Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178840 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Hudaeva
"Infrastruktur teknologi digital mentransformasi modus produksi kapitalisme menciptakan kapitalisme yang mengikuti karakter masyarakat jejaring, yaitu memiliki fitur mengglobal dan menggunakan logika informasional. Penelitian ini hendak melakukan analisis konseptual tentang peralihan konsep kerja dalam modus produksi yang berkembang dalam masyarakat jejaring dengan dua fitur utama tersebut. Analisis konseptual ini dilakukan dengan menemukan distingsi informasi, ideologi, modus produksi, dan modus eksploitasi yang beroperasi sebelum dan susudah ada infrastruktur teknologi digital. Hasil dari analis itu memperlihatkan bahwa kerja dalam masyarakat jejaring adalah upaya melancarkan modus produksi post-Fordisme, baik dalam mengekspansi kapital pad alevel global atau pun memperkuat logika informasional. Kapital yang berekspansi secara global hanya menjadikan negara-negara miskin dan berkembang sebagai penyedia jasa manufaktur dengan tenaga kerja murah yang dapat diautomatisasi kapan saja. Bersamaan dengan praktik itu,  modus produksi post-Fordisme meningkatkan jumlah informasi yang memiliki muatan semantik melalui kerja konsumen yang mengumpulkan data. Data yang dihasilkan konsumen berguna untuk memprediksi kebutuhan konsumen, pasar di masa depan, inovasi komoditas, dan informasi yang harus didistribusikan. Terjadi asimetri karena konsumen tak dapat mengakses data yang dihasilkannya maupun algoritma yang menyaring dan mendistribusikan data itu. Kelas muncul dari asimetri akses antara konsumen dan penguasa data yang dkumpulkan konsumen. Asimetri akses terhadap data ini juga mempunyai konsekuensi epistemologis. Jika mengacu pada filsafat informasi semantik yang dicetuskan Luciano Floridi, bahwa informasi dapat menjadi sumber pengetahuan selama data yang menyusunnya mengandung muatan semantik (faktual, well-formed, dan bermakna), maka konsumen yang tak dapat mengakses data dan algoritma juga tak selalu mendapatkan informasi yang dapat dijadikan sumber pengetahuan. Data yang menyusun informasi yang diterima konsumen belum tentu memenuhi syarat untuk bermuatan semantik. Sementara pihak yang memiliki akses terhadap data dan algoritma menjadikan konsumen sebagai objek semantik yang terus menghasilkan data sebagai penyusun informasi yang dapat diandalkan untuk menjadi sumber pengetahuan dan basis pengambilan keputusan.

Digital technology infrastructure has transformed the mode of production of capitalism creates capitalism to be compatible with network society features, which always tends to globally expanded and follows informational logic. This research intends to do conceptual analysis of concept of work transition in the mode of production that develops in network society with these two main features. This conceptual analysis is carried out by discovering the differences in information, ideology, mode of production, and mode of exploitation that operate before and after the invention of digital technology infrastructure. The results of the analyst show that work in a network society strengthen post-Fordism mode of production, both to expand capital at global level or extensively applies informational logic. Globally-expanded capital only makes poor and developing countries as provider of cheap labor that can be automated at any time. Besides, the post-Fordism mode of production creates a new kind of labor, customers as the semantic data collectors. Data that generated by consumers is useful to predict consumer needs, future markets, commodity innovations, and information that must be distributed. Asymmetry arise ftom the limit of access to information and algorithm that filter it. Consumers cannot access both, meanwhile, capitalist has almost unlimited access. New theory of class emerges from that kind of asymmetry. This asymmetry of access to this data also has epistemological consequences. According to the semantic philosophy of information by Luciano Floridi, where information can be a source of knowledge as long as the data that compile the informatin contain semantic contents (factual, well-formed, and meaningful). Consumers, who collect data but cannot access data and algorithm, do not always get information that can be used as a source of knowledge. Consumers might not always receive information that meet semantic contents requirements. Meanwhile, those who have access to data and algorithms, capitalists mosly, treat consumers as semantic objects who produce data as the main components of information that can be relied upon to become sources of knowledge and a basis for decision making."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Kurniawan Sujono
"Globalisasi yang terbawa oleh kapitalisme yang direstrukturisasi, maupun massifnya penggunaan teknologi informasi membawa perubahan bagi masyarakat. Masyarakat bangkit dalam struktur berciri jejaring yang kemudian disebut sebagai network.society. Kebangkitan ini tak dapat dilepaskan dari restructured capitalism, yang dibenahi dengan memanfaatkan teknologi berparadigma informasi. Pilihan yang melahirkan informasionalisme. Teknologi informasi, tak hanya dimanfaatkan kapitalis, namun juga terjadi perembesan (pervasive) pada individu. Pemanfaatan oleh individu ini, mendorong terbentuknya jejaring teknologi informasi. Sebuah keadaan yang membawa pada perubahan multidimensi : bidang ekonomi, politik, sosial maupun budaya.
Pada network society yang berlaku adalah logika jejaring. Di dalamnya terjadi relasi komunikasi yang membentuk budaya baru. Suatu budaya yang tidak membedakan antara realitas dan representasi simbolik. Produksi representasi simbolik menjadi pengganti yang nyata, menembus keterbatasan ruang. Yang virtual bertransformasi menjadi yang real. Ini disebut budaya real virtuality, memaknai virtualitas sebagai yang nyata. Kapitalisme dengan memanfaatkan budaya real virtuality, mampu melebarkan pengaruhnya menembus batasan ruang. Proses berlangsung pada ruang aliran (space of flows), menggantikan ruang tempat (space of places). Ruang membentuk waktu dalam masyarakat, sedangkan aliran (flows) membentuk waktu yang nir-waktu (timeless time). Waktu terhapus dari sistem komunikasi baru : waktu lampau, sekarang dan masa datang, diprogram untuk berinteraksi, dalam pesan yang sama, di waktu yang sama.
Implikasi bangkitnya masyarakat jejaring : jaringan global secara selektif membangkitkan dan mematikan individualitas, perasaan berkelompok, kewilayahan, dan bahkan negara, dalam jejaring. Di dalam masyarakat selalu terdapat hubungan antara yang lokal dengan yang global. Di satu sisi manusia, harus memastikan terpenuhinya syarat tertentu agar tetap berada di dalam jejaring, namun di sisi lain ada kesadaran untuk menampilkan diri sebagai sebuah identitas. Sehingga selalu terdapat kontradiksi hakiki antara the self dengan the net. Network society layaknya putaran arus yang melarutkan setiap aspek kehidupan, meniadakan identitas. Sehingga siapakah subjek dalam masyarakat jejaring ? Dimanakah posisinya?
Dengan menginteraksikan pemikiran-pemikiran Manuel Castells maupun semua keterangan teoretis dan empiris, serta spekulasi filosofis, dapat disimpulkan bahwa subjek dalam masyarakat jejaring adalah project identities : subjek yang awalnya berasal dari resistensi komunal terhadap struktur. Subjek project identity ini memiliki peran yang sangat penting kunci dalam masyarakat jejaring, sebab subjek-lah yang akan menyatukan dan mengokohkan kembali sejarah dan kebebasan masyarakat yang telah digerogoti oleh struktur jejaring.

Globalization brought by restructured capitalism and the massive use of information technology brings society into a radical change. The new society aroused within network characteristics structure that is then referred to as network society. The emergence of society can not be separated from the restructured capitalism, which is addressed by utilizing technology in informational paradigm. Choices that lead into informationalism. Information technology (IT) is not only used by the capitalist, but also infiltrates pervasively in individuals / human. IT utilization by human encouraged the formation of IT network. This condition brings into multidimensional change : in economic, politics, social, and culture.
In network society, network logic takes place. Within networks logic there is new culture formed by communication relationships. A culture that does not distinguish between reality and symbolic representations. Production of symbolic representation becomes a substitute of the real, that could break through the restrictiveness of space. In real virtuality culture, the virtual transformed into the reality ones, in which virtuality has a real meaning. Capitalism by making use of real virtuality culture, enables to widen its influence breaking through the space restrictions. The process takes place in the space of flows, replace the space of places. Space formed time in society, whereas flows formed a non-time (timeless time). Time erased from the new communication systems : past, present and future are programmed to interact, in the same message, at the same time.
Implications of the rise of network society is global network selectively evokes and diminishes individuality, group bonding, regionality, and even state. In society there is always a relationship between local and global. On the human side, a man must ensure the fulfillment of certain requirements in order to remain in the network, but on the other hand there is awareness to present themselves as an identity. So that there is always a fundamental contradiction between the self with the net. Network society is dissolving every aspect of life, negating identity.
So who is the subject in the network society? Where is his position? Encountering and synthesizing Manuel Castells thoughts, related theoretical, empirical, and philosophical speculation, it can concluded that the subjects in the network society is project identity: subjects who originally came from communal resistance to the structure. The subject of project identity has a very important role in the network society, because the subject was the one who would unify and strengthen the history and civil liberties that have been eroded by the network structure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
D1401
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Mutiara
"Skripsi ini membahas mengenai kebutuhan informasi dan cara pemenuhan kebutuhan informasi siswa kelas XI di SMKN 57 Jakarta dalam rangka meningkatkan keterampilan hidup (life skills) untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi dan cara pemenuhan kebutuhan informasi dalam meningkatkan keterampilan hidup siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMKN 57 Jakarta memenuhi kebutuhan informasinya dengan menggunakan saluran informasi seperti guru, teman, dan para ahli dalam bidang kuliner. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mendapatkan informasi secara formal dari sekolah, namun siswa juga memerlukan informasi yang lebih luas secara informal dari luar lingkungan sekolah. Selain itu, siswa juga menggunakan sumber-sumber informasi seperti internet, media elektonik, dan media cetak.

This thesis discusses the information needs and how to meet the information needs of students of class XI in Jakarta 57 SMK in order to increase life skills to prepare to enter the workforce. This study used a qualitative approach to the case study method. This study aims to identify information needs and how to meet the needs of information in increase students' life skills.
The results showed that the students of class XI SMK 57 Jakarta to meet the needs of information using information channels such as teachers, friends, and experts in the culinary field. This suggests that the students already have a formal information from the school, but students also need more extensive information informally from outside the school environment. In addition, students also use other sources of information such as the Internet, electronic media, and print media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Lisa Firstia
"Library and Information Science dikenal sebagai Ilmu praktis yang lebih mengedepankan filsafat terapan, namun Luciano Floridi melihat kedekatan yang kuat antara Filsafat Informasi dan Library and information of science (LIS). Filsafat Informasi dilihat memiliki potensi menjadi fondasi teoritis dari Library and Information Science (LIS) sebab menyediakan pemahaman sistematis tentang konsep dasar yang berkaitan dengan Ilmu pengetahuan, Perpustakaan, dan Informasi melalui pemahaman terhadap sifat, nilai, dan tujuan dalam praktik kepustakawanan itu sendiri. Penulis menggunakan hermeneutic method sebagai pisau analisis untuk menjembatani pemikiran Luciano Floridi dengan relevansi kondisi LIS pada masa saat ini. Melalui sumber-sumber tulisan maupun interpretasi pihak ketiga atas perspektif Luciano Floridi terhadap hubungan LIS dan Filsafat Informasi sebagai data acuan, penulis mencoba mengambil simpul atas pergeseran yang terjadi tentang esensi kelimuan LIS dengan hadirnya potensi Filsafat Informasi.

Library and Information Science is known as a practical science that prioritizes applied philosophy, but Luciano Floridi sees a strong affinity between Information Philosophy and Library and information of science (LIS). Information philosophy is seen as having the potential to become the theoretical foundation of Library and Information Science (LIS) because it provides a systematic understanding of the basic concepts related to Science, Library and Information through an understanding of the nature, values and goals of librarianship practice itself. The author uses the hermeneutic method as an analytical tool to bridge Luciano Floridi's thoughts with the relevance of the current LIS condition. Through written sources and third party interpretations of Luciano Floridi's perspective on the relationship between LIS and Information Philosophy as reference data, the author tries to draw conclusions about the shifts that have occurred about the essence of LIS scholarship with the presence of the potential for Information Philosophy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risyad Adityatama
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kemampuan literasi informasi siswa kelas X SMA Negeri 6 Jakarta dalam mengerjakan tugas penyusunanmakalah dan menggambarkan peran guru dan perpustakaan sekolah dalam menunjang pemenuhan kebutuhan informasi untuk para siswa SMA Negeri 6Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode penelitian deskriptif dengan observasi dan wawancara. Wawancara dibuat dengan menggunakan indikator-indikator model literasi informasi The Big 6.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas X SMA Negeri 6 Jakarta telah memiliki kemampuan literasi informasi yang cukup baik untuk menunjang tugas penyusunan makalah. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa guru memiliki peran signifikan dalam menyediakan informasi penunjang tugas pembuatan makalah dan perpustakaan sekolah SMA Negeri 6 Jakarta juga telah menyediakan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan oleh siswa walaupun masih dirasakan perlunya upaya menambah koleksi perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi siswa dalam proses pemebelajaran mereka.

The purpose of this study is to describe the information literacy skills of class 10 students of SMA 6 Jakarta in preparing and writing the paper assignment, and to describe the role of the school library as well as the role of teachers in supporting the information needs of SMA 6 students. This is a qualitative research using a descriptive method with observations and interviews. The interviews are conducted based on the indicators of information literacy model, The Big 6.
The results of the study show that class X students of SMA Negeri 6 Jakarta have already had sufficient information literacy skills to support their essay assignments. The study also shows that the teachers have significant roles to provide supporting information for the essay writing assignments and the school library of SMA 6 Jakarta has also already provided information resources that are needed by the students, however, the library collection still needs to be added to fulfill the information needs of students in their learning process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kintan Achria Putri
"Penelitian ini membahas mengenai bagaimana peran program Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dalam membangun masyarakat informasi yang ditinjau melalui implementasi programnya di daerah rural maupun urban. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi program Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) di wilayah urban dan rural mulai dari proses pembentukan, aktivitas yang dimiliki, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengindentifikasi program-program KIM apakah sudah memiliki peran dalam membangun masyarakat informasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative method) dengan metode kajian literatur. Pengumpulan data dilakukan dengan pencarian dan analisis dokumen dari bulan Februari-Juni 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KIM di wilayah urban cenderung lebih mandiri, sedangkan program KIM di wilayah rural membutuhkan bimbingan dari otoritas. Namun, tidak menjamin bahwa KIM yang mandiri dapat mengimplementasikan program lebih baik jika dana dan fasilitas kurang. Tingkat pendidikan dan partisipasi masyarakat rural yang lebih rendah dan masyarakat urban yang lebih tinggi juga mempengaruhi keberhasilan program. Saran yang diajukan adalah pemerintah harus memberikan perhatian terhadap program KIM agar keberhasilannya merata dan dapat bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional dalam mengimplementasikannya

This study discusses how the role of the Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) program in building an information society as viewed through its program implementation in rural and urban areas. The purpose of this study is to identify Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) programs in urban and rural areas starting from the formation process, the activities they have, and the obstacles they face. In addition, this study also aims to identify whether KIM programs already have a role in building an information society. This study uses a qualitative approach (qualitative method) with a literature review method. The data was collected by searching and analyzing documents from February-June 2020. The results showed that KIM in urban areas tended to be more independent, while KIM programs in rural areas needed guidance from the authorities. However, it does not guarantee that an independent KIM can implement the program better if funds and facilities are lacking. The lower level of education and participation of rural communities and higher urban communities also affects the success of the program. The suggestion is that the government should pay attention to the KIM program so that its success is evenly distributed and can cooperate with the National Library in implementing it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kintan Achria Putri
"Penelitian ini membahas mengenai bagaimana peran program Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dalam membangun masyarakat informasi yang ditinjau melalui implementasi programnya di daerah rural maupun urban. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi program Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) di wilayah urban dan rural mulai dari proses pembentukan, aktivitas yang dimiliki, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengindentifikasi program-program KIM apakah sudah memiliki peran dalam membangun masyarakat informasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative method) dengan metode kajian literatur. Pengumpulan data dilakukan dengan pencarian dan analisis dokumen dari bulan Februari-Juni 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KIM di wilayah urban cenderung lebih mandiri, sedangkan program KIM di wilayah rural membutuhkan bimbingan dari otoritas. Namun, tidak menjamin bahwa KIM yang mandiri dapat mengimplementasikan program lebih baik jika dana dan fasilitas kurang. Tingkat pendidikan dan partisipasi masyarakat rural yang lebih rendah dan masyarakat urban yang lebih tinggi juga mempengaruhi keberhasilan program. Saran yang diajukan adalah pemerintah harus memberikan perhatian terhadap program KIM agar keberhasilannya merata dan dapat bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional dalam mengimplementasikannya.

This study discusses how the role of the Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) program in building an information society as viewed through its program implementation in rural and urban areas. The purpose of this study is to identify Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) programs in urban and rural areas starting from the formation process, the activities they have, and the obstacles they face. In addition, this study also aims to identify whether KIM programs already have a role in building an information society. This study uses a qualitative approach (qualitative method) with a literature review method. The data was collected by searching and analyzing documents from February-June 2020. The results showed that KIM in urban areas tended to be more independent, while KIM programs in rural areas needed guidance from the authorities. However, it does not guarantee that an independent KIM can implement the program better if funds and facilities are lacking. The lower level of education and participation of rural communities and higher urban communities also affects the success of the program. The suggestion is that the government should pay attention to the KIM program so that its success is evenly distributed and can cooperate with the National Library in implementing it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Orie Najla Claryssa
"Keterbukaan Informasi Publik sebagai tanggung jawab semua institusi publik dan hak warga Indonesia adalah dasar untuk mendorong bangsa menuju keadaan yang lebih independen dalam ekonomi sosial dan aspek politik melalui pembangunan berkelanjutan yang didukung oleh lembaga lembaga publik yang bersih dan transparan Namun fakta menunjukkan bahwa hukum Keterbukaan Informasi Publik UU KIP No 14 2008 dan prosedur untuk meminta dan menerima informasi publik masih belum banyak dikenal oleh warga negara Indonesia sehingga kesadaran masyarakat tentang ini masih rendah Dari hasil survei jumlah yang sangat besar 82 dari pemuda Indonesia berusia 18 24 tahun tingkat pendidikan tersier menginginkan pemerintah dan badan publik yang lebih terbuka Pemuda Indonesia berusia 18 24 tahun atau mahasiswa sebagai fokus dari makalah ini adalah demografi potensial untuk dididik mengenai Keterbukaan Informasi Publik Makalah ini bertujuan untuk menganalisis sosialisasi Keterbukaan Informasi Publik terhadap mahasiswa Universitas Indonesia oleh Kantor Komunikasi dan Informasi Universitas Indonesia KKI UI melalui perspektif manajemen hubungan masyarakat Sampai saat penulisan makalah ini KKI UI belum menciptakan program khusus yang melibatkan pemuda sehingga membuat segmen anak muda belum terdidik sepenuhnya tentang Kebebasan Informasi Publik Kata kunci Keterbukaan Informasi Publik pemerintahan terbuka public relations manajemen hubungan masyarakat mahasiswa pemuda Universitas Indonesia

Freedom of Public Information as the responsibility of all public institutions and the right of the citizens of Indonesia is the foundation to push the nation towards a more independent state in its economy social and political aspects through sustainable development that is supported by clean and transparent public institutions However fact showed that the law of Freedom of Public Information UU KIP No 14 2008 and the procedure to ask and receive public information are still not widely known by the citizen of Indonesia thus the public awareness about this important issue is still low From a survey result an overwhelming amount of 82 of young Indonesians aged 18 24 years old tertiary education level wants a more open national government Young Indonesians aged 18 24 years old or university students as the focus of this paper is a potential demographic to be educated on the Freedom of Public Information This paper aims to analyze the socialization of Freedom of Public Information towards Universitas Indonesia university students by the Office of Communication and Information through the perspective of public relations management Until the time of writing of this paper the office has not yet created a program specifically engaging the youth thus making the youth segment not yet educated about the Freedom of Public Information to its fullest potential Keywords Freedom of Public Information open government public relations public relations management university students youth Universitas Indonesia
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Andika Pratiwi
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana literasi siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta dalam mencari informasi tentang kesehatan reproduksi remaja di PIK-R SMKN 31 Jakarta. Salah satu permasalahan remaja di era keterbukaan informasi saat ini adalah cara yang benar mencari dan menemukan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Diantara berbagai permasalahan dalam menemukan informasi maka diperlukan sebuah literasi informasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengidentifikasi dan mendeskripsikan proses literasi informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan oleh remaja kelas XI SMKN 31 Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretif. Hasil penelitian menunjukan bahwa literasi informasi siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta hanya sampai pada tahap ke lima dari model literasi informasi The Big6.

This undergraduate thesis discusses about how the information literacy skills of XI graders at SMKN 31 Jakarta in information retrieval about reproductive health at PIK-R SMKN 31 Jakarta. One of the problems of youth in the era of information today is the right way for and find information on adolescent reproductive health. Among the various problems in finding the information will require an information literacy.
The purpose of this study is to investigate, identify and describe the process of information literacy on adolescent reproductive health are committed by class XI SMK 31 Jakarta students. This study is a qualitative research with an interpretive approach. The results showed that the information literacy class XI of SMK 31 Jakarta students only up to the stage five of The Big6 model of literacy information.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marroli J. Indarto
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya penerapan keterbukaan informasi pada badan publik dan minimnya partisipasi masyarakat menggunakan hak untuk tahu (Rights to Know) oleh karena itu perlu adanya manajemen komunikasi pemerintah dari Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) yang efektif.
Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana metode manajemen dan evaluasi komunikasi pemerintah dalam kebijakan transparansi informasi. Metodologi penelitian menggunakan paradigma positivis dengan perspektif manajemen pada pendekatan kualitatif studi kasus. Metode manajemen komunikasi dibahas dengan proses empat langkah metode manajemen Cutlip, Center, dan Broom, Metode Transparansi Rawlin dan teori pengait yaitu teori pemangku kepentingan.
Hasil penelitian menemukan bahwa komunikasi pemerintah sudah menerapkan metode manajemen dalam menganalisis dimensi transparansi dan belum maksimal. Disimpulkan bahwa manajemen komunikasi pemerintah mempunyai perencanaan yang komprehensif dan terstruktur, akan tetapi ada kelemahan dalam melakukan identifikasi masalah, aksi dan komunikasi serta evaluasi.

The research was motivated by the lack of implementation in the information transparency in public institutions and the lack of public participation in using their right to know. therefore, it needed an effective government communication management from the Directorate General of Information and Public Communication.
The purpose of this research is to find out how the government communication evaluation and management method in information transparency policy. The methodology in this research is positivist with a management perspective on qualitative case study. The method of communication management that is used are the four steps management process of Cutlip, Center and Broom, The Rawlin Transparency Method and related theory on stakeholder.
Result of the study shows that the government's implementation on transparency management has not been on the maximum. It is concluded that government communication management has a comprehensive and organized plan but there are some weaknesses in identifying the problem, action, communication and evaluation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30922
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>