Ditemukan 209065 dokumen yang sesuai dengan query
Eko Nurmaryadi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko pasar yang dihadapi emiten sektor transportasi di negara-negara emerging market Asia serta korelasi risiko antara emiten yang bersangkutan serta simulasi peramalan harga saham. Kami menggunakan data historis harga saham harian pada periode sebelum dan sesudah pandemi Covid-19. Metode penelitian yang digunakan dengan pemodelan GARCH normal untuk volatilitas, sedangkan risiko pasar dihitung menggunakan pendekatan expected shortfall (ES). Korelasi risiko antar emiten dihitung dengan menggunakan metode Pearson. Simulasi peramalan disediakan oleh pendekatan GARCH(1,1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons emiten di sektor transportasi terhadap pandemi Covid-19 berbeda-beda tergantung dari sub sektor tempat perusahaan menjalankan usahanya. Korelasi antar emiten menunjukkan angka yang cukup rendah, namun pasar saham China dan Taiwan menunjukkan korelasi positif yang kuat pada sub sektor yang sama. Pergerakan harga saham dalam 100 hari ke depan cenderung mengikuti tren periode akhir tahun 2022. Ke depan, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pengukuran risiko dengan pendekatan lain pada sektor lain dengan objek penelitian yang lebih luas secara lebih komprehensif.
This study aims to determine the market risks faced by issuers in the transportation sector in Asian emerging market countries as well as the risk correlation between the issuers concerned and stock price forecasting simulations. We use historical data on daily stock prices in the period before and after the Covid-19 pandemic. The research method used is normal GARCH modeling for volatility, while market risk is calculated using the expected shortfall (ES) approach. The risk correlation between issuers is calculated using the Pearson method. Forecasting simulation is provided by the GARCH(1,1) approach. The results of the study show that the response of issuers in the transportation sector to the Covid-19 pandemic varies depending on the sub-sector where the company runs its business. The correlation between issuers shows a fairly low number, but the Chinese and Taiwanese stock markets show a strong positive correlation in the same sub-sector. Stock price movements in the next 100 days tend to follow the trend for the end of 2022 period. In the future, further research can be carried out regarding risk measurement using other approaches in other sectors with a broader research object in a more comprehensive manner."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Salastin Afriliyati
"Tesis ini membahas analisis Value at Risk dan Expected Shortfall menggunakan model volatilitas GARCH terhadap indeks saham dan nilai tukar local currency terhadap US dollar pada delapan negara emerging market Asia. Periode perkiraan penilaian risiko antara 01 Januari 1997 sampai dengan 31 Desember 2009 dan periode validasi out of sample 01 Januari 2010 sampai dengan 31 Maret 2014. Penilaian model menggunakan back testing terhadap data in sample dan out of sample.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengukuran volatilitas return indeks saham dan nilai tukar dengan model GARCH dianggap tepat. Perkiraan risiko kerugian indeks saham menggunakan Value at Risk berdasarkan model volatilitas GARCH dapat digunakan pada confidence level 95%, sementara Expected Shortfall dapat digunakan sebagai alternatif pengukuran risiko pada confidence level 99%. Sedangkan untuk memperkirakan risiko kerugian nilai tukar dapat menggunakan Expected Shortfall pada confidence level 99%.
This thesis describes the analysis of Value at Risk and Expected Shortfall using GARCH volatility models of the stock indices and exchange rate of local currency against the U.S. dollar in eight Asian emerging market countries. The estimation period of risk measurement is between January 1, 1997 until December 31, 2009 and out of sample validation period is January 1, 2010 until March 31, 2014. Assessment model using back testing in sample and out of sample data. The analysis showed that the measurement of return volatility of stock indices and exchange rates by the GARCH model is appropriate. Estimating loss using Value at Risk based on GARCH volatility models of stock indices is appropiate to be applied at 95% confidence level, while the Expected Shortfall can be used as an alternative of risk measurement at the 99% confidence level. Whereas estimating the risk of exchange rate losses can use the Expected Shortfall at 99% confidence level."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Arif Satrio Wicaksono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kontribusi risiko sistemik perbankan di masing- masing negara emerging market ASEAN untuk perbandingan mengenai kondisi negara tersebut pada saat krisis dan setelahnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan capital shortfall dengan metode marginal expected shortfall (MES). Kalkulasi kontribusi risiko sistemik dilakukan menggunakan market data pada periode observasi 2008- 2016. Hasilnya ditemukan bahwa pada periode krisis 2008 semua bank dan negara signifikan dan berkontribusi terhadap risiko sistemik dan MES dapat menjadi prediktor yang baik dalam mengukur risiko sistemik.
This study aims to measure the contribution of systemic banking risk in each ASEAN emerging market country for comparison on the condition of the country at the time of crisis and thereafter. The research was conducted by using capital shortfall approach with marginal expected shortfall (MES) method. Calculations of systemic risk contribution were conducted using market data during the 2008-2016-observation period. The results found that during the 2008 crisis period all banks and countries were significant and contributed to systemic risk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T52199
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Samuel Wiranto
"Dengan menggunakan regresi data panel 14 negara yang terdaftar di indeks MSCI Emerging Market (2016) dan periode 2002-2014, skripsi ini menunjukkan bahwa dalam memprediksi return ekspektasi pasar saham satu tahun kedepan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV mempunyai kekuatan prediktor yang signifikan lebih baik daripada pertumbuhan kuartal lainnya termasuk pertumbuhan secara annual yang ditemukan lemah. Pertumbuhan ekonomi kuartal I mempunyai kekuatan prediktor yang lebih lemah, tetapi menariknya pertumbuhan ekonomi kuartal lainnya tidak memilikki kekuatan prediktor yang berarti. Walaupun demikian, nilai Adj. R-Square yang relatif rendah dengan nilai maximum hanya 11.07% menunjukkan bahwa kekuatan prediktor dari variabel makroekonomi yang digunakan dalam skripsi ini tetap tidak terlalu kuat.
By using panel data regression with 14 emerging countries listed in MSCI Emerging Market Index (2016) over the period 2002-2014, this paper shows that fourth quarter economic growth is a far better predictor of one-year-ahead stock market?s expected return than economic growth during the rest of the year, including annual economic growth which this paper found to be a very weak predictor. First quarter economic growth has smaller predictive power but for the rest of the year, this predictive power does not exist. However, low Adj R-Square (with a maximum of only 11.07%) suggest that the macroeconomic variables used in this paper are still not strong predictor of one-year-ahead stock market?s expected return."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62905
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Farhan Kamil Rabbani
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi dampak financial distress terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan sampel yang diambil dari Revinitiv Eikon selama periode 2019-2022. Sampel ini terdiri dari 394 perusahaan dari 9 negara Emerging Market Asia, di subsektor manufaktur makanan dan minuman. Data yang digunakan merupakan kombinasi dari data cross section dan data time series. Variabel yang terlibat dalam penelitian ini meliputi return saham sebagai variabel dependen, sedangkan financial distress yang digunakan sebagai variabel independen diukur dengan model Altman Z-Score, Springate S-Score, Zmijewski X-Score, dan Grover G-Score. Untuk menganalisis data, digunakan metode analisis data panel dengan model common effect dengan bantuan software Stata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan atau bersama-sama financial distress berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan subsektor makanan dan minuman. Hasil uji t yang menunjukkan pengaruh individu dari masing-masing variabel menunjukkan bahwa pada perusahaan makanan dan minuman variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham adalah Altman Z-Score, Springate S-Score, dan Zmijewski X-Score. Variabel Grover G-Score tidak berpengaruh terhadap return saham.
This study was conducted with the aim of evaluating the impact of financial distress on stock returns. This study utilizes a sample taken from Revinitiv Eikon during the period 2019-2022. This sample consists of 394 companies from 9 Emerging Market Asia countries, in the food and beverage manufacturing subsector. The data used is a combination of cross section data and time series data. The variables involved in this study include stock return as the dependent variable, while financial distress, which is used as an independent variable, is measured by the Altman Z-Score, Springate S-Score, Zmijewski X-Score, and Grover G-Score proxies. To analyze the data, panel data analysis method with common effect model was used with the help of Stata software. The results show that simultaneously or together financial distress affects stock returns in food and beverage subsector companies. The results of the t test which shows the individual effect of each variable show that in food and beverage companies the variables that have a positive and significant effect on stock prices are Altman Z-Score, Springate S-Score, and Zmijewski X-Score. The Grover G-Score variable has no effect on stock returns."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Gede Satya Wicaksana Abyuda
"Sektor energi memiliki peran penting dalam perekonomian global, namun sektor ini juga rentan terhadap krisis ekonomi, pandemi, dan konflik geopolitik yang dapat memicu volatilitas harga saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perilaku herding investor selama dua krisis utama, yaitu pandemi COVID-19 dan invasi Rusia terhadap Ukraina, pada saham sektor energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2018–2022, dengan fokus pada identifikasi indikasi perilaku herding pada return saham sektor energi selama kedua periode krisis tersebut. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan menganalisis data time series harian, dan sampel penelitian terdiri dari 57 saham yang dipilih melalui metode purposive sampling berdasarkan kriteria relevan. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku herding selama kedua periode krisis serta mengevaluasi dampak fluktuasi harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terhadap perilaku herding di sektor energi. Hasil penelitian menunjukkan adanya indikasi perilaku herding di perusahaan sektor energi selama periode 2018–2022, namun tidak ditemukan bukti yang cukup kuat bahwa perilaku herding terjadi selama periode krisis COVID-19 dan invasi Rusia terhadap Ukraina, sementara fluktuasi harga minyak mentah WTI tidak terbukti secara signifikan memicu perilaku herding di sektor energi. Temuan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi regulator dan akademisi dalam merancang kebijakan yang lebih efektif untuk mengelola perilaku pasar selama periode ketidakpastian global serta mendorong penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi faktor-faktor lain yang memengaruhi perilaku herding di sektor-sektor lain.
The energy sector plays a vital role in the global economy but is also vulnerable to economic crises, pandemics, and geopolitical conflicts that can trigger stock price volatility. This study aims to explore investor herding behavior during two major crises, namely the COVID-19 pandemic and Russia’s invasion of Ukraine, on energy sector stocks listed on the Indonesia Stock Exchange during the 2018–2022 period. The objective is to identify indications of herding behavior in energy sector stock returns during these crisis periods. A quantitative approach is employed, analyzing daily time series data. The sample consists of 57 stocks selected through purposive sampling based on relevant criteria. Hypothesis testing is performed to identify differences in herding behavior during the two crisis periods and to evaluate the impact of fluctuations in the price of West Texas Intermediate (WTI) crude oil on herding behavior in the energy sector. The results indicate the presence of herding behavior in energy sector companies during the 2018–2022 period, but there is no strong evidence that herding behavior occurred during the COVID-19 crisis or the Russia-Ukraine invasion. Meanwhile, fluctuations in the WTI crude oil price were not found to significantly trigger herding behavior in the energy sector. These findings are expected to serve as a reference for regulators and academics in designing more effective policies to manage market behavior during global uncertainty periods and to encourage further research into other factors influencing herding behavior in other sectors."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Fitri Aprilina
"Penelitian ini membuktikan mengenai intensitas pencarian (search volume) terhadap stock return dan likuiditas di negara emerging market. Sampel terdiri dari 9 negara emerging market berdasarkan Morgan Stanley Capital International (MSCI) Emerging Market Index. Intensitas pencarian diproksikan oleh Google Trend bernama Google Search Volume Index(SVI) sebagai proksi untuk perhatian investor dan Abnormal Trading Volume (ATV) sebagai proksi likuiditas. Dalam penelitian ini, kami menggunakan Model Tiga Faktor Fama-French untuk menjelaskan variabilitas return saham di emerging market. Penelitian ini menggunakan data mingguan untuk periode Juli 2014-Juni 2018 dan currency depreciation sebagai peristiwa attention-grabbing. Kami mengklasifikasikan sampel ke dalam 3 portofolio yaitu negara yang memiliki depresiasi mata uang rendah, negara yang memiliki depresiasi mata uang menengah, dan negara yang memiliki depresiasi mata uang tajam. Hasilnya, terdapat indikasi SVI berpengaruh terhadap portofolio walaupun secara keseluruhan SVI tidak signifikansi terhadap return saham namun signifikan terhadap likuiditas. Faktor pasar (premi risiko pasar) positif dan signifikan pada portofolio keseluruhan. ATV memiliki informasi yang lebih dominan dari SVI dalam menjelaskan return saham. Selain itu, kami menemukan bahwa pada negara yang memiliki depresiasi mata uang rendah dan depresiasi tajam, preferensi investor berinvestasi pada small stock dengan book-to-market yang tinggi sementara pada negara yang memiliki depresiasi mata uang menengah preferensi investor untuk berinvestasi pada big stock dengan book-to-market yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pada emerging market investor akan berperilaku rasional dalam jangka panjang.
The research examines the evidence of search intensity toward stock return and liquidity in emerging market country. The sample consists of 9 emerging market country classified as Morgan Stanley Capital International (MSCI) Emerging Market Index. Search intensity is measured by Google Trends named Google Search Volume Index (SVI) as a direct proxy for investors attention and Abnormal Trading Volume (ATV) as proxies for liquidity. We use the Fama-French Three-Factor Model to explain stock return variability in emerging market. We obtain weekly data for the period from July 2014-June 2018 and currency depreciation as an attention-grabbing event. We classified the sample into 3 portfolios which are low currency depreciation, medium currency depreciation, and sharp currency depreciation. The result showed that the SVI has a tendency to explain stock return variability in portfolio even though in general SVI insignificant toward stock return however significant on liquidity. Market factor (market risk premium) consistent positive and significant in overall portfolio. ATV has dominance information rather than SVI in explaining stock return. Additionally, we find that in low and sharp currency depreciation, investor tend to invest in small stock with high book to market meanwhile in medium currency depreciation investor tend to invest in big stock with high book to market. Overall, we conclude that in emerging market, in a long term investor behave on their rationality."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Suirwan
"Tesis ini membahas pengukuran risiko pasar portofolio saham dengan Value at Risk dan Expected Shortfall model volatilitas GARCH pada PT XYZ yang terdiri 29 emiten dengan periode observasi tahun 2008-2010. Hasil analisis menunjukkan bahwa perhitungan return portofolio tidak memenuhi distribusi normal, sehingga estimasi kerugian dengan menggunakan VaR distribusi normal dapat menjadi bias.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesa parametrics VaR dengan model volatilitas GARCH pada confidence level 99% dan 95% terbukti valid setelah dilakukan kupiec test pada periode 2010-2011, sementara hipotesa Expected Shortfall sebagai alternatif pengukuran risiko terbukti valid hanya pada confidence level 99%. Hasil perhitungan risiko portofolio saham dengan VaR dan ES model volatilitas GARCH menunjukkan bahwa nilai risiko lebih optimum dibandingkan undiversified portofolionya.
This thesis discusses the measurement of portfolio market risk by using Value at Risk and Expected Shortfall with GARCH volatility model on 29 listed companies PT XYZ?s during observation periods of 2008-2010. The analysis showed that the calculation of portfolio return do not meet the normal distribution so that the expected loss using normal distribution VaR can be biased.The hypothesis of Parametrics VaR with GARCH volatility at 95% and 99% confidence level proved valid after Kupiec test in the periods of 2010-2011, while hypothesis of Expected Shortfall as an alternative risk measurement proved valid only at 99% confidence level. Risk calculation using VaR and Expected Shortfall with GARCH volatility suggests more optimum value than the undiversified portfolio."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29503
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Ananda Aisyah Fajar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pertumbuhan kasus harian terkonfirmasi Covid-19 terhadap imbal hasil pasar saham dengan peran moderasi dari budaya nasional (Uncertainty Avoidance, Individualism, Collectivism, dan Long-term Orientation/Future Orientation). Penelitian dilaksanakan pada 22 negara berkembang di dunia, pada periode hari pertama kasus Covid-19 terkonfirmasi di negara tersebut hingga satu tahun kemudian (2020-2021). Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode random-effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kasus harian terkonfirmasi Covid-19 memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap imbal hasil pasar saham. Peran uncertainty avoidance dinilai negatif dan signifikan, Collectivism dinilai signifikan dan positif, sedangkan individualism, Long-term Orientation/Future Orientation dinilai tidak signifikan terhadap hubungan antara pertumbuhan kasus harian terkonfirmasi Covid-19 dan imbal hasil pasar saham.
This paper investigates the effect of daily growth of confirmed cases of Covid-19 on stock market returns with the moderating role of national culture (Uncertainty Avoidance, Individualism, Collectivism, and Long-term Orientation/Future Orientation). The sample includes 22 emerging countries in the world, for the period from the first day of confirmed cases of Covid-19 in that country until one year later (2020-2021). The test was carried out using the random-effect method. The results show that the daily growth of confirmed cases of Covid-19 has a negative and significant effect on stock market returns. The role of uncertainty avoidance is considered negative and significant, Collectivism is considered significant and positive, while individualism, Long-term Orientation/Future Orientation are considered insignificant to the relationship between the growth of daily confirmed cases of Covid-19 and stock market returns."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Christian Damara Utomo
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak dari pandemi COVID-19 dan kebijakan lockdown yang diterapkan untuk mengatasi pandemi terhadap return saham di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel untuk mengetahui dampak dari pertumbuhan jumlah kasus dan kematian akibat COVID- 19 serta kebijakan PSBB terhadap return saham harian kepada 272 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2 Maret 2020 hingga 27 Maret 2020. Penelitian ini mengonfirmasi dampak negatif dan signifikan dari pertumbuhan jumlah kasus dan kematian COVID-19. Selain itu, kebijakan lockdown dinilai memberikan dampak positif terhadap return saham. Penelitian ini juga menambahkan analisis sektoral dan menemukan bahwa sektor properti serta trade, service dan investment mengalami performa yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor lain. Sementara itu, sektor basic industry, consumer goods dan mining memiliki performa yang lebih baik. Penelitian ini mengindikasikan bahwa pandemi COVID-19 dan kebijakan lockdown memiliki dampak yang berbeda terhadap return saham di Indonesia.
This study explores the impact of COVID-19 pandemic and the lockdown policies that are used to tackle the pandemic on stock market return in Indonesia. This study uses fixed effect panel-data regression method to evaluate the impact of the growth in COVID-19 total confirmed cases and death as well as the lockdown policies on daily stock returns of 272 firms that are listed in the Indonesia Stock Exchange’s main board and operate in the real sector from 2 March 2020 to 27 November 2020. The study confirms the significantly adverse impact of growth in total of COVID- 19 confirmed cases and deaths due to COVID-19 on Indonesia’s daily stock returns. Moreover, the lockdown policies regardless of the strictness, have a positive and significant impact on the Indonesia’s daily stock returns. This study further considers the different impact of COVID-19 pandemic on each of eight observed sectors; where the sector of property as well as trade, service and investment have a significantly negative performance; while the sector of basic industry, consumer goods and mining have a significantly better performance. This study suggestes that COVID-19 pandemic and the lockdown policies have a mixed impact on the Indonesia’s stock market returns."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library