Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166703 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putry Nur Faidah
"Kanker dan terapi pengobatan pada remaja menimbulkan masalah distres psikologis. Remaja perlu mengelola stresor dan menerapkan koping adaptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh online peer support terhadap distres psikologis dan koping remaja dengan kanker. Desain penelitian adalah quasi experiment pre-post test with control group dengan teknik consecutive sampling. Sampel sebanyak 60 remaja terbagi menjadi kelompok intervensi (n=30) dan kelompok kontrol (n=30). Online peer support diberikan kepada kelompok intervensi, sedangkan kelompok kontrol mendapat video edukasi. Hasil analisis dengan independent t test menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna skor distres psikologis dan koping mengatasi masalah dengan perencanaan, konfrontasi, mencari dukungan sosial, menerima tanggung jawab, dan penilaian positif setelah pemberian intervensi antara kedua kelompok (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh online peer support terhadap penurunan distres psikologis dan peningkatan koping adaptif pada remaja dengan kanker. Online peer support dengan metode yang tepat perlu diberikan pada pasien remaja dengan kanker sebagai intervensi kolaboratif guna menurunkan distres psikologis dan meningkatkan kemampuan koping adaptif.

Cancer and treatment in adolescents cause psychological distress. Adolescents need to manage stressors and apply adaptive coping. This study aims to identify the effect of online peer support on psychological distress and coping in adolescents with cancer. The research design was a quasi-experimental pre-post test with a control group using a consecutive sampling. A sample of 60 adolescents was divided into the intervention group (n = 30) and the control group (n = 30). Online peer support was given to the intervention group, while the control group received educational videos. The analysis results using independent t-test showed that there were significant differences in scores of psychological distress as well as scores of planful problem solving, confrontation, seeking social support, accepting responsibility, and positive appraisal coping after online peer support intervention between two groups (p<0,05). The conclusion of this study is that there is an effect of online peer support on reducing psychological distress and increasing the use of adaptive coping in adolescents with cancer. Online peer support with appropriate methods needs to be given to adolescent patients with cancer as a collaborative intervention to reduce psychological distress and improve adaptive coping skills."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Indriani Cahyadewi
"Internet memegang peranan signifikan dalam perkembangan remaja saat ini, sehingga tidak menutup kemungkinan akan adanya risiko yang mengikutinya. Salah satunya adalah penggunaan internet yang bermasalah. Penggunaan internet bermasalah memiliki kaitan erat dengan berbagai masalah psikologis, salah satunya adalah distres psikologis. Strategi coping yang digunakan oleh remaja diharapkan dapat menjelaskan hubungan antara penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran strategi coping sebagai mediator dalam hubungan antara penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis pada populasi remaja. Penelitian dilakukan pada 323 remaja berusia 15-18 tahun (M = 16.38) yang merupakan pengguna internet aktif. Penggunaan internet bermasalah diukur menggunakan instrumen Generalized Problematic Internet Use-II (GPIUS-II), distres psikologis diukur menggunakan instrumen Depression, Anxiety, and Scale-21 (DASS-21), dan strategi coping diukur dengan instrumen Brief COPE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi coping venting, denial, behavioral disengagement, dan self-blame memediasi secara parsial hubungan antara penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis pada remaja. 

The internet plays a significant role in the development of today's adolescents, which inevitably brings associated risks. One such risk is problematic internet use. Problematic internet use is closely related to various psychological issues, one of which is psychological distress. Coping strategies employed by adolescents are expected to explain the relationship between problematic internet use and psychological distress. This study aims to examine the role of coping strategies as mediators in the relationship between problematic internet use and psychological distress among adolescents. The research was conducted on 323 adolescents aged 15-18 years (M = 16.38) who are active internet users. Problematic internet use was measured using Generalized Problematic Internet Use-II (GPIUS-II), psychological distress was measured using Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21), and coping strategies were measured using the Brief COPE instrument. The results showed that venting, denial, behavioral disengagement, and self-blame coping strategies partially mediated the relationship between problematic internet use and psychological distress among adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Lazuardy Rahmani
"Populasi remaja di era saat ini tumbuh dengan paparan penggunaan internet yang sangat masif sehingga meningkatkan resiko munculnya perilaku penggunaan internet bermasalah. Penggunaan internet bermasalah dijelaskan sebagai adanya gejala kognitif dan perilaku penggunaan internet yang berdampak pada berbagai konsekuensi negatif, salah satunya munculnya distres psikologis. Disisi lain, studi menunjukkan bahwa dukungan sosial diduga dapat berperan sebagai salah satu faktor protektif dari kemunculan distres psikologis sebagai dampak dari penggunaan internet yang bermasalah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran dukungan sosial sebagai moderator hubungan antara penggunaan internet bermasalah dengan distres psikologis pada remaja. Penelitian dengan desain kuantitatif dilakukan pada 323 remaja berusia 15-18 tahun dengan menyebarkan instrumen kuesioner Generalized Problematic Internet Use Scale-II (GPIUS-II), Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21), dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Hasil menunjukkan bahwa dukungan sosial, khususnya yang bersumber dari keluarga, berperan sebagai moderator dalam hubungan antara penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis remaja. Temuan ini memperkuat pentingnya peran dukungan sosial sebagai salah satu faktor yang dapat menurunkan dampak negatif dari penggunaan internet bermasalah.

he adolescent population in the current era is growing with extensive exposure to internet usage, which is increasing the risk of problematic internet use behaviors. Problematic internet use is characterized by cognitive and behavioral symptoms that lead to various negative consequences, including psychological distress. On the other hand, social support is suspected to act as a protective factor against the psychological distress resulting from problematic internet use. This study aims to examine the role of social support as a moderator in the relationship between problematic internet use and psychological distress in adolescents. A quantitative research design was conducted with 323 adolescents aged 15-18 years, utilizing Generalized Problematic Internet Use Scale-II (GPIUS-II), Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21), and Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Results show that social support, especially from family, significantly moderated the relationship between problematic internet use and psychological distress in adolescents. These findings highlight the crucial role of social support to reduce the negative impacts of adolescents’ problematic internet use."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inaya Aafiya Khairunissa
"Meskipun mahasiswa telah mempersepsikan dukungan sosial yang berasal dari berbagai sumber, distres psikologis pada mahasiswa masih sering terjadi dan memiliki urgensi tinggi untuk diperhatikan dan diatasi. Perceived social support sebagai faktor sosial memengaruhi distres psikologis pada individu melalui persepsi bahwa dirinya dicintai, dipedulikan dan dihargai oleh orang lain sehingga individu merasa lebih percaya diri dalam mengatasi stresor. Self-compassion sebagai proses kognitif yang berperan dalam penilaian positif terhadap stresor melalui pemberian belas kasih dan kepedulian pada diri sendiri. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 416 mahasiswa berstatus aktif dalam rentang usia antara 18 hingga 25 tahun. Variabel distres diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist (HSCL), perceived social support diukur menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan self-compassion menggunakan Self-Compassion Scale (SCS). Analisis utama regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh perceived social support dan self-compassion terhadap distres psikologis. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari perceived social support terhadap distres psikologis dan terdapat pengaruh negatif yang signifikan dari self-compassion terhadap distres psikologis

Although students have received social support from various sources, psychological distress on students is still common and has a high urgency to be noticed and overcome. Social support as a social factor influences psychological distress in individuals through the belief that they are loved, cared for and valued by others so that individuals feel more confident in dealing with stressors. Self-compassion as a cognitive process plays a role in positive appraisal of stressors through giving compassion and self-care. Participants in this study were 416 active status students in the age range between 18 to 25 years. Distress variables are measured using the Hopkins Symptom Checklist (HSCL), social support is measured using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and self-compassion using the Self-Compassion Scale (SCS). The main analysis of multiple linear regression is to determine the influence of social support and self-compassion on psychological distress. The results found that there was a significant positive effect of social support on psychological distress and there was a significant negative effect of self-compassion on psychological distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Media Rahmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan social support dan resiliensi dengan distres psikologis pada mahasiswa di Indonesia. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa berusia 18-25 tahun. Fenomena distres psikologis pada mahasiswa disebabkan oleh banyaknya tuntutan yang dibebankan pada mahasiswa dan sulitnya mencari sumber materi perkuliahan yang akan diikuti serta padatnya jadwal perkuliahan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperlukan social support dan resiliensi bagi mahasiswa. Meski demikian, distres psikologis pada mahasiswa masih sering terjadi dan memiliki urgensi yang tinggi untuk diperhatikan dan diatasi. Penelitian terdahulu telah menemukan adanya interaksi resiliensi dalam pengaruh dukungan sosial terhadap penurunan tingkat distres psikologis.
Tipe penelitian kuantitatif dengan menggunakan tiga skala penelitian dalam pengambilan data yaitu MSPSS mengukur social support, HSCL-25 mengukur distres psikologis, dan CD-RISC untuk resiliensi. Teknik accidental sampling dengan pengambilan data secara online sebanyak 417 responden dengan hasil bahwa social support dan resiliensi berpengaruh signifikan terhadap distres psikologis. Implikasi penelitian yakni bagi mahasiswa untuk lebih menjalin komunikasi dengan teman, keluarga dan orang di sekitar agar mendapat dukungan sosial yang baik dan akan berdampak pada ketahanan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah sehingga distres psikologis akan menurun

This study aims to determine the relationship between social support and resilience with psychological distress in Indonesian students. Respondents in this study were students aged 18-25 years. The phenomenon of psychological distress in students is caused by the many demands placed on students and the difficulty of finding the source of the subject matter to be followed and the busy lecture schedule, so that to overcome this, it requires social support and resilience to students. Even so, psychological distress in students is still common and has a high urgency to be noticed and overcome.
This type of quantitative research uses three research scales in data collection, namely MSPSS to measure social support, HSCL-25 to measure psychological distress, and CD-RISC for resilience. The accidental sampling technique used online data collection was 422 respondents with the result that social support and resilience had a significant effect on psychological distress. The research implication is for college students to better communicate with friends, family and people around them in order to get good social support and will have an impact on student resilience in facing every problem so that psychological distress will decrease
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqika Puspitasari
"Remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan hingga menyebabkan adanya transisi peran. Proses transisi peran ini dianggap sebagai masa-masa krusial sebab remaja menjadi lebih rentan mengalami tekanan psikologis yang berujung pada munculnya gangguan mental emosional. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif orang tua dan teman sebaya untuk membantu remaja mencegah dan menangani kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan dukungan sosial teman sebaya terhadap gangguan mental emosional pada remaja. Gangguan mental emosional (GME) diukur menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), pola asuh orang tua diukur dengan Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ), dan dukungan sosial teman sebaya diukur dengan Social Provisions Scale (SPS). Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional pada 336 remaja di SMK Kemala Bhayangkari Delog dan SMA Negeri 66 Jakarta yang dipilih secara non acak (non-probability sampling) dengan metode stratified sampling. Hasil penelitian diperoleh hampir setengah dari total remaja terindikasi GME dengan skor borderline-abnormal. Selain itu, diketahui juga bahwa sebagian besar orang tua remaja menerapkan pola asuh permisif dan remaja yang memeroleh dukungan sosial teman sebaya kategori tinggi mendominasi dengan persentase >92%. Hasil analisis uji chi square mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap GME pada remaja (p = 0,428) dan tidak ada pula hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap GME pada remaja (p = 0,597). Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan untuk promosi kesehatan jiwa dalam upaya pencegahan gangguan mental emosional pada remaja.

Adolescents experience rapid growth and development, even leading to role transition. This role transition process is considered a crucial time because adolescents become more vulnerable to psychological stress that leads to the emergence of mental emotional distress Therefore, an active role of parents and peers is needed to help adolescents prevent and handle these conditions. This study aims to determine the relationship between parenting and peer social support on mental emotional distress in adolescents. Mental emotional distress were measured using the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), parenting styles were measured with the Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ), and peer social support was measured with the Social Provisions Scale (SPS). The research design used was a cross sectional research design on 336 respondents at SMK Kemala Bhayangkari Delog and SMA Negeri 66 Jakarta who were non-randomly selected (non-probability sampling) with stratified sampling method. The results showed that almost half of the total adolescents indicated experiencing mental emotional disorders with borderline-abnormal scores. In addition, it is also known that most adolescents' parents apply permissive parenting and adolescents who get high category peer social support dominate with a percentage of >92%. The results of the chi square test analysis showed that there was no significant relationship between parenting styles and mental emotional distress in adolescents (p = 0.428) and there was also no significant relationship between peer social support and mental emotional distress in adolescents (p = 0.597). The results of this study can be one of the references for mental health promotion in an effort to prevent mental emotional distress in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Dewayani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan psychological distress antara mahasiswa yang memiliki perceived peer social support dengan mahasiswa yang tidak memiliki perceived peer social support. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur HSCL-25 untuk mengetahui psychological distress partisipan dan data demografis untuk membedakan antara partisipan yang memiliki perceived peer social support dengan yang tidak. Partisipan dalam penelitian ini adalah 666 mahasiswa S1 program reguler Universitas Indonesia yang dikumpulkan dengan teknik acak. Teknik statistik yang digunakan adalah independent sample t-test. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan psychological distress yang signifikan antara mahasiswa UI yang memiliki perceived peer social support dengan mahasiswa UI yang tidak memiliki perceived peer social support. Hal ini dapat terjadi karena psychological distress tidak hanya dipengaruhi oleh perceived peer social support, tetapi juga faktor-faktor lain.

This study investigated the difference of psychological distress between students of Universitas Indonesia who have and who does not have perceived peer social support. This quantitative study has been done by adapting HSCL-25 questionnaire to know psychological distress to differentiate students of Universitas Indonesia who perceived peer social support. Participants are 666 students of Universitas Indonesia obtained by random/probability sampling. There is no significant difference in psychological distress between students of Universitas Indonesia who have and who does not have perceived peer social support. It is assumed that there are many other factors that influence the psychological distress student."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Dewayani
2010
S3691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Lathifah Tyas Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara strategi koping dan distres psikologis pada mahasiswa FKUI. Penelitian terkait dengan strategi koping serta distres psikologis masih sedikit dibahas pada mahasiswa kedokteran di Indonesia. Hal ini penting untuk diteliti mengingingat banyaknya kompetensi yang harus dipenuhi oleh mahasiswa kedokteran dan dapat menimbulkan stres pada diri mereka. Jika tidak ditangani dengan baik, maka hal tersebut mampu memunculkan distres pada diri individu yang kemudian dapat menghambat pendidikannya. Sebanyak 187 partisipan yang merupakan mahasiswa FKUI mengisi alat ukur Kuesioner Kesehatan Umum untuk mengukur tingkat distres psikologis, dan The Brief COPE untuk mengukur strategi koping. Pengolahan data dilakukan menggunakan teknik statistik pearson correlation menunjukkan tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara strategi coping dengan distres psikologis dengan nilai korelasi yaitu r = 0,035 dan p = 0,637 two tailed. Tidak terdapat korelasi negatif yang signifikan antara jenis koping problem-focused coping dengan distres psikologis, kemudian distres psikologis dan emotion-focused coping juga ditemukan tidak berkorelasi positif secara signifikan. Artinya, semakin tinggi tingkat penggunaan problem-focused coping individu maka semakin tinggi pula tingkat distres psikologis individu tersebut. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara distres psikologis dengan adaptive coping, dan begitu pula pada distres psikologis dan maladaptive coping. Semakin tinggi tingkat penggunaan maladaptive coping maupun adaptive coping maka akan semakin rendah tingkat distres psikologis yang dialami. Namun jika dilihat dari korelasinya maka individu yang menggunakan strategi maladaptive coping memiliki distres psikologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang menggunakan strategi adaptive coping.

Indonesian medical students are very prone to stress because of the high standards of competencies that they must fulfill in order to become future doctors. This puts the individuals at risk of further distress that might eventually become a barrier for their education. A lot of research under the topic of psychological distress have not yet focused on Indonesian medical students particular condition. Therefore, it is urgent to dig deeper upon the problem in this current research.This research aims to unravel the relationship between coping strategy and psychological distress in medical students in University of Indonesia. As much as 187 medical students from University of Indonesia participated in the study. They completed a questionnaire on general health Kuesioner Kesehatan Umum in order to measure their level of psychological distress and the Brief COPE to measure their coping strategy.The final data were produced by using Pearson correlation statistics, which showed that there was no significant positive correlation between coping strategy and psychological distress, with r 0,035 and p 0,637 two tailed. There was no signicificant negative correlation between problem focused coping and psychological distress. Furthermore, the positive correlation between psychological distress and emotion focused coping was also found to be insignificant. This means that the more a person uses problem focused coping strategy, the higher the psychological distress level that the person has. There were, however, a significant negative correlation between psychological distress and adaptive coping, and also between psychological distress and maladaptive coping. Both the users of adaptive coping and maladaptive coping seem to have lower levels of psychological distress. However, judging from the correlation, individuals who use maladaptive coping strategy actually have higher levels of psychological distress compared to their counterparts who use adaptive coping.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Rifqi Hadyan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara distres psikologis dan perceived social support pada masyarakat miskin emerging adults di Jakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 260 masyarakat miskin emerging adults di Jakarta usia 18-29 tahun yang terdiri dari 168 orang perempuan (64,6%) dan 92 orang laki-laki (35,4%). Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist–25 (HSCL-25) dan perceived social support diukur menggunakan Social Provisions Scale (SPS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang negatif dan signifikan antara distres psikologis dan perceived social support pada masyarakat miskin emerging adult di Jakarta (r(258) = -0,155, p = 0,01, signifikan pada LoS 0,05). Artinya, semakin tinggi  perceived social support pada masyarakat miskin emerging adult di Jakarta, semakin rendah  distres psikologis yang dimilikinya.

This research aimed to investigate the relationship between psychological distress and perceived social support among poor emerging adult in Jakarta. This research was conducted using quantitative method. The participants of this research were 260 poor emerging adult in Jakarta aged 18-29 years old which consisted of 168 female (64,6%) and 22 male (35,4%). Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist – 25 (HSCL-25) and perceived social support was measured using Social Provisions Scale (SPS).
The result of this research showed that there was a significant negative correlation between perceived social support and psychological distress among  poor emerging adult in Jakarta (r = -0,155, p = 0,01, significant at LoS 0,05). It means that the higher psychological distress, the lower perceived social support among poor emerging adult in Jakarta.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>