Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188556 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Oktavia Daru
"Pada bulan Juli dan Agustus 2018 terjadi serangkaian 4 gempa bumi dengan magnitude sebesar > 6 Mw. Peristiwa kejadian gempa bumi pertama terjadi pada tanggal 27 Agustus 2018 dengan magnitudo 6.4 Mw, peristiwa kejadian gempa bumi kedua terjadi pada tanggal 5 Agustus 2018 dengan magnitude 6.9 Mw, peristiwa ketiga dan keempat terjadi pada tanggal 19 Agustus 2018 dengan magnitude sebesar 6.3 Mw dan 6.9 Mw. Penelitian ini meneliti tentang kemungkinan munculnya tanah longsor yang terjadi akibat peristiwa gempa bumi dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis dan PGA (Peak Ground Acceleration). Metode Penginderaan Jauh digunakan untuk mengetahui kejadian tanah longsor dan metode PGA digunakan untuk memperkirakan kemungkinan percepatan gerakan tanah maksimum yang terjadi. Penelitian ini menggunakan sumber data berupa katalog riwayat gempa bumi Pulau Lombok dari tahun 1980 – 2022, informasi karakteristik mengenai zona sesar di sekitar Pulau Lombok, factor-faktor pemicu terjadinya longsor dan nilai percepatan gerakan tanah maksimum yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan daerah terjadinya kejadian longsor cenderung berada di bagian selatan wilayah penelitian yaitu di kecamatan Kayangan, Gangga dan Bayan dengan litologi yang didominasi oleh endapan gunung berapi berumur Pleistosen

In July and August 2018 there were 4 earthquakes with a magnitude of > 6 Mw. The first earthquake occurred on 27 August 2018 with a magnitude of 6.4 Mw, the second earthquake occurred on 5 August 2018 with a magnitude of 6.9 Mw, the third and fourth events occurred on 19 August 2018 with a magnitude of 6.3 Mw and 6.9 Mw. The impact of damage can be minimized, it is necessary to mitigate the earthquake disaster on Lombok Island by conducting research on the possibility of landslides that occur due to earthquake events using the PGA (Peak Ground Acceleration) method. This method is used to estimate the maximum ground motion acceleration that occurs. This study uses data sources in the form of a catalog of the history of the Lombok earthquake, information on the characteristics of the fault zone around the island of Lombok, the triggering factors for landslides and the acceleration of the maximum ground acceleration that occurs. The results show that the area where landslides occur tends to be in the southern part of the study area, namely in Kayangan, Gangga and Bayan sub-districts with lithology dominated by Pleistocene volcanoes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arisman
"ABSTRAK
Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah yang termasuk kategori rawan bencana gempa bumi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kejadian gempa bumi terakhir tahun 2006 di daerah ini menimbulkan dampak yang luar biasa, yaitu korban jiwa, maupun kerusakan besar baik infrastruktur maupun bangunannya. Namun demikian, terdapat juga beberapa daerah yang mengalami kerusakan ringan akibat bencana gempa bumi tersebut. Tesis ini membahas mengenai analisis risiko gempa bumi dan variasi spasialnya di Kabupaten Bantul. Perhitungan risiko didasarkan pada fungsi perkalian antara bahaya (H) dan kerentanan (V) dibagi dengan ketahanan/kapasitas (C). Parameter bahaya yang dianalisis meliputi: nilai PGA (Peak Ground Acceleration), dan Struktur Sesar. Parameter kerentanan yang dianalisis meliputi: luas permukiman, panjang jaringan jalan, jenis batuan, jumlah penduduk, jumlah kepadatan penduduk, jumlah penduduk usia rentan, jumlah penduduk wanita, jumlah keluarga miskin, jumlah industri kecil/menengah, jumlah pasar dan jumlah pendapatan asli daerah (PAD). Parameter ketahanan/kapasitas yang dianalisis meliputi: jumlah fasilitas kesehatan, fasilitas umum berupa sekolah dan keberadaan sistem peringatan dini bencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Bantul mempunyai variasi spasial tingkat risiko bencana gempa bumi dengan 3 kategori yaitu: risiko rendah, sedang dan tinggi. Secara umum Kabupaten Bantul didominasi oleh wilayah dengan tingkat risiko sedang/menengah. Wilayah dengan risiko tinggi terdapat dua variasi spasial yaitu di sepanjang sesar Opak dan sebagian mengelompok di bagian utara dekat dengan Kota Yogyakarta dan Bantul. Wilayah risiko tinggi tersebut umumnya dikarenakan memiliki tingkat kerentanan wilayahnya tinggi hingga sedang baik kerentanan fisik maupun sosial ekonominya, akan tetapi kapasitasnya rendah. Wilayah yang memiliki risiko paling tinggi meliputi desa Trimulyo, kemudian Sumberagung, dan Tamantirto. Wilayah yang mempunyai risiko paling rendah meliputi desa Jatimulyo, kemudian Terong dan Dlingo. Wilayah risiko rendah tersebut umumnya mempunyai tingkat kerentanan rendah baik fisik maupun sosial ekonominya, tetapi mempunyai kapasitas daerahnya tinggi.

ABSTRACT
Bantul District is one of earthquake prone area in Yogyakarta Province. Last genesis earthquake on 2006 in this area past a tremendous impact, the loss of lives, substantial damage of infrastructures dan buildings. However, there are also some areas that suffered minor damage due to the earthquake disaster. This research is analyse the earthquake risk and its spatial variation in Bantul District. Risk calculation is based on multiplication function between Hazard (H) and Vulnerability (V) divided by the Capacity (C). Hazard parameters include in these analyzed: Peak Ground Acceleration (PGA) and Fault Structure. Vulnerability parameters include in these analyzed: the percentage of the settlement area, the length of road network, the lithology, number of population, number of density, the number of vulnerable population, number of females, the number of poor families, number of market, number of industrial, and number of economic income (PAD).Capacity parameters include in these analyzed: the number of health facilities, public facilities such as schools and early warning system of disaster in villages. The final result showed that The Bantul District has spatial variaton of earthquake risk in 3 categories: low risk, medium and high risk. The Bantul District is dominated by areas with medium risk. They have two spatial pattern of high risk, the areas were in line with Opak Fault and other area was near the city of Yogyakarta and Bantul. High risk area have three characteristics, high vulnerability of pyhsics and social economics, medium hazard, and low capacity. The areas of high risk are Trimulyo Village, Sumberagung and Tamantirto. The areas of low risk have three characteristic, low hazard, low vulnerability and high capacity. The low areas are Jatimulyo, Terong and Dlingo.
"
2015
T44729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina Kalmei Nando
"Peningkatan seismic demand di Indonesia khususnya pulau Jawa mengharuskan peningkatan perencanaan bangunan tahan gempa di Indonesia. Spun pile merupakan fondasi yang paling sering digunakan di Indonesia sebagai struktur bawah belum memasukkan konsep perfomance-based design sehingga struktur masih berperilaku elastis dan kurang ekonomis. Studi pemodelan pushover analysis dengan software Opensees berdasarkan hasil uji eksperimen dilakukan untuk mendapatkan pemodelan yang tepat serta dengan memasukkan efek tanah untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku spun pile seperti parameter daktilitas, pembentukan plastic hinge, dan level kinerja menurut ASCE 61-14. Pembebanan aksial (0.1fc’Ag) didapatkan pemodelan dengan material concrete 07 untuk beton spun pile yang didefinisikan confined dalam sengkang untuk spun pile dengan beton pengisi memberikan hasil yang lebih mendekati hasil eksperimen. Hasil dari kuat geser tanah yang semakin tinggi meningkatkan kekuatan pile-soil system dan daktilitas dari spun pile serta lokasi dari sendi plastis kedua di dalam tanah. Berdasarkan ASCE 61-14, level kinerja spun pile saat terjadinya sendi plastis masih berada dalam level minimal damage.

The increasing of seismic demand in Indonesia, especially in the Java region, requires increased planning for earthquake-resistant buildings. The spun pile, as the commonly used substructure in Indonesia, is not implementing a performance-based design concept, therefore resulting in elastic behavior and less economical. A pushover analysis modeling study using Opensees software based on experimental test results was performed to get the right modeling and also to see its impact on spun pile behavior, such as ductility parameters, plastic hinge formation, and performance level by including soil effect according to ASCE 61-14. The result of modeling using material concrete 07 for spun pile concrete which is given an axial load of 0.1fc’Ag and defined as confined for spun pile with infill concrete, is closer to the experiment results. The result of the higher shear strength of the soil increases the strength of pile-soil system and ductility of the spun pile, as well as the location of the second plastic hinge in the soil. According to ASCE 61-14, the performance level of the spun pile when the plastic hinges occur is minimal damage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Murpadinata
"Kabupaten Cilacap termasuk ke dalam daerah rawan gempa bumi. Pada tanggal 25 Januari 2014 pernah terjadi gempa dengan magnitudo 6,5 di Cilacap. Peristiwa gempa bumi yang terjadi didominasi oleh gempa yang bersumber dari Megathrust selatan Jawa yang dekat dengan Cilacap. Wilayah penelitian, yang berada di Selatan Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap (Desa Ujungmanik, Kubangkangkung, dan Sidaurip), sebagian tersusun atas endapan lempung yang rentan dengan amplifikasi. Adanya kehadiran sesar membuat daerah semakin rawan terhadap gempa bumi. Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak dan keterdapatan sarana prasarananya, maka diperlukan analisis tipologi dan kestabilan kawasan rawan gempa bumi sebagai langkah mitigasi. Analisis ini menggunakan empat parameter utama yaitu data litologi batuan, data sesar, data kemiringan lereng, dan data PGA permukaan. Seluruh parameter tersebut dilakukan skoring sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Gempa Bumi. Hasil skoring tiap parameter digabung untuk menghasilkan sebuah peta tipologi dan sebaran kestabilan wilayah kawasan rawan gempa bumi. Hasil penelitian didapat bahwa wilayah penelitian memiliki kestabilan yang stabil, kurang stabil, dan tidak stabil dengan range skor 33-55 dan dibagi menjadi 5 tipe tipologi kawasan rawan bencana gempa bumi yaitu Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D, dan Tipe E.

Cilacap Regency is included in an earthquake-prone area. On January 25, 2014, an earthquake with a magnitude of 6.5 occurred in Cilacap. The earthquake events that occurred were dominated by earthquakes originating from Megathrust South Java which is close to Cilacap. The research area in the South of Kawunganten District, Cilacap Regency (Ujungmanik, Kubangkangkung and Sidaurip Villages) is partly composed of clay deposits that are susceptible to amplification. The presence of faults makes the area more vulnerable to earthquakes. With a large population and the availability of infrastructure, typology and stability analysis of earthquake-prone areas is needed as a mitigation measure. This analysis uses four main parameters, rock lithology data, fault data, slope data and surface PGA data. All these parameters are scored in accordance with Minister of Public Works Regulation Number 21 of 2007 concerning Spatial Planning Guidelines in Earthquake Prone Areas. The scoring results for each parameter are combined to produce a typology map and distribution of regional stability in earthquake-prone areas. The research results showed that the research area had stable, less stable and unstable stability range score 33-55 and divided into 5 typological types of earthquake-prone areas, namely Type A, Type B, Type C, Type D, and Type E."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhita A.
"Di seluruh Indonesia, tercatat 5.590 sungal Induk dan 600 diantaranya berpotensi .menimbulkan banjir. Daerah rawan banjir yang dicakup oleh sunga-sungai induk ini mencapal 14 juta hektar. Dari berbagai kajian yang telah dilakukan, banjir yang terjadi di daerah-daerah rawan pada dasamya disebabkan o1eh tiga hal. Per-lama, kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan alam. Kedua, peristiwa alam sepertl curah hujan yang sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya. Ketiga, degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada catrdimerrt area, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan air sungai, dan sebagainya.
Kecenderungan meningkatnya banjir disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut a). Kemampuan DAS (Daerah Aliran Sungai) untuk meresapkan air/ menahan air hujan semakin berkurang oleh berbagai sebab diantaranya penggundulan hujan dan penggunaan lahan yang mengabaikan konservasi air dan tanah; b). Kemampuan prasarana-sarana pengendali banjir yang ada masih terbatas, umumnya hanya direncanakan untuk banjir rencana (design flood) dengan periode ulang 5 s.d 25 tahun; c). Kemampuan pemerintah untuk membangun prasarana dan sarana banjir sesuai dengan rencana induk
penanggulangan banjir masih sangat terbatas karena basamya dana yang diperlukan untuk biaya konstruksi maupun pembebasan tanahnya; d). Dampak °global climate change' yang disebabkan oleh pemanasan global yang mengaklbatkan sering terjadi iklim/cuaca yang ekstrim, yaltu curah hujan yang tinggal dalam waktu singkat atau musim ke narau yang berkepanjangan; e). Perilaku masyarakat yang tidak kondusif dalam pengelolaan banjir, diantaranya pembuangan sampah pada sungal dan saluran air, penghunian bantaran sungai, dan bangunan yang menjorok ke badan sungai sehingga mempersempit patung sungai sehingga memperkecil daya tampung sungai.
Sekitar 40% wilayah di Provinsl DKI Jakarta berada dl dataran banjir pada sungai angke, pesanggrahan, sekretaris, grogol, krukut, ciliwung, cipinang, sunter, buaran, jatikramat, dan cakung sehlngga rawan terhadap genangan dan banjir. Tingkat urbanisasi yang tinggi, kesadaran masyarakat terhadap pelestarian tingkungan hidup, dan tingkat kedisipInan masyarakat yang relatif masih rendah, menyebabkan perrnasalahan banjir di wilayah DKI Jakarta meningkat dari waktu ke waktu.
Penelitian inl akan membatasi terhadap prose anallsa kebijakan yang mendorong peran masyarakat dalam penanggulangan permasalahan banjir di wilayah kotamadya Jakarta timur, khususnya yang berada dl wilayah kelurahan cipinang muara. Wilayah tersebut dipilih karena merupakan wilayah rawan banjir dan terkait program pernerlntah dalam menanggulangl permasalahan banjir dengan proyek banjir kanal timur (Delimitasi).
Penelitan Ini terbatas kepada keterkaitan antara kebijakan pemerintah dalam penanggulangan permasalahan banjir dengan peran masyarakat dalam penanggulangan permasalahan banjir (Limitasi). Asumsi dalam peneti ian Ini adalah penelitian kualitatif induktif. Alasan rasionalnya adalah tujuan penelitlian ini adalah menggambarkan/deskripsi kebijakan yang mendorong partisipasi masyarakat dalam penanggulangan perrnasalahan banjir di wilayahnya. Mengikuti alur pemikiran asumsi tersebut, penelitian inl lebih memperhatikan proses dan makna proses analisa kebijakan yang mendorong partisipasi masyarakat dalam penanggulangan permasalahan banjir, dikarenakan penelitian Ini menggambarian kondisl-kondisl masyarakat dalam penanggulangan permasalahan banjir, dan menjelaskan keterkaitan antara kebijakan pemerintah dalam penanggulangan banjir dengan keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan banjir. Namun demiklan tujuan utama penelitian ini Iebih kepada deskripsi, yaltu menggambarkan kebijakan yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanggulangan permasalahan banjir.
Penelitian ini merupakan penelitan terapan. Penelitian inl berupaya memberikan gambaran permasalahan yang rinci yang disertai rekornendasi¬rekomendasi yang dapat bermanfaat bagl pihak-pihak yang terkait dengan penanggulangan banjir. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik pengumpulan data secara kualitatif, mengambil teknik field research. Alur analisa tentang kondisi kondisi masyarakat dalam penanggulangan permasalahan banjir di wilayahnya menggunakan kerangka pemikiran Talcott Parsons.
Penelitian ini mengambil lokasi di dua rukun warga dalam wilayah Kelurahan Cipinang Muara. Perbedaan kedua rukun warga tersebut dlcerminkan dalam karakteristik sosial masyarakatnya. Karakteristlk sosial dlmaksud mengacu
kepada Rencana Umum Pembangunan Sosial Budaya DICE Jakarta tahun 1994-2005. Perbedaan karakteristik sosial juga membedakan model tindakan rnasyarakatnya dalam menanggulangi banjir yang disesuaikan dengan standar
perilaku yang dianut, Interaksl sosial hingga kepada sistem kepribadian dan kebiasaan masyarakat.
Kesimpulan dan rekamendasi dalam penelitian ini adalah sebagal berikut : adanya pemetaan kondisi sosial masyarakat, sehingga data yang ada dapat digunakan sebagal database kondisi social guna pembuatan kebijakan penangguiangan per masalahan banjir kedepannya. Adanya sistem jaminan kesehatan terjangkau, sistem jaminan pendidikan terjangkau, dan kampanye pengendaiian banjir. Penyediaan sentra-sentra aktivitas ekonomi yang memprioritaskan kepada masyarakat miskln kota. Kampanye bersahabat dengan air guna memberikan pemahaman dan pengetahuan terhadap jenis peruntukan dan tata guna lahan, dan juga pengelolaan dralnase yang baik. Pemahaman dan pengetahuan terhadap jenis peruntukan lahan akan memberi pemahaman akan pemanfaatan lahan. Penyediaan rumah susun. Kerjasama antar Instansi daerah di bidang kependudukan guna rnenata jumlah penduduk di Jakarta. Kampanye hunian resapan air, yang berfungsi sebagai kanservasi dan mencegah genanganberlebihan. Pengeloiaan sampah dengan pola 3 R (reduce, Reuse, Recycle).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Purwanto
"ABSTRAK
Kelurahan Bidara Cina mempunyai beberapa titik banjir serta dekat dengan aliran
sungai Ciliwung. Maka dibentuklah SIBAT yang merupakan program dari
kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat. Melalui pendekatan kualitatif, tesis
ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan model intervensi
komunitas pada penanggulangan bencana banjir oleh SIBAT sehingga tingkat
partisipasi masyarakat meningkat. Berdasarkan temuan di lapangan, pelaksanaan
model intervensi komunitas oleh SIBAT pada program kesiapsiagaan tersebut
berhasil disampaikan kepada warga Bidara Cina karena adanya beberapa faktor
pendukung seperti: (a) adanya kerja sama elemen masyarakat; (b) kemampuan
SDM; (c) kemampuan finansial; (d) keterlibatan masyarakat. Adapun kendala
dalam pelaksanaan program seperti: (a) tidak paham fungsi dan tugas (b)
ketidakpercayaan

ABSTRACT
Kelurahan Bidara Cina has some flooding point and close to the Ciliwung river
flow. Then formed SIBAT which is a program of community-based disaster
preparedness. Through a qualitative approach, this thesis aims to describe how the
implementation of community intervention models in flood disaster management
by SIBAT thus increasing the level of community participation. Based on the
findings in the field, the implementation of the intervention model by SIBAT
community preparedness program was successfully delivered to the citizens
Bidara Cina due to several contributing factors such as: (a) the cooperation of
society, (b) the ability of human resources, (c) the financial capability; (d)
community involvement. The constraints in the implementation of programs such
as: (a) do not understand the functions and duties (b) distrust"
2013
T38904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Wijaya
"Ekosistem mangrove memiliki fungst ekologis dan ekonomis. Namun, mangrove di Indonesia mengalami pengurangan luas yang Jebih cepat dibanding laju rehabilitasinya, seperti yang tetjadi di Pantai Utara Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Hampir l 00% hutan mangrovenya hancur akibat tsunami dun ekstensifikasi tambak Penelitian dilakukan di Desa Tibang dan Kajhu, dengan pendekatan kuantitatif dan teknik sampling purposive. Koodisi a1am, dan ekonomi dikedua lokl!Si relatif sama. Sebagian besar tipologi lahannya adalah tambak dan vegetasi yang dominan yaitu kelapa dan cemara. Jenis fauna yang banyak ditemukan yaitu burung. Umumnya masyarakat dikedua Jokasi beketja sebagai nelayan dan petambak. Narnun kondisi sosial dikedua lokasi agak berbeda, masyarakat di Tibang mono etnis sedangkan di Kajhu multi etnis. Pelaksanaan rehabilitasi mangrove yang tidak tepat dan kurangnya partisipasi serta pcmberdayaan ekonomi masyarakat adalah hasil rehabi!itasi mangrove di Tibang. Di Kajhu. pelaksanaan rehabHitasi mangrove dilakukan dengan tepat. partisipasi masya.rakatnya tinggi, dan pemberdayaan ekonorni dilakukan secara terpadu. Berdasarkan uji chi square dengan tingkat signifikasi lima persen, partlsipasi masyarakat dari variabel sikap, pekeljaar, dan respon, berhubungan dengan tingkat berhasilnya rehabilitasi mangrove.sedangkan variabel pengetahuanumur, dan pendidikan, tidak berhubungan signifikan. Pemberdayaan ekonomi masyarakat juga berhubungan signifikan dengan tingkat berhasllnya rehabilitasi mangrove.

Mangrove forest ecosystem has ecological and economical function. However, widespread deforestation of Indonesian mangrove is much faster than the rehabilitation activity; as it experienced at the North Coast of Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Almost 100"/o of the mangroves were destroyed by tsunami and land conversion activities into ponds. Research are done in two adjacent locations in the North Coast NAD, which are at Kajhu and Tibang Village, with using quantitative method and purposive sampling technique. The natura! condition yet the economic level of both locations are re]atively similar. Most of its land typology is shrimp ponds. Vlith dominant vegetation of coconut and pine trees. Types of fauna that usually found are birds. Most of !he locals in both locations have the profession as a fisherman. However. the social conditions in these two areas are slightly different. People of Tibang still conduct the Aceh culture and rituals since most of the people are originally the Acehnese, while Kajhu is more modem as it is occupied by multi-ethnics people. Improper of mangrove planting techniques, lack of community participation as well as locals' economic empowerment, is a result of mangrove rehabilitation in Tibang V1Hage. While in Kajhu, mangrove planting is done with high public participation, integrated and controlable economic empowerment. Based on chi square test with level of significance five percent, community participation from the variable of attitude, work, and respond has the consequence the success of mangrove rehabilitation both at research locations, while from the variable of knowledge age and education background gave no significant effect Loca1seconomic empowerment also influences the success of rehabilitation."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2010
T33542
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Diah Kusumawardhani
"Keberlanjutan ekosistem pesisir rentan terhadap bebagai aktivitas manusia, dan bencana alam salah satunya tsunami. Pada Desember 2018, tsunami akibat dari longsoran dinding Anak Krakatau, mengakibatkan 207 orang meninggal dunia dan 11.453 orang mengungsi di Kabupaten Pandeglang. Masalah pada penelitian ini adalah tsunami berdampak pada menurunnya kemampuan ekosistem menghasilkan jasa sehingga diperlukan perencanaan spasial yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah membangun skenario model perencanaan spasial untuk pengurangan risiko bencana tsunami. Metode yang digunakan adalah analisis spasial, valuasi ekonomi jasa ekosistem, analisis statistik bivariat, dan permodelan system dynamics untuk menyusun skenario model perencanaan spasial. Hasil penelitian menunjukan 16 kelas jasa ekosistem yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir Pandeglang. Tsunami Anak Krakatau 2018 menggenangi 5.793 hektar daerah pesisir, dengan nilai kerugian sebesar 133.204.353.760 Rupiah. Sebanyak 47% masyarakat memiliki tingkat pengetahuan jasa ekosistem menengah, sementara 45% masyarakat memiliki tingkat pengetahuan bencana tsunami yang rendah. Kesimpulan penelitian ini adalah sekenario intervensi peningkatan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan ekosistem mangrove dengan memanfaatkan produk olahan mangrove, serta pengurangan konversi mangrove menjadi tambak dapat menaikan luas area mangrove, dan luas pesisir terlindung.

Sustainability of coastal ecosystems is threatened by various human activities, and natural disasters, such as tsunami. In December 2018, tsunami resulted from Anak Krakatau flank collapsed caused in 207 casualties and 11,453 people being displaced in Pandeglang Regency. Research problem is that the tsunami reducing the ecosystem's ability to produce services, therefore, appropriate spatial planning is needed. This research aims to build a spatial planning model scenario for tsunami disasters risk reduction. Methods used in this research are spatial analysis, economic valuation of ecosystem services, bivariate analysis to assess relationships between variables, and system dynamics modeling to develop spatial planning model scenarios. This research shows 16 classes of ecosystem services have been utilized by Pandeglang coastal community. The 2018 Anak Krakatau tsunami inundated 5,793 hectares of coastal areas, and caused economic loss 133,204,353,760 Rupiah. 47% of coastal community have a medium knowledge of ecosystem services level, while 45% of people have a low tsunami disaster level knowledge. In conclusion, scenario of increasing community participation in mangrove ecosystem management by cultivating mangrove products, as well as reducing the conversion of mangroves able to increase mangroves area, and coastlines protection."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assyifa Utami Septiani
"Bencana tsunami yang menerjang Kabupaten Pandeglang tahun 2018 menyebabkan adanya kerusakan pada permukiman penduduk di sekitar pesisir pantai Pandeglang. Hal itu membuat perlunya ketersediaan pemukiman kembali (resettlement) untuk proses rehabilitasi dan rekonstruksi sosial pada penduduk yang menjadi korban tsunami. Dalam menentukan lokasi pemukiman kembali (resettlement) dipilih berdasarkan kebutuhan yang dapat menunjang kegiatan sosial ekonomi penghuni. Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik lokasi untuk pemukiman kembali (resettlement) ditinjau berdasarkan kondisi site dan situation serta hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi berdasarkan pekerjaan, pendapatan, dan interaksi sosial Penghuni. Metode yang digunakan adalah analisis komparasi keruangan serta menggunakan analisis deskriptif untuk melihat hubungan antar variabel yang terdiri dari, karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi. Hasil penelitian ini yaitu karakteristik lokasi pemukiman kembali (resettlement) Kabupaten Pandeglang didominasi dengan tipe memadai dan cukup strategis. Lingkungan pemukiman kembali (resettlement) memiliki tipe site yang memadai, untuk memenuhi kebutuhan penghuni, dan lokasi pemukiman kembali (resettlement) dengan tipe situation cukup strategis yang ditinjau berdasarkan kemudahan aksesibilitas. Terdapat hubungan antara karakteristik pemukiman kembali (resettlement) dengan penurunan pendapatan penghuni, serta terganggunya interaksi sosial yang terjalin antar penghuni. Dan tidak terdapat hubungan antara karakteristik lokasi dengan pekerjaan penghuni.

The tsunami that hit Pandeglang Regency in 2018 caused damage to residential areas around the coast of Pandeglang. It makes the need for the availability of resettlement for the rehabilitation and social reconstruction in the tsunami-affected population. In determining the location of resettlement, it is chosen based on the needs that can support the socio-economic activities of the population. This research aims to analyze the characteristics of the location for resettlement in terms of site and situation conditions and their relationship to the socio-economic conditions based on occupation, income, and social interaction of the population. The method used is spatial comparison analysis and uses descriptive analysis to see the relationship between variables, which consists of location characteristics and socio-economic conditions. The results of this study are characteristics of the resettlement site Pandeglang dominated with adequate types and quite a strategy. The resettlement environment has a site type that is adequate to meet the needs of the residents, and a resettlement location with a quite strategic type of situation which is reviewed based on the ease of accessibility. There is a relationship between the characteristics of resettlement with a decrease in the income of residents and the disruption of social interactions residents. And there is no relationship between the location characteristics with the occupation of the residents.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atur Nagari
"Kota Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang wilayahnya dilewati oleh dua segmen patahan dari Sesar Kendeng, yaitu Patahan Waru dan Patahan Surabaya. Keduanya memiliki laju pergerakan sebesar 0,05 mm/tahun dan berpotensi terjadi gempabumi berkekuatan besar di masa mendatang. Selain itu, Wilayah Surabaya berdekatan dengan Megathrust East Java di Selatan Pulau Jawa. Berdasarkan riwayat kegempaan, Wilayah Surabaya belum pernah menjadi titik episenter gempabumi dan hanya ikut terguncang akibat gempabumi yang terjadi disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memetakan besaran percepatan tanah di Surabaya akibat gempabumi. Metode penelitian yang digunakan ialah metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) dengan bantuan perangkat lunak R-CRISIS. Sumber gempabumi yang diolah berada pada radius 500 Km dari Surabaya dengan kedalaman <300 Km dan dikumpulkan dari berbagai katalog seperti katalog BMKG, katalog PuSGeN, katalog USGS, dan katalog ISC dari tahun 1900-Januari 2023. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa nilai percepatan tanah yang diperoleh pada PoE 2% dalam 50 tahun (periode ulang 2.475 tahun) saat T=0s sebesar 0,314-0,538 g, T=0,2s sebesar 0,759-1,308 g, dan T=1s sebesar 0,192 – 0,321 g. Berikutnya, nilai percepatan tanah pada PoE 5% dalam 50 tahun (periode ulang 975 tahun) saat T=0s sebesar 0,236-0,391 g, T=0,2s sebesar 0,562 – 0,903 g, dan T=1s sebesar 0,134-0,211 g. Selanjutnya, nilai percepatan tanah pada PoE 10% dalam 50 tahun (periode ulang 475 tahun) saat T=0s sebesar 0,180-0,289 g, T=0,2s sebesar 0,417-0,678 g, dan T=1s sebesar 0,101-0,147 g. Berdasarkan hasil analisis, Wilayah Surabaya Barat mengalami respon percepatan tanah paling tinggi. Hal ini bersesuaian dengan tektonik Surabaya Barat yang dilewati oleh Patahan Surabaya dan Patahan Waru, sehingga nilai percepatan tanah yang tinggi diakibatkan oleh sumber gempabumi fault (patahan). Setelah dikonversi menjadi gal, potensi kerusakan yang ditimbulkan berdasarkan nilai percepatan tanah yang diperoleh sebesar VI-XII MMI (99,05-1.282,71 gal).

Surabaya City is one of the major cities in Indonesia that is passed by two fault segments of the Kendeng Fault, namely the Waru Fault and the Surabaya Fault. Both have a movement rate of 0,05 mm/year and potentially have a large-power earthquake in the future. In addition, the Surabaya Region is adjacent to the East Java Megathrust in the South of Java Island. Based on the history of seismicity, the Surabaya Region has never been the epicenter of an earthquake and has only been shaken by earthquakes that occurred around it. This study aims to analyzing and mapping the amount of ground acceleration in Surabaya due to earthquakes. The research method used is the Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) method using R-CRISIS software. The processed earthquake source is within 500 Km from Surabaya with a depth of <300 Km and is collected from various catalogs such as the BMKG catalog, the PuSGeN catalog, the USGS catalog, and the ISC catalog from 1900 to January 2023. The results of processing show that the ground acceleration values obtained at PoE 2% in 50 years (return period of 2.475 years) when T=0s is 0,314 – 0,538 g, T=0,2s is 0,759-1,308 g, and T=1s is 0,192-0,321 g. Subsequently, the ground acceleration values at PoE 5% in 50 years (return period of 975 years) when T=0s is 0,236-0,391 g, T=0,2s is 0,562-0,903 g, and T=1s is 0,134-0,211 g. Furthermore, the ground acceleration values at PoE were 10% in 50 years (return period of 475 years) when T=0s is 0,180-0,289 g, T=0,2s is 0,417-0,678 g, and T=1s is 0,101-0,147 g. Based on the results of the analysis, the West Surabaya Region experienced the highest ground acceleration response. This corresponds to the tectonics of West Surabaya which is passed by the Surabaya Fault and the Waru Fault, so that the high value of ground acceleration is due to the fault earthquake source. After being converted into gal, the potential damage caused based on the ground acceleration value obtained is VI-XII MMI (99,05 – 1.282,71 gal)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>