Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166564 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afini Wirasenjaya
"Nyeri kronis pada populasi dewasa muda dapat mengganggu aktivitas dan keberfungsian sehari-hari. Penderita nyeri bahkan terancam mengalami kehilangan fungsi tubuh tertentu apabila terlibat dalam pain catastrophizing. Berdasarkan fear-avoidance model, sifat cemas dapat mempengaruhi penderita nyeri untuk melakukan pain catastrophizing yang kemudian mengarah pada pemulihan yang tertunda. Peneliti lain mencoba mengembangkan model yang hanya fokus pada faktor negatif ini, dengan memasukkan faktor positif yang dapat membantu pemulihan nyeri individu, yaitu resiliensi. Stres yang dialami penderita nyeri kronis juga perlu diatasi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan positive religious coping. Pada studi ini, penulis ingin melihat peran resiliensi dan positive religious coping sebagai moderator di antara interaksi sifat cemas dan pain catastrophizing, sedangkan negative religious coping dianalisis sebagai kovariat. Penelitian dilakukan terhadap 275 penderita nyeri di Indonesia berusia 18-35 tahun. Partisipan memberi persetujuan untuk mengikuti penelitian ini dan mengisi kuesioner yang menggambarkan pengalaman nyeri mereka. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa positive religious coping berperan sebagai moderator dalam interaksi sifat cemas dan pain catastrophizing, namun resiliensi tidak. Memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, sesama, dan diri sendiri dapat membantu penderita nyeri kronis dalam menghadapi nyerinya. Melihat hasil studi ini, profesional dapat mempertimbangkan positive religious coping sebagai salah satu sasaran intervensi saat menangani pasien nyeri kronis.

Chronic pain in young adults can interfere with daily activity and functioning. Pain patients are threatened with dysfunction when they are engaged in pain catastrophizing. According to the fear-avoidance model, trait anxiety affects one’s involvement in pain catastrophizing, leading to delayed recovery. Other researchers tried to expand the model, which focuses only on the negative factors, by incorporating the positive factors, i.e., resilience, that can promote positive adaptation to chronic pain. The stress that chronic pain patients face also needs to be overcome. One of the strategies is using positive religious coping. In this study, the author examined the role of resilience and positive religious coping as moderators in the interaction of trait anxiety and pain catastrophizing, while negative religious coping is analyzed as a covariate. A total of 275 individuals with chronic pain aged 18-35 participated in this study. Participants informed their consent and filled out a set of questionnaires that described their pain experiences. The regression analysis results show that positive religious coping moderates the interaction between trait anxiety and pain catastrophizing, and resilience does not. Having a good connection with God or a higher being, as well as others and oneself, can help chronic pain patients deal with their pain. From this finding, professionals can consider positive religious coping an intervention target when helping chronic pain patients."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthmainah Mufidah
"Nyeri kronis merupakan masalah kesehatan yang penting di banyak negara termasuk di Indonesia, dengan prevalensi yang tinggi dan kemungkinan akan meningkat di masa mendatang. Individu dengan nyeri kronis dapat memunculkan respon pemikiran negatif, terutama pain catastrophizing yang mana dapat meningkatkan pain interference. Kemampuan coping yang efektif dapat mengurangi dampak pain catastrophizing terhadap pain interference. Penelitian budaya barat umumnya berfokus pada penggunaan emotion-focused coping dan problem-focused coping dalam menangani masalah nyeri kronis. Namun, Indonesia sebagai negara yang dekat dengan nilai-nilai dan praktik keagamaan, mendorong adanya eksplorasi positive religious coping. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran moderasi dari tiga jenis coping pada pengaruh pain catastrophizing terhadap pain interference. 368 orang yang telah memenuhi kriteria, berpartisipasi dan mengisi secara online dan offline kuesioner Pain Catastrophizing Scale, Pain Interference Short Form 6a, The Brief COPE, dan The Brief RCOPE yang telah diadaptasi. Hasil penelitian menunjukkan problem-focused coping dan positive religious coping memoderasi pengaruh pain catastrophizing terhadap pain interference. Mencari bantuan Tuhan dan secara aktif mencari solusi masalah nyeri membantu individu menghadapi keterbatasan akibat nyeri kronis. Penggunaan dua jenis coping ini pada populasi Indonesia dapat bermanfaat dalam praktik psikologis menangani individu dengan nyeri kronis.

Chronic pain is a significant health problem in many countries including Indonesia, with high prevalence and the possibility to increase in the future. Individuals experiencing chronic pain elicit cognitive and behavioral responses, including pain catastrophizing which can cause high pain interference. Effective coping ability can help reduce the impact of pain catastrophizing on pain interference. Previous research focused on emotion-focused and problem-focused coping in dealing with chronic pain. However, Indonesia as a country with a strong influence from religious values and practices encourages the exploration of positive religious coping. This study aimed to examine the moderating role of three coping styles on pain catastrophizing and pain interference associations. 368 individuals who have met the criteria, participated and completed the adapted Pain Catastrophizing Scale, Pain Interference Short Form 6a, The Brief COPE, and The Brief RCOPE online or offline questionnaires. The result showed that problem-focused coping and positive religious coping moderate the effect of pain catastrophizing on pain interference. Seeking help from God helped individuals deal with chronic pain problems, as well as actively resolving difficulties. The use of these two coping styles in Indonesian population can be useful for psychological practice managing chronic pain"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Mudloyati Choiriyah
"ABSTRAK
Stress memiliki prevalensi yang tinggi di masyarakat. Pada usia remaja, potensi munculnya stress akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keberfungsian keluarga dan stress dengan moderator positive religious coping pada remaja akhir. Pengukuran variabel keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur Family Assessment Device FAD skala general fuctioning untuk mengukur keberfungsian keluarga secara umum. Pengukuran stress menggunakan alat ukur Perceived Stress Scale PSS . Pengukuran positive religious coping menggunakan alat ukur The Brief RCOPE. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 426 94 laki-laki dan 332 perempuan dengan rentang usia 18-21 tahun. Pengujian hipotesis menggunakan teknik multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga berhubungan dengan stress secara signifikan. Namun, positive religious coping tidak memberikan pengaruh secara signifikan R=0,429, p>.05 dalam hubungan antara keberfungsian keluarga dan stress. Hubungan moderasi yang tidak signifikan tersebut diasumsikan karena 1 hubungan keberfungsian keluarga dan stress sudah terlalu kuat, 2 adanya hubungan signifikan antara keberfungsian keluarga dan positive religious coping, dan 3 positive religious coping tidak efektif sebagai strategi coping pada usia remaja akhir.

ABSTRAK
Stress has a high prevalence in society. In adolescence, the potential for stress will increase. This research was conducted to see the relationship between family functioning and stress with religious coping as a moderator among the late adolescents. The measurement of family functioning variable was using the instrument of Family Assessment Device FAD general functioning scale to measure family functioning in general. The measurement of stress variable was using the Perceived Stress Scale PSS . The measurement of positive religious coping variable was using the Brief RCOPE. The participants in this study were 426 subjects 94 men and 332 women with the range of age between 18 21 years old. Hypothesis testing used the multiple regression technique. The result of this study showed that family functioning significantly correlated with stress. However, positive religious coping could not significantly moderate R 0,429, p .05 the relationship of family functioning and stress. This insignificant moderation relationship was assumed to be due 1 the relationship of family functioning and stress was too strong, 2 there was a significant relationship between family functioning and positive religious coping, and 3 positive religious coping was not effective as coping strategy in late adolescence."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Hartono
"Latar Belakang. Douleur Neuropathique 4 (DN4) merupakan kuesioner penilaian nyeri neuropatik dengan sensitivitas dan spesifisitas yang baik dalam berbagai bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji validitas, reliabilitas, dan akurasi DN4 ke dalam Bahasa Indonesia
Metode. Dilakukan translasi dan adaptasi lintas budaya sesuai kaidah WHO, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas pengukuran sensitivitas dan spesifisitas skor DN4-Ina. Studi potong lintang dilakukan pada populasi pasien dengan nyeri kronik di poli saraf RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo mulai Juli-Desember 2023. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode konsekutif sampling dan total 201 pasien memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data karakteristik demografi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis sensitivitas dan spesifisitas menggunakan tabel silang 2x2, dan kurva ROC. Sebanyak 79 pasien memiliki hasil pemeriksaan elektrofisiologi dan dibandingkan masing-masing dengan DN4 dan painDETECT. Semua analisis data menggunakan SPSS versi 25.0
Hasil. Mayoritas subjek adalah perempuan (68,15%), dengan rerata usia 52,49+12,83 tahun, intensitas nyeri sedang (rerata NRS 4,67+1,93), dan durasi nyeri 13,23+4,17 bulan. Diagnosis terbanyak adalah radikulopati lumbal (35,32%), diikuti dengan polineuropati DM (15,42%), radikulopati servikal (10,94%), dan sindroma terowongan karpal (9,45%). Pada uji validitas DN4- Ina semua pertanyaan memiliki r-hitung lebih besar dibandingkan r-tabel (0,312). Hasil uji reliabilitas antar pemeriksa menggunakan intraclass correlation coefficient sebesar 0,99 dan Cronbach’s Alpha sebesar 0,746. Hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 83,17%. Saat DN4 dan painDETECT dibandingkan terhadap hasil elektrofisiologi, keduanya memiliki spesifisitas 100%, tetapi sensitivitas DN4 lebih unggul dibandingkan dengan painDETECT (90,32% vs 75,80%)
Kesimpulan. Skor DN4-Ina valid, reliabel, dan memiliki akurasi baik untuk menilai nyeri neuropatik.

Background. Douleur Neuropathique 4 (DN4) is a neuropathic pain assessment questionnaire with good sensitivity and specificity in various languages. This study aims to test the validity, reliability and accuracy of DN4 into Indonesian Language.
Methods. Translation and cross-cultural adaptation were carried out according to WHO rules, then validity and reliability tests were carried out to measure the sensitivity and specificity of the scores DN4-Ina. A cross-sectional study was conducted on a population of patients with chronic pain at the Neurology Clinic of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo starting July-December 2023. Sample collection was carried out using the consecutive sampling method and a total of 201 patients met the inclusion and exclusion criteria. Demographic characteristic data is presented in the form of a frequency distribution table. Sensitivity and specificity analysis using a 2x2 cross table, and ROC curve. A total of 79 patients had electrophysiological examination results and were compared respectively with DN4 and painDETECT. All data analysis used SPSS version 25.0.
Results. The majority of subjects were female (68.15%), with a mean age of 52.49+12.83 years, moderate pain intensity (average NRS 4.67+1.93), and pain duration 13.23+4.17 months. The most common diagnosis was lumbar radiculopathy (35.32%), followed by DM polyneuropathy (15.42%), cervical radiculopathy (10.94%), and carpal tunnel syndrome (9.45%). In the DN4-Ina validity test, all questions had an r-count greater than the r-table (0.312). The results of the inter- examiner reliability test used an intraclass correlation coefficient of 0.99 and Cronbach's Alpha of 0.746. The sensitivity results were 100% and specificity 83.17%. When DN4 and painDETECT were compared to electrophysiological results, both had 100% specificity, but the sensitivity of DN4 was superior to painDETECT (90.32% vs 75.80%).
Conclusion. The DN4-Ina score is valid, reliable and has good accuracy for assessing neuropathic pain
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Kezia Arihta
"Ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan ujian yang dapat menyebabkan kecemasan bagi mahasiswa kesehatan. Individu berupaya dalam menangani stressor dan salah satu bentuk maladaptifnya adalah perilaku self-harm yang merupakan upaya menyakiti diri sendiri. Penanganan stressor dapat adaptif bila menggunakan mekanisme koping yang cocok dengan individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan, perilaku self-harm, dan mekanisme koping mahasiswa yang menjalani OSCE. Desain penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian 107 responden (52 responden angkatan 2019 dan 55 responden angkatan 2020), dengan teknik proportional sampling. Instrumen yang digunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A/HARS), Self-Harm Inventory (SHI), dan Brief COPE Scale. Analisis univariat dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ringan (51%), perilaku self-harm rendah (79%) dengan memukul diri sendiri (38,31%), dan mekanisme koping sedang dengan jenis problem-focused paling banyak digunakan (72%). Saran dari penelitian ini adalah promosi kesehatan mengenai tingkat kecemasan, perilaku self-harm, dan mekanisme koping serta bagaimana solusinya.

The Objective Structured Clinical Examination (OSCE) is an exam which can cause anxiety for health students. Students are trying to deal with stressors and self-harm behavior is one of the maladaptive forms, which is defined as an attempt to hurt themselves. The coping mechanism students using to handle stressor can adaptive if it matches for each individual. This study aims to see the characteristics of respondents and the overview of the level of anxiety, self-harm behavior, and student coping mechanisms during OSCE. This research is quantitative descriptive. The research sample consisted of 107 FIK UI students consisting of 52 respondents from class of 2019 and 55 respondents from class of 2020 with a proportional sampling technique. The instruments used are the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A/HARS), the Self-Harm Inventory (SHI), and the Brief COPE Scale. This study uses univariate analysis with the results showed that students experienced mild levels of anxiety (51%), low self-harm behavior (79%), and moderate use of problem-focused coping mechanisms (72%). The main suggestion of this research is health promotion regarding anxiety levels, self-harm behavior, and coping mechanisms and how to solve them."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi
"ABSTRAK
Pola asuh orang tua yang kurang baik dan penggunaan mekanisme koping yang salah dapat membuat mahasiswa tingkat akhir mengalami ansietas dalam proses pembuatan skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dan mekanisme koping dengan ansietas pada mahasiswa tingkat akhir dalam proses pembuatan skripsi di pendidikan sarjana. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 68 mahasiswa tingkat akhir yang dipilih dengan teknik proportional stratified random sampling. Mahasiswa skripsi sebagian besar memiliki orang tua dengan pola asuh authoritative. Mekanisme koping yang digunakan mahasiswa sebagian besar adalah problem focused coping. Mahasiswa skripsi sebagian besar mengalami ansietas ringan. Pola asuh orang tua dan problem focused coping memiliki hubungan yang bermakna dengan ansietas. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam meningkatkan konsultasi pendidikan bagi mahasiswa skripsi dan orang tua.

ABSTRACT
Inadequately parenting parent and the used of coping mechanism can make last year college student anxiety under the processing of research in undergraduate program. This study aimed to explore the relationship of coping mechanism with anxiety and perception of student toward parenting in last year college student under the processing of research in undergraduate program. Method design of this study used correlational descriptive with crossectional approach, which involved 68 last year students with proportional stratified random sampling. Majority students had parent with authoritative parenting parent. Majority coping mechanism which was used by student was problem focused coping. Majority student had mild anxiety. Parenting parent and problem focused coping had significant relationship with anxiety. This study may can be used as primary source to increase consultation of education for research student and parent"
2017
S70030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Chayadi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Nyeri panggul kronik merupakan suatu gejala yang dialami oleh perempuan terutama di usia reproduksi. Kondisi ini menggangu aktivitas harian dan menurunkan kualitas hidup hingga membuat penderita mengalami depresi. Prevalensi nyeri panggul kronis pada perempuan berkisar 3,8 ndash; 40 di seluruh dunia. Kondisi ini merupakan suatu entitas yang masih belum dipelajari dengan baik dan dapat menyebabkan morbiditas yang serius. Proses inflamasi juga berperan dalam mencipatakan rasa nyeri. Hs ndash; CRP merupakan sebuah penanda inflamasi yang nilainya meningkat pada saat terjadi reaksi tersebut.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan berbagai aspek yang berhubungan dengan nyeri panggul kronik pada perempuan di RSUP Cipto Mangunkusumo.Metode: Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang di poliklinik rawat jalan ginekologi dan laboratorium di RSCM selama Januari ndash; Maret 2016. Pasien yang mengeluh nyeri panggul lebih dari 6 bulan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan hs ndash; CRP serum. Dilakukan penghitungan prevalensi dan deskripsi karakteristik klinis dan diagnosis pasien. Kualitas hidup dan kadar hs ndash; CRP dibandingkan antara kelompok derajat nyeri ringan dan berat.Hasil: Didapatkan prevalensi sebesar 9,78 dari total pasien di poliklinik ginekologi RSCM. Ditemukan 96,9 kelainan ginekologi, 1 kelainan urologi, dan 2,1 kelainan muskulo-skeletal. Diagnosis tersering adalah endometriosis. Karakteristik klinis pasien yang ditemukan adalah 62,9 menderita lama nyeri selama 6 bulan ndash; 1 tahun dengan intensitas nyeri VAS 7 ndash; 10 sebanyak 51,5 . Kadar hs ndash; CRP serum sebesar 1,99 0,00 ndash; 404, 53 . Terjadi penurunan kualitas hidup dari domain fisik 56 38 - 81 ; domain psikologi 56 31 - 100 ; domain hubungan sosial 25 - 75 ; domain lingkungan 56 31 - 94 .Kesimpulan: Nyeri panggul kronik pada perempuan dijumpai pada usia reproduksi dengan penyebab tersering endometriosis. Nyeri tersebut menyebabkan penurunan kualitas hidup.

ABSTRACT
Background Chronic pelvic pain is a symptom which experienced by women, especially in the reproductive age. These condition interferes with daily activities and decreses quality of life from the patient who suffers it. The prevalences of chronic pelvic pain in women range from 3.8 to 40 worldwide. This condition is an entity that has not been studied well and can cause serious morbidity. Inflammatory process also plays a role in the creation of pain. Hs CRP is a marker of inflammation that increases in value in the event of such reactions.Purpose This study aimed to determine the prevalence and various aspects that associated with female chronic pelvic pain at Cipto Mangunkusumo hospital. Methods The study was conducted with a cross sectional design in gynecology outpatient polyclinic and laboratory at RSCM during January to March 2016. Patients who complain pelvic pain for more than 6 months. We take the history and was performed physical examination and investigations including hs CRP serum examination. We calculate the prevalence and describe the clinical characteristics and diagnosis of the patient. Quality of life and levels of hs CRP were compared between the group of mild and severe pain. Results The prevalence was 9.78 from the total patients in the RSCM gynecology outpatient clinic. We found 96.9 of gynecological disorders, 1 of urological disorders, and 2.1 of musculo skeletal disorders. The most common diagnosis is endometriosis. The Clinical characteristics of patients were found 62.9 suffer for 6 months 1 year with the intensity of pain VAS 7 10 as much as 51.5 . Levels of hs CRP serum was around 1.99 0.00 404, 53 . We found a decreased in the quality of life of the patient. The physical domain score was 56 38 81 the psychology domain score was 56 31 100 the domain of social relationships was 59 25 75 and the environmental domain score was 56 31 94 . Conclusion Endometriosis is the most common diagnosis in female chronic pelvic pain of reproductive age. The Pain causes a decreased in quality of life who suffer from it. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifah Hanum
"Latar belakang: Nyeri kronis dapat mempengaruhi berbagai aspek di dalam kehidupan penderitanya. Tingginya penerimaan terhadap nyeri kronis dapat membantu penderita untuk menghadapi nyeri kronisnya dengan baik.
Tujuan: Untuk melihat efektivitas pemberian manajemen nyeri dengan intervensi multi-komponen kelompok cognitive behavioral therapy (CBT) dalam meningkatkan penerimaan lansia Depok terhadap nyeri kronis yang dideritanya.
Metode: Enam orang lansia yang menderita nyeri kronis diberikan intervensi multi-komponen kelompok cognitive behavioral therapy (CBT) sebanyak delapan kali pertemuan. Intervensi ini terdiri dari sharing, latihan relaksasi, psikoedukasi, self-monitoring, activity scheduling, restrukturisasi pikiran negatif, dan teknik pemecahan masalah. Pengukuran efektivitas dilakukan dengan metode pretest-posttest menggunakan Chronic Pain Acceptance Questionnaire (CPAQ).
Hasil: Seluruh partisipan mengalami peningkatan penerimaan nyeri kronis setelah mengikuti manajemen nyeri dengan intervensi multi-komponen kelompok cognitive behavioral therapy (CBT) ini. Meskipun demikian, tidak seluruh partisipan mengalami peningkatan dalam masing-masing komponen penerimaan nyeri kronis, yaitu pain willingness dan activity engagement. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa para partispan dapat beradaptasi dengan nyeri kronis yang dideritanya dengan cara yang lebih baik. Di samping itu, latihan relaksasi nampak bermanfaat untuk menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan partisipan.
Kesimpulan: Intervensi multi-komponen kelompok cognitive behavioral therapy (CBT) efektif dalam meningkatkan penerimaan lansia Depok terhadap nyeri kronis yang diderita.

Background: Chronic pain can affect many aspects of sufferers?s life. High level of acceptance towards chronic pain can helps sufferers to cope well with chronic pain.
Purpose: To see the effectiveness of the provision of pain management with multi-component group cognitive behavioral therapy (CBT) intervention in improving acceptance of chronic pain of elderly in Depok.
Methods: Six elderly people who have chronic pain are given multi-component group cognitive behavioral therapy (CBT) intervention as much as eight times. This intervention consist of sharing, relaxation training, psychoeducation, self-monitoring, activity scheduling, negative thought restructuring, and problem solving techniques. Measurement of effectiveness was assessed with pretest-posttest method using the Chronic Pain Acceptance Questionnaire (CPAQ).
Results: All participants have improvement in acceptance of chronic pain after participating in this pain management. However, not all participants experienced improvement in component of acceptance toward chronic pain, the pain willingness and activity engagement. The result also indicate that the participant can adapt to chronic pain in a better way. In addition, relaxation training seems beneficial to reduce the intensity of pain felt by the participants.
Conclusion: The multi-component group cognitive-behavioral therapy (CBT) intervention is effective to improve acceptance of chronic pain of elderly in Depok.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30330
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edbert Sugiharto Wreksoatmodjo
"Myofascial Pain Syndrome (MPS) adalah salah satu keluhan muskuloskeletal terbanyak dalam pelayanan kesehatan. MPS diduga dapat menyebabkan gangguan pada koordinasi otot-otot skapula. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan terhadap kejadian MPS upper trapezius dengan ketidakseimbangan eksitasi otot upper trapezius, otot lower trapezius dan serratus anterior.
Penelitian ini adalah studi potong lintang observasional. Sebanyak 34 subjek penelitian yang terdiri dari 17 subjek dengan MPS kronis dan 17 subjek non-MPS berusia 18-59 tahun dikumpulkan. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat EMG permukaan Neurotrac MyoplusPro 4. Pengukuran eksitasi otot dilakukan pada otot upper trapezius, lower trapezius, dan serratus anterior. Pengukuran tersebut dilakukan pada saat bahu abduksi 0-180° tanpa beban, 25% beban maksimal, dan 50% beban maksimal. Pengukuran dilakukan tiga kali dan diambil reratanya. Rerata eksitasi diambil rasio perbandingan antara ketiga otot tersebut dan dibandingkan antara populasi MPS dengan populasi non-MPS. Uji statistik yang digunakan adalah uji T tidak berpasangan jika data pada sebaran normal. Jika sebaran tidak normal maka digunakan Mann-Whitney test. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan rasio eksitasi yang bermakna pada otot upper trapezius dengan lower trapezius pada penderita MPS kronis dibandingkan dengan non-MPS pada ketiga tingkatan beban yang dilakukan, ditemukan perbandingan antara kedua kelompok tersebut dengan rata-rata perbedaan 2:1. Sedangkan, tidak terdapat perbedaan bermakna dari rasio otot upper trapezius dengan serratus anterior, dan lower trapezius dengan serratus anterior antara kedua populasi tersebut.

Myofascial Pain Syndrome (MPS) is one of the most common musculoskeletal complaints in health services. MPS is suggested to cause a discoordination of the scapula muscles. This study aims to prove that there is a relationship between the incidence of upper trapezius MPS and the imbalance of excitation of the upper trapezius, lower trapezius and serratus anterior muscles.
This study was an observational cross-sectional study. A total of 34 study subjects consisting of 17 subjects with chronic MPS and 17 non-MPS subjects aged 18-59 years were collected. Data were collected using the Neurotrac MyoplusPro 4 surface EMG device. Muscle excitation was measured on the upper trapezius, lower trapezius, and serratus anterior muscles. These measurements were carried out when the shoulder was abducted 0-180° with no load, 25% of the maximum load, and 50% of the maximum load. Measurements were made three times and the average was taken. The average excitation ratio was taken between the three muscles and compared between the MPS population and the non-MPS population. The statistical test used was the unpaired T test if the data were in a normal distribution. If the distribution is not normal, then the Mann-Whitney test is used.
The results of this study found that there was a significant difference in the excitation ratio of the upper trapezius and lower trapezius muscles in patients with chronic MPS compared to non-MPS at the three levels of load carried out, a comparison between the two groups was found with an average ratio of 2:1. Meanwhile, there was no significant difference in the ratio of the upper trapezius muscle to the serratus anterior, and the lower trapezius to the serratus anterior between the two populations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Diandefi Augistya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan nyeri kronis dan perilaku sehat pada lansia yang tinggal bersama anak. Penelitian ini dilakukan pada 105 individu lansia, berusia 60 tahun ke atas yang tinggal bersama anak. Hubungan antara kedua variabel yang belum jelas, menjadi urgensi dari penelitian ini. Penerimaan nyeri diukur dengan Chronic Pain Acceptance Questionnaire CPAQ, sementara perilaku sehat diukur dengan instrumen perilaku sehat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penerimaan nyeri dan perilaku sehat r = 0,110, p = 0,237, L.o.S 0,05, two-tailed . Hasil analisis data demografis menunjukkan jenis kelamin memengaruhi perilaku sehat.

This research was aim at determining the relationship between chronic pain acceptance and health behavior of elders living with children. 105 elders, aged 60 and above, living with children were studied for this research. As the relationship between the two variables were unclear, this became the imperative for this research. Chronic pain acceptance was measured using Chronic Pain Acceptance Questionnaire CPAQ , while health behavior was measured using the health behavior instrument.
The result shows that there is no significant relationship between chronic pain acceptance and health behavior r 0,110, p 0,237, L.o.S 0,05, two tailed . The result of demographic data analysis demonstrates that gender affects health behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>