Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78282 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atie Umnia Najikh
"Prevalensi Diabetes melitus meningkat pesat dalam satu decade terakhir, pekerja kebersihan menjadi salah satu agregat yang berisiko diabetes melitus karena kondisi pekerjaan, kehidupan, sosial ekonomi, dan gaya hidup. penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan faktor determinan kesehatan pekerja kebersihan dengan risiko diabetes melitus. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental cross sectional melalui pendekatan deskriptif korelatif dengan sampel sebanyak 291 orang. Hasil penelitian menunjukan responden Rata-rata berusia 33 tahun (95% CI), laki-laki (76.6%), suku Betawi (49.5%), menikah (72.5%), lulus SMA ( 95%), ≥UMR (100%), memiliki rumah sendiri ( 50.9 %) dan tidak memiliki pekerjaan sampingan (94%), memiliki kebiasaan merokok ( 55%), dan tidak mengonsumsi alkohol ( 98.3 %). lama kerja 7 tahun (95% CI) , waktu jam kerja 11 jam (95% Cl), tingkat stres sedang, dan dukungan sosial baik. Rata-rata aktivitas fisik 3840 METs/minggu (95%CI), pola diet baik, lama waktu tidur 7 jam (95%CI), risiko diabetes melitus sangat rendah (3) (95% CI). Terdapat hubungan usia (p=0.003), jenis kelamin (p=0.000), dan kebiasaan merokok (p=0.000) dengan risiko diabetes melitus pada pekerja kebersihan. Pekerja kebersihan hendaknya mempertahankan dan meningkatkan pola hidup sehat untuk mencegah risiko diabetes melitus.

The prevalence of diabetes mellitus has increased rapidly in the past decade. Sanitation workers are considered a high-risk group for diabetes mellitus due to their occupational conditions, lifestyle, socioeconomic factors, and living conditions. This study aims to investigate the relationship between determinants of health among sanitation workers and the risk of diabetes mellitus. A cross-sectional method was employed, with a sample size of 291 individuals. The research findings indicate that the average age of respondents was 33 years (95% CI), predominantly male (76.6%), of Betawi ethnicity (49.5%), married (72.5%), high school graduates (95%), earning at least the minimum wage (100%), owning their own homes (50.9%), having no secondary jobs (94%), being smokers (55%), and abstaining from alcohol consumption (98.3%). The average duration of work was 7 years (95% CI), with an average working time of 11 hours (95% CI). Moderate levels of stress and good social support were reported. The average physical activity level was 3840 METs/week (95% CI), with a healthy dietary pattern and 7 hours of sleep per night (95% CI). The risk of diabetes mellitus was found to be very low (3) (95% CI). There was a significant association between age (p=0.003), gender (p=0.000), smoking habits (p=0.000), and the risk of diabetes mellitus among sanitation workers. It is recommended that sanitation workers maintain and improve their healthy lifestyle practices to prevent the risk of diabetes mellitus."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Rahmanida
"Pada tahun 2021 dari 25 Puskesmas di Kota Bogor hanya sekitar 12 puskesmas yang mencapai target keberhasilan SPM 100%. Penderita diabetes melitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar sebanyak 17.431 sekitar (88,5%) saja. Pendekatan kolaborasi interprofesional dalam pelayanan DM di puskesmas menjadi sangat penting untuk keterpaduan lintas program, sehingga meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil kesehatan pasien DM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis praktik kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pemberi pelayanan diabetes melitus di Puskesmas Kota Bogor. Metode penelitian ini deskriptif analitik menggunakan desain mixed method sequential explanatory, populasi seluruh petugas kesehatan pelayanan DM, sampel dengan total sampling. Data kuantitatif didapatkan menggunakan kuesioner Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) dan data kualitatif didapatkan dengan wawancara mendalam. Didapatkan 144 petugas kesehatan pemberi pelayanan DM yang berprofesi dokter PTM, perawat PTM, petugas obat atau apoteker, petugas laboratorium medis, dan ahli kesehatan masyarakat (ahli gizi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan). Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji statistik chi-square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil persepsi kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pemberi pelayanan diabetes melitus di Puskesmas Kota Bogor cukup baik dengan nilai rerata 75,65. Terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan praktik kolaborasi interprofesional, yaitu niat berbagi ilmu, iklim tim dan konflik tim. Iklim tim merupakan variabel yang dominan berhubugan dengan praktik kolaborasi interprofesional. Petugas dengan persepsi iklim tim yang positif berpeluang 3,48 kali untuk melakukan praktik kolaborasi interprofesional yang baik dibandingkan responden dengan iklim tim yang negatif (aOR=3,28 95% CI 1,345-9,018). Kesimpulan salah satu strategi meningkatkan capaian target SPM pelayanan DM dengan mengembangkan praktik kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pelayanan DM di Puskesmas Kota Bogor melalui penguatan program IPE (Interprofessional Education), mengadakan capacity building, dan meningkatkan apresiasi atau penghargaan pada setiap pencapaian anggota tim sehingga termotivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan DM yang sesuai standar.

Only 12 of the 25 at Bogor City public health center can achieve 100% success by 2021. Approximately 17,431 people with diabetes mellitus (88.5%) receive standard health services. The interprofessional collaborative approach in diabetes services at community health centers is critical for cross-program integration, which improves service quality and health outcomes for diabetes patients. The objective of this study was to examine the practice of interprofessional collaboration among health workers at the Bogor City Public Health Center that provide diabetes mellitus services. The research method was descriptive analytic with a mixed method sequential explanatory design, the population was all DM health service officers, and the sample was obtained from a random sample. The Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) questionnaire was used to collect quantitative data, and in-depth interviews were used to collect qualitative data. There were 144 doctors, nurses, drug officers or pharmacists, medical laboratory staff, and public health experts (nutritionists, environmental health, and health promotion) providing DM services. Univariate analysis was used to analyze the data, bivariate analysis was used with the chi-square statistical test, and multivariate analysis was used with multiple logistic regression tests. The results with an average score of 75.65, the perception of interprofessional collaboration among health workers who provide diabetes mellitus services at the Bogor City Public Health Center was quite good. The intention to share knowledge, team climate, and team conflict were three variables related to the practice of interprofessional collaboration. The dominant variable in interprofessional collaboration practices was team climate. Officers who perceived a positive team climate were 3.48 times more likely to engage in good interprofessional collaboration than those who perceive a negative team climate (aOR=3.28 95% CI 1.345-9.018). Conclusion one strategy for increasing DM service target achievement was to strengthen the IPE (Interprofessional Education) program, held capacity building, and increased appreciation for each achievement of team members so that they were motivated to provide DM health services in accordance with standards."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Riadatul Haerani
"Latar Belakang: Tuberkulosis dan diabetes melitus masih menjadi permasalahan utama kesehatan di Indonesia. Korelasi antara kedua penyakit ini menyebabkan peningkatan risiko kegagalan pengobatan, kekambuhan, yang berpengaruh pada lamanya durasi pengobatan dan beban pembiayaan yang tinggi. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan biaya perawatan tuberkulosis dan diabetes mellitus pada peserta JKN tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekan kuantitatif dengan studi cross sectional menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan Tahun 2019. Sampel penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis tuberkulosis dan diabetes mellitus pada pelayanan FKRTL. Hasil: Pasien dengan komobiditas TBDM di Indonesia adalah sebanyak 21.105 peserta. BPJS Kesehatan menghabiskan anggaran sebesar Rp. 120.563.754.830,00 untuk biaya pengobatan pasien dengan komobiditas TBDM selama satu tahun. Faktor-faktor yang berhubungan dengan komorbiditas dan pembiayaan perawatan TBDM adalah jenis kelamin, umur, hak kelas rawat, segmen kepesertaan, jenis FKTP, kepadatan penduduk, persentase merokok, dan kualitas lingkungan hidup (p-value <0,05). Kesimpulan: Variabel tingkat keparahan kasus dan tingkat kunjungan FKTP tidak memiliki pengaruh terhadap tingginya biaya perawatan pasien dengan komorbid TBDM.

Background: Tuberculosis and diabetes mellitus are major health problems in Indonesia. The correlation between these two diseases leads to an increased risk of treatment failure, relapse, which affects the duration of treatment and high financial burden. Objective: To identify factors associated with the incidence and cost of treating tuberculosis and diabetes mellitus among JKN participants in 2019. Methods: This study used a quantitative approach with a cross-sectional study using BPJS Health Sample Data in 2019. The samples of this study were patients with a diagnosis of tuberculosis and diabetes mellitus at FKRTL services in 2019. Results: Patients with TBDM comorbidities in Indonesia were 21,105 participants. BPJS Kesehatan spent a budget of Rp. 120,563,754,830.00 for the treatment of patients with TBDM comorbidities for one year. Factors associated with TBDM comorbidities and treatment costs were gender, age, entitlement to treatment class, membership segment, type of primary care provider, population density, smoking percentage, and environmental quality (p-value <0.05). Conclusion: The variables of case severity and primary care visit rate did not influence the high cost of care for patients with TBDM comorbidities"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valerie Andrea
"Pada diabetes melitus terjadi hiperglikemia kronik yang dapat menyebabkan komplikasi penyakit kardiovaskular, salah satunya adalah stroke. Pada stroke terjadi peningkatan nilai viskositas darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara DM dengan viskositas darah. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional yang melibatkan tiga kelompok subjek penelitian, yaitu pasien DM dan kontrol non DM yang berkunjung ke Posbindu Kelurahan Pisangan Timur pada bulan Januari dan Maret 2015, serta kontrol sehat dari hasil penelitian Rasyid tahun 2014. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil pemeriksaan viskositas darah dengan Mikrokapiler Digital® dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu. Mikrokapiler Digital® merupakan alat baru pengukur nilai viskositas darah yang mudah digunakan. Apabila dibandingkan dengan kontrol sehat, didapatkan perbedaan yang bermakna antara viskositas darah pasien DM dan kontrol sehat (p = 0,000). Berdasarkan data Posbindu didapatkan korelasi yang tidak bermakna antara kadar glukosa darah dan nilai viskositas darah (p = 0,221), demikian pula antara DM dengan viskositas darah (p = 0,566). Hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi hasil viskositas darah pada kontrol non DM. Penelitian lanjutan diperlukan dengan memperhitungkan faktor perancu.

Chronic hyperglycemia in diabetes mellitus can lead cardiovascular disorder complications, which one of them is stroke. There is increased blood viscosity level in stroke. The aim of this study is to find the relationship between diabetes mellitus and blood viscosity. This is a cross sectional study involving three groups: diabetes patients and non-diabetes controls visiting Posbindu Pisangan Timur in January and March 2015, also healthy controls from Rasyid study in 2014. The data used is secondary data of blood viscosity examined by Digital Microcapillary® and level of non-fasting blood sugar. Digital Microcapillary® is a new tool to measure blood viscosity value that is easy to use. Compare to healthy controls, there is a significant difference between blood viscosity of diabetes patients and healthy controls (p = 0,000). Posbindu data showed no significant correlation between blood glucose level and blood viscosity (p = 0,221), also between diabetes mellitus and blood viscosity (p = 0,566). It may be caused by the presence of other risk factors that may influence the results of blood viscosity in non-diabetes controls. Further study is needed and should consider all confounding conditions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyowati Tuminah
"Latar belakang: Hipertensi, DM, dan stres psikologis masih menjadi masalah kesehatan yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Tujuan: menilai kejadian hipertensi dan besaran risiko akibat efek gabungan antara DM dan stres psikologis pada orang dewasa. Metode: Analisis menggunakan data sekunder Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (FRPTM). Disain studi yaitu studi kohor retrospektif. Populasi: Data penduduk berusia 25 tahun ke atas (saat baseline) yang menjadi responden Studi Kohor FRPTM di Kota Bogor, Jawa Barat. Inklusi: Data yang lengkap pada wawancara/pengukuran/ pemeriksaan. Eksklusi: Data subyek yang hipertensi saat baseline. Sampel: Data penduduk berusia 25 tahun ke atas (saat baseline) yang menjadi responden Studi Kohor FRPTM di Kota Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 3165 data subyek dianalisis dengan regresi Cox. Hasil: Hipertensi yang ditemukan sebanyak 207 orang (6,6%). Relative risk (RR) untuk terjadinya hipertensi akibat adanya efek gabungan antara DM dan stres psikologis sebesar 2,20 dengan 95% CI (1,030—4,711) setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Interaksi yang didapatkan bersifat sinergis (positif). Kejadian hipertensi yang disebabkan karena interaksi sebesar 30%. Kesimpulan: Kelompok subyek dengan DM dan stres psikologis berisiko untuk terjadinya hipertensi sebesar 2,20 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok subyek tanpa DM dan tanpa stres psikologis dengan hubungan yang bermakna secara statistik. Kata kunci: Diabetes, stres psikologis, hipertensi

Background: Hypertension, DM, and psychological distress are still health problems that cannot be fully controlled. Purpose: to assess the proportion of hypertension and the magnitude of the risk due to the combined effect of DM and psychological distress in adults. Methods: Analysis using secondary data of Cohort Study on Non-Communicable Disease Risk Factors (NCDRF). The study design was a retrospective cohort study. Population/sample: Data of respondents of the NCDRF Cohort Study in Bogor City, West Java aged 25 years and over (at baseline). Inclusions: Complete data on interviews/ measurements/examinations. Exclusion: Data of hypertensive subjects at baseline. A total of 3165 subject data were analyzed with Cox regression. Results: Hypertension was found in 207 people (6.6%). The relative risk (RR) for the occurrence of hypertension due to the combined effect of DM and psychological distress is 2.20 with a 95% CI (1.030-4.711) after controlling for gender and obesity. The interactions obtained are synergistic (positive). The incidence of hypertension caused by interactions is 30%. Conclusion: The group of subjects with DM and experiencing psychological stress has a risk of developing hypertension by 2.20-fold higher rather than the group of subjects without DM and without psychological distress with a statistically significant association.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyani
"LATAR BELAKANG: Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang di dunia (IDF, 2011). Salah satu provinsi yang memiliki prevalensi Diabetes yang tinggi adalah Provinsi Banten. Prevalensi DM Provinsi Banten di daerah perkotaan sebesar 5,3% (mendekati angka nasional 5,7%) (Balitbangkes, 2008).
TUJUAN: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon.
DISAIN: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional, yang merupakan analisis data sekunder dari data Program Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 dan Faktor Risikonya di Kota Cilegon. Data dikumpulkan tahun 2011 dan analisis dilakukan tahun 2012.
HASIL: Prevalensi DM Tipe 2 adalah sebesar 4,4%. Variabel yang terbukti memiliki hubungan dengan kejadian DM Tipe 2 adalah aktivitas fisik (p: 0,032). Orang yang aktivitas sehari-harinya ringan memiliki risiko 2,68 kali untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisik sehariharinya sedang dan berat (OR: 2,68; 95% CI: 1,11-6,46).

BACKGROUND: Diabetes Mellitus is one of big health problems. Global study showed that diabetician in 2011 had reached 336 millions people (IDF, 2011). One of provinces that had high prevalence of Diabetes Mellitus is Banten Province. The prevalence of Diabetes Mellitus in Banten Province in urban areas is 5,3% (approaching the national prevalence 5,7%) (Balitbangkes, 2008).
OBJECTIVE: The objective of this research was to investigate the risk factors that have correlation with Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) in Citangkil Primary Health Care and Pulo Merak Primary Health Care, Cilegon City.
DESIGN: This research was a quantitative research with cross sectional design. It used the secondary data of T2DM and Its Risk Factors Controlling Program in Cilegon City. Data was collected in 2011 and the analyzing was done in 2012.
RESULT: The Prevalence of T2DM was 4,4%. The variabel that have correlation with T2DM is physical activity (p value: 0,032). People who have low intensity in physical activity has 2,68 times probabilty to get T2DM than people who has middle and high intensity in phisycal activity (OR: 2,68; 95% CI: 1,11-6,46).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dikha Ayu Kurnia
"Penyandang DMT2 memiliki beban fisik dan psikologis pada status kesehatannya setelah menyandang DMT2, yang dapat mempengaruhi pencapaian HbA1c < 7% masih belum optimal. Oleh sebab itu, salah satu keberhasilan dalam mencegah komplikasi kronik adalah pengukuran kesadaran diri status kesehatan penyandang DMT2 yang berlangsung selama seumur hidup. Status kesehatan merupakan kondisi yang menggambarkan kesehatan baik secara fisik dan mental. Sayangnya, penyandang DMT2 belum dapat menilai dirinya sendiri dan memantau status kesehatan karena belum ada instrumen yang mudah dipakai dan digunakan sebagai alat evaluasi. Instrumen tersebut diperlukan untuk mengukur status kesehatan diri agar penyandang DMT2 dapat memperluas kesadaran dirinya sehingga akan terlibat aktif dalam perawatan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengembangkan instrument kesadaran diri status kesehatan. Penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pertama adalah pengembangan instrument; tahap kedua adalah uji validitas secara empirik; dan tahap ketiga adalah penormaan dan interpretasi instrumen. Tahap pengembangan instrumen terdiri dari validasi konstruk oleh 3 pakar, merancang instrumen, dan uji validitas isi rancangan instrumen oleh 6 pakar. Pada tahap uji validitas secara empirik, uji validitas konstruk melibatkan 602 penyandang DMT2 dengan komplikasi kronik. Hasil penelitian tahap 1 mendapatkan 100 butir pernyataan (CVI 1) mencakup 4 dimensi, yaitu kemitraan perawat, dialog, pola kesadaran diri, dan status kesehatan. Uji Confirmatory Factor Analysis (CFA) pada tahap dua menghasilkan 77 butir pernyataan yang fit unidimensional mengukur kesadaran diri status kesehatan. Tahapan ketiga menghasilkan skala dan skor kesadaran diri yang mudah dijumlahkan oleh penyandang DMT2 dengan terdiri dari kesadaran diri rendah (0-23), kesadaran diri sedang (31-57) dan kesadaran diri tinggi (58-77).

People with T2DM have a physical and psychological burden on their health status after having T2DM, which can affect the achievement of HbA1c < 7% is still not optimal. Therefore, one of the successes in preventing chronic complications is the measurement of self-consciousness of the health status of people with T2DM that lasts for a lifetime. Health status is a condition that describes health both physically and mentally. Unfortunately, people with T2DM have not been able to assess themselves and monitor their health status because there is no instrument that is easy to use and use as an evaluation tool. Instruments are needed to measure health status so that people with T2DM can expand their self-consciousness so that they will be actively involved in health care. This study aims to develop a self-consciousness of health status instrument. The research is divided into three stages, namely the first stage is instrument development; the second stage is empirical validity testing; and the third stage is instrument normalization and interpretation. The instrument development stage consists of construct validation by 3 experts, designing the instrument, and testing the content validity of the instrument design by 6 experts. In the empirical validity stage, the construct validity test involved 602 people with T2DM with chronic complications. The results of phase 1 research obtained 100 statement items (CVI 1) covering 4 dimensions, namely nurse partnership, dialogue, self-awareness patterns, and health status. Confirmatory Factor Analysis (CFA) test in stage two resulted in 77 unidimensional fit statement items measuring health status self-awareness. The third stage resulted in a self-awareness scale and score that is easily summarized by people with T2DM and consists of low self-awareness (0-23), moderate self-awareness (31-57), and high self-awareness (58-77)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berly Nisa Srimayarti
"ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan salah satu dari empat Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi prioritas di dunia. Kasus diabetes di dunia terus meningkat, kebanyakan terjadi pada diabetes melitus tipe 2. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), bahwa prevalensi nasional diabetes tipe 2 di Indonesia pada usia >15 tahun, terjadi peningkatan yaitu dari 5,7% (2007), menjadi 6,9% (2013) dan terus meningkat menjadi 8,5% (2018). Sekitar 70% penyandang diabetes tipe 2 sering tidak menyadari penyakitnya, bahkan 25% baru menyadari bahwa sudah mengalami komplikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat perancangan prototipe Personal Health Records (PHR) dalam rangka pencegahan dan pengendalian faktor risiko diabetes melitus tipe 2. Metode penelitian ini menggunakan metode Systems Development Life Cycle (SDLC), melalui pendekatan Rapid Application Development (RAD) dengan teknik prototyping. Prototipe ini menyediakan informasi terkait diabetes, tersedianya menu data umum bagi pengguna, adanya data riwayat kesehatan, faktor risiko diabetes melitus tipe 2, dan rekomendasi kesehatan dalam bentuk kalimat dan video. Personal Health Record (PHR) berbasis android ini bisa menjadi salah satu tools untuk melakukan pencegahan dan pengendalian faktor risiko diabetes melitus tipe 2, pengguna bisa mengetahui lebih dini potensi terhadap penyakit diabetes melitus tipe 2, karena output yang muncul dapat melihat pengguna termasuk berisiko atau tidak, sesuai dengan kategori yang di inputkan. Penggunaan aplikasi ini sangat mudah dipahami dan berpusat pada individu, sehingga dapat mendorong perubahan perilaku kesehatan bagi pengguna.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is one of the four most prioritized Non-Communicable Diseases (NCD) in the world. The global diabetes prevalence increases every year, with type 2 diabetes as the highest contributor. Based Basic Health Research (Riskesdas), the prevalence of type 2 diabetes in Indonesia for the age group of> 15 years, had 5.7% increase in 2007, increased up to 6.9 % in 2013, and increased 8.5% in 2018. Around 70% of people with type 2 diabetes are often unaware of their illness, and 25% of them only realized once they got complications of diabetes. To design a prototype of Personal Health Records (PHR) in order to prevent and control the risk factors for type 2 diabetes mellitus. This study used the Systems Development Life Cycle (SDLC) method, using the Rapid Application Development (RAD) approach with prototyping techniques. This prototype provides information regarding diabetes, the availability of a general data menu for users, the presence of medical history data, risk factors for type 2 diabetes mellitus, and health recommendations in the form of sentences and videos. This Android-based PHR can be used as one prevention and risk factors control tool for type 2 diabetes mellitus. This tool aims to give a dependable prediction on type 2 diabetes mellitus potential occurrence in community. This application user friendly with a simple design and interface, hence it can encourage the users to change their behaviour into healthier lifestyle."
2019
T52701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Garnita
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beberapa faktor dengan Diabetes Melitus di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional, menggunakan data sekunder Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia 2007.
Hasil penelitian menyatakan prevalensi Diabetes Melitus mencapai 2,9%. Faktor yang berhubungan dengan diabetes adalah umur, riwayat keluarga, konsumsi protein dan lemak, sayur dan buah,aktivitas fisik, pekerjaan, pendidikan, indeks massa tubuh, hipertensi dan kondisi psikologis. Sedangkan secara multivariat, faktoryang berhubungan dengan diabetes adalah umur, status pekerjaan, pendidikan, konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, indeks massa tubuh, hipertensi, dan kondisi psikologis, serta interaksi indeks massa tubuh dengan aktivitas fisik.

The purpose of this thesis is to find out relationship of factors related to diabetes mellitus in Indonesia. This is a quantitative research with cross-sectional study design, using secondary data from IFLS 2007.
The result finds that diabetes mellitus prevalence is 2,9%. Factors that have significant relationship with diabetes are age, family history, protein and fat consumption, vegetable and fruit consumption, physical activity, occupation, education, body mass index, hypertension, and psychological condition. Multivariate analysis finds that factors that have significant relationship with diabetes are age, occupation, vegetable and fruit consumption, physical activity, BMI, hypertension, and psychological condition, and interaction between BMI and physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Anggun Sayekti
"Diabetes mellitus merupakan salah satu bentuk penyakit tidak menular dengan prevalensi yang terus meningkat di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Selain berdampak pada kualitas hidup individu dan keluarga, diabetes mellitus menjadi masalah kesehatan utama karena berdampak pada banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan kesehatan dan hilangnya produktivitas akibat penyakit.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada pekerja pria. Penelitian ini dilakukan di head office PT. X dengan melibatkan 64 pekerja pria sebagai responden dan dilakukan dari bulan Januari hingga Juni 2013. Variabel yang diteliti adalah umur, riwayat keluarga, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, asupan serat, berat badan berlebih, obesitas sentral, hipertensi, dislipidemia, durasi tidur, stres kerja, dan derajat merokok. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square.
Hasil analisis menunjukkan variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah umur, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, berat badan berlebih, obesitas sentral, dan hipertensi.

Diabetes mellitus is one of non communicable diseases which its having continuously increasing prevalence in South East Asia, including Indonesia. Besides its influences in quality of life of people and their family, diabetes mellitus also causes loss of productivity and increases health care cost.
This study was aimed to know the relationship between risk factors and diabetes mellitus type 2 in male employees. There were 64 head office male employees involved in this study which was held in January until June 2013. Variables of this research were age, family history, physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, carbohydrate intake, fiber intake, overweight and obese, abdominal obesity, hypertension, dyslipidemia, sleep duration, work related stress, and degree of smoking.This research used bivariate analysis with chi squa re test.
The result of this study showed that age, physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, overweight and obese, abdominal obesity, and hypertension was significantly related to type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>