Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152408 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Salsabila
"Maskulinitas merujuk pada serangkaian perilaku, peran, dan atribut yang disematkan pada laki-laki. Sebagai hasil dari proses kebudayaan, standar, dan citra maskulinitas dari masa ke masa mengalami perubahan sehingga tidak ada bentuk baku dari maskulinitas itu sendiri, contohnya dalam gaya berbusana. Harry Styles menjadi topik hangat karena transisi gaya berbusananya yang digadang-gadang bertujuan untuk mendobrak batasan gender, ini mendatangkan berbagai opini dari penggemarnya tak terkecuali penggemar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melibatkan lima penggemar Harry Styles Indonesia yang aktif dalam aktivitas penggemar di media sosial Twitter. Data penelitian bersumber dari wawancara mendalam dengan informan, observasi Twitter informan dan akun autobase, serta kajian pustaka. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan konsep maskulinitas, wacana, dan nilai guna mengetahui alasan yang mendasari informan memberikan pandangan yang berbeda atas transisi gaya berbusana sang idola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pandangan tersebut berangkat dari penanaman wacana dan norma gender yang ditanamkan oleh keluarga serta nilai yang mereka percayai secara turun temurun. Pendefinisian ulang maskulinitas sebagai penggemar ini tak terlepas dari negosiasi bahwa citra laki-laki maskulin tidak lagi merujuk pada mereka yang menggunakan pakaian serba gelap.

Masculinity refers to a set of behaviors, roles, and attributes ascribed to men. As a result of cultural processes, standards and images of masculinity have changed over time so that there is no standardized form of masculinity itself, for example in clothing styles. Harry Styles became a hot topic because of his fashion transition that was predicted to break gender boundaries, this brought various opinions from his fans, including fans in Indonesia. This research uses a qualitative method involving five Indonesian Harry Styles fans who are active in fan activities on social media Twitter. The research data comes from in-depth interviews with informants, observation of informants' Twitter and autobase accounts, and literature review. In this research, the concepts of masculinity, discourse, and value are used to find out the reasons why informants give different views on the transition of the idol's fashion style. The results show that the different views stem from the cultivation of gender discourses and norms instilled by the family and the values they believe in for generations. The redefinition of masculinity as a fan is inseparable from the negotiation that the image of masculine men no longer refers to those who wear all dark clothes."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natassya
"Penelitian ini merupakan studi maskulinitas yang merupakan bagian dari kajian gender yang bersinggungan dengan kajian budaya. Penelitian ini melihat konstruksi maskulinitas baru yang diwujudkan melalui konsumsi laki-laki atas produk perawatan. Informan penelitian ini adalah tujuh laki-laki dengan rentang usia 18-25 tahun dan pengguna produk perawatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam dan observasi. Temuan menunjukkan bahwa ketujuh informan memiliki pemahaman mengenai maskulinitas yang berbeda sehingga masuk ke dalam beberapa kategori. Empat informan memiliki pemahaman maskulinitas normatif, Ada dua informan memiliki pemahaman maskulinitas yang disandingkan dengan maskulinitas, dan satu informan yang memiliki pemahaman maskulinitas yang semiotik.
This research is part of gender and cultural studies. This research wants to see the construction of new masculinity through grooming products. The informants in this research are men, 18 36 years old and using grooming products. This research used qualitative methods with in depth interviews and observation to collect data. The result of this research shows that informants had different idea of masculinity. There are four informants who had normative idea. There are two informants who had idea of masculinity which compared to feminism. Also there is one informant who had semiotic idea."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widdy Endah Permatasari
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana praktik maskulinitas molimo direalisasikan oleh laki-lakiperantauan Jawa di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan jumlah 3 orang informan penelitian. Adapun temuan lapangan penelitian menggambarkan tentang bagaimana nilai – nilai Jawa di internaisasikan oleh orang tua, keluarga, dan lingkunan kepada anak laki – lakinya dan juga bagaimana informan memandang nilai filsafah Jawa molimo sebagai salah satu nilai yang juga secara sadar maupun tidak sadar di internalisasikan. Hasil penelitian membahas mengenai bagaimana praktik maskulinitas molimo tersebut diwujudkan oleh laki-lakiperantauan Jawa di kota besar Jakarta, apa saja contoh tingkah laku yang masih menjadi cerminan praktik maskulinitas molimo dan bagaimana informan memaknai filosofi molimo itu sendiri. Pada akhir bab terdapat kesimpulan penelitian dan saran guna penelitian selanjutnya yang masih berkaitan dengan tema yang sama.

This study aims to describe how the practice of molimo masculinity is realized by Javanese overseas men in Jakarta. This study uses a qualitative approach with a descriptive design. The sampling technique used was purposive sampling technique with a total of 3 research informants. The findings of the research field describe how Javanese values ​​are internalized by parents, family, and the environment to their sons and also how the informants view the value of Molimo's Javanese philosophy as one of the values ​​that are also consciously or unconsciously internalized. The results of the study discuss how the practice of molimo masculinity is realized by Javanese overseas men in the big city of Jakarta, what are some examples of behavior that still reflect the practice of molimo masculinity and how informants interpret the molimo philosophy itself. It also discusses the relevance of the life that is currently being lived. At the end of the chapter there are research conclusions and suggestions for further research that is still related to the same theme.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Afdan Muhammad
"Penelitian ini memiliki fokus mengenai pengaruh lagu pop pada perkembangan budaya populer Indonesia dalam kurun waktu tahun 1962 hingga 1976. Penelitian menggunakan metode ilmu sejarah yang terdiri atas tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sebagai pendukung penelitian turut digunakan disiplin ilmu kajian budaya. Budaya populer adalah budaya yang diproduksi secara massal untuk konsumsi massal. Kebudayaan ini berasal dari negara-negara Barat yang selanjutnya menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Masuknya budaya populer Barat ke Indonesia ditandai dengan diputarnya lagu-lagu Barat di radio pada periode 1950-an. Musik Barat yang masuk ke Indonesia mengalami hibriditas untuk menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat. Proses hibriditas tersebut selanjutnya mendorong kemunculan musisi-musisi pop Indonesia pada periode 1960-an seperti Koes Bersaudara dan Lilis Suryani. Keduanya berhasil mendorong perkembangan budaya populer Indonesia pada periode 1970-an melalui lagu-lagu pop yang mereka nyanyikan. Hasil temuan penelitian ini adalah bagaimana musik pop yang berasal dari Barat bisa berkembang di Indonesia. Kalangan remaja memiliki peran penting dalam perkembangan musik pop sebagai budaya populer. Selain itu, menarik untuk diketahui bagaimana perbedaan sikap pemerintah Orde Lama dan Orde Baru terkait musik pop yang dipandang sebagai budaya Barat. Budaya populer Indonesia cenderung mengalami kemajuan setelah musik pop berkembang pesat.

This research has focus about pop song`s influence in the development of Indonesian popular culture from 1962 to 1976. The research using method of history that consists stage of heuristic, criticism, interpretation and historiography. As a research supporting studies, cultural studies will be used too. Popular culture is a culture that mass produced for mass consumption. This culture comes from Western countries then spread to various countries, including Indonesia. The entry of popular culture in Indonesia was marked by the Western pop songs that plays on the radio in the 1950s. Western pop music that entered Indonesia subsequently experienced hybridity to adapt to society condition. The process then encourages emergence of Indonesian pop musicians in the 1960s, such as Koes Bersaudara and Lilis Suryani. Both of them success developing Indonesian popular culture in the 1970`s through their pop songs. The result of this research is how pop music that comes from Western can develops in Indonesia. Adolescents have an important role in the development pop music as popular culture. It is also interesting to know how differences Old Order and New Order attitude towards pop music which is seen as Western culture. Indonesian popular culture tends to experience progress after pop music has developed rapidly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Avokanti Nur Arimurti
"Skripsi ini membahas bentuk-bentuk kebudayaan kaum muda perempuan penggemar boy band Korea, pemahaman diri mereka sebagai penggemar, dan apa faktor penyebab mereka dianggap "aneh" serta respon mereka terhadap pihak luar yang menganggap mereka "aneh" dengan menggunakan perspektif kriminologi budaya dan memahami isu ini dari posisi mereka sebagai subjek. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi, serta wawancara tidak berstruktur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan kaum muda perempuan penggemar boy band Korea merupakan bagian dari youth culture dengan kekhasannya tersendiri serta tidak ada yang "aneh" dari kecintaan mereka terhadap boy band Korea, yang oleh masyarakat pada umumnya dianggap sebagai perlawanan terhadap konstruksi maskulinitas tradisional.
Penelitian ini merekomendasikan dekonstruksi cara pandang masyarakat (pihak luar) terhadap kebudayaan kaum muda perempuan penggemar boy band Korea, dari yang semula melabel sebagai "aneh" menjadi respek terhadap mereka. Dengan adanya penelitian ini, masyarakat diharapkan dapat memahami kebudayaan kaum muda perempuan penggemar boy band Korea serta tidak mencap mereka negatif.

The focus of this study is described about many types of culture from youth female fans of Korean‘s boy band, their understanding about theirself as fans, and factors that others think them as "freak" along with their respon to the others that think them is "freak" with using cultural criminology perspective and understanding this issue from their point of view as subject. This research using qualitative approach with collected data from documentation, observation, and unstructured interview.
The result of this research showed that the culture of youth female fans of Korean‘s boy band is a part of youth culture with their special things and their not freak because of their love to Korean‘s boy band, which is society thinks that Korean‘s boy band as a resistance to construction of traditional masculinity.
This research is make recommendation about deconstruction of society‘s point of view towards youth female fans of Korean‘s boy band, from labeling them as "freak" to become more respect to them. With this research, hopes society can understanding the culture of youth female fans of Korean‘s boy band and not labelled them negatively.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ramadhan
"Skripsi ini membahas penggambaran maskulinitas pada tokoh perempuan dalam anime Neon Genesis Evangelion. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis menggunakan metode deskriptif analitis dan teori sinematografi serta teori maskulinitas. Hasil penelitian menunjukkan terdapat ambivalensi pada tokoh perempuan dalam anime Neon Genesis Evangelion. Anime Neon Genesis Evangelion memberikan gambaran tokoh perempuan yang dominan dan maskulin, tetapi secara sinematografi mereka diobjektifikasi secara seksual oleh laki-laki. Maskulinitas tokoh perempuan Neon Genesis Evangelion juga memperlihatkan penggambaran perempuan yang berbeda dengan anime sh?nen pada umumnya, tetapi pada akhirnya tetap menunjukkan dominasi laki-laki terhadap perempuan.

This research discusses about the depiction of masculinity of female characters in Neon Genesis Evangelion anime. This research is a qualitative research with analysis using analytical descriptive method, cinematography theory, and masculinity theory. The result of this research shows that there is an ambivalence in the female characters in Neon Genesis Evangelion anime. Neon Genesis Evangelion anime presents the dominant and masculine figures of female characters, but according to its cinematography they are being objectified sexually by men. Masculinity of the female characters in Neon Genesis Evangelion also shows the different depiction of females from the other sh nen animes. However, it still shows the domination of men over women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikri Muhammad Isthafa
"Sebagai ibukota negara, Jakarta merupakan kota dengan penduduk yang memiliki beragam latar belakang. Sebagai kota modern, kota Jakarta memiliki sebuah tempat yang merupakan cerminan dari masyarakatnya, terbentuk melalui internet menjadi dunia digital kota Jakarta. Sebagai digital natives, generasi Z kota Jakarta merupakan kelompok masyarakat yang paling familier dengan ruang virtual kota Jakarta. Generasi Z kota Jakarta memiliki peran penting dalam proses terbentuknya fenomena budaya populer. Makalah ini akan membahas mengenai peran generasi Z dalam ruang virtual kota Jakarta sebagai kunci dari terbentuknya budaya populer, dengan menggunakan konsep antropologi digital dari Horst dan Miller mengenai materialitas. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data makalah adalah studi literatur dengan mengkaji data-data berupa buku dan artikel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa beberapa fenomena budaya populer kota Jakarta merupakan sebuah fenomena yang mendapatkan atensi masyarakat luas berkat bantuan generasi Z kota Jakarta.

As the national capital, Jakarta is a city with people from various backgrounds. As a modern city, the city of Jakarta has a place that is a reflection of its people, formed through the internet to become the digital world of the city of Jakarta. As digital natives, Generation Z of Jakarta is a group of people who are most familier with the virtual space of Jakarta. Generation Z of Jakarta has an important role in the formation of popular culture phenomena. This paper will discuss the role of generation Z in the virtual space of the city of Jakarta as the key to the formation of popular culture, using Horst and Miller's digital anthropological concept of materiality. The method used in collecting paper data is a literature study by examining data in the form of books and articles. Based on the results of the research, it can be concluded that several popular cultural phenomena in the city of Jakarta are phenomena that have received the attention of the wider community thanks to the help of generation Z in the city of Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang Imperialisme Budaya Korea yang terjadi di Indonesia
dan menerpa gaya hidup remaja-remaja Jakarta, terutama dalam pengaruh musik
K-pop. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain naratif. Dengan
fenomena meledaknya K-pop ini, pihak Korea Selatan pun menanamkan
kesadaran palsu di benak remaja-remaja agar budaya Korea ini dikultivasi. Hasil
penelitian menemukan bahwa saat ini telah banyak remaja-remaja yang
menggemari musik K-pop, hingga mereka mengonsumsi segala macam hal-hal
yang berhubungan dengan Korea Selatan.

Abstract
This thesis describes Korean cultural imperialism occured in Indonesia and hit the
style of living of Teenagers in Jakarta, especially the influence of K-pop music.
This research is qualitative research using narrative design. The phenomenon of
K-pop explotion makes South Korea party spread the false consciousness in
Teenagers? mind in order to cultivate the Korean cultures. The result of this
research found that currently many teenagers fancy K-pop music thus consume
any things related to South Korea"
2012
T30763
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Musik pop merupakan salah satu musik legendaris di dunia. Hampir semua orang pecinta musik dari dahulu hingga zaman sekarang menggemari musik pop yang diperkirakan telah lahir sejak era 60-an. Di Indonesia, musik pop merupakan musik yang paling dicintai oleh penikmatnya. Koes Plus sebagai pelopor grup musik pop di Indonesia tidak akan pernah dilupakan hingga saat ini. Setelah menghilangnya Koes Plus, maka muncul lagi generasi musik pop berikutnya. Belakangan ini perhatian kita sudah benar-benar teralihkan dengan hadirnya Boy Band dan Girls Band grup musik pop inovasi baru di era tahun ini disebut musik ala Korean Pop (K-pop). Terinspirasi dari grup musik Korea, dengan menyanyi bersama, menari secara kompak dan berpenampilan dengan gaya rambut, pakaian dan kostum mirip seperti band Korea. Grup musik pop baru ini sering tampil di layar kaca maupun di berbagai kesempatan."
JNANA 18:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Andam Dewi
"Penelitian ini mengeksplorasi negosiasi gender di kalangan perempuan Indonesia penggemar budaya populer Jepang genre YAOI. Artikulasi negosiasi gender tercermin dalam imaji maskulinitas dan relasi gender doujinshi YAOI karya fujoshi Indonesia. Konsep maskulin hegemonik, heteronormatif, elemen manga dan komik digunakan sebagai landasan pemikiran. Objek penelitian adalah doujinshi YAOI berjudul Love Heat at Tropical Island karya minatu/minataka94. Pengumpulan data melalui analisis panel komik. Penelitian ini menemukan bahwa doujinshi YAOI Love Heat at Tropical Island sebagai bentuk strategi praktek penulisan ulang oleh fujoshi Indonesia dalam menegosiasikan isu-isu tabu dalam masyarakat Indonesia. Isu-isu tersebut antara lain relasi gender alternatif, homoseksualitas, dan pornografi. Doujinshi Love Heat at Tropical Island menawarkan sebuah sarana bagi penulis Indonesia untuk mengapropriasi manga dan anime original untuk mengekspresikan ideologi gender mereka. lebih jauh lagi, dengan kemajuan teknologi komunikasi dan jaringan internet doujinshi tersebut membuka ruang tanpa batas dan waktu bagi fujoshi Indonesia untuk berbagi dan menyebarkan hasil karya mereka di kancah global.
This research explored gender negotiation among Indonesian women who are fans of YAOI genre from Japanese popular culture. The gender negotiation is articulated by the image of masculinity and gender relation in the form of YAOI doujinshi. The study employs hegemonic masculinity, heteronormativity, and element of manga and comic theory as the theoretical groundwork for this dissertation. The object of research is YAOI doujinshi titled Love Heat at Tropical Island created by minatu minataka94. Comic panel analysis is utilized to explore My approach to explore the purpose of this research is through comic panel analysis. This research found that the YAOI doujinshi Love Heat at Tropical Island is a strategy rewriting practice of Indonesian fujoshi in negotiating tabooed issues in the Indonesian society, such as alternative gender relations, homosexuality, and pornography. Love Heat at Tropical Island offers a mean for Indonesian writers to appropriate the original manga and anime to express their gendered ideology. Furthermore, with the advanced of telecommunication technologies and internet networks, the doujinshi opens unlimited space for Indonesian fujoshi to share and connect their works globally."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
D2278
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>