Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97630 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aliefia Augustine
"Penelitian ini mengenai agensi perempuan dalam industri musik independen di Indonesia. Penulis berargumen bahwa musisi perempuan mempraktikkan otonomi dalam tatanan dunia patriarkis–di mana perempuan memiliki sedikit kesempatan untuk angkat bicara (Yab et al., 2022)--dan kapitalis–di mana industri jasa secara umum dan musik secara khusus terpusat di pulau Jawa dan Bali (Resmadi & Batari, 2020). Meskipun literatur akademik dan temuan riset menunjukkan bahwa musisi dari kelompok budaya non-dominan sulit berpartisipasi dalam industri musik, penulis berargumen bahwa musik independen memberikan bukti sebaliknya. Dengan mengambil kasus kelompok musik perempuan asal Lombok, The Dare. Kelompok musik perempuan ini mempraktikkan feminisme di tengah komersialisasi musik independen Indonesia yang didominasi laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk memahami praktik feminisme dalam karya The Dare dengan menggunakan data sekunder. Penulis meminjam konsep reproduksi ideologi feminisme dan partisipasi audiens (Keltie, 2017) untuk mencapai tujuan ini. Penelitian ini menemukan bahwa The Dare mempraktikkan agensi melalui partisipasi audiens, dan mempromosikan feminisme melalui pertunjukan dan citra yang mereka bangun di dalam jaringan maupun di luar jaringan.  

This journal is about women musicians’ agency in Indonesia’s independent music industry. In this journal, the author argues that women musicians practice autonomy in a patriarchal world–where there is only a small opportunity for women to speak up (Yab et al., 2022)–and a capitalist world–where service industry in general and specifically music industry focused in Java and Bali (Resmadi & Batari, 2020). Even though many literature and academic findings show that musicians who come dari marginalized cultures find it hard to participate in the music industry, the author argues that independent music proves the opposite. By looking at The Dare, a girl group from Lombok. This girl group practices feminism amidst the commercialization of Indonesia’s independent music industry which is dominated by men. This research aims to understand the feminism practice by The Dare with secondary data. The author uses feminism ideology reproduction and audience participation concept (Keltie, 2017) to achieve the result. This research finds that The Dare practice agency through audience participation and promoting feminism through their act and online-offline branding."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vitorio Mantalean
"ABSTRAK
Kemapanan major label yang notabene pihak paling berpengaruh dalam industri musik populer mengalami guncangan akibat demokratisasi akses yang disebabkan oleh revolusi digital, tak terkecuali di Indonesia. Hal tersebut membuat major label perlu mencari berbagai sumber pemasukan baru sejak bisnis music sales tak lagi dapat diandalkan sebagai tumpuan pendapatan. Grup band Nidji yang masuk pada saat industri musik populer Indonesia tengah limbung rupanya tetap mampu bertahan di saat banyak grup band seusianya lenyap tertelan ganasnya ombak industri. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Nidji sanggup mempertahankan diri sebagai grup band yang tetap populer dan produktif pada era keterpurukan industri musik populer Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesediaan Nidji menjadi ujung tombak pemasukan Musica Studio dalam bisnis manajemen artis membuat Nidji tetap dapat produktif dan populer selagi menguntungkan Musica Studio sebagai major label yang menaunginya. Selain itu, Musica Studio sebagai major label juga menerapkan sejumlah strategi guna menciptakan efisiensi produksi karya musik seraya melakukan ekspansi bisnis ke bidang-bidang lain.

ABSTRACT
The democratization of access caused by digital revolution shook the status quo of major label as the most influencing and decisive player in the pop music industry, including in Indonesia. It urged major labels to search for new sources of revenue since music sales business was no longer reliable. Music group Nidji, that stepped in at the time of Indonesia 39 s pop music industry was unsteady, apparently are still able to survive until now while other groups their age are drowning. Using qualitative approach, this case study research aims to find out how Nidji could maintain themselves as productive and popular music group in the adversity era of Indonesia pop music industry. The result shows that Nidji rsquo s willingness to be the spearhead of Musica Studio rsquo s revenue in artist management business kept themselves productive and popular while at the same time helped Musica Studio securing their revenue stream. In the other hand, Musica Studio as the major label also applied some strategies to create production efficiency while expanding their business to another sectors. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Derisa Rasi Makara
"Tesis ini membahas tentang peranan agregator musik dalam struktur industri musik di indonesia dalam konteks agregator musik ini sebagai agen perubahan strukturasi industri musik dalam hal pendistribusian dan promosi konten musik di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi para musisi indie. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perubahan industri musik Indonesia. Yang pertama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju. Dan yang kedua adalah berkembangnya musik Indie (Sidestream). Agregator musik muncul sebagai platfrom bisnis yang fokus mendistribusikan lagu ke toko musik digital di seluruh dunia. Agregator musik berperan sebagai pengganti label rekaman yang kerap kali menjadi sandungan bagi para musisi untuk memasarkan karyanya. Agregator musik melalui toko digital maupun streaming musik dianggap mampu menjawab tantangan era digital dalam hal distribusi dan promosi karya musik. Terlebih, agregator musik dianggap mampu mewadahi karya-karya musisi baru atau musisi indie yang seringkali mengalami kesulitan luar biasa untuk memperkenalkan karya musiknya.

This tesis discusses about the role of Music Aggregator in structur change of music industry in Indonesia in the context that music aggregator is as an agent to change music industry in term of music distribution and promotion content in the growing information and communication technology era for indie musicians. The thesis applies qualitative design with case study design. The study concluded that two main factor which affect of Indonesia music industry change. The first factor is the rapid growth of information and communication technology. The second factor is the rise of Indie Music (Sidestream). Music Aggregator becames a business platform that focuses on distributing songs to digital music stores all around the world. Music Aggregator contributes as subtitutive record label that alwasy hampers all musician to market their creation. Music Aggregator through digital music store or streaming music platform is able to answer the challenges of digital era in the term of music content distribution and promotion. Music aggregator can collect creations of new musicians or indie musicians who often experience extraordinary diffuculty to introduce their creations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naldo
"ABSTRAK
Tesis ini membahas resistensi band Mocca dalam menyikapi industri musik
indonesia dalam konteks band indie sebagai agen perubahan strukturasi industri
musik Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi
kasus. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa industri musik Indonesia mengalami
penurunan kualitas oleh karena itu terbentuklah musik indie yang lahir dari
komunitas sebagai wadah perlawanan terhadap musik mainstream dan selera
masyarakat.

Abstract
This thesis discusses the resistance of Mocca band and the dealing with
Indonesian music industry in the context of the indie band as an agent of change
on Indonesian music industry structuration. The study was a qualitative research
design with case studies. The study concluded that Indonesian music industry
deteriorated since it was formed by the birth of indie music community as a place
of resistance against mainstream music and tastes of society."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31133
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rafii Rama Naidu
"Industri musik telah menghadapi perubahan drastis akibat revolusi digital yang mengubah cara konsumen mengonsumsi musik. Revolusi digital membuka peluang baru bagi musisi baru karena dinamika baru membuka pasar dan platform baru yang memungkinkan musisi independen mengelola karir mereka tanpa menandatangani kontrak dengan perusahaan label besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transisi musisi dan band Indonesia dalam beradaptasi dengan revolusi industri musik. Makalah ini menggunakan analisis digital dan metode kualitatif untuk memahami Fourtwnty, sebuah band Indonesia yang dibentuk pada tahun 2010. Tulisan ini mengeksplorasi platform media sosial sebagai alat pemasaran mereka untuk mempromosikan karya seni mereka pada tahun 2013. Penelitian ini berhasil menginformasikan motivasi, urgensi, dan ketergantungan saat ini pada aktivasi digital. di media sosial dalam mendistribusikan karya seni musisi di era digital. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara online dengan tim media Fourtwnty dan observasi online melalui akun media sosial Fourtwnty. Makalah ini membahas tentang revolusi digital yang mengubah model bisnis industri musik dan bertujuan untuk menangkap peluang bisnis yang diberikan oleh munculnya teknologi web untuk mendistribusikan karya seni musisi di platform online.

The music industry has faced drastic changes due to the digital revolution that changed how consumers consume music. The digital revolution opened up new opportunities for new musicians since the new dynamic opened new markets and platforms that enable independent musicians to manage their careers without signing a contract with major label companies. This study aimed to investigate the transition of Indonesian musicians and bands in adapting to the revolutionised music industry. This paper uses digital analytics and qualitative methods to understand Fourtwnty, an Indonesian band formed in 2010. It explores social media platforms as their marketing tools to promote their artwork in 2013. This research successfully informed the motivation, urgency and the current dependence on digital activation in social media in distributing musicians' art forms in the digital era. The data was collected through an online interview with the Fourtwnty media team and an online observation through Fourtwnty's social media account. This paper discusses the digital revolution that changed the music industry business model and aims to capture the business opportunities provided by the rise of web technology to distribute musicians' artwork on online platforms."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ini melaporkan analisis tentang penggambaran peran gender perempuan dalam video musik terbaru tahun 2015 oleh grup band perempuan asal Korea (termasuk Girl’s Day’s Hello Bubble, SNSD’s Lion Heart, Oh My Girl’s Cupid, Miss A’s Only You, dan Red Velvet’s Ice Cream Cake). Video musik populer Korea telah mendominasi ruang media Asia selama dua dekade terakhir, dan telah menjadi agen yang berpotensi dalam membentuk pandangan masyarakat tentang pengertian gender. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggambaran peran gender sekaligus memvalidasi stereotip, serta, pandangan masyarakat tentang kekuatan perempuan dalam masyarakat bersangkutan melalui gambar yang ditampilkan dalam video. Dengan menggunakan mise-en-scene dalam studi film dan kategori Erving Goffman tentang penggambaran perempuan di media (1979), penelitian ini mengungkapkan bahwa representasi perempuan dalam video menggambarkan kategori Goffman tentang representasi perempuan di media, juga stereotip peran gender dalam masyarakat. Representasi perempuan yang melakukan peran gender memvalidasi stereotip gender, dan juga merefleksikan nilai perempuan dalam masyarakat.
This paper reports an analysis on gender roles portrayals of women in recent 2015 Korean girl group music videos (including Girl’s Day’s Hello Bubble, SNSD’s Lion Heart, Oh My Girl’s Cupid, Miss A’s Only You, and Red Velvet’s Ice Cream Cake). Korean popular music videos have been dominating Asian media space for the last two decades, and have become a potential agent in shaping the society’s view on gender notions. This research aims to examine the gender roles performances which are validating stereotypes, as well as, society’s view on women’s power in the respected society through the images portrayed in the videos. By using mise-en-scene in film studies and Erving Goffman’s depictions of women images in media (1979), this study reveals that the representations of women in the videos portray Goffman’s depictions of women images and also the stereotypical gender roles performances. The images of women performing gender roles are validating gender stereotypes, and are also suggesting a reflection of women’s value in the society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raras Prawitaningrum
"Perkembangan teknologi tak bisa dipungkiri mengakibatkan perubahan di beberapa industri, salah satunya dalam industri musik. Industri musik yang pada awalnya dikuasai oleh industri arus utama mengalami perubahan dengan kemunculan kolektif independen karena didukung oleh beberapa faktor. Kolektif musik independen menggunakan pengalaman dan pengamatannya untuk membangun suatu industri yang berbeda agar bisa bertahan dan meraih kesuksesan di industri musik tanpa menggunakan mediasi. Hasil dari penelitian ini adalah memaparkan bagaimana strategi band independen rock metal asal Jakarta, Seringai, dalam menjual musik dan atributnya tanpa adanya mediasi, yakni label rekaman.

Technology development undeniably caused changes in certain industries, one of them is music industry. Music industry that was initially dominated by mainstream industry is changing with the emergence of collective independent that is supported by several factors. Collective independent music use experience and observation to build a different industry to survive and achieve success in music industry without using mediation. Result of this study is to explain the strategy of an independent rock metal band from Jakarta, Seringai, in selling music and its attributes without mediation, which is record label."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Argia Adhidhanendra
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Kenny Skagerlund et al (2018) dengan menggunakan model yang ditawarkan oleh penelitian tersebut dalam cakupan yang sempit dan tepat waktu (just in time), sesuai dengan saran Fernandes et al (2014) untuk penelitian literasi finansial agar dapat menjadi landasan intervensi yang tepat. Industri musik independen hari ini mewakili 39% dari total industri musik, namun industri musik sendiri hanya berkontribusi 0.48% terhadap GDP industri kreatif di Indonesia.  Penelitian ini menganalisis mengapa kontribusi industri musik begitu kecil dengan mengamati literasi finansial industri musik independen beserta variabel dibaliknya (construct) sesuai dengan model yang ditawarakan Skagerlund et al (2018). Studi ini menemukan bahwa model yang ditawarkan tidak bisa diimplementasikan pada industri musik independen dan studi yang sifatnya spesifik pada suatu industri lebih jauhnya harus bersifat induktif, bukan deduktif. Studi ini juga menemukan adanya kegelisahan yang bersifat industrial.

ABSTRACT
This research is an adaptation of a prior research by Kenny Skagerlund et al (2018) to test the model proposed by said research within a narrow and just in time scope, as suggested by Fernandes et al (2014). The indepedent music industry has come a long way, now holding 39% of the whole music industry, but the industry at large only contributed 0.48% to the total GDP of Indonesia. This study explored the cause of this by analyzing the independent music industrys financial literacy and its construct, as proposed by Skagerlund et al (2018). This study finds that the proposed model cannot be implemented in the independent music industry and any industry-specific model of financial literacy and its construct should be done in an inductive approach rather than deductive. This study also finds  that theres an industrial anxiety that should be explored in further research."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glennon, James.
Adelaide : Rigby, 1968
780.922 GLE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kelik M Nugroho
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2020
780.598 KEL d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>