Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Ramadhani
"Penelitian ini membahas intertekstualitas yang ada di antara serial anime Bungo Stray Dogs (2016) dan novel Ningen Shikkaku「人間失格」(1948) karya Dazai Osamu. Kemudian, latar belakang dari adanya hubungan di antara kedua karya sastra tersebut akan dianalisis dengan mengambil sudut pandang sang pengarang serial Bung? Stray Dogs, yaitu Kafka Asagiri. Penelitian ini menggunakan konsep intertekstualitas yang dikembangkan oleh Julia Kristeva dan Michael Riffaterre untuk menganalisis data, yaitu konsep yang mengemukan bahwa sebuah karya pasti memiliki hubungan dengan karya lainnya. Dengan menggunakan metode analisis intertekstualitas yang disampaikan oleh Julia Kristeva, analisis dilakukan dengan berfokus kepada salah satu karakter di kedua karya, yaitu Oba Yozo dari Ningen Shikkaku dan Dazai Osamu dari Bungo Stray Dogs. Baik melalui visualisasi maupun dialog antar tokoh, peneliti menemukan adanya tanda-tanda intertekstualitas di antara kedua karya yang sebagian besar ditunjukkan melalui kebiasaan yang dimiliki kedua karakter. Lebih jauh lagi, ditemukan juga perbedaan-perbedaan di antara intertekstualitas yang telah ditemukan. Penelitian ini menemukan intertekstualitas yang tidak utuh atau parsial dalam Bungo Stray Dogs yang ditunjukkan dengan penggambaran karakter Dazai Osamu yang tidak sepenuhnya sama dengan Oba Yozo. Melalui penelaahan dari sudut pandang pengarang, diketahui bahwa intertekstualitas tersebut dihadirkan untuk menghormati sastrawan-sastrawan besar yang dijadikan sebagai referensi dengan cara menggambarkan mereka sebagai karakter yang memiliki kehidupan yang lebih baik. Di sisi lain, sastrawan besar tersebut juga dipandang perlu untuk ditampilkan sebagai sosok-sosok yang dapat lebih diterima dalam budaya populer kontemporer.

This research examines the intertextuality between the anime series Bungo Stray Dogs (2016) and the novel Ningen Shikkaku「人間失格」(1948) by Dazai Osamu. Subsequently, the background of the relationship between the two literary works will be analyzed from the perspective of the author of Bung? Stray Dogs, Kafka Asagiri. This study utilizes the concept of intertextuality developed by Julia Kristeva and Michael Riffaterre to analyze the data, which is a concept that suggests that a work inevitably has connections with other works. By employing the method of intertextual analysis presented by Julia Kristeva, the focus is placed on one character from each work, namely Oba Yozo from Ningen Shikkaku and Dazai Osamu from Bungo Stray Dogs. Through both visual and dialogue analysis, the researcher discovers signs of intertextuality between the two works, primarily demonstrated through shared characteristics and habits of the two characters. Furthermore, differences in the identified intertextuality are also found. This research reveals a partial or incomplete intertextuality in Bung? Stray Dogs, as evidenced by the portrayal of Dazai Osamu, which is not entirely identical to Oba Yozo. From the author's perspective, it is understood that this intertextuality is presented to pay homage to renowned writers used as references by depicting them as characters with improved lives. Additionally, these acclaimed authors are also portrayed as figures that can be more accepted in contemporary popular culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoelia Maretta Pratiwi
"Dua teks artikel VOGUE Germany berjudul Frankfurt Fashion Week: Drei wichtige Looks – und was sie für den neuen Modestandort bedeuten (Frankfurt Fashion Week: Tiga penampilan yang penting – dan apa artinya untuk lokasi fashion show baru) dan Berlin Fashion Week 2023: 7 bewegende und modische Momente der deutschen Modewoche (Berlin Fashion Week: 7 momen yang emosional dan modis di pekan mode Jerman) diduga memiliki relasi antarteksnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan intertekstualitas yang terjadi pada kedua teks tersebut meliputi persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam teks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kajian intertekstualitas oleh Julia Kristeva (1980) dan analisis teks linguistik oleh Klaus Brinker (1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua teks memiliki tema yang sama, urutan kata yang sama, pola kalimat yang mirip, sudut pandang orang yang sama, adanya persamaan kalimat, perujukan, dan jenis teks yang sama. Perbedaan pada kedua teks terletak pada latar, perbedaan urgensi unggahan, penggunaan kalimat, dan kuantitas teks. Teks 1 merupakan hipogram untuk teks 2. Kedua teks juga dapat dipengaruhi teks lain sehingga kedua teks dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya yang lebih luas dan memperluas analisis intertekstualitas serta melihat keterhubungan yang lebih kompleks.

Two VOGUE Germany articles titled Frankfurt Fashion Week: Drei wichtige Looks – und was sie für den neuen Modestandort bedeuten (Frankfurt Fashion Week: Three important looks – and what they mean for the new fashion show location) and Berlin Fashion Week 2023: 7 bewegende und modische Momente der deutschen Modewoche (Berlin Fashion Week 2023: 7 touching and stylish moments of the German fashion week) are suspected to have intertextual relations. This research explores the intertextuality that occurs in these two texts, including similarities, differences, and the hypogram within the texts. The research adopts a descriptive qualitative research method with a focus on intertextuality from Julia Kristeva and linguistic text analysis from Klaus Brinker. Both texts share the same theme, word order, similar sentence patterns, the same first-person perspective, and exhibit similarities in sentences, references, and text type. The differences between the two texts lie in the background, posting urgency, sentence usage, and quantity of text. Text 1 serves as a hypogram for Text 2. Both texts can also be influenced by other texts, allowing them to serve as a foundation for further research that is broader in scope, expanding intertextual analysis and examining more complex interconnections."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Apriyana, Author
"Mengkaji puisi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan intertekstual. Intertekstual berfokus pada hubungan atau keterkaitan yang ada di antara dua teks. Penelitian ini membahas tentang kajian mengenai intertekstual yang terdapat dalam puisi karya Yoon Dongju yang berjudul ‘Seosi’ dan ‘Byeol heneun bam’. Puisi ‘Seosi’ diciptakan pada periode modern akhir atau disebut sebagai 근대 yakni pada tahun 1941, sedangkan puisi ‘Byeol heneun bam’ diciptakan pada tahun dan bulan yang sama. Akan tetapi puisi ‘Byeol heneun bam’ masuk ke masa periode modern awal atau 현대. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjabarkan keterkaitan dalam studi intertekstual yang terdapat pada kedua puisi tersebut. Penulis menjabarkan latar belakang dari kedua puisi dan mencari bagian dalam puisi yang memiliki hubungan tertentu. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif serta melakukan studi kepustakaan dengan merujuk pada artikel jurnal, buku-buku yang berkaitan, dan sumber-sumber daring. Hasil penelitian menunjukkan ada kata-kata yang terdapat pada kedua puisi saling memiliki keterkaitan. Kata-kata tersebut terdiri dari bukkeuroun/bukkeurom (malu), byeol (bintang), bam (malam), haneul (langit), serta gyeoul (musim dingin) dan baram (angin) yang dikaji menggunakan unsur fisik dan unsur batin.

The study of poetry can be approached through various methods, on of which is intertextual analysis. Intertextuality focuses on the relationships or connections between two texts. This research explores the intertextual analysis of the poems ‘Seosi’ and ‘Byeol heneun bam’ by Yoon Dongju. ‘Seosi’ was composed during the late modern period, specifically in 1941, while ‘Byeol heneun bam’ was written in the same year and month but falls under the early modern period. The objective of this study is to elucidate the intertextual connections present in both poems. The author provides the background of the two poems and identifies specific sections within them that exhibit interrelatedness. Qualitative descriptive methodology is employed utilizing literature reviews that include journals, relevant books, and online sources. The findings reveal that certain words in both poems exhibit intertextual connections, such as 부끄러운/부끄럼 (ashamed), 별 (star), 밤 (night), 하늘 (sky), and 겨울/바람 (winter/wind), which are analyzed in terms of their physical and emotional elements.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Putri Santa Widari
"Skripsi ini membahas tentang fenomena intertekstualitas dalam pembentukan teks video game Final Fantasy XV melalui analisis pembacaan intertekstual. Penelitian ini bertujuan untuk melihat intertekstualitas antara game Final Fantasy XV dengan beberapa game terkenal dan sukses di pasaran, seperti The Witcher 3: Wild Hunt dan Grand Theft Auto V, dengan beberapa landskap di dunia nyata yang sebagian besar berasal dari berbagai wilayah di luar Jepang, dan lain-lain sejalan dengan motif ekonomi Square Enix di zaman globalisasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat intertekstualitas antara konten Final Fantasy XV dengan konten The Witcher 3: Wild Hunt, Grand Theft Auto V, landskap di dunia nyata, hingga berbagai produk lainnya yang sebagian berasal dari luar Jepang. Dalam proses pengembangan Final Fantasy XV, terjadi penurunan tren pemain konsol di Jepang, sebab orang-orang Jepang cenderung memilik game yang mudah dibawa ke mana saja. Oleh karena itu, Square Enix mengubah fokus pasarnya ke luar Jepang, dan memasukkan konten-konten yang dekat dan sudah terkenal di kalangan pemain luar Jepang ke dalam Final Fantasy XV. Hal ini bertujuan untuk memunculkan familiaritas, sehingga para pemain tidak perlu bersusah payah memahami konten-konten baru dalam memainkan Final Fantasy XV. Selain itu, keseriusan Square Enix dalam memasarkan Final Fantasy XV ke luar Jepang juga dapat dilihat dari beberapa bentuk promosi khusus yang dilakukan Square Enix ke luar Jepang.

This study discusses the phenomenon of intertextuality in the making of Final Fantasy XV video game text through intertextual reading analysis. This study aims to look at the intertextuality between Final Fantasy XV game with some well known and successful games on the market, such as The Witcher 3 Wild Hunt and Grand Theft Auto V, with several landscapes in the real world mostly from different regions outside of Japan, and with others in line with Square Enix 39 s economic motives in the globalization era. The result shows that there is intertextuality between Final Fantasy XV content and The Witcher 3 Wild Hunt content, Grand Theft Auto V content, landscape in the real world, and various other products which are originated from outside Japan. In the process of developing Final Fantasy XV, there was a decline in the trend of console players in Japan, because the Japanese tend to have a game that is easy to carry anywhere. Square Enix, therefore, shifted its market focus to outside of Japan, and incorporated close and well known contents among players outside of Japan into Final Fantasy XV. It was aimed to bring familiarity, so players do not have to bother to understand the new content in playing Final Fantasy XV. In addition, Square Enix 39 s seriousness in marketing Final Fantasy XV out of Japan can also be seen from some form of special promotions that Square Enix made outside of Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Starry Leticia Virtue
"Dalam pembelajaran bahasa, seseorang cenderung diajarkan untuk berbahasa dengan santun. Namun, pada kenyataannya penggunaan kata-kata kasar seperti umpatan kerap kali ditemui dalam interaksi sehari-hari. Umpatan juga dapat ditemui dalam media hiburan, anime atau animasi Jepang merupakan salah satunya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana tuturan umpatan dalam bahasa Jepang itu direalisasikan. Berdasarkan pencermatan terhadap tuturan dengan kata umpatan bermakna ‘bodoh’ yakni baka dan aho pada anime Bungo Stray Dogs, ditemukan 5 variasi dari kata baka, yakni (i) baka, (ii) bakayarou, (iii) bakamegane, (iv) oobaka, dan (v) oobakayarou. Sedangkan pada kata aho, ditemukan 2 variasi, yakni (i) aho dan (ii) doaho. Variasi-variasi kata umpatan tersebut menunjukkan adanya perbedaan intensitas makna yang dikandung. Cara penyampaian umpatan tersebut pun beragam, menjadikan tiap-tiap tuturan yang diujarkan penutur memiliki maksud yang berbeda bergantung pada bagaimana umpatan tersebut dikomunikasikan.

When studying language, people tend to be taught to speak politely. Even so, swearing, which considered rude, can be found in nearly every daily situation. Swearing can also be found in entertainment, including anime or Japanese animation. Thus, the purpose of this study is to explain the realization of swearing in Japanese. Based on the observation of utterances with swear words containing the meaning ‘stupid’ such as baka and aho in the anime Bungo Stray Dogs, there are 5 variations of the word baka, namely, (i) baka, (ii) bakayarou, (iii) bakamegane, (iv) oobaka, and (v) oobakayarou. Whereas for the word aho, there are 2 variations, (i) aho and (ii) doaho. These variations showed that there are differences in the intensity of the meaning from each swear word. The way those swear words are delivered also varies. Depending on how the swear word is communicated, each utterance uttered by the speaker can have a different meaning"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Venny Aryani
"Disertasi ini bertujuan untuk mengkaji posisi perempuan dalam mitos-mitos nusantara, yang dalam hal ini terkandung dalam dongeng-dongeng asli Indonesia, melalui pemikiran tokoh Poststrukturalis Julia Kristeva. Dongeng yang ditelaah ada empat puluh tujuh (47) judul dan selanjutnya dipilah lagi menjadi tujuh miteme (tema mitos): kekerasan dalam bahasa, kompleks Oedipus, pengusiran dan keterasingan, yang profan yang berkorban, daya magis ibu, metabahasa dalam mitos, dan menulis sebagai menegaskan.
Disertasi ini juga menemukan bahwa mitos-mitos lama termasuk yang mendiskriminasikan perempuan hingga saat ini masih lestari, terbukti dari publikasi media tentang hal itu, misalnya mitos kutukan Bandung Bondowoso, ataupun legenda di balik terbentuknya danau, pulau, atau gunung.
Pemikiran Kristeva, juga membantu peneliti untuk menyimpulkan bahwa teks-teks mitos yang ternyata berjenis kelamin. Karena penulisan menurut Kristeva adalah apa yang dibawa pencipta teks dalam ketidaksadarannya. Ada suatu dorongan dalam penciptaan teks dimana laki-laki termotivasi sementara di sisi lain perempuan tidak termotivasi.
Beberapa saran/ rekomendasi yang diajukan oleh peneliti adalah dengan mengenali berbagai cerita mitos nusantara, memulihkan dan jika perlu mendekonstruksi cerita-cerita tersebut sehingga lebih ramah terhadap perempuan dan anak.

This thesis aims to analyze the position of women in the myths of the archipelago, contained in the folktales, through Post-structuralist thinker: Julia Kristeva. Author analyzed 47 folktales and then sorted into seven of mytheme (theme of myth): violence through language, the Oedipus Complex, eviction and alienation, the profane who make sacrifices, magical power of the maternal body, and writing as affirmation.
This tesis also found that ancient myths which discriminate women is still preserved. As evidences by media coverage about this such as a myth of Bandung Bondowoso?s curse, or the legend behind the creation of a lake, island or mountain.
The concepts from Kristeva helps author to conclude that the text in Indonesian folktales are gender based, through Kristeva?s writing. There is an urge in the creation of text in which men are motivated while on the other hand women are not motivated.
Some suggestion/ recommendations made by the author is to identify a variety of folktales all over Indonesia, recover it and if necessary to deconstruct a story so become more friendly to women and children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
D1268
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Safhira Fadya Tsamara
"Sebuah teks tidak dapat muncul dengan sendirinya atau secara mandiri dan selalu terpengaruh dengan karya-karya yang telah ada sebelumnya. Pengaruh tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu pengaruh secara eksplisit dan implisit. Chil Wol Chil Il merupakan lagu milik grup musik wanita Red Velvet yang menggambarkan rasa sedih akan perpisahan yang dilalui oleh sepasang kekasih. Kemudian, Gyeonu wa Jingnyeo merupakan cerita rakyat Korea yang mengisahkan tentang sepasang kekasih, Gyeonu dan Jingnyeo yang dipisahkan secara paksa oleh kaisar langit akibat kelalaian mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya intertekstualisme pada kedua teks tersebut. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan intertekstualitas Julia Kristeva. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya intertekstualitas yang ditunjukkan pada alur dari kedua teks. Berdasarkan struktur umum alur yang dikemukakan oleh Sudjiman, intertekstualitas tersebut berada pada bagian tengah dari teks yang terdiri dari tikaian (conflict) yaitu ketika Gyeonu dan Jingnyeo dipisahkan secara paksa dan rumitan (complication) yaitu pada saat Gyeonu dan Jingnyeo terhalang oleh tebing raksasa. Kemudian pada bagian akhir teks yang terdiri dari leraian (falling action) yaitu ketika sekelompok burung magpie membantu Gyeonu dan Jingnyeo dan selesaian (denouement) yaitu pada saat Gyeonu dan Jingnyeo dapat bertemu setiap tahunnya dengan bantuan sekelompok burung magpie.

A text can not exist by itself instead will always be influenced by already existing texts. The influence is divided into two types, explicit and implicit influence. Chil Wol Chil Il is a song by Red Velvet that tells the story about a sad separation of a pair of lovers. Meanwhile Gyeonu wa Jingnyeo is a Korean folktale that tells the story about a pair of lovers named Gyeon-u and Jing-nyeo who are separated by the sky emperor due to their negligence of their responsibilities. The purpose of this research is to analyze the intertextuality within both texts. This research uses descriptive qualitative methods and Julia Kristeva’s concept of intertextuality to analyze both texts. The results of this research indicates the intertextuality correlation between both texts located on the plot of both texts. Based on common structure of plot by Panuti Sudjiman, intertextuality of both texts are located in the middle of the texts that consists conflict which is when Gyeonu and Jingnyeo were both separated by force and complication, which shows when Gyeonu and Jingnyeo were being hindered by a massive cliff. Then at the end of the texts consist of falling action, which is when a flock of magpie birds are helping both Gyeonu and Jingnyeo to cross the giant cliff and denouement, which is when Gyeonu and Jingnyeo can finally meet on the same day each year with the help of the magpie birds.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nizar Akhdan
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat representasi feminisme liberal dalam anime Attack on Titan: The Final Season serta menganalisis makna dari temuan representasi feminisme liberal tersebut. Penelitian ini menggunakan tiga teori sebagai kerangka analisis, yaitu feminisme liberal oleh Alison Jaggar (1983), teori kode televisi oleh John Fiske (2001), dan teori fantasi dalam kesusastraan modern Jepang oleh Susan Napier (1996). Hasil analisis menunjukkan bahwa representasi feminisme liberal yang terdapat dalam Attack on Titan berupa penokohan karakter tokoh perempuan yang berkontribusi dalam militer dan politik, tindakan para tokoh perempuan yang menunjukkan kemampuannya dalam militer, dan kesetaraan hubungan antar tokoh perempuan dan laki-laki di dalam organisasi militer. Representasi perempuan dalam anime Attack on Titan: The Final Season ini dapat dibaca sebagai refleksi terhadap realitas dinamika gender di Jepang pada era kontemporer.

The purpose of this study is to discover liberal feminism representations in Attack on Titan: The Final Season and to analyze the meaning of these representations. This study uses three theories as a framework for analysis: liberal feminism by Alison Jaggar (1983), television code theory by John Fiske (2001), and fantasy theory in modern Japanese literature by Susan Napier (1996). The results of the analysis show that the representation of liberal feminism presented in this anime is in the form of characterizations of female characters who contribute to politics and the military, the actions of female characters who show their capabilities in the military, and the equality among female and male characters in military units. The representation of women in the anime Attack on Titan: The Final Season can be interpreted as a reflection of the reality of gender dynamics in Japan in the contemporary era.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Krissanty Rohanauli
"Penelitian ini berfokus pada analisis indentifikasi diri Dazai Osamu melalui tokoh Oba Yozo dalam novel Ningen Shikkaku. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan studi kepustakaan. Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk menjelaskan bagaimana Dazai Osamu menggambarkan dirinya melalui tokoh Oba Yozo. Penelitian ini berusaha membuktikan bahwa tokoh Oba Yozo dalam novel Ningen Shikkaku merupakan potret diri pengarangnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indentifikasi Dazai Osamu terlihat dalam penggambaran latar tempat serta karakterisasi sang tokoh utama. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tokoh Oba Yozo dalam novel Ningen Shikkaku merupakan potret diri pengarangnya, Dazai Osamu.
Kata kunci: Dazai Osamu, Oba Yozo, Ningen Shikkaku, Shishosetsu, Identifikasi

This study is focused in analyzing the identification of a writer, Dazai Osamu, in Ningen Shikkaku novel through it?s main character, Oba Yozo. The method of this research is analysis descriptive based on literature studies. The purpose of this study is to explain how the write Dazai Osamu describe himself though Oba Yozo character. This study tries to prove that the Oba Yozo character is the self-portrait of Dazai Osamu. This study shows that the identification of Dazai Osamu can be seen in the background description and the characterization of the main character of the story. Hence, it could be concluded that the Oba Yozo character in the Ningen Shikkaku novel is the self-portrait of the writer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13680
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>