Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112568 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Nathania
"

Isu keberlanjutan telah lama menjadi perhatian global sejak tahun 1961. Namun, budaya konsumerisme dan materialisme masih mendominasi gaya hidup masyarakat. Berhubungan dengan industri kecantikan, saat ini industri kecantikan sedang mengalami perkembangan pesat yang disebabkan oleh peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat diri, kemunculan pusat perbelanjaan baru, perkembangan teknologi e-commerce, dan peningkatan pendapatan penduduk. Seiring berkembangnya industri kecantikan, hal ini juga berjalan beriringan dengan jejak karbon yang dihasilkan oleh pabrik industri, seperti emisi CO2 dan limbah plastik. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah mindset yang mampu membatasi budaya konsumerisme masyarakat. Lyfe With Less (LWL), sebuah komunitas pegiat gaya hidup minimalis melahirkan sebuah kampanye sosial digital yang mengusung tema sustainable beauty. Kampanye ini dinamakan #PakaiSampaiHabis. Penelitian ini kemudian ditujukan untuk menganalisis strategi komunikasi kampanye tersebut menggunakan metode studi literatur dan desktop research. Hasil dari penelitian menemukan bahwa LWL menggunakan pendekatan social marketing, not-for-profit marketing, storytelling, multi-platform, interactive content, dan strategi marketing lainnya.


Sustainability issue has long been a global concern since 1961. However, consumerism and materialism culture still dominates people’s lifestyles. In relation to the beauty industry, this industry is experiencing rapid development due to increased in public awareness to self-care, the emergence of new shopping centers, developments in e-commerce technology, and increased incomes. As the beauty industry develops, this goes in hand with the carbon footprint generated by industrial factories (CO2 emissions and plastic waste). Therefore, a new mindset is needed to limit consumerism in society. Lyfe With Less (LWL), a community of minimalist lifestyle activists created a digital social campaign called #PakaiSampaiHabis using the sustainable beauty trend. This research aims to analyze the campaign’s communication strategy using literature study and desktop research methods. The results of the study found that LWL uses a social marketing, not-for-profit marketing, storytelling, multi-platform, interactive content and other marketing strategies as their approach.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Melkote, Srinivas
New Delhi : Newbury Park, Calif. : Sage Publications,, 1991
338.90 MEL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Radtu Shania
"Profil Perusahaan Lassy Beauty adalah salah satu brand jasa kecantikan di Jakarta yang didirikan sejak 2018. Lassy Beauty berada dalam klasifikasi salon dengan layanan lengkap. Brand ini menawarkan sekitar 78 jenis jasa, yang terdiri dari perawatan rambut, kulit kepala, bulu mata, wajah, badan, kuku, dan penghilang bulu. Penggunaan jasa tersebut dapat dilakukan konsumen dengan cara mendatangi langsung lokasi studio atau dengan melakukan layanan panggilan ke rumah. Bentuk pemasaran yang dilakukan oleh Lassy Beauty sampai saat ini adalah pengelolaan media sosial, pemasangan Instagram Ads, dan penggunaan promosi diskon. Analisis Situasi Hasil analisis internal menunjukkan bahwa Lassy Beauty menawarkan jasa kecantikan yang sangat lengkap dan memberikan opsi untuk konsumen dalam menggunakan jasanya, namun Lassy Beauty belum mengomunikasikan keunikan tersebut secara maksimal pada kanal komunikasinya. Sedangkan, dari analisis eksternal, Lassy Beauty sebagai salah satu brand jasa kecantikan memiliki peluang yang tinggi pada pasar perempuan Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena perempuan Indonesia telah memiliki kebiasaan menggunakan jasa kecantikan sejak remaja. Namun, Lassy Beauty dihadapkan dengan sebuah tantangan terkait kekhawatiran penggunaan jasa kecantikan akibat keadaan pandemi COVID-19. Rumusan Masalah Lassy Beauty memiliki permasalahan utama terkait komunikasi pemasaran dalam bentuk rendahnya brand awareness oleh khalayak sasaran. Khalayak sasaran juga belum mengetahui diferensiasi Lassy Beauty dari brand lainnya pada kategori jasa sejenis. Tujuan 1. Meningkatkan kesadaran khalayak sasaran mengenai keberadaan Lassy Beauty; 2. Menciptakan positioning untuk Lassy Beauty pada benak khalayak sasaran dengan cara mengomunikasikan diferensiasi Lassy Beauty dari kompetitor. Khalayak Sasaran 1. Demografis: perempuan berusia 18 sampai 25 tahun, mahasiswa dan pegawai, dan tergolong dalam SEC Middle-Upper. 2. Geografis: berdomisili di Jadetabek, khususnya Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan. 3. Psikografis: peduli dengan penampilan fisik, senang bersosialisasi, beauty-enthusiast, dan experience-seeker. 4. Perilaku: menggunakan jasa kecantikan sebagai rutinitas dalam merawat diri maupun sebagai hiburan, menggunakan media online dan media sosial secara aktif, dan melakukan variety-seeking. Program Program kampanye ‘Cherish Beauty Without Worries’ telah disusun berdasarkan model perilaku konsumsi AISAS untuk menjawab masalah yang dimiliki Lassy Beauty terkait brand awareness. Program kampanye ini memiliki beberapa kegiatan, yaitu: pemasangan iklan pada media sosial, pengadaan kerja sama dengan KOL, pengoptimalan media sosial dengan tiga konten utama (konten “Beauty Anywhere, Anytime!”, “Beauty of Any Kind!”, dan hygiene), peluncuran website, pemanfaatan WhatsApp Business, dan pengadaan giveaway untuk mendorong produksi ulasan. Pesan Kunci “Lassy Beauty menyediakan pengalaman tanpa rasa khawatir dimanapun dan kapapun dalam menjaga dan menghargai kecantikan luar dan dalam dirimu.” Jadwal Januari – Juni 2022. Anggaran Rp23.539.371 untuk enam bulan. Evaluasi Input: memastikan setiap kegiatan terlaksana sesuai dengan perencanaan; Output: memantau dan memastikan secara rutin setiap pelaksanaan kegiatan; Outcome: memeriksa dan mengevaluasi hasil dan dampak dari setiap pelaksanaan kegiatan.

Profil Perusahaan
Company Profile Lassy Beauty is a beauty service brand from South Jakarta that was founded in 2018. Lassy Beauty is classified as a full-service salon. This brand has around 78 kinds of services, from hair, scalp, eyelash, face, body, nail, to hair removal treatments. Consumers can use these services by going directly to the studio location or by ordering home service. The channels of marketing used by Lassy Beauty are social media, Instagram Ads, and discount promotions. Situation Analysis The result of the internal analysis shows that Lassy Beauty offers a variety of beauty services and provides location options for consumers, but Lassy Beauty has not communicated this uniqueness optimally on its communication channel. Meanwhile, from external analysis, Lassy Beauty as a beauty service brand has a high opportunity in the Indonesian women's market. It is because Indonesian women have had the habit of using beauty services since a young age. However, Lassy Beauty faced a challenge related to concerns about using beauty services due to the COVID-19 pandemic. Problem Statement Lassy Beauty has a problem related to marketing communication in the form of low brand awareness by the target audience. The target audience also does not know the uniqueness of Lassy Beauty compared to brands with similar services. Goals 1. Increasing awareness from the target audience regarding the existence of Lassy Beauty; 2. Creating a positioning for Lassy Beauty in the target audience's mind by communicating Lassy Beauty's differentiation from competitors. Target Audience 1. Demographic: women aged 18 to 25 years old, students and employees, and belonging to the SEC Middle-Upper. 2. Geographic: domiciled in Greater Jakarta, particularly South Jakarta and South Tangerang. 3. Psychographic: cares about physical appearance, likes to socialize, beauty-enthusiast, and experience-seeker. 4. Behavior: using beauty services as a self-care routine and as an entertainment, using online media and social media actively, and do variety-seeking. Program The 'Cherish Beauty Without Worries' campaign program has been developed based on the AISAS consumption behavior model to answer Lassy Beauty's problem related to brand awareness. This campaign program has several activities, i.e.: advertising on social media, establishing cooperation with KOL, optimizing social media with three main contents (“Beauty Anywhere, Anytime!”, “Beauty of Any Kind!”, and hygiene content), website launch, use of WhatsApp Business, and perform giveaway activity to encourage review production. Key Message “Lassy Beauty provides a worry-free experience anywhere and anytime to cherish your inner and outer beauty.” Schedule January – June 2022. Budget Rp23.539.371 for six months. Evaluation Input: ensure that every activity is executed according to the plan; Output: monitor and ensure routinely every activity implementation; Outcome: examine and evaluate the results and impacts of each activity implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wolfowitz, Paul
Jakarta: Pusat Data dan Analisa Tempo, 2006
302.23 WOL h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Basu, Kaushik
Cambridge, UK: MIT Press, 2003
338.9 BAS a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Aghnia Virginianty
"Skripsi ini membahas tujuan penggunaan dan fungsi kaomoji terhadap pesan verbal yang terjadi dalam komunikasi melalui media-komputer. Dengan mengambil studi kasus Web-blog personil grup idola AKB48, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami tujuan yang mendasari penggunaan kaomoji dalam Web-blog dan juga mengetahui fungsi apa yang cenderung digunakan oleh penulis web-bog dalam menggunakan kaomoji. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain eksposisi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kaomoji digunakan dengan tujuan untuk menekankan pesan, mengekspresikan emosi, memberikan image kawaii, memberikan nuansa humor, dan menarik perhatian pembaca. Sementara fungsi kaomoji yang banyak digunakan adalah sebagai pelengkap.

The focus of this study is the motives and functions of kaomoji towards verbal messages in computer-mediated communication. Regarding to the case study about the idol group AKB48 members' Web-Blog, the purpose of this research is to know and understand the motives that underlie the use of kaomoji in web-blog, and also to know what function of kaomoji the blog-users tends to use. This research's result shows that kaomoji is use with motives to accent messages, express emotion, give kawaii image, give humor nuance, and attract readers. While the kaomoji functions that is widely use is as a complement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43016
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The vallage is the represent home stay somewhere permanently of the big society as rural districts. They are do on the tradisional landscape to plantation rises or plantation another plan agriculuter"
384 WACA 7:23 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Raissa
"Penyebaran pesan komunikasi tengah berkembang pesat seiring dengan munculnya media digital. Segala aspek kehidupan juga mengikuti perkembangan media baru, termasuk bimbingan belajar (bimbel). Berkembangnya teknologi juga menghadirkan bimbingan belajar secara virtual. Salah satunya bimbel online Ruangguru. Ruanggguru dapat diakses dengan praktis lewat handphone, laptop atau perangkat elektronik lainnya. Untuk dapat bersaing, Ruangguru perlu strategi komunikasi yang tepat. Salah satu strategi komunikasi yang dikenal oleh kalangan pemasar adalah positioning. Melalui strategi ini, perusahaan menentukan citra yang tertanam di benak konsumen, mempertimbangkan pesaingnya, serta menganalisis kekuatan dan kelemahan mereka. Di era digital, berbagai bisnis jasa pembelajaran seperti  Ruangguru, juga mengembangan layanan dan komunikasi pemasarannya melalui medium digital. Positioning bimbingan belajar ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial yang kini lebih relevan digunakan oleh masyarakat sehari-hari dibandingkan media konvensional. Penelitian ini akan melihat strategi komunikasi yang dilakukan Ruangguru lewat pesan-pesan yang disampaikan melalui konten-konten yang diunggah, KOL yang dipilih dan ditampilkan, serta kampanye di platform-platform media sosialnya.

The spread of communication messages is growing rapidly along with the emergence of digital media. All aspects of life also follow the development of new media, including tutoring. The development of technology also provides virtual tutoring. One of them is online tutoring called Ruangguru. Ruanggguru can be accessed practically via mobile phones, laptops or other electronic devices. To be able to compete, Ruangguru needs the right communication strategy. One of the communication strategies known by marketers is positioning. Through this strategy, the company determines the image that is embedded in the minds of consumers, considers its competitors, and analyzes their strengths and weaknesses. In the digital era, various tutoring businesses, such as Ruangguru, are also developing their services and marketing communications through digital media. The positioning of this tutoring can be done by utilizing social media which is more relevant for everyday use than conventional media nowadays. This study will look at the communication strategy that Ruangguru uses through messages conveyed through uploaded content, choosing KOL, and campaigns on its social media platforms. "
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Adisty Maynanda
"
Profil Perusahaan: East Bali Cashews merupakan sebuah perusahaan sosial yang memasarkan camilan sehat dengan bahan utama kacang mete sejak 2011. East Bali Cashews memiliki 23 varian produk yang dipasarkan ke hampir seluruh kota besar Indonesia dan 25 negara. Tidak hanya fokus pada profit, East Bali Cashews juga memiliki program-program untuk meningkatkan kesejahteraan pekerjanya dan Bali Timur. Produk-produk East Bali Cashews dapat ditemukan secara offline di toko konvensional maupun online lewat e-commerce. Bentuk pemasarannya pun dilakukan lewat kegiatan offline dan online, lewat Instagram, YouTube, Twitter, dan situs utama.
Analisis Situasi: -East Bali Cashews merupakan pelopor perusahaan sosial di bidang camilan yang berkomitmen untuk menaikkan taraf hidup pekerja dan memberi nilai tambah pada komunitas; -Meskipun audiensnya aktif bermedia sosial, pemanfaatan media sosial yang dimiliki masih kurang optimal; -Sulitnya mendiferensiasi East Bali Cashews dengan kompetitor; -Jalur distribusi East Bali Cashews sudah sangat luas, tetapi minat beli di pasar domestik masih tergolong rendah.
Rumusan Masalah: Rendahnya brand awareness, terutama online, yang berujung pada kesulitan East Bali Cashews mengkomunikasikan trade-off produk dan membedakan diri dari kompetitor. Hal ini menimbulkan rendahnya preferensi audiens terhadap East Bali Cashews sebagai pilihan camilan sehat.
Tujuan: 1.Meningkatkan awareness dan pengetahuan udiens terhadap East Bali Cashews, terutama secara online; 2. Menimbulkan brand preference audiens terhadap East Bali Cashews.
Khalayak Sasaran: 1. Demografis : -Laki-laki dan perempuan; -Berusia 25 – 45 tahun; -SES A; 2. Geografis: Jabodetabek 3. Psikografis: Memiliki ketertarikan terhadap hidup sehat, hidup berkelanjutan, atau isu sosial; aktif bermedia sosial; gemar ngemil; memiliki ketertarikan untuk mencoba produk baru; suka mencari tahu hal baru dan membagikannya.

Company Profile: East Bali Cashews is a social enterprise which markets healthy snacks with cashews as the main ingredients since 2011. East Bali Cashews has 23 product variants distributed to almost every big cities across Indonesia and 25 countries worldwide. Not only focusing on profits, East Bali Cashews also focuses on programs to improve social warfare of its workers as well as East Bali. The products of East Bali Cashews can be easily found offline the conventional stores or online via e-commerce. The form of marketing is done through offline events and online, via Instagram, YouTube, Twitter, and main site.
Situation Analysis: - East Bali Cashews is the pioneer for social enterprise in snacks sector that committed to raise the standard of living for their workers and adding value to their community; - Even though East Bali Cashews’ audience is active on social media, East Bali Cashews have not optimized their social media channels; - Difficulty in differentiating East Bali Cashews from its competitors; - Even though they have wide distributions channels, purchase intention on domestic market is relatively low.
Problem Statement: Low brand awareness, especially online, which leads to East Bali Cashews having difficulty communicating trade-off products and differentiating products from competitors. This resulted low brand preference towards East Bali Cashews as choice of healthy snack.
Goals: 1.Increase audience’s awareness and knowledge towards East Bali Cashews, especially online; 2. Create brand preference towards East Bali Cashews.
Target Audience: 1.Demographics: - Male and female; - 25 – 45 years old; - SES A; 2. Geographic: Jabodetabek; 3. Psychographic: Have interest in healthy living, sustainable living, or social issue; active in media social; love snacking have interest in trying new products; explorative and curious, likes to share it.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kirkpatrick, Colin H.
London: George Allen and Unwin, 1984
338.900 172 4 KIR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>