Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92803 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clarita Michelle Tan
"Tindak tutur menolak dalam bahasa Jepang pada umumnya disampaikan secara tidak langsung dengan moda verbal. Namun, tampaknya anak-anak Jepang tidak hanya menggunakan moda verbal pada saat menolak. Berdasarkan pengamatan awal, tampaknya anak-anak Jepang menggunakan moda verbal dan nonverbal pada saat menolak. Oleh karena itu, variasi moda verbal dan nonverbal menolak pada anak menarik untuk dicermati. Permasalahan penelitian ini adalah multimodalitas respons menolak dalam bahasa Jepang oleh anak usia 2–4 tahun. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan respons anak ketika menolak, baik secara verbal maupun nonverbal. Data penelitian ini adalah 7 video respons menolak anak ketika orang tua meminta anaknya untuk melakukan sesuatu. Video itu diperoleh dari acara reality show yang berjudul Hajimete no Otsukai.
Temuan penelitian ini adalah pola multimodalitas respons menolak, yaitu (i) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal mengangguk, menunduk, menangis, menatap ibu, (ii) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menunduk, menatap ayah, melihat ke kanan, (iii) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menunduk, menatap ayah, menggelengkan kepala, (iv) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menunduk, menangis, melihat ayah, menggelengkan kepala, melihat ke kiri, bersandar pada ayah, (v) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menangis, mengusap tangan, menarik ibu, (vi) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal melihat ayah, membuka dan menutup pintu, mundur selangkah, (vii) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal melihat ibu, melihat ke kanan dan kiri, berjalan pulang. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak Jepang cenderung menolak dengan menggabungkan moda verbal dan nonverbal.

Refusal speech act in Japanese is generally conveyed indirectly with the verbal mode. However, it seems that Japanese children do not only use verbal modes when refusing. Based on initial observations, it seems that Japanese children use both verbal and nonverbal modes when refusing. Therefore, the variety of verbal and nonverbal modes of refusing by children is interesting to observe. The problem of this study is the multimodality of refusal responses in Japanese by 2–4 years old children. The purpose of this study is to explain children's responses when refusing, both verbally and nonverbally. The data of this study are 7 videos of children's refusal responses when parents ask their children to do something. The videos were obtained from a reality show called Hajimete no Otsukai.
The findings of this study are multimodality patterns of refusal responses, (i) refusal speech response with nonverbal modes of nodding, looking down, crying, looking at mother, (ii) refusal speech response with nonverbal modes of looking down, looking at father, looking to the right, (iii) refusal speech response with nonverbal modes of looking down, looking at father, shaking the head, (iv) refusal speech response with nonverbal modes of looking down, crying, looking at father, shaking the head, looking to the left, leaning on the father, (v) refusal speech response with nonverbal mode of crying, rubbing hands, pulling mother, (vi) refusal speech response with nonverbal mode of looking at father, opening and closing the door, taking a step back, (vii) refusal speech response with nonverbal mode of looking at mother, looking to the right and left, walking home. This shows that Japanese children tend to refuse by combining verbal and nonverbal modes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khairina Nur Aini
"Penelitian ini mengkaji mengenai respons verbal anak Jepang usia 2-4 tahun terhadap ujaran direktif orang tua. Korpus dalam penelitian ini adalah reality show dari stasiun tv Jepang, NTV yang berjudul Hajimete no Otsukai Suruhan Pertama Orang Tua. Alasan pemilihan korpus ini adalah i percakapan antara orang dewasa dan anak tidak dibuat-buat dan tidak diatur, sehingga partisipan tutur dapat berbicara dengan bebas tanpa bergantung pada naskah, ii partisipan tutur yang beragam, setiap episode terdiri dari orang dewasa dan anak yang berbeda sehingga cara anak dalam merespons ujaran pun berbeda, iii variasi topik percakapan, mengenai keseharian antara orang dewasa dan anak usia 2-4 tahun.
Penelitian ini menemukan tiga buah rangkaian respons anak usia 2-4 tahun terhadap ujaran direktif, yakni i rangkaian respons menerima, ii rangkaian respons menolak, dan iii rangkaian respons menolak menerima. Dari analisis rangkaian ujaran tersebut, rangkaian respons anak usia 2-4 tahun atas ujaran direktif memperlihatkan realitas pengungkapan respons. Ada anak yang segera menerima ujaran direktif, ada anak yang menolak, ada pula anak yang menolak terlebih dahulu sebelum menerima.

This study examines the verbal response of Japanese children age 2-4 year old to adult directive utterance. The corpus of this study is Japanese reality show from NTV tv station entitled Hajimete no Otsukai My First Errands . The reasons for selecting this corpus are i the conversation between adult children isn scripted, so that participants can speak freely, ii various speech participants, each episodes have different adult and children so that children response to utterance is dissimilar, iii variations of conversational topics, about daily life between adult and 2-4 year old children.
This study establish three response sequences that 2-4 year old compose to directive utterance, i response sequence of agreement, ii response sequence of disagreement, and iii response sequence of disagreement and then agreement. From the investigation shows that children age 2-4 year old frame about reality of the response disclosure to adult directive utterance. There are children who immediately accepting directive utterance, there are children who turned down directive utterance, and there is also children whocbeing disapproval before being cooperation to directive utterance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Nadhifa Mazaya
"Penelitian ini mengkaji tentang rangkaian ujaran direktif bahasa Jepang terhadap anak usia 2-5 tahun. Rangkaian ujaran direktif itu disampaikan oleh orang tua. Sumber data yang digunakan berupa video percakapan antara orang tua dan anak yang diunggah di Youtube. Alasan memilih sumber data itu antara lain, rekaman percakapan bersifat impromptu sehingga memperlihatkan gambaran realisasi ujaran direktif terhadap anak. Video percakapan yang diamati berjumlah lima video. Dari kelima video itu, ditemukan kombinasi ujaran direktif langsung dan taklangsung. Rangkaian ujaran direktif yang ditemukan dalam penelitian ini ada lima pola. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada umumnya kombinasi ujaran terdiri dari tiga sampai enam rangkaian direktif. Dengan kata lain, penutur mengatakan ujaran direktif kepada anak lebih dari satu kali, bahkan berkali-kali. Ujaran taklangsung cukup produktif direalisasikan terhadap anak usia 2-5 tahun. Tampaknya anak usia 2-5 tahun dapat mengerti ujaran direktif taklangsung. Bahkan dari 5 video yang ada, 3 video data 3, 4 dan 5 memperlihatkan bahwa ujaran direktif taklangsung efektif digunakan. Anak melakukan permintaan orang tua setelah orang tua mengatakan ujaran direktif taklangsung.

This study reviews sequences of directive utterances in Japanese speech to children aged 2 to 5 years old. The sequences of directive utterances are delivered by parents. The data sources used are conversational videos between parents and children uploaded on Youtube. The reason for choosing such data sources is that the videos are recorded impromptu, and thus, they show the realization of directive utterances to children. There are, in total, five videos observed. From the videos, it is revealed that there is a combination between direct and indirect directive utterances. The study also identified 5 patterns in the directive utterances. Based on the results, the combination of utterances generally consists of 3 to 6 sequences of directive utterances. In other words, speakers use directive utterances to children more than once and even repeatedly. Indirect directive utterances are delivered to children in the age range of 2 to 5 years old productively. It seems that those children are able to understand indirect directive utterances. Out of five videos, three videos data 3, 4 and 5 showed that indirect directive utterances are effectively used. The children performed their parents rsquo requests after their parents used indirect directive utterances.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam Husna Muthia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan multimodalitas backchannel bahasa Jepang dalam beauty vlog. Penelitian ini menggunakan teori analisis percakapan (Sacks, dkk 1974; Heritage, 2001) dan Multomidalitas (Mondada, 2018) untuk menjelaskan pola penggunaan multimodalitas (moda verbal dan nonverbal) backhannel bahasa Jepang dalam beauty vlog. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa backchannel yang disampaikan mitra tutur memiliki makna 'mitra tutur sedang menyimak', 'mitra tutur meminta penutur melanjutkan tuturannya'. Kedua hal itu mengimplikasikan bahwa mitra tutur memberikan perhatian kepada penutur. Pola multimodalitas backchannel dalam beauty vlog yang ditemukan terdapat tiga tipe, yaitu (i) backchannel verbal, (ii) backchannel verbal dan nonverbal, dan (iii) backhchannel nonverbal. Backchannel yang produktif disampaikan adalah backchannel dalam unit kata dan frasa. Sementara, untuk backchannel nonverbal, penutur cenderung menggunakan anggukan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa penutur bahasa Jepang memiliki preferensi menggunakan moda verbal dan nonverbal secara bersamaan dalam menuturkan backhannel.

This research aims to explain the multimodality of Japanese backchannels in beauty vlogs. This research uses conversation analysis theory (Sacks et al., 1974; Heritage, 2001) and Multimodality (Mondada, 2018) to explain the pattern of use of multimodality (verbal and nonverbal modes) on the Japanese language backchannel in beauty vlogs. This research shows that the backchannel conveyed by the speech partner has the meaning 'the speech partner is listening,' 'the speech partner asks the speaker to continue his speech.' Both imply that the speech partner is paying attention to the speaker. There were three main types of backchannel multimodality patterns in beauty vlogs, namely (i) verbal backchannel, (ii) verbal and nonverbal backchannel, and (iii) nonverbal backchannel. The backchannel that was productively conveyed was backchannel in word and phrase units. Meanwhile, for nonverbal backchannels, speakers tend to use nods. This research also shows that Japanese speakers prefer using verbal and nonverbal modes simultaneously in speaking backchannel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Devita Riyani
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan koreksi ujaran repair bahasa Jepang yang dituturkan orang tua terhadap anak usia 2-3 tahun. Anak usia 2-3 tahun tampaknya sering tidak memahami ujaran orang tuanya. Berdasarkan pengamatan orang tua melakukan koreksi atas ujarannya sendiri agar dipahami oleh anak. Unsur leksikal dan gramatikal seperti apa yang dipilih saat melakukan repair menjadi fokus pada penelitian ini. Sumber data penelitian ini adalah ujaran repair beberapa video percakapan antara orang tua dengan anaknya. Video tersebut diperoleh dari situs berbagi Youtube. Rekaman video ditranskripsi dengan program ELAN EUDICO Linguistic Annotator.
Berdasarkan hasil analisis repair ujaran terbagi atas lima tipe, yaitu i koreksi ujaran dengan subtitusi interogativa dan penambahan unsur leksikal-gramatikal, ii koreksi ujaran dengan pelesapan unsur leksikal, iii koreksi ujaran dengan pelesapan unsur leksikal dan subtitusi gramatikal, iv koreksi ujaran dengan penambahan unsur leksikal dan gramatikal, dan v koreksi ujaran dengan pelesapan unsur leksikal dan penambahan unsur leksikal-gramatikal. Dengan perkataan lain, kesimpulan penelitian ini ialah repair ujaran dilakukan dengan i subtitusi, ii pelesapan, dan iii penambahan unsur leksikal atau gramatikal.

This study aims to elucidate self repair in Japanese speech performed by parents to their children aged 2 3 years old. Those children often seem unable to understand their parents rsquo utterances. Based on observation, parents repair their own utterances in order to be understood by their children. This study focuses on what types of lexical and grammatical items are chosen when parents perform self repair. The sources used in this study are repair utterances in some conversational videos between parents and their children. The videos were transcribed using ELAN EUDICO Linguistic Annotator.
Based on the analysis, self repair is classified into five types, namely i repair with a substitution of interrogatives and an addition of lexical grammatical items ii repair with an omission of lexical items iii repair with an omission of lexical items and a substitution of grammatical items iv repair with an addition of lexical and grammatical items and v repair with an omission of lexical items and an addition of lexical grammatical items. In other words, this study concludes that repair is performed by using i substitution ii omission and iii addition of either lexical or grammatical items.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Kusmiyati
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas pengaruh asfiksia pada bayi prematur terhadap kualitas hidup anak usia 2-4 tahun, dengan desain kohort retrospektif. Data asfiksia diperoleh dari catatan medik RSUP Dr. Sardjito, sedangkan kualitas hidup anak dinilai menggunakan PedsQL. Analisis data menggunakan regresi cox.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh asfiksia terhadap kualitas hidup anak dengan RR: 2,2 (CI: 1.19-4.08). Asfiksia berpengaruh pada fungsi fisik dengan RR: 2,4 (CI: 1.33-4.36) dan fungsi sosial RR: 2,4 (CI: 1.36-4.15) tetapi tidak bermakna pada fungsi emosi RR: 1.4 (CI: 0.86-2.29) dan fungsi sekolah RR: 1.2 (CI: 0.63-2.31).

ABSTRACT
This dissertation discusses the association of asphyxia in premature infants to the quality of life of children aged 2-4 years with retrospective cohort design. Asphyxia data were obtained from the medical records of Dr. Sardjito hospital, while the quality of life of children data were assessed using PedsQL. Data were analyzed using Cox regression.
The results of study showed strong association of asphyxia to the quality of life of children with RR: 2.2 (CI: 1:19 to 4:08). Risk of asphyxia effects on physical function was RR: 2.4 (CI: 1:33 to 4:36) and on social functioning was RR: 2.4 (CI: 1:36 to 4:15). However, the risk was not significant to the emotional function with RR: 1.4 (CI: 0.86-2.29 ) and school functions RR: 1.2 (CI: 0.63-2.31).
"
2016
D2167
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida
"Penelitian mengenai pemerolehan kosakata bahasa Indonesia oleh penutur asing usia 2--4 tahun di Kelompok Bermain Kembang. Tujuannya adalah pertama mencoba memerikan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah, kedua memerikan pemerolehan kosakata bahasa Indonesia, dan ketiga memerikan faktor eksternal pemerolehan bahasa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pe_ngetesan, dan observasi. Pengetesan dilakukan melalui dua cara; yakni pertama pengetesan kategori nomina, dan kedua pengetesan kategori-kategori lain. Pengetesan dilakukan selama dua minggu dengan waktu pengetesan masing-masing subyek berbeda. Dari hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa bahasa Indonesia (sebagai bahasa kedua mereka) dapat diperoleh secara alamiah; kategori kata yang dikuasai mereka meli_puti verba, ajektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan interjeksi; jumlah kata dalam kalimat mereka terdiri dari satu, gabungan dua, tiga, empat, dan lima kata; faktor eksternal yang memprngaruhi pemerolehan kosakata bahasa Indonesia adalah linkungan sekolah yang mengharuskan subyek menggunakan bahasa Indonesia untuk mengekspresikan keinginan mereka, dan bila harus berkomunikasi dengan penutur asii bahasa Indonesia. Kemampuan kosakata subyek (penutur asing) dan subyek pembanding sama baiknya karena subyek (penutur asing) sering berkomunikasi dengan orang dewasa"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S10756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Ibnu Ghani
"Penelitian ini menganalisis tuturan berbelanja yang digunakan oleh anak-anak Jepang di rentang usia 2 hingga 5 tahun dalam reality show "Hajimete no Otsukai" yang tayang mulai tahun 2022 di Netflix. Penelitian ini berfokus pada penggunaan bahasa Jepang oleh anak-anak dalam konteks berbelanja di pasar dengan cara mengidentifikasi tuturan yang digunakan dalam konteks menanyakan letak barang, menyebutkan barang yang ingin dibeli, menjawab pertanyaan penjual, dan menyatakan alasan membeli barang. Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah episode-episode dari reality show "Hajimete no Otsukai”. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur Austin yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi dan teori kesantunan. Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi tuturan anak saat berbelanja dan mengidentifikasi pola-pola tuturan yang muncul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak menggunakan piranti linguistik berupa ragam santun dengan menggunakan format verba-masu, verba-masu ka, dan verba-n desuka serta ragam biasa dengan menggunakan format verba+yo dan verba+ta.

This study analyzes shopping utterances used by Japanese children aged 2 to 5 years old in the reality show "Hajimete no Otsukai" which airing from 2022 on Netflix. This study focuses on the use of Japanese by children in the context of shopping at the market by identifying the utterances used in the context of asking the location of goods, mentioning the goods they want to buy, answering the seller's questions, and stating the reasons for buying goods. The main data sources used in this study are episodes of the reality show "Hajimete no Otsukai". The theories used in this study are Austin's speech act theory of locution, illocution, and perlocution and politeness theory. The analysis is done by identifying children's speech during shopping and identifying the patterns of speech that appear. The results show that children use linguistic tools in the form of polite varieties using verb-masu, verb-masu ka, and verb-n desuka formats and ordinary varieties using verb+yo and verb+ta formats. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Maharani
"Vlog merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh berbagai macam kalangan, termasuk anak-anak. Vlog yang dibuat oleh anak-anak, antara lain, vlog masak-memasak. Opening vlog masak oleh anak-anak tampaknya menarik untuk dicermati karena mereka tidak hanya menyapa, tampaknya mereka juga menyampaikan tuturan-tuturan lain. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan karakteristik opening vlog masak oleh anak dalam bahasa Jepang. Vlog masak yang dicermati berjumlah 13 vlog. Vlog masak dibuat oleh anak berusia sekitar usia 6-12 tahun. Opening vlog dilakukan oleh anak-anak yang merupakan penutur jati bahasa Jepang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data opening vlog yang berupa monolog. Hasil penelitian ini berupa 8 karakteristik opening vlog, yaitu (i) sapaan, (ii) perkenalan diri, (iii) tagline, (iv) paparan situasi, (v) eksplanasi kegiatan, (vi) alasan penutur, (vii) opini penutur, dan (viii) ajakan.
Vlog is an activity performed by a wide variety of people, including children. One of the vlogs that are often made by children is cooking vlogs. The opening of cooking vlogs by children seems interesting to be examined because they do not only greet the audience, but it seems they also convey other utterances. The purpose of this research is to explain the characteristics of cooking vlog`s openings by children in Japanese. The observed vlogs were 13 vlogs. The cooking vlog is made by children aged about 6-12 years old. The opening vlog is done by children who are native speakers of Japanese. The data used in this research is a monologue vlog opening. The results of this research are the 8 characteristics of opening vlog: (i) greetings, (ii) self-introduction, (iii) tagline, (iv) exposure to the situation, (v) explanation of activities, (vi) speaker reasons, (vii) speaker opinions, and (viii) invitation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Hendriati
"Penelitian ini difokuskan pada tindak tutur penolakan bahasa Jepang yang dilakukan oleh para karyawan Jepang ditinjau dari usia dan jenis kelamin dengan tujuan mengidentifikasi ragam ungkapan dan strategi ketika menolak undangan dari pihak pelanggan, menolak ajakan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, menolak bekerja pada hari libur dan menolak menemani atasan pada hari Minggu. Sumber data penelitian ini diperoleh dengan cara mengirimkan kuesioner kepada karyawan-karyawan di Jepang melalui surat elektronik.
Hasil analisis menunjukkan bahwa responden berupaya meminimalisir tindakan ekspresi wajah dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang mengandung unsur kesantunan. Berdasarkan jenis kelamin, kelompok perempuan cenderung menggunakan tuturan yang lebih panjang. Respon penolakan langsung lebih sering digunakan oleh kelornpok laki-laki. Berdasarkan usia, respon penolakan langsung tanpa basa-basi hanya digunakan oleh responden usia 20-an dan 30-an. Para responden usia 40-an dan 50-an cenderung memilih tuturan yang lebih bervariasi dan panjang. Secara keseluruhan kekerapan kemunculan respon tidak langsung tinggi.

This research focused on the Japanese refusal speech acts committed by Japanese employees in terms of age and sex with purpose to identify range of expression and strategies used by Japanese employees when reject invitation from customers, deny an unfavorable request for company, refuse to work on holidays and turn down to accompany their boss on Sunday. The data sources which used in this study were obtained by sending questionnaires to the employees in Japan via electronic mail.
The results of this research show that respondents attempted to minimize the threat of action by using facial expressions that contain the elements of politeness. Based on sex, women's groups tend to use a longer utterance than men's group. Direct rejection response more often used by the men?s group. Based on age, direct rejection response without further ado only used by respondents age group 20s and 30s. Respondents aged 40s and 50s tend to prefer more varied and length utterances. In general the occurence of indirect response is high.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33372
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>