Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohanes Paulus Krisna
"Latar Belakang: Gigi tiruan cekat (GTC) dapat menyebabkan keausan pada gigi antagonis dengan nilai keausan yang berbeda-beda, tergantung dengan sifat karakteristik material bahan tersebut. Zirkonia merupakan bahan restorasi GTC yang memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan restorasi GTC lainnya yang sering digunakan seperti feldspatik porselen pada vinir porselen dari PFM/PFZ, litium disilikat, dan porselen hibrida. Namun berdasarkan beberapa literatur, zirkonia tidak menghasilkan keausan gigi antagonis yang signifikan jika dibandingan dengan bahan lain. Saat ini sudah terdapat beberapa artikel penelitian mengenai keausan gigi antagonis yang disebabkan oleh GTC zirkonia dan perbandingannya dengan vinir porselen pada PFM termasuk dengan kajian sistematiknya, baik secara in-vitro ataupun in-vivo. Namun, belum terdapat suatu kajian sistematik yang secara khusus membandingkan keausan gigi antagonis yang disebabkan oleh GTC dengan bahan zirkonia dan non-zirkonia secara klinis dimana tidak hanya vinir porselen pada PFM/PFZ, tetapi juga bahan lain seperti litium disilikat, porselen hibrida.
Tujuan: Mengevaluasi keausan gigi antagonis pada gigi dengan restorasi GTC dengan bahan zirkonia dan non-zirkonia secara klinis.
Metode: Kajian sistematik ini telah didaftarkan pada National Institute for Health Research PROSPERO, International Prospective Register of Systematic Reviews dengan nomor kode CRD42022365844. Penyusunan kajian sistematik ini berdasarkan panduan dari alur kerja Preferred Reporting Items for Systematic reviews and Meta-Analyses (PRISMA) 2020. Penelusuran data secara elektronik pada tanggal 5 November 2022 melalui 5 basis data dari PubMed, EBSCO, SCOPUS, Wiley Online Library, dan Proquest. Kriteria inklusi adalah artikel pada periode 10 tahun terakhir, berbahasa inggris, desain penelitian eksperimental klinis, subjek pada keausan gigi antagonis restorasi GTC yang terbuat dengan bahan zirkonia monolitik, litium disilikat, vinir porselen (PFM/PFZ), porselen hibrida. Penelitian berupa eksperimental laboratori, laporan kasus, kajian, restorasi dengan dukungan implan dan pasien yang memiliki kebiasaaan buruk bruxism dieksklusi. Pemeriksaan bias menggunakan piranti lunak Cochrane risk of bias tool (RoB2) dan heterogenitas diperiksa menggunakan piranti lunak Review Manager.
Hasil: Berdasarkan hasil penelusuran ditemukan 909 artikel yang kemudian diseleksi menjadi 8 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Tujuh diantaranya merupakan uji acak terkendali dan satu merupakan eksperimental klinis. Tiga artikel membandingan keausan gigi antagonis yang disebabkan antara restorasi GTC zirkonia dan litium disilikat, lima artikel membandingkan antara restorasi GTC PFM dengan zirkonia, dan hanya satu artikel membandingkan restorasi GTC zirkonia dengan litium disilikat dan porselen hibrida. Pemeriksaan bias ditemukan 7 artikel memiliki bias terkategori sedang dan 1 artikel bias terkategori rendah.
Kesimpulan: Gigi yang direstorasi dengan bahan zirkonia tidak menghasilkan keausan antagonis yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan restorasi non-zirkonia, seperti litium disilikat, vinir porselen pada PFM ataupun porselen hibrida dalam rata-rata durasi penelitian selama 12 bulan.

Background: Fixed dental prosthesis can cause wear on antagonist teeth with varying amount, depend on the material characteristics. Zirconia as a crown is one of the most frequently used material that has higher hardness compared to other materials such as feldspathic porcelain and lithium disilicate. However based on several literatures, zirconia does not generate significant tooth wear when compared to other materials. Currently there are several research articles regarding the comparison of antagonistic tooth wear caused by zirconia crown alone or zirconia compared with metal porcelain including its systematic reviews. However, there has not been a systematic review that clinically compared the antagonist tooth wear caused by zirconia and non-zirconia not only metal porcelain, but also lithium disilicate and hybrid porcelain.
Objective: Clinically evaluate the wear of antagonist teeth against zirconia and non-zirconia crown.
Methods: This systematic review has been registered at the National Institute for Health Research (PROSPERO), International Prospective Register of Systematic Review with code number CRD42022365844. Preparation of this systematic review is based on the guidelines of the Preferred Reporting Items for Systematic review and Meta-Analyses (PRISMA) 2020 workflow. Electronic data search on November 5, 2022 through 5 databases from PubMed, EBSCO, SCOPUS, Wiley Online Library, and Proquest. Inclusion criteria were articles in the last 10 years, in English, clinical experimental research design, wear on antagonist teeth against monolithic zirconia, lithium disilicate, porcelain veneer (PFM/PFZ), hybrid porcelain crown. Article in the form of experimental laboratories, case reports, review, implant supported restoration, and bad habits such as bruxism are excluded. Bias examination using the Cochrane risk of bias tool (RoB2) and heterogeneity examined using the Review Manager.
Results: Based on the search results, 909 articles were found which were then selected into 8 articles that met the inclusion criteria. Seven of these were RCTs and one was a clinical experiment. Data from each article is recorded on a worksheet based on predetermined conditions. Three articles compared antagonist tooth wear caused between zirconia and lithium disilicate crown, five articles compared between zirconia with metal porcelain crown, and only one article compared zirconia, lithium disilicate and porcelain hybrid crown. Bias examination found 7 articles have moderate bias and 1 article has low bias.
Conclusion: Teeth restored with zirconia crown does not caused higher antagonist wear than non-zirconia crown, such as lithium disilicate, porcelain veneers on PFM/PFZ or porcelain hybrids in average studies duration of 12 months.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moza Permatasari Mustafa
"Latar Belakang: Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan banyak pilihan material restorasi untuk perawatan gigi tiruan cekat. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan banyak pilihan material restorasi untuk perawatan gigi tiruan cekat, namun di Indonesia material-material kedokteran gigi estetik belum menjadi standar pendidikan kedokteran gigi umum. Hal ini dapat memungkinkan mempengaruhi keputusan dalam memilih material untuk restorasi gigi tiruan cekat, terkecuali mahasiswa yang rutin mengikuti seminar mengenai pengembangan material-material restorasi terbaru. Tujuan: Mengetahui pemilihan material restorasi untuk perawatan gigi tiruan cekat berdasarkan letak gigi yang akan direstorasi dan penempatan margin preparasi servikal oleh mahasiswa Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang menggunakan alat ukur kuesioner mencangkup pertanyaan demografis dan pemilihan material sesuai skenario yang diberikan. Pengambilan data dilakukan dengan teknik purposive sampling dan kuesioner dibagikan kepada mahasiswa Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif untuk melihat proporsi pemilihan material restorasi oleh responden. Hasil Penelitian: Material porcelain-fused-to-metal (PFM) menjadi material yang dengan proporsi untuk perawatan pada mahkota tiruan penuh dan gigi tiruan jembatan (33,6 s.d. 77,3%) diikuti dengan material porcelain-fused-to-zirconia (PFZ) (2,7 s.d. 38,2%). Kesimpulan: Sebagian besar responden memilih material porcelain-fused-to-metal (PFM) menjadi pilihan mayoritas responden untuk perawatan mahkota tiruan penuh dan gigi tiruan jembatan diikuti oleh porcelain-fused-to-zirconia (PFZ).

Background: The development of science has resulted in many choices of restorative materials for the treatment of FDP, but in Indonesia, aesthetic dentistry materials have not yet become the standard for general dental education. This can possibly influence decisions in choosing materials for FDP restorations, except maybe for students who regularly attend seminars on the development of new restorative materials. Objective: To determine the selection of restorative materials for FDP treatment based on the location of the teeth to be restored and the placement of cervical preparation margins by students of the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Methods: This study is a descriptive cross-sectional study using a questionnaire measuring instrument including demographic questions and material selection according to the given scenario. Data were collected using purposive sampling technique and questionnaires were distributed to students of the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia who met the inclusion criteria. Data processing was carried out descriptively to see the proportion of the respondent's selection of restoration materials. Result: Porcelain-fused-to-metal (PFM) material was the material with highest proportions for treatment of full denture crowns and bridge dentures (33.6 to 77.3%) followed by porcelain-fused-to-zirconia (PFZ) materials (2.7 to 38.2). %). Conclusion: The majority of respondents chose porcelain-fused-to-metal (PFM) as a material of choice for most of respondents for the treatment of crowns and bridges dentures followed by porcelain-fused-to-zirconia (PFZ).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"On March 2nd 2000, a female patient age 47 years, originally had crown & bridges on region 22,,23,24,25,26, region 33,34,35,36,37, region 44,45,46,47. And region 13,14,15,16. She had suffered her abutments teeth as anchorages which initially healthy, then became caries, offtently swelling, pain, halitosis and finally several of its had pulled out. Formerly she asked removable denture on her edentulous ridges, then I had made her Valplast Denture. But the denture still felt uncomfortable and seldom be used. After suggesting the other alternative to use implant denture, on region 35,37 with ITI Straumann to make crown and bridge inplant denture with dummy 36, patient felt
satisfied. Then patient asked another crown and bridges which had problems to be pulled out too. Finally on 5 th February 2008 she had already completely installed combination implant denture ITI Straumann and Biohorizon although it takes along time periode, but now she feels satisfy, because she has fixed denture without sacrifice another healthy teeth as anchorages."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Melia
"Kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dapat mempengaruhi asupan makanan seseorang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan terhadap status nutrisi. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada 129 subjek berusia 34-80 tahun. Subjek diperiksa kehilangan giginya kemudian diwawancara menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment (MNA). Data dianalisis menggunakan piranti lunak statistik. Hasil uji analisis chi-square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kehilangan gigi dan status nutrisi (p=0,712) dan antara pemakaian gigi tiruan dan status nutrisi (p=0,252). Ditemukan hubungan bermakna antara usia dan status nutrisi, tingkat pendidikan dan status nutrisi, serta usia dan pemakaian gigi tiruan.
Teeth loss and denture wearing can affect a person's food intake. The purpose of this study was to analyze the relation of tooth loss and denture wearing on nutritional status. The study was conducted with a cross-sectional method on 129 subjects aged 34-80 years. Subjects had their teeth checked and interviewed using Mini Nutritional Assessment (MNA) questionnaire. Data was analyzed using statistical software. The result of chi-square analysis showed no significant relation between tooth loss and nutritional status (p = 0.712) and between denture wearing and nutritional status (p = 0.252). Relation was found between age and nutritional status, educational level and nutritional status, and the age and denture wearing."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Birgitta
"Pembersihan gigi tiruan lepas akrilik sangat penting untuk mencegah terjadinya peradangan pada mukosa mulut dibawah basis gigi tiruan akrilik. Peradangan dapat disebabkan oleh plak dan mikroorgauisme yang menempel pada basis gigi tiruan akrilik tersebut.
Urnumnya pasien-pasien pemakai gigi tiruan lepas akrilik membersihkan gigi tiruannya dengan menggunakan sabun atau pasta gigi, tetapi belum ada penelitian mengenai efektivitas kedua bahan tersebut. Selain itu ada pula bahan pembersih yang mengandung peroksida yang terdapat dalam bentuk tablet yang dilarutkan dalam air.
Tulisan ini melaporkan hasil penelitian tentang perbandingan efektivitas sabun, pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 % clalam membersihkan gigi tiruan lepas akrilik.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, nilai derajat kebersihan gigi tiruan lepas akrilik yang paling tinggi adalah bila gigi tiruan dibersihkan dengan sabun, disusul dengan pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 %, walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hardhini
"Latar belakang: Akurasi hasil pencetakan merupakan hal penting dalam pembuatan gigi tiruan terutama pada gigi tiruan lengkap dukungan implan. Tinjauan sistematik ini disusun untuk membandingkan akurasi hasil pencetakan digital menggunakan pemindai intra oral dibandingkan dengan pencetakan konvensional.
Metode: Tinjauan sistematik ini disusun berdasarkan literatur penelitian klinis berdasarkan Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA) dan teregistrasi pada PROSPERO dengan nomor CRD42023478021. Terdapat empat database dan sistem pencarian manual yang digunakan dalam periode 2008-2023. Literatur yang dievaluasi merupakan penelitian yang membahas tentang akurasi hasil pencetakan gigi tiruan dukungan implan secara digital dan konvensional yang dilakukan pada kasus dengan minimal empat implan terpasang pada rahang yang telah kehilangan seluruh gigi. Penilaian risiko bias dilakukan dengan menggunakan Cochrane RoB-2 dan ROBINS-I.
Hasil: Total 368 literatur diperoleh dari empat database dan 297 literatur diseleksi berdasarkan judul dan abstrak setelah eliminasi duplikat. Total tujuh literatur dari database memenuhi kritera inklusi dan digabungkan dengan satu literatur hasil pencarian manual. Delapan literatur dilakukan analisis. Akurasi hasil pencetakan secara tiga dimensi memiliki nilai yang bervariasi namun masih dalam rentang yang dapat diterima secara klinis (200μm). Gigi tiruan yang dihasilkan juga memiliki passive fit yang baik. Secara radiografis, mayoritas gigi tiruan yang dihasilkan tidak memiliki celah di antara superstruktur dengan implan. Hasil analisis Grading of Recommendation Assessment Development and Evaluation (GRADE) seluruh kualitas literatur yang diperoleh memiliki kualitas yang tergolong tinggi. Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis tersebut, hasil pencetakan digital memiliki keakurasian yang setara dengan pencetakan konvensional dalam aplikasi klinis.

Background: Accuracy of the impression is important in making dentures, especially in implant-supported complete dentures. This systematic review conducted to compare accuracy of digital impressions using intra-oral scanners and conventional impressions.
Method: This systematic review followed the Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA) and registered on PROSPERO with number CRD42023478021. Four databases and a manual search system limited to publication date 2008-2023 period. Literature evaluated based on data discusses accuracy of digital and conventional implant-supported denture impressions carried out in cases with minimum four implant on fully edentulous jaw. Risk of bias assessment was performed using the Cochrane RoB-2 and ROBINS-I.
Result: A total of 368 literature was obtained from four databases and 297 literature was selected based on title and abstract after duplicate removal. A total of seven literature from the database met the inclusion criteria and was combined with one literature resulting from a manual search. Eight literature were analyzed. Three- dimensional accuracy of impressions varies but is still within the clinically acceptable range (200μm). Dentures from all impressions also has a good passive fit. Radiographically, the majority of dentures produced do not have voids between the superstructure and the implant. Quality assessment with Grading of Recommendation Assessment Development and Evaluation (GRADE) shows high level of quality evidence for all literature.
Conclusion: Based on the results of this analysis, conventional and digital impressions results have comparable accuracy in clinical applications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Clarissa
"Latar Belakang: Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut, selama puluhan tahun para ahli studi epidemiologi kesehatan komunitas menggunakan indeks Decayed, Missing, and Filled Teeth (DMF-T). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018, rerata skor indeks DMF-T penduduk Indonesia sebesar 7,1 yang tergolong tinggi. Kehilangan gigi merupakan kondisi oral ireversibel yang dideskripsikan sebagai indikator final mengenai keparahan kondisi kesehatan gigi dan mulut. Kehilangan gigi menyebabkan kerusakan fungsional, estetika, dan sosial-psikologis serta berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup individu. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Maka dari itu, diperlukan data mengenai pengaruh berbagai faktor risiko terhadap kehilangan gigi pada berbagai kelompok usia.
Tujuan: Memperoleh data hubungan faktor risiko dan rerata jumlah kehilangan gigi pada subjek usia 31-75 tahun dari radiograf panoramik digital.
Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa 375 sampel radiograf panoramik digital subjek usia 31-75 tahun di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indoneisa (RSKGM FKGUI). Subjek dibagi menjadi 3.
kategori: 31-45 tahun, 46-60 tahun, dan 61-75 tahun. Untuk mendapatkan jumlah kehilangan gigi dan data mengenai faktor risiko umur, jenis kelamin, karies/jumlah restorasi/lesi periapikal, dan kehilangan tulang/penyakit periodontal, dilakukan interpretasi radiograf panoramik digital. Kemudian dilakukan uji reliabilitas intraobserver dan interobserver dengan t-test dan Bland Altman.
Hasil: Median, nilai minimum, dan nilai maksimum jumlah kehilangan gigi pada kelompok usia 31-45 tahun sejumlah 1 (0-5) gigi, usia 46-60 tahun sejumlah 5 (0-19) gigi, dan usia 61-75 tahun sejumlah 10 (2-28) gigi. Jumlah kehilangan gigi antar kelompok usia berbeda bermakna (p<0.05 berdasarkan uji Kruskal Wallis). Jumlah kehilangan gigi bertambah seiring penuaan usia. Analisis korelasi faktor-faktor risiko terhadap kehilangan gigi menunjukkan bahwa usia dan status periodontal berhubungan sangat kuat dengan kehilangan gigi, jumlah karies gigi dan lesi periapikal memiliki hubungan sedang dengan kehilangan gigi, dan jenis kelamin dan jumlah restorasi gigi memiliki hubungan lemah dengan kehilangan gigi.
Kesimpulan: Jumlah kehilangan gigi pada usia 31-45 tahun berbeda bermakna dibandingkan pada usia 46-60 dan 61-75 tahun. Kehilangan gigi cenderung bertambah seiring penuaan usia. Faktor risiko yang hubungannya sangat kuat dengan kehilangan gigi adalah usia dan kehilangan tulang.

Background: To assess community oral health status, for several decades, epidemiologists have always used Decayed, Missing, and Filled Teeth (DMF-T) index. Based on the 2018 Basic Health Research, the mean of DMF-T index of Indonesia’s population was 7.1, which was considered high. Tooth loss is an irreversible oral condition that is often described as the final indicator of oral health status that causes functional, aesthetics, and social-psychological damage that greatly affects life quality. Tooth loss is a multi-factorial phenomenon. Thus, a concrete data is needed to assess the impact of risk factors on tooth loss in several age categories.
Objective: To obtain the data of tooth loss risk factors and the mean of missing teeth in 31-75-year-old subjects from digital panoramic radiograph.
Methods: This study was completed using secondary data of 375 digital panoramic radiographs in Universitas Indonesia Dental Hospital (RSKGM FKGUI). The subjects were devided into 3 categories: 31-45 years old, 46-60 years old, and 61-75 years old. In order to obtain the data of tooth loss and its risk factors: age, gender, caries/restoration/periapical disease, and periodontitis, the digital panoramic radiographs were interpreted. Then, the reliability test for both intraobserver and interobserver were conducted using t-test and Bland Altman test.
Results: The median, minimum, and maximum of tooth loss in the 31-45 years old group is 1 (0-5) teeth, 46-60 years old group is 5 (0-19) teeth, and 61-75 years old group is 10 (2-28) teeth. The number of tooth loss in all age groups are statistically different (p<0.05 in Kruskal Wallis test). The number of tooth loss increases as aging continues. Correlation analysis of the tooth loss risk factors showed that age and periodontitis have a very strong correlation with tooth loss, the number of tooth caries and periapical disease have a moderate correlation with tooth loss, and gender and restoration have a weak correlation with tooth loss.
Conclusion: The number tooth loss occurred in 31-45 years old group subject is significantly different compared to the number of tooth loss in 46-60 and 61-75 years old group. Tooth loss is strongly correlated with age and bone loss.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch Bigi Ramadha Putra
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai Perbandingan Tekniker Gigi dan Tukang Gigi Berdasarkan Hukum Kesehatan. Setelah Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Pasal 73 ayat 2 dan Pasal 78 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran adalah inkonstitusial melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 40/PUU-X/2012, maka tukang gigi merupakan pekerjaan yang bersifat legal di Indonesia. Wewenang tukang gigi adalah membuat dan memasang gigi palsu. Akan tetapi, dalam dunia medik telah dikenal profesi tekniker gigi yang memiliki lingkup wewenang yang serupa. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang melakukan penelitian terhadap bahan hukum primer, sekunder, dan tersier, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tekniker gigi dan tukang gigi memiliki kesamaan, tetapi juga memiliki perbedaan yang signifikan.

ABSTRACT
This thesis examines Comparison Between Dental Technician and Dental Craftsman According to Medical Law. After the Mahkamah Konstitusi Constitutional Court of Indonesia declared that Article 73 and Article 78 of Indonesian Medical Practice Law as unconstitutional through Verdict Number 40 PUU X 2012, hence dental craftsman is a legal lsquo profession rsquo in Indonesia. Dental craftsman has the authority to make and attach artificial tooth teeth. However, in medical world, dental technician is already known for these kinds of authority. Using normative juridical research method, which examines primary, secondary, and tertiary legal sources, it can be concluded that dental technician and dental craftsman have something in common, yet they too have a significant difference."
2017
S69283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doddy S.H. Soemawinata
"Retensi merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam menentukan keberhasilan pembuatan gigi tiruan lengkap. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui teknik pencetakan yang dapat memberi retensi optimal pada gigi tiruan lengkap akrilik rahang atas antara pencetakan yang dilakukan dengan border molding dan tanpa border molding. Selain itu juga untuk mengetahui perbedaan setiap kasus yang dilihat dari segi anatomi rahang. Pada penelitian ini digunakan lima subyek penelitian. Masing-masing subyek dicetak rahangnya dan dibuatkan dua basis gigi tiruan rahang atas, hasil dari border molding dan tanpa border molding yang diberi kaitan kawat di tengah bagian median basis. Setiap basis gigi tiruan lengkap dilakukan uji kecekatannya pada kaitan kawat yang tersedia dengan menggunakan alat Instron tipe 4301. Hasil pengujian kecekatan dihitung secara statistik dengan Student T-Test untuk membedakan antar metode pada masing-masing subyek dan analisis kualitatif untuk menjelaskan perbedaan antar subyek penelitian. Setelah pengujian diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara basis gigi tiruan lengkap yang dihasilkan dengan dilakukan border molding dan tanpa border molding. Selain itu antara kelima subyek penelitian secara kuantitatif tidak menunjukkan adanya homogenitas. Melihat hasil yang diperoleh maka dapat disarankan kepada para dokter gigi untuk melakukan border molding pada pencetakan rahang pasiennya terutama dengan keadaan tulang alveolar yang telah menyusut. Hal ini dilakukan agar diperoleh retensi yang optimal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Advances in modern dental materials provide patients and practitioners a number of choices from which to create a pleasing and natural looking restoration. This report outlines important features of many of the most popular direct restoratives, with an emphasis on safety and efficacy of each material. The article aims to help dentists to explaim their patients the relative and conservative impact of various materials used in dental restoration. On the basis of current knowledge from laboratory and clinical studies, the alternatives discussed in this report, when properly applied, can provide the patient with a safe and effective treatment in the repair of decayed teeth."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>