in balconies make them able to offer transitional experience, transactions between inside-outside, and reconcile spatial polarities in domestic setting as domestic threshold space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya
"Tahap desain adalah tahapan penting untuk proses pembangunan sebuah proyek konstruksi. Salah satu dasar penentuan apakah sebuah rencana pembangunan proyek dapat berjalan atau tidaknya dapat dinilai berdasarkan nilai ekonomis bangunan. Dalam tahap desain, diperlukan sebuah rupa untuk metode atau alternatif agar desain sebuah proyek konstruksi dapat menjadi seefektif mungkin tanpa mengurangi kekuatan sebuah bangunan secara struktur sehingga dapat menghasilkan nilai harga proyek yang paling ekonomis. Pada penelitian ini studi kasus yang digunakan adalah bangunan showroom karena dianggap mampu mewakili bangunan low rise dengan komponen struktur atas tipikal yaitu kolom, balok, dan pelat menggunakan material beton konvensional. Salah satu cara untuk mendapatkan biaya yang ekonomis adalah dengan melakukan efisiensi balok anak dan/atau memodifikasi ketebalan pelat sehingga dapat menurunkan biaya proyek. Penelitian ini dilakukan melalui pemodelan ETABS untuk struktur dan desain bangunan. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan biaya konstruksi struktur bangunan.

Designing process is a crucial step in order to plan a construction project. One determining basic to help whether a construction plan is going to work according to plan or not can be judged by it’s economical value of the building project. For designing process, a model is needed to become a method of finding alternative so a project design can be as effective as possible without decreasing the building’s structural strength and so it can offer a cheaper cost or in other word is more economical. In this research, a showroom office is used as it is considered representative of low rise buildings with typical structural components which are columns, beams, and slab using conventional reinforced concrete material. One way to achieve economical project cost is to make secondary beam/joist uses reduced or in other words, more efficiently, and/or with modifying sab thickness so that it woud reduce project cost. This research used ETABS modelling software to observe the building’s structural and design aspects. Subsequently it’s structural components will be calculated in order to obtain project cost

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Adji Priatna
"Skripsi ini membahas mengenai peran penghuni atau pemilik home-based enterprise dalam memberikan evaluasi dan respon terhadap kondisi rumah sehingga menghasilkan pengaturan ruang domestik dan home-based enterprise. Kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur saya jadikan studi kasus karena selain kawasan ini merupakan tempat tinggal saya, saya melihat adanya ketertarikan pemilik rumah di tepi jalan ini untuk membuka tempat usahanya di rumah. Pelanggan menjadi salah satu faktor pembeda dari HBE di tepi jalan dibandingkan dengan di dalam pemukiman. Adanya kegiatan pelanggan membuat intervensi terhadap kebutuhan keamanan ruang domestik. Dalam pembahasan, saya mengelompokan HBE berdasarkan jenis komoditas dan kepemilikan. Saya memilih 3 kasus yang dapat mewakili pengelompokan tersebut dan memiliki karakteristik HBE yang unik. Saya mengamati dan menganalisis kondisi pengaturan ruang kegiat an yang terjadi pada saat ini untuk mengetahui strategi adaptasi apasaja yang dilakukan penghuni rumah. Setelah itu saya menganalisis alasan penghuni rumah melakukan strategi adaptasi tersebut. Hasil pembahasan ini selain menambah pengetahuan mengenai home-based enterprise, juga dapat memahami pentingnya HBE bagi pemilik sehingga pemilik mengatur ruangnya agar HBE tetap berjalan dan berdampingan dengan kegiatan domestik.

This thesis discusses the role of occupants or owners of home-based enterprise in providing evaluation and response to the condition of the house so as to produce domestic and home-based enterprise space arrangement. Halim Perdanakusuma area, East Jakarta as a case study because besides this area is where I live, I saw the interest of homeowners on this roadside to open their businesses at home. The customer is one of the distinguishing factors of roadside HBE compared to settlement. The existence of customer activities to intervene in the security needs of domestic space. In the discussion, I group HBE by commodity type and ownership. I chose 3 cases that can represent the grouping and have unique HBE characteristics. I observe and analyze the condition of the spatial arrangement that is happening at the moment to find out what adaptation strategies the occupants of the house are doing. After that, I analyzed the reasons why the residents did the adaptation strategy. The results of this discussion in addition to increasing knowledge about home-based enterprise, can also understand the importance of HBE for the owner so that the owner arranges his space so that HBE continues to run and side by side with domestic activities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Drestanta Lintang Medina
"Kota Baru Bandar Kemayoran sebagai lahan bekas Bandara Kemayoran telah berkembang menjadi kawasan dengan pusat-pusat aktivitas khas perkotaan. Apartemen mewah, pusat perniagaan, perkantoran, gedung pemerintahan dan taman konservasi dibangun di daerah ini dengan mengusung konsep kota modern. Di tengah pusat-pusat aktivitas formal tersebut tampak hadir pengusahaan lain yang dilakukan oleh sekolompok golongan masyarakat dari sosial ekonomi tertentu yang turut meramaikan Kawasan Kota Baru Bandar Kemayoran, yakni kaki lima. Kehadiran kaki lima di perkotaan sering dianggap sebagai masalah sebab karena kehadirannya kota terlihat tidak lebih indah, menyebabkan kemacetan, hingga mengganggu ketertiban umum. Namun ada kalanya keberadaan kaki lima disikapi secara permisif dan seolah dibiarkan tumbuh di sudut-sudut ruang publik kota. Beberapa peneliti menyebut bahwa situasi tersebut dapat terjadi sebab adanya jaringan relasi, modal sosial, infrastruktur sosial, topologi ruang yang terlibat dalam sebuah praktik negosiasi. Tata kelola ruang kota yang melibatkan praktik negosiasi sebagai bentuk perubahan, penyesuaian, atau bahkan pelanggaran atas regulasi ini dikenal dengan bahasa konseptual vernacular governance. Penelitian ini disusun sebagai upaya untuk mengembangkan penelitian terdahulu, serta menambah pemahaman terkait vernacular governance. Melalui sebuah metode studi kasus, penelitian ini menjelaskan tentang perkembangan kawasan dan pembangunan kembali lahan bekas bandara, serta tata kelola vernakular yang memengaruhi eksistensi dan operasi tata kelola kaki lima di Kemayoran, tentang kelindan aktor dalam hubungan transaksional tata kelola vernakular yang menciptakan kehidupan kaki lima supaya selaras dalam setting perkotaan, dan menjelaskan pengaruh dari adanya hubungan transaksional tersebut terhadap pola spasial kaki lima di Kemayoran. Sorotan bahasan yang juga muncul dari penelitian ini adalah tata kelola vernakular, meski tampak seperti tata kelola yang melegalkan pelanggaran cukup solutif untuk diterapkan sebagai intrumen perubahan dan menjadikan tata kelola ruang perkotaan lebih inklusif dan partisipatif.

Kota Baru Bandar Kemayoran as the land of the former Kemayoran Airport has developed into an area with typical urban activity centers. Luxury apartments, commercial centers, offices, government buildings and conservation parks built in this area by the concept of modern cities. In the midst of these formal activity centers, it appears that there are other businesses carried out by a group of people from certain socio-economic groups who also enliven the Kota Baru Bandar Kemayoran area, namely street vendors. The presence of street vendors in urban areas is often considered a problem because the presence of the city does not look more beautiful, causes traffic jams, and disrupts public order. However, there are times when the existence of street vendors is treated permissively and seems to be allowed to grow in the corners of the city's public spaces. Some researchers say that this situation can occur because of the network of relations, social capital, social infrastructure, and spatial topology involved in a negotiation practice. Urban spatial governance that involves the practice of negotiation as a form of change, adjustment, or even violation of these regulations is known as the conceptual language of vernacular governance. This research is structured as an effort to develop previous research, as well as increase understanding related to vernacular governance. Through a case study method, this research explains about the development of the area and the redevelopment of the former airport land, as well as vernacular governance that affects the existence and operation of street vendors in Kemayoran, about the intertwined actors in transactional relationships of vernacular governance that create the life of street vendors so that congruent in urban settings, and explain the effects of the existence of these transactional relationships on the spatial adaptation of street vendors in Kemayoran. The discussion highlight that also emerges from this research is vernacular governance, although it looks like governance that legalizes violations is quite a solution to be applied as an instrument of change and makes urban spatial management more inclusive and participatory"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Chrysanti
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaerunnisa
"Skripsi ini membahas transisi pasangan muda dari individu menjadi pasangan melalui penataan ruang interior pada tempat tinggal. Hal ini terkait perbedaan karakteristik dan identitas yang menjadi latar belakang. Intervensi dari luar diri pasangan yang berasal dari orang tua pasangan muda turut menjadi pelaku yang mempengaruhi penataan ruang interior.
Penulisan skripsi ini berdasarkan studi kasus pada dua pasangan muda yang menunjukan bahwa penataan ruang akan selalu dinamis mengikuti perkembangan waktu. Hasil yang diperoleh adalah gambaran adaptasi dari individu menjadi pasangan melalui proses penantaan interior sebagai pembentuk ruang interior pada tempat tinggal pada pasangan muda.

This study illustrate the transition of individuals in becoming a young couple through the interior space arrangement for home. This is related to the difference characteristic and identity as the background external intervention, which comes form the parents, it also becomes the subject that influences the interior spatial arrangement.
This study is based on the case study of two young married couples that shows that the interior space arrangement will always be dynamic. The result is the illustration of adaptation from individual into couple through the interior space arrangement of the young couple’s home.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S457389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryani Widyakusuma
"ABSTRAK
Rumah sebagai unit properti bernilai memiliki aspek unik, permintaan dua sisi yang didasarkan
dua motif yaitu konsumsi dan investasi. Sebagai barang konsumsi, rumah dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan dasar dan sebagai aset investasi, permintaan diputuskan melalui proses kelayakan investasi.
Rumah dapat dianggap komoditas yang bernilai. Barang dan jasa dikatakan mempunyai nilai bagi
seseorang apabila barang dan jasa tersebut memiliki karakteristik: (1) kegunaan tergantung karakteristik,
seperti lokasi, aksesibilitas, ukuran, desain dan bentuk lain kegunaan yang berpengaruh pada nilai
properti; (2) tersedia terbatas; (3) Hasrat atau keinginan, harapan pembeli terhadap komoditas untuk
memuaskan kebutuhan atau keinginan; (4) Daya beli efektif, kemampuan berpartisipasi di pasar demi
peroleh suatu komoditas ditukar dengan sejumlah uang tertentu atau barang lain setara nilainya. Rumah
sebagai unit properti memiliki faktor yang pengaruhi nilainya. Salah satu di antaranya faktor perletakan
atau lokasi rumah dalam cluster. Lokasi sekitar unit hunian dipandang sebagai suatu kesatuan dari rumah
(sense of localism). Hal ini menunjukkan lokasi rumah bukan hanya berbicara lokasi tempat rumah itu
berada akan tetapi berhubungan lingkungan sekitar. Dari suatu lokasi unit hunian yang berada di dalam
suatu kompleks perumahan dapat ditentukan nilainya berdasarkan kepada dua hal: lingkungan (posisi atau
formasi) dan aksesibilitas. Walaupun faktor lokasi bukan merupakan faktor pertimbangan utama pilihan
bertinggal di suatu tempat dalam kompleks perumahan The Grand Sentul tetapi dalam penelitian ini
variabel tipe unit dan harga dikunci sebagai bentuk batasan penelitian untuk mengetahui prioritas
preferensi pemilihan lokasi di dalam suatu cluster tanpa dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut.
Penelitian ini memaparkan bagaimana faktor posisi dan aksesibilitas dapat diterapkan untuk membedakan
nilai unit hunian di dalam kompleks perumahan The Grand Sentul dengan melihat kepada perilaku
penghuni yang bertinggal pada suatu lokasi di dalam cluster maupun unit hunian atau kavling yang
pemiliknya tidak bertinggal. Penelitian dengan pendekatan kualitatif mengkaji dinamisasi pemenuhan
kebutuhan lokasi untuk bertinggal dan berinvestasi ditinjau dari sisi pemilik melalui analisis karakter
kawasan; pemanfaatan fasilitas; proses tinggal, timbul, pemenuhan kebutuhan lokasi unit di dalam
perumahan; dan nilai rumah bagi penghuni. Secara khusus aksesibilitas dalam bentuk jalan cabang
pertama atau area sekunder cluster dan posisi dalam bentuk berhadapan dengan bangunan rumah atau
terletak pada atau dekat ujung dalam satu deret rumah menjadi prioritas dan memberi value positif bagi
isu investasi di suatu lokasi dalam cluster yang akhirnya dapat meningkatkan nilai jual unit hunian atau
kavling. Secara khusus Aksesibilitas dalam bentuk jalan utama atau area primer cluster dan Lingkungan
(posisi atau formasi) dalam bentuk dekat landmark tertentu pada cluster (daerah rekreasi) dapat menjadi
prioritas dan memberi value positif bagi isu bertinggal di suatu lokasi dalam cluster.

ABSTRACT
The House as a valuable property unit has unique aspects, demand has two sides which are based
two motives: consumption and investment. As for consumer goods, owned home to meet basic needs, but
as an investment asset demand is decided through a process of investment feasibility. The house can be
considered as a valuable commodity. Goods and services is said to have value for someone when having
characters includes:(1) usefulness, the ability to provide satisfaction of wants and needs; The usefulness
of a property depends on its characters, such as location, accessibility, size, design and other forms of
usability effect on property values; (2) available on a limited basis, the availability or supply of a
commodity relative to demand; (3) The expectation of a commodity to the buyer to satisfy their needs or
desires; (4) effective purchasing power, the ability to participate in the market in order to obtain a
commodity exchanged for a certain sum of money or other items of equal value. Home as a unit
properties have factors that influence value. One of these factors is the placement or location of a house in
a cluster. About the location of the dwelling units is seen as an integral part of the house (sense of
localism). Finally a conceptual framework for the expansion of residential areas interlocked with the
surrounding environment for the sake of convenience. This suggests that location of a house is not just
where it was but related to the surround environment. Quality of life in the form of convenience, security
of a home stay is determined by its location, in the sense of a location attractiveness is determined by two
things: position and accessibility. It can also be a factor considered by residents in choosing to live at a
location within the housing as it relates to the sense of localism. Although the location factor is not a
major consideration factor for living at a place in a residential complex The Grand Sentul but in this study
the variable type and the unit price is locked as a form of limitation of the study to determine priority in
site selection preferences in a cluster without being influenced by both variables. This study describes
how the position and accessibility factors can be applied to distinguish the value of the dwelling unit in a
residential complex The Grand Sentul by look at the behavior of residents who reside at a location within
the cluster as well as the owner of the dwelling units or lots which are not living there. The research with
qualitative method studying the dynamic needs for both living and invest location seen from the owners
by analyze characters of the region; utilization of facilities; the living, the emergence, the process of
fulfilling the needs of the housing unit locations; and the value of the home for occupants. In particular,
the accessibility of the first branch in the form of roads or secondary area clusters and positions in the
form of dealing with home building or located at or near the end of a row house can be a priority and give
a positive value for the investment issue in a location within the cluster which ultimately can increase the
sale value of the dwelling units or lots. Specifically in the form of a wide main street or area primary
cluster and positions in a form close to certain landmarks in the cluster (recreation area) can be a priority
and give a positive value for living issues at a location within the cluster."
2013
T35010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muttabati Arafatiani
"Bangunan publik merupakan bangunan yang ditujukan untuk umum dan berfungsi untuk mengakomodasi masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti bersosialisasi, berinteraksi, dan melakukan aktivrtas di tengah komunitasnya. Anak-anak merupakan salah satu kelompok pengguna yang perlu diberikan pechatian khusus. Terutama pada kebutuhan mereka yang mendukung perkembangannya daiam publik. Aksesibilitas bagi anak dalam bangunan publik merupakan salah satu langkah dalam memberikan lingkungan yang baik bagi anak-anak sebagai bagian dari masyarakat. Kepedulian untuk memberikan lingkungan yang baik bagi anak-anak akan membawa kita ke arah kondisi ideal sebuah masyarakat di dalam kota. Aksesibilitas ini dapat berupa keselamatan, keamanan dan pengawasan orang dewasa, desain spasial, dan visibilitas pada bangunan. Untuk melihat seberapa jauh bangunan publik di Jakarta memberikan aksesibilitas bagi anak, maka saya melakukan studi kasus pada dua shopping mall sebagai bangunan publik yang kerap dikunjungi oleh keluarga beserta anak-anak. Dari studi kasus tersebut ditemukan bahwa bangunan ini sudah mulai memperhatikan kebutuhan anak-anak di dalam bangunan. Namun, sebagian besar aksesibilitas yang diberikan masih terbatas pada ruang secara fisik. Sedangkan memberikan kemudahan bagi anak-anak untuk mengakses di dalam bangunan belum diperhatikan lebih jauh.

Public buildings open for public and accommodate the needs of the community to socialize, interact and do other activities within the society. There is a need to pay attention to children as a group of users to support them developing their ability in public. Easy access for children in public building becomes a part of providing a good environment for them. Showing that we care for them will bring us through an ideal environment for the community. These accessibilities are safety, security and adult's supervision, spatial design, and visibility in the building. In order to see how well public buildings in Jakarta provide accessibility for children, I have done a case study of two shopping mails as a type of public buildings that were frequently visited by children and their families. The case study concludes that these two buildings had already concerned with children's needs. However, most of the accesses given were still limited to the provision of physical spaces. Meanwhile, the buildings have not given enough attention to provide easy accesses for children within the whole environment of the buildings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Sari Estikarini
"Pada saat ini keberadaan taman tidak hanya dapat dijumpai pada ruang luar saja. Penggunaan taman pada ruang dalam, mengalami perkembangan dan banyak digunakanuuntuk rnendukung perancangan ruang clalam sebuah bangunan. Taman pada ruang dalam tidak hanya berfnmgsi sebagai penurgiang kualitas estetika ruangan saja, tetapi juga mempuuyai peranan yang cukup penting terhadap ruang clan terhadap manusia sebagai pengguna ruang. Adapun peranan taman dapat ditinjau dari segi cstetika, arsitektural,teknik, emosional dan simbolik.
Melalui penataan taman yang dipadukan dengan desain ruang secara keseluruhan serta melalui komposisi yang tepat dari berbagai elemen pembentuk taman yang sesuai dengan prinsip-prinsip perancangan ruang dalam, akan dihasilkan sebuah perancangan ruang dalam yang tepat guna dan tepat citra. Berbagai teori yang mendukung dan studi kasus mengenai peranan taman pada perancangan ruang dalam akan turut disertakan untuk melengkapi penulisan skripsi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Hayu Shintani
"Kota-k.ota besar cenderung berorientasi pada pertumbuhan industri,jasa dan informasi yang mengesankan teknologis yaitu kola yang keras dengan teknologi tinggi, memerangi alam dan mengkerdilkan manusia. Menyadari hal itu, beberapa kota mulai merencanakan kota yang lebih humanis dengan memperbaiki lingkungan akibat perilaku manusia yang semena-mena terhadap alam. Untuk menclptakan kota yang humanis, lingkungan yang terbentuk disesuaikan dengan kenyamanan dan kesesuaian dengan tubuh manusla (human) sehlngga perencanaan kota lebih berorientasi kepada penggunanya karena manusia akan berkegiatan di dalamnya.
Humanopolis (kota yang humanis) akan tercipta jika masyarakat berperan serta dan berpartisipasi dalam menentukan wajah kota. Keterlibatan warga kota dalam pembangunan kota yang humanis tidak sekadar terbatas pada pemberian informasi, penyelenggaraan diskusi dan konsultasi tetapipada tahap citizen power. Rakyatlah yang berperan dalam menentukan wajah kota masa depan.
Dalam menciptakan kota yang humanis, diperlukan penyeimbangan kondisi ekosistem pada wilayah perkotaan seperti mempertahankan keberadaan ruang terbuka dan ruang terbuka hljau kota yang bersifat sosial. Ruang sosial itulah yang akan menjadi perekat bagi tumbuhnya rasa kebersamaan dan keakraban komunitas perkotaan. Pengolahan ruang terbuka kota ini, apabila berdasarkan faktor kebutuhan dan kenyamanan manusia (human), tentunya akan memberikan manfaat yang positif bagi warga kotanya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>