Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3736 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oratai Sukcharoen
"Aflatoxin B1 is a highly toxic and carcinogenic metabolite produced by aflatoxigenic strains that commonly contaminate food and agricultural commodities. This study evaluates the inhibitory effects of Myristica fragrans Houtt (nutmeg) essential oil extracted by hydrodistillation on the mycelial growth, sporulation, and aflatoxin B1 production of Aspergillus flavus IMI 242684 and Aspergillus parasiticus IMI 283883 by fumigation and contact application. An analysis of M. fragrans essential oil using the chromatography-mass spectrometry showed that its major components are safrole (42.50%), 4-terpineol (23.81%) and methyl eugenol (11.14%). At a concentration of 1000 ppm of essential oil, the mycelial growths of both Aspergillus strains were completely inhibited by vapor treatment but only reduced by about 70% by contact treatment. However, the sporulation and aflatoxin B1 production were completely inhibited by both contact and vapor treatments. Vapor treatment induced a higher level of inhibition than contact treatment. In conclusion, nutmeg essential oil is a potential biochemical agent that can help prevent contamination of stored foods and feeds."
Bogor: Seameo Biotrop, 2019
634.6 BIO 26:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Atika
"Infeksi sistemik yang disebabkan oleh spesies kandida memiliki tingkat mortilitas tinggi. Spesies yang sering menginfeksi diantaranya adalah Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata, Candida tropicalis, dan Candida krusei. Saat ini, telah banyak ditemukan beberapa kasus resistensi dalam pengobatan infeksi kandida. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan alternatif pengobatan baru. Bahan alam dikenal sebagai alternatif pengobatan yang potensial karena efek toksik rendah dan sumbernya yang melimpah. Minyak atsiri Pala (Myristica fragrans Houtt.).merupakan salah satu bahan alam yang telah diketahui memiliki aktivitas antikandida Namun, mekanisme penghambatannya belum ditemukan. Dalam ulasan ini, kami mencoba mengkaji mekanisme penghambatan minyak atsiri Pala terhadap Candida sp. berdasarkan kandungan kimianya dan dibandingkan dengan obat antikandida yang sudah ada. Selain itu, juga akan dibahas beberapa metodologi yang dapat digunakan untuk pengujiannya berdasarkan studi literatur. Dari hasil ulasan ini, didapatkan beberapa kandungan kimia minyak atsiri Pala yang memiliki potensi penghambatan terhadap Candida sp. yaitu, α-pinene, β-pinene, terpinen-4-ol, dan limonene. Komponen kimia yang terkandung dalam minyak atsiri Pala (Myristica fragrans Houtt.) menunjukan bahwa minyak atsiri ini berpotensi sebagai antikandida dengan multitarget. Namun, untuk memgonfirmasi potensi tersebut diperlukan studi lebih lanjut menggunakan beberapa metode diantaranya kuantifikasi biomassa sel dengan pengujian kristal violet, pengujian akivitas mitikondria dengan MTT, identifikasi potensi penghambatan dengan Time Addition Assay, observasi kerusakan permukaan sel menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), kuantifikasi gen menggunakan qPCR, identifikasi protein responsif, dan pengujian efek inhibisi di bawah tekanan osmotik.

Systemic infections caused by candida species have a high mortality rate. Species that often infect them are Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata, Candida tropicalis, and Candida krusei. At present, there have been many cases of resistance found in the treatment of candida infections. To overcome this problem, we needed new alternative treatments. Natural products already known as potential alternative treatment because of their low toxic effect and exist abundantly. Nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt.) is one of the natural ingredients that has known to have anticandida activity. However, the mechanism of inhibition has not found. In this review, we try to examine the inhibition mechanism of Nutmeg essential oil against Candida sp. based on its chemical content and compare with commercial anticandida. Also, several methodologies that can use for testing are based on literature studies as well. From the results of this review, it has found that some of the chemical content of nutmeg essential oil has the potential as anticandida. There are α-pinene, β-pinene, terpinen-4-ol, and limonene. The chemical components contained in Nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt.) show that this essential oil has the potential to be a multitarget anticandida. However, to confirm this potential, further studies are needed. There are several methods can be used including quantification of cell biomass with crystal violet assay, testing of mitochondrial activity with MTT assay, identification of inhibitory potential with Time Addition Assay, observation of cell surface damage using Scanning Electron Microscopy (SEM), quantification of genes using qPCR, identification of responsive proteins, and testing inhibitory effect under osmotic pressure.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Zanira
"Kandidiasis oral merupakan infeksi pada lidah dan rongga mulut yang disebabkan oleh genus Candida, terutama Candida albicans. Terapi kandidiasis oral yang paling sering digunakan adalah agen antijamur seperti nistatin dan flukonazol. Namun, penggunaan agen antijamur seringkali digunakan dalam jangka panjang dan ekstensif yang dapat memicu peningkatan resistensi terhadap agen antijamur. Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan salah satu alternatif alami penghasil minyak atsiri yang memiliki aktivitas antikandida. Minyak atsiri pala memiliki aktivitas dalam menghambat pembentukan biofilm C. albicans, serta apabila dikombinasikan dengan flukonazol dapat menimbulkan efek sinergis dan meningkatkan aktivitas antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur minyak atsiri pala (Myristica fragrans Houtt.) terhadap infeksi jamur C. albicans pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) dengan kandidiasis oral, ditinjau dari pemeriksaan kultur dan perubahan nilai CT qPCR pada hari ke-14 setelah induksi kandidiasis oral, hari ke-1, 5, 10, dan 15 setelah terapi. Hasil pemeriksaan kultur menunjukkan m. fragrans oil 50% (P3), m. fragrans oil 100% (P4) serta kombinasi flukonazol 5 mg/kgBB dan m. fragrans oil 12,5% (P5) menunjukkan pola inhibisi pertumbuhan C. albicans yang sama dengan flukonazol 5 mg/kgBB (P1) pada hari ke-10 dan hari ke-15 setelah terapi. Hasil pemeriksaan qPCR menunjukkan m. fragrans oil 100% (P4) menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dibandingkan dengan flukonazol 5 mg/kgBB (P1) pada hari ke-5, hari ke-10, dan hari ke-15 setelah terapi, serta kombinasi flukonazol 5 mg/kgBB dan m. fragrans oil 12,5% (P5) menunjukkan peningkatan nilai Ct yang tinggi sejak hari ke-1 setelah terapi.

Oral candidiasis is an infection of tongue and oral cavity caused by the genus Candida, especially Candida albicans. The most commonly used therapy for oral candidiasis is antifungal agents such as nystatin and fluconazole. However, the use of antifungal agents is often used long term and extensively which can lead to increased resistance to antifungal agents. The nutmeg plant (Myristica fragrans Houtt.) is one of the natural alternatives for producing essential oils that have anticandida activity. Nutmeg essential oil has activity in inhibiting the formation of C. albicans biofilm, and when combined with fluconazole can have a synergistic effect and increase antifungal activity. This study aims to determine the antifungal activity of nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt.) against C. albicans fungal infection in wistar strain male white rats (Rattus norvegicus) with oral candidiasis, in terms of culture examination and changes in CT qPCR values on day 14 after induction of oral candidiasis, day 1, 5, 10, and 15 after therapy. The results of the culture examination showed that m. fragrans oil 50% (P3), m. fragrans oil 100% (P4) and combination of fluconazole 5 mg/kgBB and m. fragrans oil 12.5% (P5) showed the same C. albicans growth inhibition pattern as fluconazole 5 mg/kgBB (P1) on day 10 and day 15 after therapy. The results of qPCR examination showed that m. fragrans oil 100% (P4) showed insignificant differences compared to fluconazole 5 mg/kgBB (P1) on day 5, day 10, and day 15 after therapy, and the combination of fluconazole 5 mg/kgBB and m. fragrans oil 12.5% (P5) showed a high increase in Ct value from day 1 after therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syavika Ayuni
"[ABSTRAK
Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Angka kejadian insomnia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Insomnia menyebabkan seseorang mengalami kelelahan, penurunan status kesehatan, bahkan menyebabkan kematian karena kecelakaan. Penanganan kasus insomnia masih difokuskan pada pemberian obat (agen hipnotik) yang terbatas pada terapi jangka pendek karena dapat menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya sehingga perlu dicari solusi yang dianggap lebih baik dan lebih aman. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh pemberian kombinasi minyak atsiri pala (Myristica fragrans) dan kenanga (Cananga odorata) sebagai aromaterapi dalam menurunkan derajat insomnia. Penelitian menggunakan desain eksperimental acak, single-blind dan cross-over pada 26 wanita paruh baya yang dibagi dalam dua grup dengan pemberian aromaterapi secara inhalasi selama 4 minggu (1 minggu tanpa perlakuan, 1 minggu perlakuan pertama, 1 minggu washout dan 1 minggu perlakuan kedua). Hasil diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan parameter fisik berupa pengukuran tekanan darah (MAP), frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan yang akan dibandingkan dengan minyak atsiri lavender sebagai kontrol. Kombinasi pala dan kenanga memiliki perbaikan skor PSQI sebanyak 3,31 poin (p = 0,01) dan lavender sebanyak 2,54 poin (p = 0,30). Penelitian ini memperlihatkan bahwa pemberian kombinasi minyak atsiri pala dan kenanga ternyata lebih berpengaruh dalam menurunkan derajat insomnia pada wanita paruh baya dibandingkan dengan minyak atsiri lavender.ABSTRACT Insomnia is a sleep disruption are most often complained. The incidence of insomnia increased from year to year. Insomnia causes a person to experience fatigue, decreased health status and even cause death due to an accident. The current treatments of choice are drugs (conventional hypnotics agents) that is limited to short-term therapy because it can cause dangerous side effects. It is necessary to find a solution that is considered to be a better and safer. The purpose of this study to see the combination effect of nutmeg (Myristica fragrans) and cananga (Cananga odorata) essential oils as aromatherapy in reducing the degree of insomnia. This study used a randomized experimental, single-blind, cross-over design in 26 middle-aged women who were divided into two groups with aromatherapy administration by inhalation for 4 weeks (1 week without treatment, 1 week for the first treatment, 1 week washout and 1 week for the second treatment). Results were measured using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and physical parameters such as the measurement of blood pressure (MAP), heart rate and respiratory rate which will be compared with lavender essential oil as a control. The combination of nutmeg and cananga created an improvement of 3.31 points (p = 0.01) and lavender of 2.54 points (p = 0.30) in PSQI. This study showed that administration of a combination of nutmeg and cananga essential oils were more influential in reducing the degree of insomnia in middle-aged women compared with lavender essential oils.;Insomnia is a sleep disruption are most often complained. The incidence of insomnia increased from year to year. Insomnia causes a person to experience fatigue, decreased health status and even cause death due to an accident. The current treatments of choice are drugs (conventional hypnotics agents) that is limited to short-term therapy because it can cause dangerous side effects. It is necessary to find a solution that is considered to be a better and safer. The purpose of this study to see the combination effect of nutmeg (Myristica fragrans) and cananga (Cananga odorata) essential oils as aromatherapy in reducing the degree of insomnia. This study used a randomized experimental, single-blind, cross-over design in 26 middle-aged women who were divided into two groups with aromatherapy administration by inhalation for 4 weeks (1 week without treatment, 1 week for the first treatment, 1 week washout and 1 week for the second treatment). Results were measured using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and physical parameters such as the measurement of blood pressure (MAP), heart rate and respiratory rate which will be compared with lavender essential oil as a control. The combination of nutmeg and cananga created an improvement of 3.31 points (p = 0.01) and lavender of 2.54 points (p = 0.30) in PSQI. This study showed that administration of a combination of nutmeg and cananga essential oils were more influential in reducing the degree of insomnia in middle-aged women compared with lavender essential oils.;Insomnia is a sleep disruption are most often complained. The incidence of insomnia increased from year to year. Insomnia causes a person to experience fatigue, decreased health status and even cause death due to an accident. The current treatments of choice are drugs (conventional hypnotics agents) that is limited to short-term therapy because it can cause dangerous side effects. It is necessary to find a solution that is considered to be a better and safer. The purpose of this study to see the combination effect of nutmeg (Myristica fragrans) and cananga (Cananga odorata) essential oils as aromatherapy in reducing the degree of insomnia. This study used a randomized experimental, single-blind, cross-over design in 26 middle-aged women who were divided into two groups with aromatherapy administration by inhalation for 4 weeks (1 week without treatment, 1 week for the first treatment, 1 week washout and 1 week for the second treatment). Results were measured using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and physical parameters such as the measurement of blood pressure (MAP), heart rate and respiratory rate which will be compared with lavender essential oil as a control. The combination of nutmeg and cananga created an improvement of 3.31 points (p = 0.01) and lavender of 2.54 points (p = 0.30) in PSQI. This study showed that administration of a combination of nutmeg and cananga essential oils were more influential in reducing the degree of insomnia in middle-aged women compared with lavender essential oils., Insomnia is a sleep disruption are most often complained. The incidence of insomnia increased from year to year. Insomnia causes a person to experience fatigue, decreased health status and even cause death due to an accident. The current treatments of choice are drugs (conventional hypnotics agents) that is limited to short-term therapy because it can cause dangerous side effects. It is necessary to find a solution that is considered to be a better and safer. The purpose of this study to see the combination effect of nutmeg (Myristica fragrans) and cananga (Cananga odorata) essential oils as aromatherapy in reducing the degree of insomnia. This study used a randomized experimental, single-blind, cross-over design in 26 middle-aged women who were divided into two groups with aromatherapy administration by inhalation for 4 weeks (1 week without treatment, 1 week for the first treatment, 1 week washout and 1 week for the second treatment). Results were measured using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and physical parameters such as the measurement of blood pressure (MAP), heart rate and respiratory rate which will be compared with lavender essential oil as a control. The combination of nutmeg and cananga created an improvement of 3.31 points (p = 0.01) and lavender of 2.54 points (p = 0.30) in PSQI. This study showed that administration of a combination of nutmeg and cananga essential oils were more influential in reducing the degree of insomnia in middle-aged women compared with lavender essential oils.]
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T42962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizah
"Penurunan knalitas bahanmakanan yang menggunakan lipid sebagai bahan
dasamya, mempakan fenomena yang tidak dapat dihindari. Kerusakan yang terjadi
pada bahan makanan ini disebabkan oleh proses oksidasi, baik selama penyediaan
bahan baku, proses produksi, distribusi, maupun preparasi makanan tersebut. Proses
oksidasi dapat di{)ercepat oleh cahaya, panas, enzirn, dan logam berat.
Proses oksidasi yang teijadi pada bahan makanan dapat dihambat dengan cara
menambahkan zat antioksidan baik yang bersifat alami maupun sintetik. Pada
kenyataannya, antioksidan sintetik dapat menyebabkan efek samping yang bersifat
negatif, yaitu efek racun dan efek karsinogen pada tubuh. Oleh karena itu, perlu Penurunan knalitas bahanmakanan yang menggunakan lipid sebagai bahan
dasamya, mempakan fenomena yang tidak dapat dihindari. Kerusakan yang terjadi
pada bahan makanan ini disebabkan oleh proses oksidasi, baik selama penyediaan
bahan baku, proses produksi, distribusi, maupun preparasi makanan tersebut. Proses
oksidasi dapat di{)ercepat oleh cahaya, panas, enzirn, dan logam berat.
Proses oksidasi yang teijadi pada bahan makanan dapat dihambat dengan cara
menambahkan zat antioksidan baik yang bersifat alami maupun sintetik. Pada
kenyataannya, antioksidan sintetik dapat menyebabkan efek samping yang bersifat
negatif, yaitu efek racun dan efek karsinogen pada tubuh. Oleh karena itu, perluPenurunan knalitas bahanmakanan yang menggunakan lipid sebagai bahan
dasamya, mempakan fenomena yang tidak dapat dihindari. Kerusakan yang terjadi
pada bahan makanan ini disebabkan oleh proses oksidasi, baik selama penyediaan
bahan baku, proses produksi, distribusi, maupun preparasi makanan tersebut. Proses
oksidasi dapat di{)ercepat oleh cahaya, panas, enzirn, dan logam berat.
Proses oksidasi yang teijadi pada bahan makanan dapat dihambat dengan cara
menambahkan zat antioksidan baik yang bersifat alami maupun sintetik. Pada
kenyataannya, antioksidan sintetik dapat menyebabkan efek samping yang bersifat
negatif, yaitu efek racun dan efek karsinogen pada tubuh. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai penelitian yang dapat menemukan sumber antioksidan alami
lain yang dapat menggantikan keberadaan antioksidan sintetik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa kimia yang ada dalam
kulit batang pala dengan menggunakan tiga jenis pelarut organik yang berbeda
kepolarannya dan menguji aktivitas antioksidannya.
Uji aktivitas antioksidan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
3 metode yang berbeda dan saling mendukung, yaitu metode TLC-fluorescence
sebagai metode pendahuluan ,metode Carotene bleaching dan metode TEA.
Dari basil uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode Carotene
bleaching dan TEA, diperoleh basil bahwa aktivitas antioksidan ekstrak kasar etil
asetat > ekstrak kasar metanol > ekstrak kasar w-heksana. Aktivitas antioksidan ketiga
ekstrak kasar tersebut dibandingkan dengan aktivitas antioksidan tokoferol dan EHT
dengan beberapa variasi konsentrasi. Semakin besar konsentrasi antioksidan yang
ditambahkan menyebabkan aktivitasnya meningkat.
Pemumian ekstrak kasar menghasilkan zat A, zat E, zat D, dan zat E, yang
masib memiliki aktivitas antioksidan yang cukup signifikan.Eerdasarkan uji kualitatif
dan pengukuran spektrum dengan spektrofotometer UV-Vis dan spektrofotometer
diperkirakan senyawa aktif yang berbasil diekstrak dari kulit batang pala adalab
senyawa fenolik yang merupakan flavonoid dan diperkirakan senyawa aktif pada zat
A dan zat E adalab flavanon, pada zat E adalab flavon, dan pada zat D adalab
flavonol. »
Daftar Pustaka"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susana Elya Sudradjat
"Sediaan farmasi yang menggunakan zat aktif dari bahan alam sering terkendala oleh penetrasinya baik yang digunakan secara oral maupun transdermal. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan penetrasi tersebut agar zat aktif dapat mencapai target yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi miristisin dari minyak pala dengan destilasi bertingkat, meningkatkan penetrasi gel etosom miristisin melalui kulit dan meningkatkan bioavailabilitas patch gel etosom miristisin. Dalam penelitian ini, digunakan zat aktif miristisin dalam bentuk etosom yang selanjutnya dibuat patch gel etosom agar penetrasi meningkat. Untuk mendapatkan miristisin dengan kadar tinggi, minyak pala didestilasi dengan cara destilasi bertingkat. Etosom yang mengandung miristisin kemudian dikarakterisasi, selanjutnya diformulasikan ke dalam sediaan patch gel etosom yang nantinya formula terbaik akan diuji farmakokinetik pada tikus. Hasil yang diperoleh dari destilasi miristisin adalah peningkatan kadar dari 12,93 menjadi 83,45 . Hasil optimasi formulasi terhadap 9 formula etosom dengan variasi komposisi fosfatidilkolin 2-4 dan etanol 20-40 menunjukkan bahwa formula dengan komposisi fosfatidilkolin 3 dan etanol 20 merupakan formula yang terbaik karena memiliki ukuran partikel 131,6 6,3 nm dan efisiensi penjerapan 94,1 1,7 . Uji in-vitro dengan sel difusi Franz menunjukkan jumlah kumulatif miristisin yang terpenetrasi dari gel etosom GE lebih tinggi daripada gel non etosom GNE , yaitu berturut-turut sebesar 374,66 53,47 ? ? g cm-2 dan 280,26 15,75 ? ? g cm-2, dengan nilai fluks berturut-turut 24,56 0,95 ? ? g.cm-2.jam-1 dan 18,89 1,43 ? ? g.cm-2. jam-1. Hasil uji farmakokinetika menunjukkan bahwa area under curve AUC GE lebih tinggi dari GNE ataupun emulsi oral dengan jumlah AUC untuk GE, GNE dan emulsi oral berturut-turut adalah 104,123; 54,278; dan 42,535 ? ? g.jam.ml-1. Dari parameter farmakokinetik tersebut dapat disimpulkan bahwa formulasi patch gel etosom miristisin dapat meningkatkan penetrasi dan ketersediaan hayati miristisin dibandingkan dengan sediaan peroral.

Pharmaceutical dosage forms using natural products are often becoming a constraint for its penetration when it is used orally and transdermally. Therefore, efforts should be made to enhance the penetration so that the active substance can reach its target. This study was aimed to isolate myristicin from nutmeg oil with sequences distillation, to enhance the penetration of myristicin ethosomal gel through the skin, and the bioavailability of ethosomal gel patch. In this study, myristicin was formulated in the form of ethosome which later will be created into ethosomal gel patch in order to increase its penetration. Myristicin from nutmeg oil was isolated by sequences distillation to obtain high levels concentration. Ethosomes containing myristicin was characterized, then formulated into ethosomal gel patch which the best formula will be used in the pharmacokinetic test in rats. The concentration of myristicin obtained from this distillates increased from 12.93 to 83.45 . The characterization results from 9 ethosomal formulas with composition variation of phosphatidylcholine 2-4 and ethanol 20-40 showed that the formula containing 3 phosphatidylcholine and 20 ethanol compositions was the best due to its particles size 131.6 6.3 nm and entrapment efficiency 94.1 1.7 . The in-vitro test with Franz diffusion cells showed cumulative penetration of myristicin from the ethosomal gel GE was better than non-ethosomal gel GNE , which was in sequence 374.66 53.47 ? ? g.cm-2 and 280.26 15.75 ? ? g.cm-2. with flux values for GE and GNE were respectively 24.56 0.95 ? ? g cm-2 hour-1 and 18.89 1.43 ? ? g cm-2 hour-1. The pharmacokinetics test showed the best results of the area under curve AUC compared to GNE and oral emulsion which was respectively 104.123; 54.278; and 42.535 ? ? g. hour.ml-1. Based on the pharmacokinetic result, it can be concluded that the formulation of ethosomal gel patch can enhance the penetration and bioavailability of myristicin compared to oral dosage forms."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
D2521
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Eprasatya
"Pada penelitian ini telah berhasil disintesis senyawa nanopartikel GdCoO3 dan nanokomposit ZnO/GdCoO3 dengan ekstrak daun pala (Myristica Fragrans Houtt) secara green synthesis. Sintesis nanopartikel dan nanokomposit dilakukan dalam sistem dua fasa menggunakan pengadukan kecepatan tinggi. Ekstrak daun pala digunakan sebagai sumber basa (ion OH- ), penstabil, serta capping agent dalam pembentukan nanopartikel pada sistem dua fasa karena daun pala memiliki banyak kandungan metabolit sekunder seperti alkaloid, steroid dan saponin. Nanopartikel GdCoO3 yang berhasil disintesis memiliki ukuran 77,64 dengan morfologi yang berongga berdasarkan hasil SEM. Berdasarkan hasil pengujian UV-Vis DRS, naokomposit ZnO/GdCoO3, nanopartikel GdCoO3 dan nanopartikel ZnO yang terbentuk memiliki celah pita masing-masing yaitu sebesar 1,99 eV; 1,27 eV; dan 2,95 eV. Hasil karakterisasi XRD nanokomposit ZnO/GdCoO3 menunjukkan nilai difraksi 2θ khas gabungan nanopartikel ZnO dan nanopartikel GdCoO3. Nanopartikel ZnO, GdCoO3 dan nanokomposit ZnO/GdCoO3 yang disintesis diaplikasikan untuk melihat aktivitas fotokatalitiknya terhadap zat warna malasit hijau di bawah sinar tampak selama dua jam. Persentase degradasi malasit hijau menggunakan fotokatalis nanokomposit ZnO/GdCoO3, nanopartikel ZnO dan nanopartikel GdCoO3 berturut-turut sebesar 88%, 78% dan 68%. Kinetika reaksi fotodegradasi malasit hijau oleh nanokomposit ZnO/GdCoO3 mengikuti reaksi semu orde satu.

This study was conducted to synthesize GdCoO3 nanoparticles and ZnO/GdCoO3 nanocomposites with Nutmeg leaf extract (Myristica Fragrans Houtt) with green synthesize method. Nanoparticle and nanocomposite synthesis was carried out in a two phase system using high speed stirring. Nutmeg leaf extract is used as a base source (OHion), stabilizer, and as a capping agent in the formation of nanoparticles with two phases system because nutmeg leaves have a lot of secondary metabolite content such as alkaloid, steroid and saponin. The size of synthesized GdCoO3 nanoparticles are 77,64 nm size with holes morphology based on SEM results. According to UV-Vis DRS testing, the ZnO/GdCoO3 nanocomposite, GdCoO3 nanoparticle and ZnO nanoparticle formed have low band gap which is 1,99 eV, 1,27 eV and 2,95 eV. The results of XRD characterization of nanoparticles and nanocomposite showed the 2θ diffraction value is combination of ZnO nanoparticle and GdCoO3 nanoparticle. The synthesized nanoparticles and nanocomposites were then applied to see the photocatalytic activity on Green Malachite dyes under visible light for two hours. Percentage of degradation of nanocomposite ZnO/GdCoO3, ZnO nanoparticle and GdCoO3 nanoparticle against Green Malachite compound is 88%, 78% and 68%. Calculation of malasit green photodegradation reaction kinetics by ZnO / GdCoO3 nanocomposites following a first-order pseudo reaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zayadi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barimbing, Rita Endang
"ABSTRAK
Telah dilakukan uji mikrobiologi terhadap manisan buah pala.(Myristica frgrans Houtt) dan manisan buah a.ren (Aren pinnata
Merr). Pada uji mikrobiologi mi dilakukan uji terhadap kandungan
total bakteri Coliform dan Escherichia ccli, StaphylacccCuS aureus,
Salmonella, serta kapang dan khamir. Metode yang digunakan
adalah metode dari ICMSF (1978), Cantoh yang digunakan adalah manisan buah pala ('fyristica fragrans Houtt) dan manisan buah aren (Arenga pinnata Herr) yang dijual di beberapa Sekolah Dasar di kecamatan Pasar Kinggu.
ABSTRAK
Telah dilakukan uji mikrobiologi terhadap manisan buah pala.(Myristica frgrans Houtt) dan manisan buah a.ren (Aren pinnataMerr). Pada uji mikrobiologi mi dilakukan uji terhadap kandungan total bakteri Coliform dan Escherichia ccli, StaphylacccCuS aureus, Salmonella, serta kapang dan khamir. Metode yang digunakan adalah metode dari ICMSF (1978), Cantoh yang digunakan adalah manisan buah pala ('fyristica fragrans Houtt) dan manisan buah aren (Arenga pinnata Herr) yang dijual di beberapa Sekolah Dasar di kecamatan Pasar Minggu.
Pada persiapan contoh digunakan 10 gram contoh dengan larutan dapar fosf at. Koloni diinkubasikan 30-37°C selaina 24-48 jam, kecuali pada uji terhadap kapang dan khamir, 20-24°C, selama 3-5 hari.
Hasil pengamatan ,dari contoh yang diuji menuniukkan bahwa sebagian besar contoh tidak memenuhi syarat urituk dimakan dan dikonsumsikan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia P. G. Taa
"Prevalensi kematian akibat diare pada bayi dan balita yang tinggi dapat disebabkan oleh Serratia marcescens. Prevalensi kematian akibat pneumonia pada bayi dan balita dapat disebabkan oleh Klebsiella pneumoniae. Prevalensi penyakit endokarditis infektif dapat disebabkan oleh Staphylococcus epidermidis. Namun, resistensi antibiotik menjadi masalah yang serius sehingga dilakukan eksplorasi pada tanaman masoyi yang merupakan tanaman endemik dari Papua. Minyak atsiri dari kulit kayu masoyi yang diperoleh dengan metode distilasi uap dilaporkan berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhimurium, Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus. Pada penelitian ini, dilakukan determinasi tanaman, pengumpulan dan penyerbukan simplisia kulit kayu masoyi, uji mikroskopik, ekstraksi minyak atsiri dengan metode distilasi air, uji fitokimia golongan terpenoid dan uji aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella pneumoniae, Serratia marcescens dan Staphylococcus epidermidis. Minyak atsiri dibuat ke beberapa konsentrasi dengan melarutkan minyak atsiri dengan DMSO dan PEG 400. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode zona hambat (metode difusi cakram) dan metode konsentrasi hambat minimal (makrodilusi) terhadap Klebsiela pneumoniae, Serratia marcescens dan Staphylococcus epidermidis. Hasil metode zona hambat menunjukkan minyak atsiri dengan pelarut DMSO terhadap K.pneumoniae berpotensi lemah (1-1,25 mm) sedangkan, terhadap S.marcescens (10,625-13,25 mm) dan S.epidermidis (11,75- 14,5 mm) berpotensi kuat. Minyak atsiri dengan pelarut PEG 400 terhadap K.pneumoniae (5-9,75 mm), S.marcescens (5,5-8,25 mm) dan S.epidermidis (4,625-7,5 mm) berpotensi sedang. Hasil metode makrodilusi menunjukkan nilai KHM minyak atsiri Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm terhadap K.pneumoniae = 125 µg/mL, S.marcescens = 62,5 µg/mL dan S.epidermidis = 31,25 - 15,625 µg/mL.

The high prevalence of death from diarrhea in infants and toddlers can be caused by Serratia marcescens. The prevalence of death from pneumonia in infants and toddlers can be caused by Klebsiella pneumoniae. The prevalence of infective endocarditis can be caused by Staphylococcus epidermidis. However, antibiotic resistance is a serious problem, so an exploration of the masoyi plant, which is an endemic plant from Papua, was carried out. Essential oil from masoyi bark obtained by steam distillation method has the potential to inhibit the growth of Streptococcus mutans, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhimurium, Staphylococcus aureus and Bacillus cereus as reported. In this study, plant determination, collection and pollination of masoyi bark simplicia, microscopic test, extraction of essential oils by water distillation method, phytochemical test of terpenoids and antibacterial activity tests against Klebsiella pneumoniae, Serratia marcescens and Staphylococcus epidermidis were carried out. The essential oil was made into several concentrations by dissolving the essential oil with DMSO and PEG 400. The antibacterial activity was tested using the zone of inhibition method (disk diffusion method) and the minimal inhibitory concentration method (macrodilution) against Klebsiela pneumoniae, Serratia marcescens and Staphylococcus epidermidis. The results of the inhibition zone method showed that essential oils with DMSO as solvent were potentially weak against K.pneumoniae (1-1.25 mm) while against S.marcescens (10.625-13.25 mm) and S.epidermidis (11.75-14.5 mm). mm) potentially strong. Essential oil with solvent PEG 400 against K. pneumoniae (5-9.75 mm), S. marcescens (5.5-8.25 mm) and S. epidermidis (4.625-7.5 mm) has moderate potential. The results of the macrodilution method showed the MIC value of Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm essential oil against K.pneumoniae = 125 g/mL, S.marcescens = 62.5 g/mL and S.epidermidis = 31.25 - 15,625 g/mL.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>