Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95659 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nico Dian Ferdinand
"Bahasa yang terdapat pada rambu-rambu jalanan umum, papan iklan, nama jalan, nama tempat, papan nama komersial dan rambu-rambu publik di gedung-gedung pemerintah membentuk lanskap linguistik di suatu wilayah, daerah atau perkotaan. Sebagai salah satu jenis lanskap linguistik, papan nama toko berkontribusi dalam pembentukan identitas dan konsep dari toko. Akan tetapi, penelitian lanskap linguistik terdahulu kerap berfokus kepada penggunaan multibahasa dan tidak membahas secara lebih dalam mengenai aspek multimodalitas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menjelaskan multimodalitas papan nama restoran lokal di Kyoto. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Moda verbal dianalisis menggunakan teori onomastika dan moda nonverbal dengan teori gramatika visual. Hasil penelitian menemukan beberapa pola multimodalitas yaitu (i) Moda verbal metaforis dan moda nonverbal asosiatif; (ii) Moda verbal adjektival dan moda nonverbal asosiatif; (iii) Moda verbal nomina persona dan moda nonverbal asosiatif, (iv) Moda verbal dialek dan moda nonverbal asosiatif dan (v) Moda verbal ateji dan moda nonverbal asosiatif. Selain dari itu, hasil analisis juga menemukan keterkaitan yang kuat antara makna verbal dan nonverbal berpengaruh besar terhadap keberhasilan penyampaian konsep dan pembentukan identitas dari suatu restoran.

The language found in public street signs, billboards, street names, place names, commercial signage and public signs in government buildings form the linguistic landscape of a region, area or city. As a type of linguistic landscape, shop signboard contributes to the formation of the identity and concept of the shop. However, previous linguistic landscape research often focuses on the use of multilingualism and does not go deeper into the analysis of multimodality. Therefore, this study aims to explain the multimodality found in the signboard of local restaurants in Kyoto. The research method used is descriptive analysis method with a qualitative approach. Verbal mode is analyzed using onomastics theory and non-verbal mode using visual grammatical theory. The results found several multimodality patterns, namely (i) metaphorical verbal mode and associative nonverbal mode; (ii) adjectival verbal mode and associative nonverbal mode; (iii) persona noun verbal mode and associative nonverbal mode, (iv) dialect verbal mode and associative nonverbal mode and (v) Verbal mode of ateji and associative nonverbal mode. Apart from that, the results of the analysis also found that how strong the relationship between verbal and nonverbal meanings have a great influence on the success of conveying the concept and forming the identity of a restaurant."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Kusumaningtyas
"Menu restoran merupakan salah satu wujud dari lanskap linguistik. Varian bahasa dan karakteristiknya secara signifikan berkontribusi terhadap pemahaman mendalam mengenai lanskap linguistik bahasa Jepang yang termanifestasikan melalui beragam nama-nama menu yang ada. Namun, penelitian linguistik sebelumnya cenderung menitikberatkan pada objek di tempat makan atau bahasa Inggris dalam lanskap linguistik Jepang, dengan kurangnya eksplorasi yang mengenai menu berbahan dasar mi di restoran Jepang (menrui). Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan menjelaskan lanskap linguistik nama menu restoran berbahan dasar mi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Nama menu dianalisis variasi bahasanya untuk dicari tahu karakteristiknya. hasil penelitian ialah nama nama menu berbentuk kata dan frasa nominal. Juga ditemukan nama menu dengan menggunakan nama mi yang digunakan (ramen, soba, udon dan soumen), bahan – bahan yang digunakan (chicken, gyuu, kamo, goma, tenzaru, tempura, kitsune, tororo, shoyu), warna bahan yang digunakan (aka, shiro, kuro), asal daerah bahan yang digunakan (nanban), cara memasak (yaki) cara penyajiannya (zaru, kake), dan suhu makanan saat disajikan (hiyashi).

Restaurant menu is manifestation of the linguistic landscape. The language variations and characteristics significantly contribute to a profound understanding of the linguistic landscape of the Japanese language, as manifested through various menu names. However, previous linguistic research has tended to focus on objects in dining place or the use of English in the Japanese linguistic landscape, with limited exploration regarding menu items based on noodles (menrui) in Japanese restaurants. Based on this premise, this study aims to explain the linguistic landscape of restaurant menu names based on noodle dishes. The research methodology is descriptive analysis using a qualitative approach. The names of the menus are analyzed for their language variations to determine their characteristics. The research findings reveal that the menu names primarily take the form of nouns and noun phrases. Moreover, menu names are discovered using the name of the noodle type (ramen, soba, udon, and somen), the ingredients used (chicken, gyuu, kamo, goma, tenzaru, tempura, kitsune, tororo, shoyu) the color of the ingredients (aka, shiro, kuro), the regional origin of the ingredients (nanban), the cooking method (yaki), the serving style (zaru, kake), and the serving temperature (hiyashi)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Sita Oentari
"Web seminar (webinar) menyediakan ruang interaksi di internet bagi sekelompok individual yang berada di tempat terpisah untuk mendiskusikan suatu hal. Dalam pelaksanaannya, diperlukan rancangan peran dan kontribusi dari masing-masing pihak yang terlibat agar tujuan webinar tersebut dapat tercapai. Bertolak dari teori Clark (1994, 1996) yang menyatakan bahwa seluruh personel percakapan memiliki andil bagi percakapan melalui kapasitasnya masing-masing, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran dan kontribusi personel yang tergabung dalam webinar. Sumber data berupa webinar dengan bahasan penanganan Covid-19 di Jawa Barat yang disiarkan melalui aplikasi Zoom Meeting dan situs YouTube secara bersamaan. Data penelitian berupa wacana percakapan dari webinar tersebut. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan Analisis Percakapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa personel dalam webinar terbagi atas peran penutur, mitra tutur, dan partisipan sampingan yang tergabung melalui aplikasi Zoom Meeting, serta peran pengamat dan penguping yang tergabung melalui situs YouTube. Personel tersebut saling bergantian peran dari satu tindakan ke tindakan lainnya untuk bekerja sama membangun kesamaan landasan. Personel yang tergabung dalam aplikasi Zoom Meeting saling berkolaborasi untuk memberikan kontribusi berikutnya yang relevan (relevant next contribution), perhatian yang berlanjut (continued attention), serta pengakuan (acknowledgment), baik menggunakan tuturan atau gestur. Pemberian kontribusi yang relevan berarti personel mampu memproduksi urutan tuturan yang sesuai. Pemberian perhatian yang berlanjut berarti personel bekerja sama dengan menerima segala kontribusi yang saat itu diproduksi oleh penutur tanpa berusaha mengambil giliran. Pengakuan berarti personel menerima kesamaan landasan yang terakumulasi melalui gestur. Personel yang tergabung dalam situs YouTube, di sisi lain, mampu memberikan kontribusi berikutnya yang relevan melalui teks pada live chat. Dengan kapasitas berbeda, seluruh personel berperan dan berkontribusi penting bagi ketercapaian tujuan percakapan dalam webinar.

Web seminars (webinars) allow a group of people in different locations to engage on the internet and discuss anything. It is vital to design the roles and contributions of each person involved in its implementation so that the webinar’s objectives are achieved. This study aims to identify the roles and contributions of personnel in a webinar using Clark’s theory (1994, 1996), which claims that all conversational personnel contribute to the conversation through their respective capacities. The data source is a webinar on the handling of Covid-19 in West Java, which is simultaneously streamed on Zoom Meeting and YouTube. The research data is the conversational discourse from the webinar. This qualitative research employs the conversation analysis approach. The results of the study show that the personnel in the webinar are divided into the roles of speakers, addressees, and side participants in Zoom Meeting, as well as the roles of bystanders and eavesdroppers on YouTube. These personnel alternate roles from one action to another to work together to build common ground in conversation. Personnel in the Zoom meeting collaborate with each other to provide relevant next contributions, continued attention, and acknowledgments using speech or gestures. Providing a relevant next contribution means personnel can produce appropriate utterance sequences. By giving continuous attention, personnel are collaborating to accept all contributions currently being produced by the speaker without attempting to take turns. Acknowledging means personnel receive the accumulated common ground using gestures. Personnel on YouTube, on the other hand, make the relevant next contributions via text in live chat. With varying capacities, all personnel play a significant role and contribute to the webinar’s conversational goals."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Waterman, John T.
Munchen Max Hueber 1966
410 W 40 l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York : The Linguistic Circle of New York
050 WO (1959)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jepang: The committee of public relation of Kyoto Uiversity,
070 KUN
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Eka Yurita
"Penelitian ini membahas lanskap linguistik papan iklan dan papan nama toko tekstil di sepanjang Jalan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Pasar Baru merupakan salah satu pasar tekstil tertua yang telah didirikan sejak tahun 1820. Sebagai pasar yang menyimpan sejarah panjang, Pasar Baru telah mengalami pergeseran budaya yang turut memengaruhi pola kebahasan pada lanskap linguistiknya, baik secara identitas maupun komersialitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teori Landry dan Bourhis (1997) dan Backhaus (2006) menjadi rujukan dan implementasi dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, fotografi, dan wawancara. Berdasarkan data yang sudah diperoleh, sebanyak 88 data ditemukan yang dibagi menjadi dua kategori, yakni Papan Nama Toko (PNT) dan Spanduk/Iklan Jasa (SIJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan nama toko cenderung ekabahasa Indonesia (20,93%) atau Inggris (18,60%), sedangkan spanduk iklan/jasa cenderung ekabahasa Indonesia (33,33%) dan dwibahasa Inggris-Indonesia (31,11%). Selain itu, ditemukan medan makna, fungsi informasional dan simbolik, yang berkaitan dengan latar belakang identitas dan sejarah Pasar Baru.

The study discussed the linguistic landscape of advertising signs and the textile shops signs along the New Market road, Central Jakarta. The New Market is one of the oldest textile markets established since 1820. As a market that has a long history, the New Market has contributed to a pattern of addressing the linguistic landscape, both identity and commerciality. The study uses a qualitative descriptive approach. The theory of Landry & Bourhis (1997), also Backhaus (2006) serve as references and implementation in the study. Data is gathered through observation, photography and interview techniques. According to data already obtained, 88 files have been found that are divided into two categories, specifically PNT and SIJ. The research indicates that store name boards tend to be Indonesian (20,93%) or English (18,60%), while advertisements tend to be Indonesian (33,33%) and English-Indonesian (31,11%). Additionally, semantic field, information and symbolic functions, have been found that are related to the background of the New Market identity and history."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nickie Marinka
"Representasi variasi linguistik telah menjadi fitur yang patut diperhatikan dalam karya sastra, baik untuk penokohan karakter maupun untuk menimbulkan efek tertentu pada pembaca. Pengarang juga dapat menyertakan variasi linguistik dalam karyanya melalui berbagai cara, termasuk secara jenaka. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi variasi linguistik yang direpresentasikan dalam The Burning Maze karya Rick Riordan dan juga menganalisa bagaimana sang penulis memanfaatkan variasi linguistik tersebut untuk menciptakan lelucon. Data yang diperoleh dari karya asli yang dipublikasikan oleh by Disney Hyperion (2018) kemudian dianalisa menggunakan teori “Nonstandard Language Marker” oleh Dimitrova (2004) dengan metode deskriptif kualitatif. Sedangkan untuk keterkaitan dengan humor, data akan dianalisa menggunakan salah satu parameter dari teori Attardo (2002) “The General Theory of Verbal Humor (GTVH)”, teori Monro (1988) “Theories of Humor”, dan juga teori Triezenberg (2008) mengenai humor enhancers. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat dua variasi yakni Shakespearean English dan American English yang informal. Keduanya digunakan sebagai bahan lelucon sesuai dengan prinsip Script Opposition. Variasi Shakespearean English menciptakan incongruity humor dan relief humor sedangkan variasi American English yang informal menciptakan incongruity humor. Temuan ini menambah kontribusi baru di bidang sosiolingustik dan keterkaitannya dengan humor melalui analisa terhadap karya fiksi Young Adult.

The representation of linguistic variation has been a noteworthy feature in literary works for several uses such as to give characterization or to achieve certain effects. Authors may also insert representations of linguistic variation in their works in numerous ways, including in a humorous manner. This study identifies the linguistic variations represented in The Burning Maze by Rick Riordan as well as analyzes how the author produces humor utilizing the variations. Data from the original work published by Disney Hyperion (2018) is analyzed through Dimitrova‟s (2004) nonstandard language markers framework along with one of the parameters from the General Theory of Verbal Humor (GTVH) proposed by Attardo (2002), Monro‟s (1988) Theories of Humor, and Triezenberg‟s (2008) humor enhancers. The study finds that there are two notable variations, Shakespearean English and informal American English, and both of them are employed to support characterizations as well as to create humor. Shakespearean English is utilized to create incongruity humor and relief humor while informal American English is utilized to create incongruity humor. These findings provide a new contribution to sociolinguistics in relation to humor through the analysis of young adult fiction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Japan : Linguistics Cirele
050 LIR 12 (1987/88)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Kanngieber, Siegfried
Tubingen Max Niemeyer verlag 1972
410 K 34 a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>