Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140449 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aura Putri Handayani Halim
"Gojek merupakan perusahan layanan platform transportasi online di Indonesia. Gojek menawarkan fleksibilitas kerja yang menarik, termasuk bagi para pekerja perempuan. Pekerja perempuan menurut beberapa kajian dinilai memiliki peran ganda. Peran ganda ini didasarkan pada sebuah bentuk ‘kewajiban’ perempuan untuk menjalankan perannya dalam kerja rumah tangga sekaligus penopang ekonomi keluarga. Namun beberapa studi menunjukkan pekerja perempuan rentan akan eksploitasi oleh perusahaan platform karena fleksibilitas yang ditawarkan nyatanya hanya fleksibilitas semu. Fleksibilitas semu ini berdasar pada adanya skema insentif (Go To Rewards) yang hanya berorientasi menggenjot kinerja pengemudi melalui poin, rating, dan performa ketimbang menerapkan kemitraan yang mempertimbangkan juga kepentingan pengemudi perempuan. Permasalahan bagi pengemudi Gojek perempuan ditambah peran ganda serta stigma dan stereotip dri masyarakat. Kerentanan kerja biasanya memicu resistensi pekerja, namun apakah itu juga terjadi di kalangan pengemudi perempuan Gojek itu adalah topik yang masih belum diteliti selama ini. Pada akhirnya, kondisi kerentanan tersebut membatasi kapasitas resistensi pengemudi Gojek perempuan. Fokus penelitian meninjau pengemudi Gojek perempuan di DKI Jakarta. Studi ini akan membahas mengenai bagaimana skema insentif Gojek mempengaruhi kapasitas resistensi bagi pekerja perempuan untuk melawan kerentanan di DKI Jakarta. Penulis akan menganalisis menggunakan teori pemanfaatan ruang komunikatif dalam upaya resistensi dengan meninjau permasalahan berdasarkan studi pustaka dan wawancara. Temuan penulis menunjukan bahwa pengemudi Gojek perempuan merupakan kelompok paling rentan dari yang rentan karena adanya skema insentif, stereotip dan stigma serta peran ganda. Pada akhirnya hal ini mempengaruhi kapasitas resistensi mereka dan memaksa mereka menggeser upaya resistensi melalui sosial media.

Gojek is an online transportation platform service company in Indonesia. Gojek offers attractive work flexibility, including for women workers. According to several studies, women workers have multiple roles. This dual role is based on a form of 'obligation' for women to carry out their roles in household work as well as supporting the family economy. However, several studies show that women workers are vulnerable to exploitation by platform companies because the flexibility offered is in fact only an apparent flexibility. This apparent flexibility is based on an incentive scheme (Go To Rewards) which is only oriented towards boosting driver performance through points, ratings and performance rather than implementing partnerships that also consider the interests of female drivers. Problems for female Gojek drivers are compounded by multiple roles and stigma and stereotypes from society. Work vulnerability usually triggers worker resistance, but whether this also occurs among women Gojek drivers is a topic that has not been researched so far. In the end, this condition of vulnerability limits the resistance capacity of female Gojek drivers. The focus of this research is to review female Gojek drivers in DKI Jakarta. This study will discuss how the Gojek incentive scheme affects the resistance capacity of women workers to fight vulnerability in DKI Jakarta. The author will analyze using the theory of communicative space utilization in resistance efforts by reviewing problems based on literature and interviews. The authors' findings show that female Gojek drivers are the most vulnerable group of the vulnerable due to incentive schemes, stereotypes and stigma as well as multiple roles. In the end, this affects their resistance capacity and forces them to shift resistance efforts through social media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andina Cahya Putri Dwibaswary
"Penelitian ini membahas kesejahteraan sosial bagi pekerja perempuan agar tetap menjalankan keberfungsian sosialnya di masyarakat selama kebijakan (WFH) berlangsung dilihat dari Ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian dilatarbelakangi dengan perubahan dalam dunia kerja yaitu tingginya jumlah perempuan yang bekerja yang telah menikah dan memiliki anak. Namun terdapat permasalahan tersendiri bagi perempuan yaitu mengalami peran ganda, tuntutan pada pekerjaan dan keluarga secara bersamaan sehingga menimbulkan ketegangan dan konflik peran ganda. Adapun kebijakan WFH yang memberikan implikasi bagi pekerja perempuan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran mengenai konflik peran ganda yang dialami oleh pekerja perempuan yang memiliki peran ganda selama WFH pada pekerja perempuan di Human Initiative. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif serta menggunakan teknik studi literatur dan wawancara mendalam yang dilakukan secara daring/online pada bulan September 2021 hingga Juli 2022. Penelitian ini melibatkan 6 orang pekerja perempuan dengan rentang usia 21-49 tahun yang memiliki anak dengan usia dini 0-6 tahun, 3 orang pasangan/suami dari pekerja perempuan, dan 1 orang Manajer People Care. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pekerja perempuan sebagai individu mengalami gangguan terhadap keberfungsian sosialnya selama WFH dikarenakan mengalami konflik peran ganda, baik dilihat dalam dimensi work-family conflict yang ditunjukkan dengan melakukan pembagian waktu antara pekerjaan dengan urusan rumah, kendala dalam urusan anak ketika bekerja, mengalami burnout dengan masalah pekerjaan, mengalami perdebatan batin yang memicu keinginan untuk resign, dan adanya perdebatan batin dengan alasan anak. Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan bahwa pekerja perempuan di Human Initiative mengalami konflik peran ganda yaitu dilihat dalam dimensi work-family conflict terlihat dari faktor penyebab yaitu time-based conflict, strain-based conflict, dan behavior-based conflict. Namun, selama kebijakan WFH berlangsung pekerja perempuan melakukan upaya untuk menyeimbangkan peran gandanya baik dilakukan secara individu, bersama pasangan, dan bantuan dari keluarga yang dilakukan dengan pembagian peran dan cara mengatasi konflik peran ganda agar tetap bisa menjalankan keberfungsian sosialnya di masyarakat selama WFH berlangsung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan kontribusi pada konsep mengenai deskripsi konflik peran ganda pada mata kuliah Kesejahteraan Sosial Industri serta Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Pelayanan Kemanusiaan khususnya dalam pembahasan mengenai masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang didalamnya terdapat aspek work-family conflict.

This study discusses social welfare for female workers in order to continue to carry out their social functions in the community during the Work From Home (WFH) policy seen from Social Welfare Science. This research is motivated by changes in the world of work, namely the high number of working women who are married and have children. However, there are separate problems for women, namely experiencing multiple roles, demands on work and family simultaneously, causing tension and dual role conflicts. The WFH policy has implications for women workers. This study aims to provide an overview of the dual role conflict experienced by female workers who have multiple roles during WFH among female workers in the Human Initiative. This type of research is a qualitative research with a descriptive design and uses literature study techniques and in-depth interviews conducted online from September 2021 to July 2022. This study involved 6 female workers with an age range of 21-49 years who have children aged 0-6 years old, 3 spouses/husbands of female workers, and 1 People Care Manager. The results of the study explain that female workers as individuals experience interference with their social functioning during WFH due to multiple role conflicts, both seen in the dimensions of work-family conflict as indicated by dividing time between work and home affairs, problems with children's affairs at work, experiencing burnout. with work problems, experiencing inner debates that trigger the desire to resign, and inner debates with children's reasons. The conclusion of this study is that female workers in the Human Initiative experience dual role conflict, which is seen in the dimensions of work-family conflict as seen from the causative factors, namely time-based conflict, strain-based conflict, and behavior-based conflict. However, during the WFH policy, women workers made efforts to balance their dual roles, both individually, with their partners, and with assistance from their families, by dividing roles and overcoming dual role conflicts so that they could continue to carry out their social functions in the community during WFH. The results of this study are expected to add to the development of contributions to the concept of dual role conflict description in Industrial Social Welfare and Human Resource Management courses in Human Services Organizations, especially in the discussion of occupational health and safety issues in which there are aspects of work-family conflict."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Fathya Murti
"Apa yang dewasa ini dikenal luas sebagai perekonomian gig adalah hasil perkembangan perkembangan teknologi digital, khususnya penggunaan aplikasi yang mudah digunakan masyarakat secara massal. Ekonomi gig yang mampu membuat murah transaksi antara konsumen, produsen, dan pedagang mengandalkan teknologi digital dan juga hubungan kerja sistem kontrak independen/kemitraan, yang biasa disebut sebagai pekerja gig. Kondisi pekerja gig umumnya bersifat rentan karena jam kerja yang panjang dan bayaran berbasis proyek tanpa adanya gaji pokok. Penting untuk diperhatikan bahwa sejak tahun 2015, di beberapa negara muncul fenomena para pekerja gig, khususnya yang berada di sektor pengantaran online, dalam membentuk organisasi-organisasi kolektif dan melakukan resistensi untuk sebagai respon terhadap kondisi kerentanan yang mereka alami. Penelitian ini membandingkan resistensi yang dilakukan oleh pekerja gig pengantaran daring di dua negara, yaitu pekerja gig yang bekerja untuk di perusahaan platform Gojek (Indonesia) dan Deliveroo (Inggris). Penelitian ini menggunakan kerangka teori aspek ekonomi politik dalam perekonomian gig (Woodcock 2019) guna menjelaskan tentang mengapa regulasi negara dan kekuatan pekerja dapat mempengaruhi bentuk resistensi pekerja gig daring di kedua negara. Penelitian ini menemukan regulasi ketenagakerjaan yang tidak memposisikan pekerja gig dan kekuatan pekerja dalam membentuk organisasi-organisasi kolektif turut mempengaruhi bentuk dan cara resistensi yang dilakukan dalam merespon kondisi kerentanan kerja yang dihadapi oleh pekerja gig.

The gig economy, which is able to make cheap transactions between consumers, producers, and traders, relies on digital technology as well as the working relationship of an independent contracting system/partnership, commonly referred to as gig workers. The condition of gig workers is generally vulnerable due to long working hours and project-based pay without a base salary. It is important to note that since 2015, in several countries the phenomenon of gig workers, especially those in the online delivery sector, has emerged in forming collective organizations and carrying out resistance to respond to the precarity they experience. This study compares the resistance of online delivery gig workers in two countries, namely gig workers who work for the platform companies Gojek (Indonesia) and Deliveroo (England). This study uses a theoretical framework of political economy aspects in the gig economy (Woodcock 2019) to explain why state regulations and labor power can influence the form of online gig worker resistance in both countries. This research finds that employment regulations that positions gig workers as non-workers influence, as well as the power of workers in forming collective organizations, influence the forms and methods of resistance carried out in response to the conditions of work precarity faced by gig workers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Issantia Retno Sulistiawati
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti bagaimana perempuan dalam usaha daring dalam media sosial mampu memenuhi kebutuhan gender praktis dan strategis. Penelitian ini menggunakan studi kasus feminis dengan mengambil 5 subjek penelitian. Data dikumpulkan melalui metode purposive sampling. Untuk menangkap fenomena perempuan daring, saya menggunakan kerangka teori feminis Catherine MacKinnon untuk membongkar fenomena subordinasi dan dominasi yang terjadi dalam usaha daring perempuan dan melalui perbedaan kelas teori feminis Allison Jagar. Untuk menerjemahkan dan mengukur pemberdayaan ekonomi perempuan, saya menganalisis tema-tema yang muncul menggunakan pemberdayaan ekonomi dengan 2 variabel Moser yaitu kebutuhan gender praktis dan gender strategis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 subjek, 1 subjek yang memenuhi kebutuhan gender praktis dan 4 subjek tidak dapat memenuhi kebutuhan gender praktis karena terhambat pelebaran media sosial, pengetahuan dan posisi tawar perempuan dalam ranah domestik. Sementara itu, dalam pemenuhan gender strategis, kelima subjek tidak berhasil mencapai pemenuhan gender strategis karena tidak adanya dukungan aturan pemerintah dan bantuan usaha dari pemerintah. Selain itu, perempuan mengalami dilema yang terbentuk karena adanya penghasilan ternyata tidak membuat subjek terlepas dari urusan domestik. Temuan lain juga menunjukkan bahwa subjek memiliki strategi ?melawan? dan ?bertahan? sebagai taktik untuk melangsungkan usaha daring perempuan. Pemerintah juga memberi andil dalam mendomestifikasi subjek perempuan karena usaha daring perempuan yang memberikan penghasilan padanya tidak dihargai.

ABSTRACT
This thesis examines how women in online business is able to meet the practical and strategic gender needs. This study uses 5 subject from feminist related case studies. Data was collected by purposive sampling method. To capture the phenomenon of women in online bussines, I used the theoretical framework of feminist Catherine MacKinnon to dismantle the phenomenon of subordination and domination that occurs in women in online bussines through Allison Jagar feminist theory of class distinctions. To transform those theory in a practical way, I analyze the themes that emerged using economic empowerment with two variables, namely Moser practical gender needs and strategic gender needs. The results showed that of the five subjects, one subject meets practical gender needs, while the other 4 subjects did not meet the practical gender needs because it is hampered by the role of social media, knowledge and bargaining power of women within the domestic market. Furthermore, in the fulfillment of strategic gender, the five subjects did not achieve the fulfillment of strategic gender due to the absence of government regulation and lack of effort from the government to support online businesses run by women. In addition, it was found that women have experienced a dilemma because the fact that they now have income does not make them free from their domestic responsibility. Other findings also indicate that the subject has a ?fight" and "survive" strategy as a ploy to perpetuate women in online bussines. The government may also contribute in domesticating female subjects as shown by the lack of appretiations towards women with online business and stream of income."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Prabawidya Pusparani
"Migrasi perempuan sebagai pekerja rumah tangga PRT telah menjadi sebuah fenomena hubungan internasional yang masih minim dibahas dalam literatur akademis. Pembahasan dalam literatur mengenai migrasi perempuan sebagai PRT seringkali terfokus kepada bagaimana mereka merupakan korban yang rentan terhadap berbagai subordinasi dan opresi. Perempuan PRT migran telah dijuluki sebagai pahlawan devisa dalam istilah populer di Indonesia, namun mereka masih direpresentasikan sebagai korban yang tidak berdaya. Tinjauan pustaka dalam tulisan ini memperlihatkan bahwa terdapat kesenjangan literatur dalam membahas keberdayaan yang dimiliki para perempuan PRT selama proses migrasi. Penelitian ini berupaya untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan menyorot agensi yang dimiliki para perempuan PRT migran. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus feminis terhadap pengalaman enam perempuan PRT migran yang telah kembali ke Indonesia. Dengan menganalisis perjuangan para perempuan tersebut dalam memberdayakan diri mereka pada saat maupun setelah mengalami berbagai bentuk opresi, akan terlihat bagaimana agensi telah dimanifestasikan oleh para perempuan PRT migran selama migrasi. Pada akhirnya, penelitian ini mengungkapkan bagaimana perempuan PRT migran telah memanifestasikan keberdayaan mereka melalui pembuatan keputusan bermigrasi dalam struktur patriarkis, kemampuan untuk melawan struktur dengan aktivisme, serta dengan menjadi agen pembangunan dan perubahan bagi komunitasnya.

The migration of women as domestic workers has become an international relations phenomenon that still lacks academic attention. The literatures discussing about migration of women as domestic workers has focused on representing them as victims who are vulnerable towards many forms of subordination and oppression. Women migrant domestic workers have been commonly addressed as ldquo heroes of foreign exchange rdquo in Indonesia, yet they are also still represented as powerless victims. The literature review in this research shows that there is a literature gap in the discussion of women migrant domestic workers during the migration process. This research seeks to fill in that gap by highlighting the agency of women migrant domestic workers. This research uses the feminist case study method towards the experience of six women migrant domestic workers who have returned to Indonesia. The author believes that by analyzing the struggle of those women in empowering themselves both during and after oppression, it will show how agency is manifested by these women migrant domestic workers throughout the migratory process. Through this research, it will be revealed how women migrant domestic workers have manifested their empowerment through their decision to migrate in a patriarchal structure, their capability in defying structure through activism, and also through becoming agents of development and change for their communities. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S67356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Rahma Puteri
"Konstruksi gender yang didasarkan pada pandangan yang dikotomi berimplikasi pada perbedaan peran dan penggunaan ruang khususnya dalam konteks pekerjaan. Keterlibatan perempuan dalam dunia kerja menyebabkan perempuan mendapatkan pengawasan yang didasarkan pada norma kodrat perempuan karena berada di luar lingkungannya seperti berupa pengaturan jam malam dan beban ganda. Pengawasan tersebut membuat perempuan pekerja mengawasi tindakannya agar tetap sesuai dengan norma kodrat perempuan yang ada di masyarakat sebagai bentuk praktik performative regulation. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan metode observasi dan wawancara mendalam serta teknik hybrid yang menggabungkan pengumpulan data secara online dan offline untuk menyesuaikan dengan situasi pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Informan penelitian dalam penelitian ini adalah perempuan pekerja di Gang Bebas, Kota Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor juga masyarakat sekitar sebagai informan pendukung. Hasil dari penelitian ini adalah dikotomi domain domestik dan publik menjadi tidak relevan dalam konteks perempuan pekerja. Pengawasan pada perempuan pekerja justru membuat mereka melakukan negosiasi dengan memiliki persepsi tersendiri terhadap domain domestik dan publik melampaui pandangan yang dikotomi sebagai bentuk produksi kekuasaan sehingga dapat berperan di domain publik dengan berbagai cara.

Gender construction based on a dichotomous view has implications for different roles and use of space, especially in the context of work. The involvement of women in the world of work causes women to receive supervision based on women's natural norms because they are outside their environment, such as setting curfews and double burdens. This supervision makes women workers monitor their actions so that they remain following the natural norms of women in society as a form of performative regulation practice. This study uses an ethnographic approach with in-depth observation and interview methods as well as a hybrid technique that combines online and offline data collection to adapt to the current Covid-19 pandemic situation. Research informants in this study were female workers in Gang Bebas, Kota Batu, Ciomas District, Bogor Regency as well as the surrounding community as supporting informants. The result of this study is that the dichotomy of domestic and public domains becomes irrelevant in the context of working women. Supervision of women workers makes them negotiate by having their perceptions of the domestic and public domains beyond the dichotomy view as a form of power production so that they can play a role in the public domain in various ways."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Yuliastuti
"Perempuan rentan mengalami kekerasan, baik di dunia nyata maupun dalam ruang siber (cyber space). Bahkan kekerasan yang terjadi di ruang fisik diungkapkan dalam ruang siber melalui media sosial, seperti disebarkannya video yang memperlihatkan peristiwa kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana reaksi sosial nonformal berupa komentar yang ditulis oleh pengguna media sosial pada video kekerasan terhadap perempuan di Cinere kota Depok. Komentar-komentar yang ditujukan pada video kekerasan terhadap perempuan dikaji dengan menggunakan konsep patriarki, kekerasan terhadap perempuan, viktimisasi serta juga memanfaatkan teori symbolic reality dan pemikiran feminis mengenai maskulinitas. Hasilnya diperoleh bahwa, berbagai komentar baik yang mendukung atau yang tidak mendukung korban merepresentasikan realitas sosial yang diyakini oleh pengguna media sosial. Banyak pula komentar yang berpihak pada korban, baik perempuan yang mendapatkan kekerasan maupun anak yang ada di samping korban. Selain itu, komentar yang menyalahkan korban (victim blaming) juga ditemukan. Perempuan yang menjadi korban kekerasan di dunia nyata masih mendapatkan kekerasan lagi di ruang siber melalui komentar yang diberikan oleh pengguna media sosial. Dapat disimpulkan dari total 399 komentar yang dianalisis, terdapat komentar yang mendukung dan yang tidak mendukung perempuan sebagai korban kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki. Perbedaan komentar yang terlihat pada unggahan video kekerasan tersebut didasarkan pada realitas simbolik yang diyakini berbagai macam.

Women are vulnerable to violence, both in the real world and in cyberspace. Even violence that occurs in the real world also emerges in cyberspace through social media, such as the dissemination of videos showing incidents of violence against women. This research is to see nonformal social reactions in the form of comments written by social media users on videos of violence against women in Cinere, Depok City. The comments expressed on videos of violence against women are studied using the concepts of patriarchy, violence against women, and victimization, and also utilizing the theory of symbolic reality and feminist thought about masculinity. The result obtained is that the various comments given by social media users on videos of violence against women represent the social reality believed by social media users. Many commenters sided with the victim, either the woman who was assaulted or the child who was next to the victim. Furthermore, comments blaming the victim are also still found on these violent video posts. Women who are victims of violence in the real world still get more violence in the virtual world through comments given by social media users. The different comments on the violent videos are based on the symbolic realities they believe. In conclusion, from the 399 comments that have been analyzed, there are comments that support and comments that do not support women as victims of violence. The different comments on the violent video are based on the symbolic reality they believe in."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Nariswari Nayadheyu
"ABSTRAK

Tesis ini membahas objektifikasi dan normalisasi tubuh perempuan yang terjadi pada media sosial, khususnya akun Instagram @dramaojol.id. Akun ini tidak hanya dimanfaatkan untuk pembagian informasi terkait dengan transportasi online, namun juga sebagai tempat hiburan dimana tubuh perempuan seringkali diobjektifikasi. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif. Teori objektifikasi Fredickson & Roberts dan teori kekuasaan Foucault digunakan untuk melihat objektifikasi dan normalisasi tersebut. Data dianalisis melalui semiotika sosial Theo van Leeuwen melalui 3 tahap, yakni metafungsi representasi, interaksi, dan komposisi. Hasil yang ditemukan adalah pada metafungsi representasi, perempuan selalu ditempatkan sebagai tujuan (goal), metafungsi interaksi menunjukkan bahwa perempuan ditampilkan kepada khalayak sebagai penawaran (offer), dan metafungsi komposisi perempuan selalu ditempatkan ditengah sebagai fokus utama. Objektifikasi yang sering ditemukan pada akun ini adalah fungibility, penyamaan tubuh dengan obyek lain. Normalisasi dilakukan melalui wacana humor dengan karakteristik oposisi seksual dan non-seksual serta penggunaan teks maskulin melalui naming and androcentrism, double entendres, dan euphemism and taboo.


ABSTRACT

The focus of this study is objectification and normalization of woman's body that happen in social media, particularly @dramaojol.id's Instagram account. This account is not only used as a place to share information regarding to online transportation, but also as a place for recreation where women's body is often objectified. This research is a qualitative research using critical paradigm. Fredickson & Roberts' objectification theory and Foucault's power theory is used to explain the process of objectification and normalization. The data is analysed by using Theo van Leeuwen's social semiotics through 3 steps of analysis, namely metafunction of representation, interaction and composition. The findings are, at the level of representation woman is always placed as a goal. At the level of interaction, woman is presented as an offer to the followers and at composition woman's body is always placed as a focus to be objectified. It is also found that objectification that often happen in @dramaojol.id Instagram account is fungibility, treating the person as interchangeable with objects. Furthermore, normalization is done through humor with characteristics of sexual and non-sexual opposition whereas masculinity is portrayed by naming and androcentrism, double entendres and euphemism and taboo.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desvita Tria Ningrum
"Penelitian ini ingin mengeksplorasi pemahaman dan pemaknaan perempuan akan pengalamannya terhadap kekerasan berbasis gender online (KBGO) dalam bentuk surveillance (pengawasan) di media sosial. Pengawasan dalam studi terdahulu lebih banyak ditemukan dalam praktik yang melibatkan negara/komersial dan masyarakat. Penelitian ini mencoba menggunakan logika pengawasan yang sama dengan berfokus pada bentuk pengawasan terhadap sesama online user di media sosial, yakni oleh laki-laki terhadap perempuan di suatu hubungan intim/romantis. Perempuan cenderung sulit melihat pengawasan yang dilakukan oleh laki-laki di dalam hubungan interpersonal sebagai bagian dari situasi KBGO yang menindas. Hal ini terjadi karena relasi kuasa dalam hubungan membuat laki-laki kerap mendistorsi cara pandang perempuan akan kekerasan melalui tindakan kontrol yang bersifat memaksa dan kontrol yang berbasis rasa kasih sayang (benevolent sexism). Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif secara spesifik dengan cara melakukan wawancara mendalam kepada perempuan yang pernah mengalami KBGO dalam bentuk pengawasan. Analisis berfokus pada temuan dengan mengandalkan kerangka teoretis utama, yakni kontrak seksual oleh Carole Pateman dan pengawasan lateral oleh Andrejevic. Penelitian ini menemukan bahwa KBGO dalam bentuk pengawasan melibatkan kontrol dan penyalahgunaan hak privasi perempuan yang berhubungan dengan kerentanan data digital perempuan. Perempuan yang terjebak di situasi KBGO dalam bentuk pengawasan mengaku mengalami peretasan data pribadi, yang tidak hanya digunakan untuk mengawasi dirinya secara online, tetapi juga berpotensi berujung pada pengawasan fisik secara langsung. Selain itu, dengan menggunakan kerangka teoretis subjektivitas individu oleh Lacan dan taktik serta strategi sebagai praktik sehari-hari oleh Michel de Certeau, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa perempuan memiliki agensi yang mampu menyadari penindasan dan bertindak melawan kontrol laki-laki. Perempuan mempelajari celah-celah dalam struktur penindasan dan melakukan tindakan untuk melepaskan dirinya keluar dari situasi KBGO yang menindas.

This study aims to explore women's understanding and interpretation of their experiences with online gender-based violence (KBGO) in the form of surveillance on social media. Surveillance in previous studies was mostly found in practices involving the state, commercial entities, and society. This research attempts to apply the same surveillance logic by focusing on the form of surveillance among online users on social media, specifically by men over women in intimate/romantic relationships. Women tend to find it difficult to see surveillance by men in interpersonal relationships as part of an oppressive KBGO situation. This occurs because power dynamics in relationships often lead men to distort women's perspectives on violence through coercive control and control based on benevolent sexism. This study was conducted using qualitative methods, specifically through in-depth interviews with women who have experienced KBGO in the form of surveillance. The analysis focuses on the findings by relying on the main theoretical frameworks, namely the sexual contract by Carole Pateman and lateral surveillance by Andrejevic. The study found that KBGO in the form of surveillance involves the control and abuse of women's privacy rights related to the vulnerability of their digital data. Women in a surveillance situation reported experiencing personal data hacking, which is not only used to monitor them online but also has the potential to lead to direct physical surveillance. Additionally, using the theoretical frameworks of individual subjectivity by Lacan and tactics and strategies as everyday practices by Michel de Certeau, this study also shows that women possess agency that enables them to recognize oppression and act against male control. Women learn to identify gaps within the oppressive structure and take actions to free themselves from the oppressive KBGO situation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Victorio Jakti Wibawa
"Berdasarkan survei Gallup (2022), karyawan wanita di regional Asia Tenggara memiliki work engagement yang lebih rendah (22%) dari karyawan laki-laki (25%). Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan hal yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran inklusivitas dalam lingkup bekerja sebagai mediator pada hubungan antara transformational leadership dengan work engagement pada karyawan wanita yang bekerja di lingkungan kerja mayoritas pria. Penelitian ini adalah penelitian korelasional non eksperimental kuantitatif dengan teknik single trial test. peneliti mengambil partisipan yang berasal dari 150 partisipan karyawan wanita yang bekerja di perusahaan yang memiliki mayoritas karyawan laki-laki dengan rentang usia 21 s.d. 58 tahun di daerah Jabodetabek. Penelitian menggunakan tiga alat ukur berupa kuesioner yaitu Transformational Leadership Questionnaire (Ashikali & Groeneveld, 2015), Workgroup Inclusion (Chung dkk., 2020), dan Utrecht Work Engagement Scale 9 (Schaufeli, Bakker & Salanova, 2006). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh transformational leadership terhadap work engagement pekerja wanita di jabodetabek di mediasi penuh oleh inklusivitas. Dengan demikian penting bagi perusahaan untuk menerapkan budaya inklusivitas di organisasi, untuk menunjang terjadinya work engagement pekerja wanita.

Based on the survey that Gallup (2022) has made, Southeast Asian women employee has a lower work engagement level at 22 percent than men 25%.This research is aiming at finding the role of inclusivity at workplace as a mediator on the connection between transformational leadership and work engagement on woman employee that works at a company with men as their majority employee. This research is a non experimental correlational research with a single trial test technic. The researcher took 150 women employee with an age range of 21 to 58 years old as a participant that works in an organization that mostly consist of male employee. This research use 3 measuring instrument that consist of Transformational Leadership Questionnaire (Ashikali & Groeneveld, 2015), Workgroup Inclusion (Chung dkk., 2020), and Utrecht Work Engagement Scale 9 (Schaufeli, Bakker & Salanova, 2006). The results shows that the correlation between transformational leadership and work engagement on woman’s employee at Jabodetabek is fully mediated by inclusivity. Therefore it’s very important for a company to start accumulating inclusive culture at their office, to support women’s work engagement. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>