Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203951 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baiq Riadatul Haerani
"Latar Belakang: Tuberkulosis dan diabetes melitus masih menjadi permasalahan utama kesehatan di Indonesia. Korelasi antara kedua penyakit ini menyebabkan peningkatan risiko kegagalan pengobatan, kekambuhan, yang berpengaruh pada lamanya durasi pengobatan dan beban pembiayaan yang tinggi. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan biaya perawatan tuberkulosis dan diabetes mellitus pada peserta JKN tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekan kuantitatif dengan studi cross sectional menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan Tahun 2019. Sampel penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis tuberkulosis dan diabetes mellitus pada pelayanan FKRTL. Hasil: Pasien dengan komobiditas TBDM di Indonesia adalah sebanyak 21.105 peserta. BPJS Kesehatan menghabiskan anggaran sebesar Rp. 120.563.754.830,00 untuk biaya pengobatan pasien dengan komobiditas TBDM selama satu tahun. Faktor-faktor yang berhubungan dengan komorbiditas dan pembiayaan perawatan TBDM adalah jenis kelamin, umur, hak kelas rawat, segmen kepesertaan, jenis FKTP, kepadatan penduduk, persentase merokok, dan kualitas lingkungan hidup (p-value <0,05). Kesimpulan: Variabel tingkat keparahan kasus dan tingkat kunjungan FKTP tidak memiliki pengaruh terhadap tingginya biaya perawatan pasien dengan komorbid TBDM.

Background: Tuberculosis and diabetes mellitus are major health problems in Indonesia. The correlation between these two diseases leads to an increased risk of treatment failure, relapse, which affects the duration of treatment and high financial burden. Objective: To identify factors associated with the incidence and cost of treating tuberculosis and diabetes mellitus among JKN participants in 2019. Methods: This study used a quantitative approach with a cross-sectional study using BPJS Health Sample Data in 2019. The samples of this study were patients with a diagnosis of tuberculosis and diabetes mellitus at FKRTL services in 2019. Results: Patients with TBDM comorbidities in Indonesia were 21,105 participants. BPJS Kesehatan spent a budget of Rp. 120,563,754,830.00 for the treatment of patients with TBDM comorbidities for one year. Factors associated with TBDM comorbidities and treatment costs were gender, age, entitlement to treatment class, membership segment, type of primary care provider, population density, smoking percentage, and environmental quality (p-value <0.05). Conclusion: The variables of case severity and primary care visit rate did not influence the high cost of care for patients with TBDM comorbidities"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febryani Angelica
"Tubekulosis adalah salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Program penanggulangan tuberkulosis dilakukan dengan menyediakan paket pengobatan tuberkulosis secara gratis di fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas. Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengetahui pengobatan dan program penanggulangan Tuberkulosis Sensitif Obat (TB SO) yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian dilakukan dengan melakukan penelusuran mengenai penatalaksanaan tuberkulosis sensitif obat, pengumpulan data pasien, pengolahan data dan paket pengobatan tuberkulosis, dan hasil data. Jumlah pasien TB SO adalah 112 orang dengan jumlah pasien laki-laki 62,5% dan perempuan 37,5%, didominasi oleh pasien TB SO kategori 1 sebanyak (69,94%). Paket pengobatan TB SO terdiri dari kategori 1 untuk pasien yang baru pertama kali mengalami tuberkulosis, daily dose untuk pasien kambuhan, dan TB anak. Seluruh obat mengandung OAT lini pertama. Pengobatan TB SO yang dilaksanakan di Puskesmas Cengkareng telah sesuai dengan guideline yang ada di Indonesia.

Tuberculosis is one of infectious disease which has become health problem in Indonesia. Tuberculosis prevention program is carried out by providing free tuberculosis treatment packages at health care facilities such as puskesmas. The purpose of this study is to find out about the treatment and treatment programs for Drug Sensitive Tuberculosis (SO TB) provided by the government. The research was conducted by doing literature studies regarding guidelines for drug-sensitive tuberculosis, collectiong patient data, data processing and tuberculosis treatment packages, and data results. The number of TB SO patients was 112 people with 62,5% of male patients and 37,5% of female patiens, dominated by category 1 of TB SO patients (69,94%). TB SO treatment package consists of category 1 for patients who infected by tuberculosis for the first time, daily doses for relapse patients, and TB for children. All drugs contained by first-line of anti-tuberculosis drugs. TB SO treatment that carried out at the Puskesmas Cengkareng is in accordance with the guidelines in Indonesia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aghata Fisca Fatya Prasasti
"Penelitian ini membahas terkait analisis utilisasi dan biaya pelayanan kesehatan pasien diabetes mellitus (DM) pada peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Provinsi  DKI Jakarta berdasarkan Data Sampel BPJS Kesehatan Tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pengumpulan data melalui rancangan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan total sampling dari sampel seluruh data peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Provinsi DKI Jakarta dengan diagnosis penyakit diabetes mellitus (DM). Data sampel menunjukkan bahwa dari populasi 46.348 peserta, 3.598 di antaranya mengidap diabetes mellitus (DM). Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan diabetes mellitus (DM) di Provinsi DKI Jakarta mengakses layanan rawat jalan tingkat lanjut (RJTL) sebanyak 8,36 kali per tahun dan rawat inap tingkat lanjut (RITL) sebanyak 4,07 kali per tahun. Total biaya pelayanan kesehatan untuk peserta diabetes mellitus (DM) di RITL 86,67% dan di RJTL 13,33%. Karakteristik peserta yang paling banyak mengakses layanan kesehatan adalah lansia, perempuan, pilihan FKTP di Puskesmas, peserta segmen PBPU dan PBI APBD, serta hak rawat kelas III. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan diabetes mellitus (DM) di Provinsi DKI Jakarta memiliki tingkat utilisasi layanan kesehatan yang cukup tinggi, terutama untuk RJTL. Biaya pelayanan kesehatan untuk pasien diabetes mellitus (DM) di RITL tinggi, yang menunjukkan bahwa penyakit diabetes mellitus (DM) memberikan beban biaya yang signifikan bagi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

This study discusses the analysis of utilization and costs of health service for diabetes mellitus (DM) patients among National Health Insurance (JKN) participants in DKI Jakarta Province based on the 2023 BPJS Health Sample Data. This research is a quantitative study with data collection method through a cross-sectional design. This research’s sampling technique uses total sampling from a sample of all National Health Insurance (JKN) participants data in DKI Jakarta Province with a diagnosis of diabetes mellitus (DM). Sample data shows that out of a population of 46,348 participants, 3,598 have diabetes mellitus (DM). The research results show that on average, participants of the National Health Insurance (JKN) with diabetes mellitus (DM) in DKI Jakarta Province access outpatient advanced care (RJTL) 8.36 times per year and inpatient advanced care (RITL) 4.07 times per year. The total healthcare service costs for diabetes mellitus (DM) participants are 86.67% in RITL and 13.33% in RJTL. Characteristics of participants who access healthcare services the most include the elderly, females, choosing FKTP in Community Health Centers (Puskesmas), participants in the PBPU and PBI APBD segments, and entitled to class III care. The research concludes that National Health Insurance (JKN) participants with diabetes mellitus (DM) in DKI Jakarta Province have a relatively high healthcare service utilization rate, especially for RJTL. Healthcare service costs for diabetes mellitus (DM) patients in RITL are high, indicating that diabetes mellitus (DM) imposes a significant cost burden on the National Health Insurance (JKN) program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Anjani Septiana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) peserta JKN di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang menggunakan data sekunder berupa Data Sampel BPJS Kesehatan tahun 2019. Total sampel yang diperoleh sebesar 47.606 peserta. Uji hubungan dianalisis menggunakan uji Single Logistic Regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama di Provinsi Nusa Tenggara timur cukup rendah yaitu sebesar 14,41%. Utilisasi Rawat Jalan Tingkat Pertama banyak diakses oleh peserta dengan kelompok umur lansia (17,27%), berjenis kelamin perempuan (17,85%), berstatus kawin (17,92%), kelompok segmentasi PBPU (35,84%), peserta berstatus istri (23,69%), peserta yang terdaftar di FKTP jenis dokter umum (35,01%), peserta yang terdaftar di fasilitas kesehatan milik swasta (32,59%), dan kelompok peserta yang bertempat tinggal di kota (36,06%). Seluruh variabel memiliki hubungan yang signifikan dengan utilisasi pelayanan kesehatan RJTP di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2019.

This study aims to determine the factors related to the utilization of of first-level outpatient  (RJTP) of JKN participants in East Nusa Tenggara province in 2019. This study is a quantitative study with a cross sectional study design that uses secondary data in the form of BPJS Kesehatan sample data in 2019. The total sample obtained was 47,606 participants. Relationship test was analyzed using Single Logistic Regression Test. The results showed that the utilization of first-level outpatient health services in East Nusa Tenggara province is quite low at 14.41%. The utilization of first-level outpatient is widely accessed by participants with the elderly age group (17,27%), female (17,85%), married status (17,92%), PBPU segmentation group (35,84%), wife status (23,69%), participants registered in the general practitioner type FKTP (35,01%), participants registered in privately owned health facilities (32,59%), and groups of participants residing in the city (36,06%). All variables have a significant relationship with the utilization of RJTP health services in East Nusa Tenggara province in 2019."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahrotun Ngaliyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi rawat inap tingkat lanjut peserta JKN pada lansia yang merupakan pasien kardiovaskular di wilayah Provinsi DI Yogyakarta berdasarkan Data Sampel BPJS Kesehatan Tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Total sampel yang diperoleh sebesar 192 peserta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan dengan uji analisis chi-square untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil penelitian diperoleh bahwa utilisasi rawat inap pada peserta JKN yang memiliki penyakit kardiovaskular di Yogyakarta sebagian besar diakses oleh peserta dengan jenis kelamin laki-laki (61.0%), kelompok umur pra lansia (45-59 tahun) (69.8%), memiliki status belum kawin (66.7%), bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Gunungkidul (84.6%), jenis FKTP puskesmas (61.3%), kepemilikan FKRTL milik pemerintah (64.3%), segmen peserta PBI APBD (100.0%), hak kelas rawat I dan II (100.0%), tidak memiliki penyakit penyerta atau komorbiditas (75.6%). Variabel yang memiliki hubungan secara signifikan dengan utilisasi RITL adalah karakteristik umur, wilayah tempat tinggal (Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul), segmentasi kepesertaan (PBI APBD dan PBI APBN), serta komorbiditas. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa PBI JKN mampu meningkatkan akses pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin.

This study aims to determine how the determinants of inpatient utilization of JKN participants in the elderly who are cardiovascular patients in the DI Yogyakarta Province based on BPJS Sample Data in 2019. This study used a cross-sectional design to obtain variables that affect the inpatient utilization of JKN participants in the elderly who are cardiovascular patients and analysis is limited to 192 total samples with the chi-square analysis test. The sampling technique used the total sampling technique and was in accordance with the inclusion and exclusion criteria. For the 192 total samples, respondents who utilized inpatient facilities the most were in the male gender (61.0%), pre-elderly age group (45-59 years) (69.8%), has unmarried status (66.7%), residing in the Gunungkidul Regency (84.6%), FKTP puskemas (61.3%), public sector (64.3%), PBI APBD participant (100.0%), nursing class I and II (100.0%), and had no comorbidities (75.6%).  Variables that have a significant relationship with the use of RITL are age characteristics, area of residence (Gunungkidul Regency and Bantul Regency), membership segments (PBI APBD and PBI APBN), nursing class (class III), and comorbidities. The study also represented that PBI JKN is able to increase access to the poor citizen."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafinda Azis
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terus meningkat jumlah penderitanya dari tahun ke tahun, baik di Indonesia maupun di seluruh negara di dunia. Meningkatnya jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia berdampak pada peningkatan dampak dan kerugian ekonomi akibat besarnya biaya pengobatan yang diperlukan untuk pengobatan jangka panjang. Pengobatan diabetes melitus membutuhkan proses dan waktu yang lama. Jika diabetes memasuki kondisi komplikasi, waktu dan biaya yang dikeluarkan akan menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Angka kejadian komplikasi pada diabetes mellitus dapat dikurangi dengan penerapan manajemen diabetes mellitus yang dapat dicapai dengan menerapkan perilaku manajemen diri diabetes mellitus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku manajemen diri penderita diabetes melitus tipe 2 pada peserta Prolanis di Puskesmas Pratama Jakarta Utara dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 54,4% responden memiliki perilaku manajemen diri yang baik. Variabel yang berhubungan dengan penatalaksanaan sendiri diabetes melitus dalam penelitian ini meliputi durasi penderitaan (nilai P = 0,035) dan dukungan keluarga (nilai P = 0,009).
Diabetes mellitus is a chronic disease that continues to increase the number of sufferers from year to year, both in Indonesia and in all countries in the world. The increasing number of diabetes mellitus sufferers in Indonesia has an impact on increasing economic impacts and losses due to the large medical costs required for long-term treatment. Diabetes mellitus treatment requires a long process and time. If diabetes enters a condition of complications, the time and costs incurred will be doubled from before. The incidence of complications in diabetes mellitus can be reduced by the application of diabetes mellitus management which can be achieved by applying diabetes mellitus self-management behavior.
This study aims to determine the self-management behavior of people with diabetes mellitus type 2 in Prolanis participants at Puskesmas Pratama, North Jakarta and the factors related to it. This type of research is quantitative with cross sectional design. The research was conducted by distributing questionnaires to research respondents. The results showed 54.4% of respondents had good self-management behavior. The variables associated with diabetes mellitus self-management in this study included duration of suffering (P value = 0.035) and family support (P value = 0.009)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Triyanie
"Indonesia merupakan negara berkembang dengan risiko DM dan tuberkulosis yang tinggi. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pengendalian DM dengan tuberkulosis. Pengambilan data dilakukan pada 291 pasien DM melalui kuesioner, pemeriksaan sputum BTA dan pemeriksaan radiologi didapatkan sebesar 35,7% pasien DM dengan tuberkulosis. Pada penelitian ini didapatkan bahwa proporsi TB positif pada pasien DM yang telah didiagnosis DM <2 tahun, tidak memiliki riwayat hipertensi, mengalami gejala DM mudah lapar, berat badan turun dan lemah badan, tidak menerima edukasi dan tidak menggunakan obat antidiabetes berhubungan dengan kejadian tuberkulosis.

Indonesia is a development country with high risk of DM and tuberculosis. This research has design of cross sectional study to know association between behavior control of DM with prevalence of tuberculosis. It was applied to 291 patients with DM by using questionnaire instrument, BTA sputum, and radiology examination. 35.7% patients were diagnosed as TB. In this research, it can be concluded that proportion of positive TB in patients with DM who was diagnosed as DM <2 years, had no hypertension, had symptoms of DM (feeling very hungry, weight loss, fatigue), not accepted education and did not use oral antidiabetic have association with prevalence of tuberculosis in patients with DM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nela Lutfiana
"Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Saat ini, diketahui bahwa Diabetes Melitus (DM) berasosiasi dengan kejadian TB. Orang dengan DM memiliki risiko tinggi berkembangnya TB laten menjadi TB aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi TB pada pasien DM yang berobat di Puskesmas di DKI Jakarta serta faktor demografi yang mempengaruhi.
Penelitian menggunakan desain potong lintang dan dilakukan dari bulan November 2013 sampai Januari 2014 pada 291 responden. Penentuan TB dilakukan berdasarkan gejala klinis dari hasil kuesioner, pemeriksaan radiologi serta sputum BTA. Prevalensi TB pada pasien DM di DKI Jakarta adalah sebesar 35,7%. Terdapat perbedaan bermakna proporsi TB berdasarkan kelompok usia (p=0,001), jenis kelamin (p<0,001), pekerjaan (p=0,004), status pernikahan (p=0,005) dan pendapatan perkapita (p=0,037).

Tuberculosis (TB) is one of the major public health problems in Indonesia. Studies show that TB is strongly associated with Diabetes Mellitus (DM). People with diabetes are at higher risk of developing TB than those without diabetes. This relationship may be influenced by many factors, including socio-demographic factors. This study aims to assess the prevalence of TB among DM patients in DKI Jakarta as well as the relationship of the prevalence regarding these factors.
This study is conducted using cross sectional design. The data collection has been conducted starting from November of 2013 to January of 2014. Data were analyzed using Chi-square and Fischer test. Total amount of respondents is 291. The result of this study shows that the prevalence of TB in DM patients in Jakarta is 35,7%. The result shows that age (p=0,001), sex (p<0,001), occupation (p=0,004), marital status (p=0,005), and income (p=0,037) are associated with TB in DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianita Susilo Saputri
"Diabetes melitus (DM) dan tuberkulosis (TB) merupakan double burden disease yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia. Tingginya prevalensi TB dan DM tidak lepas dari peran tenaga kesehatan dalam mendiagnosis dan mendokumentasikan pasien yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian berdesain cross-sectional ini melihat perbedaan persentase penemuan kasus DM pada pasien TB yang berobat ke dokter dan tenaga kesehatan nondokter. Dengan metode consecutive sampling, didapatkan 242 pasien TB yang terdaftar di 12 Puskesmas dan 2 klinik di Jakarta yang diminta kesediaannya melakukan pengisian kuesioner dan pemeriksaan GDP/TTGO.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian DM lebih tinggi pada pasien TB dibandingkan dengan populasi umum (27,5%, n=236). Persentase penemuan kasus DM pada pasien TB yang berobat ke dokter lebih tinggi dibandingkan yang berobat ke tenaga kesehatan nondokter namun tidak berbeda bermakna (28% vs 19%, p=0,361). Pembandingan persentase penemuan kasus juga dilakukan menurut gejala DM: polifagi, polidipsi, poliuri, berat badan turun, lemah badan, kesemutan, dan penglihatan memburam. Dari seluruh gejala, persentase penemuan kasus DM pasien yang berobat ke dokter masih lebih tinggi dibandingkan yang berobat ke tenaga kesehatan nondokter. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan tenaga kesehatan meningkatkan kewaspadaan mengenai gejala DM yang mungkin ada pada pasien TB sebagai bentuk deteksi dini guna mengantisipasi akibat yang tidak diinginkan.

Diabetes mellitus (DM) and tuberculosis (TB) are double burden diseases whose prevalence is still high in Indonesia. The high prevalence of both diseases cannot be separated from the role of health professionals in recording the diagnosis of TB patient who went to health care facilities. This cross-sectional study is conducted to see the difference between casefinding of DM among TB patients who went to doctors and other health professionals. Using consecutive-sampling-method, obtained 242 TB patients who were registered in twelve PHCs and two clinics in Jakarta. Data were collected by filling the questionnaire and FBG/OGT test.
The result showed that the percentage of DM is higher in TB patients compared with the general population (27,5%, n=236). The percentage of DM case-finding in TB patient who went to the doctor was higher than those who went to other health professionals (28% vs 19%, p=0,361). Benchmarking percentage of case-finding was also done by comparing through DM manifestations include: poliphagia, polydipsia, polyuria, weight loss, weakness, numbness, and blurred vision. From all of the manifestations, the percentage of case-finding was higher in patients who went to the doctor, but it?s not statistically significant. According to the result, health professionals are expected to increase awareness about DM manifestations that may be presented in TB patients in order to detect cases earlier and anticipate the unwanted impacts."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Wijayanto
"ABSTRAK
Latar belakang : Jumlah pasien diabetes melitus (DM) di dunia diperkirakan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030 dengan peningkatan tercepat pada negara berpendapatan rendah dan menengah. Orang dengan TB laten memiliki kemungkinan jangka panjang menjadi TB aktif. Hubungan antara TB dan DM sudah lama diketahui. Orang dengan DM memiliki risiko lebih tinggi berkembangnya TB laten menjadi TB aktif. Tujuan: mengetahui prevalens TB paru dan faktor yang mempengaruhi munculnya TB paru pada pasien DM tipe 2 di RSUP Persahabatan. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang di Poli Endokrin RSUP Persahabatan. Subjek penelitian yaitu pasien DM tipe 2 yang berobat di Poli Endokrin RSUP Persahabatan. Data yang diperoleh dilakukan analisis bivariat dan multivariat antara variabel bebas dan terikat Hasil: Jumlah subjek penelitian yaitu 174 subjek yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 71(40,8%) dan perempuan 103(59,2%). Prevalens TB paru pada pasien DM tipe 2 yaitu 49 orang (28,2%) yang terdiri dari TB paru BTA (+) yaitu 37 subjek (21,3%) dan TB paru BTA (-) sebanyak 12 subjek (6,9%). Faktor yang memiliki hubungan dengan terjadinya TB paru pada pasien DM yaitu riwayat kontak erat dengan penderita TB (aOR 3,2; [95% IK 0,538-3,164 ]), IMT rendah (aOR 15,92 [95% IK 4,760-56,160), lama DM kurang dari 1 tahun (aOR 23,136 [95% IK 4,654-11]) dan kadar HbA1C >8 (aOR 17,475 [95% IK 3,428-89,094]). Kesimpulan: Prevalens TB paru pada pasien DM tipe 2 pada di RSUP Persahabatan adalah 28,2%. Terdapat hubungan bermakna secara statistik antara kontak dengan penderita TB, lama menderita DM dan kadar HbA1c dengan terjadinya TB paru pada pasien DM tipe 2.

ABSTRACT
Background : Diabetes mellitus (DM) patients in the world is estimated rise to 366 million by 2030, with the fastest increase in low and middle income countries. Approximately one-third of the world population is estimated suffer from latent tuberculosis (TB). People with latent TB have a long -term possibility of becoming active TB. The relationship between TB and diabetes has been known. People with DM have a higher risk of developing latent TB into active TB . Objective : To determine the prevalence of TB and the factors that affect the develping TB in patients with DM at Persahabatan Hospital Methods: This study was a cross sectional study. Subject was 174 patients with DM type 2 taken by consecutive sampling. Datas were performed bivariate and multivariate analyzes between independent and dependent variables Results : 174 subjects consisted of male 40.8 % and women 59.2 %. Prevalence of pulmonary TB in patients with type 2 DM are 49 people ( 28.2 % ). Factors that correlation with the development of pulmonary TB in DM patients were patients with a history of close contact with TB patients (aOR 3,2; [95% CI 0,538-3,164 ]), underweight BMI (aOR 15,92 [95% CI 4,760-56,160), duration of diabetes of less than 1 year (aOR 23,136 [95% CI 4,654-11]) and HbA1c levels > 8 (aOR 17,475 [95% CI 3,428-89,094]). Conclusion : Prevalence TB in patients with type 2 DM at Persahabatan Hospital was 28.2 %. There were correlation between contact with TB patient, duration suffering from DM and HbA1c levels with development of pulmonary TB in patients with type 2 DM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>