Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104458 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Margana
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
959.826 MAR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Wikan Tyasning
"ABSTRAK
Tandu yang merupakan alat transportasi jarak dekat, ternyata banyak dipakai oleh pihak kraton sebagai alat kelengkapan upacara. Kraton Surakarta dan Yogyakarta sebagai dua kraton inti pecahan Mataram memiliki tandu yang sebagian masih tetap digunakan. Jumlah keseluruhan tandu adalah 132 buah, dengan perincian 96 buah di Surakarta dan 36 buah di Yogyakarta. Tandu-tandu tersebut memiliki bentuk dan hiasan yang beragam. Berdasarkan pengamatan tadi, maka ingin diketahui keaneka ragaman bentuk tandu di setiap kraton dan juga apakah bentuk tandu dengan hiasan tertentu menunjukkan kegunaan yang tertentu.
Setelah melalui tahapan-tahapan penelitian yaitu pengumpulan data, pengolahan data dan penafsiran data maka diperoleh hasil bahwa di Surakarta dan Yogyakarta terdapat tiga tipe bentuk tandu yaitu tipe I (kotak wadah tanpa tutup), tipe II (kursi) dan tipe III (rumah) dengan sub tipe dan varian yang berbeda di masing-_masing kraton.
Tandu tipe I dengan ragam hias tidak raya dipakai untuk kegiatan upacara. Kemudian tandu tipe II dengan ragam hias tidak raya dipakai untuk kegiatan harian. Hal ini berlaku untuk setiap kraton. Tandu tipe III beragam hias tidak raya di Surakarta dipakai untuk kegiatan upacara dan harian, sedangkan di Yogyakarta dipakai untuk kegiatan upacara dan pesta. Tandu tipe III beragam hias raya di Surakarta dipakai untuk upacara dan pesta, sedangkan di Yogyakarta dipakai untuk kegiatan pesta raja.
Terjadi pengulangan pemakaian suatu jenis tandu untuk kegiatan yang berbeda dalam kraton disebabkan banyak tandu yang rusak dan dengan maksud pemanfaatan tandu yang sudah ada. Pada masa sekarang, tandu tidak dibuat lagi karena alasan ekonomi dan banyak detail kegiatan kraton yang dikurangi untuk penyesuaian diri dengan perkembangan zaman.
Berubahnya kegunaan tandu dari tujuan awal pembuatan yaitu sebagai alat transpor, dengan kegunaannya pada masa sekarang (penggunaan sekunder) yaitu sebagai pusaka, disebabkan sejarah pemakaian tandu tersebut.
Jumlah tandu di Surakarta yang lebih banyak dari tandu Yogyakarta tidak menunjukkan posisi yang lebih penting dari kraton yang lain. Kondisi politik dan keamanan yang relatif stabil di Surakarta menjadikan para pembuat tandu lebih santai dalam berkreasi. Posisi dan kedudukan kedua kraton yaitu Surakarta dan Yogyakarta sejajar karena dalam Perjanjian Gianti dinyatakan bahwa tidak ada pembagian kekuasaan dalam memerintah wilayah-wilayah kekuasaannya dan masing-masing kraton memiliki dan mengatur wilayahnya sendiri-sendiri. Hampir tidak ada komunikasi antar kedua kraton. Sehingga tidak mengherankan apabila bentuk dan hiasan tandu berbeda pada setiap kraton. Persamaan-persamaan yang muncul diperkirakan karena kedua kraton berasal dari akar budaya yang sama yaitu budaya Jawa dan akar sejarah yang sama yaitu kerajaan Mataram. dipakai untuk kegiatan upacara dan pesta. Tandu tipe III beragam hias raya di Surakarta dipakai untuk upacara dan pesta, sedangkan di Yogyakarta dipakai untuk kegiatan pesta saja. Terjadi pengulangan pemakaian suatu jenis tandu untuk kegiatan yang berbeda dalam kraton disebabkan banyak tandu yang rusak dan dengan maksud pemanfaatan tandu yang sudah ada. Pada masa sekarang, tandu tidak dibuat lagi karena alasan ekonomi dan banyak detail kegiatan kraton yang dikurangi untuk penyesuaian diri dengan perkembangan zaman. Berubahnya kegunaan tandu dari tujuan awal pembuatan yaitu sebagai alat transpor, dengan kegunaannya pada masa sekarang (penggunaan sekunder) yaitu sebagai pusaka, disebabkan sejarah pemakaian tandu tersebut. Jumlah tandu di Surakarta yang lebih banyak dan tandu Yogyakarta tidak menunjukkan posisi yang lebih penting dari kraton yang lain. Kondisi politik dan keamanan yang relatif stabil di Surakarta menjadikan para pembuat tandu lebih santai dalam berkreasi. Posisi dan kedudukan kedua kraton yaitu Surakarta dan Yogyakarta sejajar karena dalam Perjanjian Gianti dinyatakan bahwa tidak ada pembagian kekuasaan dalam memerintah wilayah-wilayah kekuasaannya dan masing-masing kraton memiliki dan mengatur wilayahnya sendiri-sendiri. Hampir tidak ada komunikasi antar kedua kraton. Sehingga tidak mengherankan apabila bentuk dan hiasan tandu berbeda pada setiap kraton. Persamaan-persamaan yang muncul diperkirakan karena kedua kraton berasal dari akar budaya yang sama yaitu budaya Jawa dan akar sejarah yang sama yaitu kerajaan Mataram.

"
2001
S11607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isbodroini Suyanto
"During the Javanese historical development since the First Mataram Empire until today, Javanese cultural concepts as cultural syncretism of early Hindu-Buddhism, latter Hindu-Buddhism and Islam tends to be preserved. In its contact with later concepts from the west, such as formal education, modern politics and the entrance of various ideologies such as nationalism, capitalism, socialism, democracy and so on, has not negated those Javanese cultures. The main problem posed in this article is as follow: to what extent Javanese value of political power has been embraced by elites from Surakarta and Yogyakarta palaces. Whether their values are still strong or has it been diminished. Results reached in this research are: (1) Dominant perception of the elite, shows that their understanding of Javanese political power is still strong. They still strongly embraced the palace tradition and fully involved in all palace's rituals; (2) Western cultural penetration has not able to negate the strong rooted Javanese culture from these palace's elites. Their spirits are still bound to the Javanese culture which surrounded their palace; (3) Javanese sense of political power will play important role when it is positioned as spiritual power to those "njawani" rulers."
2005
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini mengungkap bagaimana pandangan atau persepsi abdi dalem terhadap raja dan hasil karya raja berupa bangunan, benda pusaka dan upacara di Kraton. Pandangan atau persepsi inilah yang mendorong seseorang menjadi abdi dalem di kraton. Secara umum tujuan utama mereka adalah untuk mencari berkah raja (ngalap berkah), itu sebabnya meskipun imbalan finansial dan materi yang didapat sangat minim namun mereka tetap ingin menjadi abdi dalem. Mendapat berkah raja sangat didambakan bagi masyarakat Jawa terutama yang tinggal di pedesaan, imbalan dari sikap penghambaannya itu bukanlah pada fasilitas jasmani melainkan rohani. Walau penghasilan yang mereka peroleh diluar kedudukannya sebagai abdi dalem raja Iebih besar, tetapi mereka merasa senang dan mantap menjadi abdi dalem."
JPSNT 20:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Larson, George D.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press , 1990
320.598 2 LAR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Darsiti Soeratman
""Penelitian Sejarah Lokal mengenai ""Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830 - 1939"" ini ditujukan agar dapat menjadi sumbangan bahan masukan bagi penulisan Sejarah Nasional.""
1989
D1677
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tradisi sungkem yang berlangsung sejak Sumuwun Paku Buwono Ke IV sampai sekarang masih dilaksanakanoleh kerabat Kraton karena mengandung nilai-nilai luhur yaitu menghormati dan memuliakan raja sebagai sesembahan para kawula....."
PATRA 9(1-2) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Rozana F.
"Orang Jawa mempunyai keterikatan dengan alam seperti halnya pada budaya lainnya. Melalui proses belajar orang Jawa berusaha menata kembali dunia mengacu pada keteraturan alam yang dipahami mereka. Tulisan ini akan meninjau bagaimana orang Jawa menanggapi keteraturan alam dengan kosmologi mereka dan sejauh mana arsitektur ditata supaya selaras dengan alam semesta, khususnya pada atap Joglo yang selama ini dikenal sebagai bangunan tradisional Jawa. Melalui tulisan ini dapat dilihat bagaimana atap Joglo mengekpresikan kosmologi Jawa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997
394.12 TRA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Houben, V. J. H.
Yogyakarta: Bentang Budaya, 2003,
959.82 Hou k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>